Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

Iman Kepada Allah, Malaikat dan Kitab Allah

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata kuliah : Materi PAI


Akidah Akhlak
Dosen pengampu : Dr. H.Mufid, M.Ag.

Disusun Oleh :

Muhammad khotibul umam (201310004480)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NAHDLATUL ULAMA JEPARA
TAHUN 2023

i
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan taufiq,
hidayah, dan inayah-Nya sehingga kita masih tetap bisa menikmati indahnya alam ciptaan-
Nya. Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Agung
Rasulullah Muhammad SAW yang menjadi rahmat bagi seluruh alam, dan yang kita nanti-
nantikan syafa’atnya kelak dihari kemudian. Pemakalah sangat bersyukur karena telah
menyelesaikan makalah yang menjadi tugas mata kuliah Materi PAI Akidah Akhlak yang
berjudul “Iman Kepada Allah,Malaikat, dan Kitab Allah”. Penulis mengucapkan banyak
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu hingga terselesaikannya makalah.
Akhir kata, pemakalah memahami jika makalah ini tentu jauh dari kesempurnaan maka
kritik dan saran sangat kami butuhkan guna memperbaiki karya-karya kami di waktu-waktu
mendatang.

Jepara, Agustus 2023

PEMAKALAH

i
BAB I
PENDAHULUAN

Allah SWT adalah dzat yang menciptakan semua makhluk di alam raya ini.
Makhluk-makhluk itu ada kalanya makhluk tampak mata atau nyata dan adapula
makhluk yang tidak kasat mata yang biasa disebut makhluk ghaib. Tolok ukur
kategorisasi tersebut adalah berdasar pada dapat atau tidak dapat dijangkau oleh
panca indra yang dimiliki manusia. Makhluk nyata meliputi segala hal yang dapat
dijangkau manusia adalah manusia, hewan, tumbuhan. Sedangkan makhluk ghaib
berarti segala hal yang tidak bisa dijangkau oleh panca indra manusia, seperti
malaikat, jin setan. Islam mengakui dan meyakini adanya malaikat. Bagi orang
yang beragama Islam, wajib percaya dan yakin terhadap adanya malaikat, karena
salah satu pilar keimanan seseorang (rukun iman). Mengimani malaikat dalam
ajaran Islam bukan saja membenarkan akan keberadaannya tetapi juga
menempatkan posisinya bahwa mereka adalah salah satu dari sekian banyak
hamba Allah seperti halnya manusia dan jin yang diperintahkan untuk beribadah
kepada Nya. Mereka memiliki berbagai macam tanggung jawab yang telah
ditetapkan oleh Allah SWT dan kematian adalah sesuatu hal yang pasti bagi
mereka, hanya saja Allah menentukan kehidupan bagi mereka dengan masa yang
panjang. Malaikat tidak akan mati, terkecuali telah datang masa kematiannya.
Mengimani malaikat berarti mengakui bahwa mereka adalah salah satu utusan
yang diutus kepada makhluk yang lain.

ii
BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian Iman kepada Allah


Menurut bahasa, iman berarti percaya atau membenarkan. Menurut
ilmu tauhid, iman berarti kepercayaan yang diyakini kebenarannya dalam
hati, diucapkan atau diikrarkan lewat lisan, dan dibuktikan lewat
perbuatan. Jadi, iman kepada Allah adalah percaya dan meyakini dengan
sepenuh hati bahwa Allah itu ada dengan segala sifat kesempurnaan-Nya.
Iman kepada Allah meliputi tiga unsur penting, yaitu meyakini lewat hati,
mengikrarkan lewat lisan, dan mewujudkan lewat perbuatan (amal).
Seseorang tidak dapat dikatakan beriman jika hanya melakukan satu atau
dua dari tiga komponen tersebut. Ketiganya harus ada, tidak bisa dipisah-
pisahkan satu sama lain. Seseorang yang mengaku beriman tetapi hatinya
ragu-ragu akan keberadaan Allah, akan jatuh pada kemunafikan. Adapun
yang meyakini adanya kekuatan, kekuasaan, atau sembahan selain Allah
Swt. akan jatuh pada kemusyrikan.

Keimanan kepada Allah Swt. dapat dipupuk melalui pemahaman


terhadap sifat-sifat Allah Swt. dan ayat-ayat Al-Qur’an yang menjelaskan
tentang keimanan. Selain itu, juga dapat melalui tanda-tanda yang
menunjukkan kebenaran dan keberadaan Allah Swt., baik melalui dalil
agama maupun ilmu pengetahuan dan teknologi. Seseorang yang meyakini
Allah Swt. sebagai Tuhannya, ia setiap saat menyadari bahwa segala
sesuatu yang dikerjakannya pasti diketahui oleh Allah Swt. Dengan
demikian, orang tersebut selalu berusaha agar yang ia kerjakan
mendapatkan keridaan di sisi-Nya. Hal ini karena keimanan kepada Allah
Swt. harus meliputi tiga unsur, yaitu keyakinan dalam hati, ikrar dengan
lisan, dan pembuktian dengan anggota badan.

Jika ada seseorang yang hanya meyakini dalam hati terhadap keberadaan
Allah Swt., tetapi tidak membuktikannya dengan amal perbuatan serta

iii
ikrar dengan lisan, berarti keimanannya belum sempurna. Ketiga unsur
keimanan tersebut memang harus terpadu tanpa bisa dipisahkan. Iman
kepada Allah Swt. juga merupakan rukun iman yang pertama dan utama.
Umar bin Khattab menjelaskan bahwa Rasulullah saw. pernah bersabda,
“Iman ialah bahwa engkau beriman kepada Allah Swt., kepada malaikat-
Nya, kepada kitab-kitab-Nya, kepada rasul-rasul-Nya, kepada hari
kiamat, kepada qadar yang baik dan yang buruk.” (H.R. Muslim).
Berdasarkan hadis tersebut, sebelum kita mengimani kepada yang lain,
harus memiliki keteguhan iman kepada Allah Swt. Allah Swt. adalah
Tuhan yang menciptakan, mengadakan, dan menghancurkan ciptaan-Nya.
Kita sebagai makhluk-Nya harus beribadah.

2. Pengertian Iman Kepada Malaikat


Iman secara bahasa artinya percaya atau yakin. Iman dari segi
istilah artinya meyakini setulus hati yang mengakar kuat, mengucapkan
dengan lisan, dan mengamalkan dengan seluruh anggota badan. Menurut
M. Quraish Shihab, kata malaikat berasal dari bahasa Arab,
yaitu mala’ikah (‫ )َم ًالِئكة‬yang merupakan bentuk jamak dari kata malak (
‫ )َم َل َك‬yang terambil dari kata la’aka ( ‫ )َاَلَك‬yang berarti “menyampaikan
sesuatu”. Jadi, malak/malaikat adalah makhluk yang menyampaikan
sesuatu dari Allah Swt. Menurut istilah, malaikat adalah makhluk gaib
yang diciptakan oleh Allah Swt. dari cahaya, sebagai utusan Allah Swt.
yang taat, patuh, serta tidak pernah membangkang terhadap perintah-
perintah-Nya.
Iman kepada malaikat adalah meyakini dengan sepenuh hati bahwa Allah
Swt. menciptakan malaikat sebagai makhluk gaib yang diutus untuk
melaksanakan segala perintah-Nya. Orang yang mengimaninya akan
senantiasa menggunakan seluruh anggota badannya untuk berhati-hati
dalam berkata-kata dan berbuat.

iv
Beriman kepada malaikat hukumnya adalah fardu ‘ain. Beriman kepada
malaikat merupakan salah satu rukun iman selain iman kepada Allah Swt.,
kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari akhir, dan qada/qadar. Hal ini
berdasarkan pada beberapa sumber dari Alquran dan hadis sebagai berikut.

1. Surat Al-Baqarah Ayat 285

‫آَم َن الَّرُسوُل ِبَم ا ُأْنِز َل ِإَلْيِه ِم ْن َر ِّبِه َو اْلُم ْؤ ِم ُنوَن ۚ ُك ٌّل آَم َن ِباِهَّلل َو َم اَل ِئَك ِتِه َو ُكُتِبِه َو ُرُس ِلِه‬
‫اَل ُنَفِّر ُق َبْيَن َأَحٍد ِم ْن ُرُس ِلِهۚ َو َقاُلوا َسِم ْعَنا َو َأَطْعَناۖ ُغ ْفَر اَنَك َر َّبَنا َو ِإَلْيَك اْلَم ِص يُر‬

Artinya: “Rasul (Muhammad) beriman kepada apa yang diturunkan


kepadanya (Al-Quran) dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang
beriman. Semua beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-
kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (Mereka berkata), “Kami tidak membeda-
bedakan seorang pun dari rasul-rasul-Nya.” Dan mereka berkata, “Kami
dengar dan kami taat. Ampunilah kami, ya, Tuhan kami, dan kepada-Mu
tempat (kami) kembali.”

2. Surat An-Nisa’ Ayar 136

‫ٰٓيَاُّيَها اَّلِذ ْيَن ٰا َم ُنْٓو ا ٰا ِم ُنْو ا ِباِهّٰلل َو َر ُسْو ِلٖه َو اْلِكٰت ِب اَّلِذ ْي َنَّز َل َع ٰل ى َر ُسْو ِلٖه َو اْلِكٰت ِب اَّلِذ ْٓي‬
‫ٰۤل‬
ۢ ‫َاْنَز َل ِم ْن َقْبُلۗ َو َم ْن َّيْكُفْر ِباِهّٰلل َو َم ِٕىَك ِتٖه َو ُكُتِبٖه َو ُرُس ِلٖه َو اْلَيْو ِم اٰاْل ِخ ِر َفَقْد َض َّل َض ٰل اًل‬
‫َبِع ْيًدا‬

Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Tetaplah beriman kepada


Allah Swt. dan Rasul-Nya (Muhammad saw.) dan kepada Kitab (al-
Qur’ān) yang diturunkan kepada Rasul-Nya, serta kitab yang diturunkan
sebelumnya. Barang siapa ingkar kepada Allah Swt., malaikat-malaikat-
Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari kemudian, maka sungguh,
orang itu telah tersesat sangat jauh.”

v
3. Pengertian Iman Kepada Kitab Allah
Iman secara bahasa berarti percaya. Iman menurut istilah berarti
mempercayai dengan sepenuh hati, diucapkan dengan lisan, dan diwujudkan
dalam perbuatan. Iman kepada kitab-kitab Allah Swt. berarti mempercayai dengan
sepenuh hati dan diucapkan dengan lisan bahwa Allah Swt. telah menurunkan
kitab kepada rasul-Nya untuk dijadikan sebagai pedoman dalam menjalani
kehidupan. Keyakinan tersebut diwujudkan dalam perbuatan dan tingkah laku
sehari-hari.

Iman kepada kitab Allah Swt. termasuk salah satu rukun iman. Rukun
iman meliputi iman kepada Allah Swt., iman kepada malaikat-malaikat-Nya, iman
kepada kitab-kitab-Nya, iman kepada rasul-rasul-Nya, iman kepada hari akhir,
dan iman kepada qada serta qadar. Sendi-sendi keimanan dijelaskan dalam hadis
Rasulullah saw. seperti disampaikan oleh Umar r.a. berikut ini.

‫اِإْل يَم اِن َأْن ُتْؤ ِم َن ِباِهَّلل َو َم اَل ِئَك ِتِه َو ُكُتِبِه َو ُرُس ِلِه َو اْلَيْو ِم اآْل ِخ ِر َو ُتْؤ ِم َن ِباْلَقَد ِر َخْيِر ِه َو َش ِّر ِه‬

Artinya: “Iman itu engkau beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya,


kitab- kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari akhir, dan qadar baik dan buruk.” (H.R.
Muslim)

Iman kepada kitab-kitab Allah Swt. tidak hanya diyakini dalam hati dan
diucapkan secara lisan, melainkan diwujudkan dalam perbuatan. Seseorang yang
beriman kepada kitab Allah Swt. tingkah lakunya berdasar pada isi kitab-Nya.
Mereka senantiasa menjalankan perintah dan menjauhi larangan-Nya.
Iman kepada kitab Allah Swt. artinya meyakini sepenuh hati bahwa Allah
Swt. telah menurunkan kitab kepada nabi atau rasul yang berisi wahyu untuk

vi
disampaikan kepada seluruh umat manusia. Di dalam Al-Quran disebutkan bahwa
ada 4 kitab Allah Swt. yang diturunkan kepada para nabi-Nya. Empat kitab
tersebut yaitu: Taurat diturunkan kepada Nabi Musa a.s., Zabur kepada Nabi Daud
a.s., Injil kepada Nabi Isa a.s., dan Al-Quran kepada Nabi Muhammad saw.

1. Taurat
Kata Taurat berasal dari bahasa Ibrani (thora: instruksi). Kitab Taurat
adalah salah satu kitab suci yang diwahyukan Allah Swt. kepada Nabi Musa a.s.
Kitab Taurat menjadi petunjuk dan bimbingan bagi Bani Israil. Firman Allah
Swt.:

‫َو َء اَتْيَنا ُم وَس ى ٱْلِكَتٰـَب َو َجَع ْلَنٰـ ُه ُهًۭد ى ِّلَبِنٓى ِإْس َٰٓر ِء يَل َأاَّل َتَّتِخ ُذ و۟ا ِم ن ُدوِنى َوِكياًۭل‬

Artinya: “Dan Kami berikan kepada Musa, Kitab (Taurat) dan Kami
menjadikannya petunjuk bagi Bani Israil (dengan firman), ‘Janganlah kamu
mengambil (pelindung) selain Aku’.” (Q.S. Al-Isra: 2)

Taurat merupakan salah satu dari tiga komponen (Thora, Nabin, dan
Khetubin) yang terdapat dalam kitab suci agama Yahudi yang disebut Biblia (al-
Kitab). Oleh orang-orang Kristen disebut Old Testament (Perjanjian Lama). Isi
pokok Kitab Taurat dikenal dengan Sepuluh Hukum (Ten Commandements) atau
Sepuluh Firman. Sepuluh Hukum (Ten Commandements) diterima Nabi Musa a.s.
di atas Bukit Tursina (Gunung Sinai). Sepuluh Hukum tersebut berisi asas-asas
keyakinan (akidah) dan asas-asas kebaktian (syariah), seperti berikut.

Tiada Tuhan selain Allah Swt.


Jangan menyembah berhala
Jangan mempersekutukan Allah Swt.
Sucikan hari sabat (hari Sabtu).
Hormati kedua orang tuamu.

vi
i
Jangan membunuh.
Jangan berzina.
Jangan mencuri.
Jangan bersumpah palsu (bersaksi dusta).
Jangan menginginkan milik orang lain (menginginkan hak orang lain).
2. Zabur
Kata Zabur (bentuk jamaknya zubµr) berasal dari zabara-yazburu-zabr
yang berarti menulis. Makna aslinya adalah kitab yang tertulis. Zabur dalam
bahasa Arab dikenal dengan sebutan mazmµr (jamaknya mazamir). Dalam bahasa
Ibrani disebut mizmar, yaitu nyanyian rohani yang dianggap suci. Sebagian ulama
menyebutnya Mazmµr, yaitu salah satu kitab suci yang diturunkan sebelum al-
Quran (selain Taurat dan Injil ). Dalam bahasa Ibrani, istilah Zabur berasal dari
kata zimra, yang berarti “lagu atau musik”. Zamir (lagu) dan mizmor (mazmur),
merupakan pengembangan dari kata zamar, artinya “nyanyi, nyanyian pujian”.
Zabur adalah kitab suci yang diturunkan Allah Swt. kepada kaum Bani Israil
melalui utusannya yang bernama Nabi Daud a.s. Ayat yang menegaskan
keberadaan Kitab Zabur antara lain:

‫ِإَّنٓا َأْو َح ْيَنٓا ِإَلْيَك َك َم ٓا َأْو َح ْيَنٓا ِإَلٰى ُنوٍۢح َو ٱلَّنِبِّيۧـَن ِم ۢن َبْع ِدِهۦۚ َو َأْو َح ْيَنٓا ِإَلٰٓى ِإْبَٰر ِهيَم َو ِإْس َم ٰـِع يَل َو ِإْس َح ٰـَق‬
‫َو َيْع ُقوَب َو ٱَأْلْس َباِط َوِع يَس ٰى َو َأُّيوَب َو ُيوُنَس َو َهٰـُروَن َو ُس َلْيَم ٰـَن ۚ َو َء اتَْيَنا َداُوۥَد َزُبوًۭر ا‬

Artinya: “Sesungguhnya Kami mewahyukan kepadamu (Muhammad)


sebagaimana Kami telah mewahyukan kepada Nuh, dan Nabi-nabi setelahnya, dan
Kami telah mewahyukan (pula) kepada Ibrahim, Ismail, Ishak, Yakub dan anak
cucunya; Isa, Ayub, Yunus, Harun dan Sulaiman. Dan Kami telah memberikan
Kitab Zabur kepada Dawud.” (Q.S. An-Nisa: 163)

Kitab Zabur berisi kumpulan ayat-ayat yang dianggap suci. Ada 150 surah
dalam Kitab Zabur yang tidak mengandung hukum-hukum, tetapi hanya berisi
nasihat-nasihat, hikmah, pujian, dan sanjungan kepada Allah Swt. Secara garis

vi
ii
besar, nyanyian rohani yang disenandungkan oleh Nabi Daud a.s. dalam Kitab
Zabur terdiri atas lima macam:
Nyanyian untuk memuji Tuhan (liturgi).
Nyanyian perorangan sebagai ucapan syukur.
Ratapan-ratapan jamaah.
Ratapan dan doa individu.
Nyanyian untuk raja.
3. Injil
Kitab Injil diwahyukan oleh Allah Swt. kepada Nabi Isa a.s. Kitab Injil
diturunkan kepada nabi Isa a.s. Kitab Injil yang diturunkan kepada nabi Isa a.s.
memuat keterangan-keterangan yang benar dan nyata, yaitu perintah-perintah
Allah Swt. agar manusia mengesakan dan tidak menyekutukan-Nya dengan suatu
apa pun. Dalam Kitab Injil terdapat pula keterangan mengenai akan lahirnya nabi
yang terakhir dan penutup para nabi dan rasul, bernama Ahmad atau Muhammad
saw.
Kitab Injil diturunkan kepada Nabi Isa a.s. sebagai petunjuk dan cahaya
penerang bagi manusia. Nabi Is a.s. diutus untuk mengajarkan tauhid kepada umat
atau pengikutnya. Tauhid di sini artinya mengesakan Allah dan tidak
menyekutukan-Nya. Penjelasan ini tertulis dalam Al-Quran:

‫ُثَّم َقَّفْيَنا َع َلٰٓى َء اَثٰـ ِرِهم ِبُرُس ِلَنا َو َقَّفْيَنا ِبِع يَس ى ٱْبِن َم ْر َيَم َو َء اَتْيَنٰـ ُه ٱِإْل نِج يَل َو َجَع ْلَنا ِفى ُقُلوِب ٱَّلِذ يَن ٱَّتَبُعوُه‬
‫…َر ْأَفًۭة َو َر ْح َم ًۭة‬

Artinya: “Kemudian Kami susulkan rasul-rasul Kami mengikuti jejak


mereka dan Kami susulkan (pula) Isa putra Maryam; Dan Kami berikan Injil
kepadanya dan Kami jadikan rasa santun dan kasih sayang dalam hati orang-orang
yang mengikutinya.” (Q.S. Al-Hadid: 27)

ix
Kitab Injil dan Kitab Taurat, yakni sudah mengalami perubahan dan
penggantian yang dilakukan oleh tangan manusia. Kitab Injil yang sekarang
memuat tulisan dan catatan perihal kehidupan atau sejarah hidup Nabi Isa a.s.
Kitab ini ditulis menurut versi penulisnya, yaitu Matius, Markus, Lukas, dan
Yahya (Yohana). Mereka sebenarnya bukanlah orang-orang yang dekat dengan
masa hidup Nabi Isa a.s. Sejarah mencatat sebenarnya masih ada lagi Kitab Injil
versi Barnabas. Isi dari Injil Barnabas ini sangat berbeda dengan isi empat Kitab
Injil yang tersebut di atas.

4. Al-Quran
Al-Quran merupakan kitab suci yang diturunkan Allah Swt. kepada Nabi
Muhammad saw. melalui malaikat Jibril, Al-Quran diturunkan tidak sekaligus,
melainkan secara berangsur-angsur. Al-Quran diturunkan selama kurang lebih 23
tahun atau tepatnya 22 tahun 2 bulan 22 hari. Al-Quran terdiri atas 30 juz, 114
surat, 6.236 ayat, 74.437 kalimat, dan 325.345 huruf. Wahyu yang terakhir turun
adalah Q.S. al-Maidah ayat 3. Ayat tersebut turun pada tanggal 9 Zulhijjah tahun
10 Hijriyah di Padang Arafah, ketika Nabi Muhammad saw. sedang menunaikan
haji wada’ (haji perpisahan). Beberapa hari sesudah menerima wahyu tersebut.

x
BAB III
PENUTUP

A. SIMPULAN
Saat ini pengetahuan tentang agama mulai luntur dari kalangan umat islam
sendiri, khusunya kaum muda. Mereka yang mengaku islam, justru kebanyakan
tidak tahu mengenai ajaran ( syariat) islam, pedoman islam, asas-asas agama
islam, dan lain-lain yang berkaitan dengan islam. Hal semacam ini tentu membuat
hati semakin miris. Apalagi kita yang notabene sebagai mahasiswa muslim yang
sepatutnya mengenal agama lebih dalam sebagai pedoman hidup, malah tidak
mengerti bahkan tidak perduli sama sekali terhadapnya.
Banyak sekali sebenarnya persoalan dalam islam yang memang seharusnya patut
untuk kita ketahui sebagai umat islam. Berkaitan mengenai asasnya, agama islam
memiliki dua asas yaitu, islam dan iman yang tertuang dalam lima rukun islam
dan enam rukun iman.
Semua mahkluk yang diciptakan oleh Allah SWT dapat dibedakan menjadi dua
macam, yaitu : ghaib (al-ghaib) dan nyata (as-syahadah). Yang memberdakan
mahkluk ciptaan Allah itu adalah bisa dan tidak bisanya dijangkau oleh
pancaindera manusia.Segala sesuatu yang tidak bisa dijangkau oleh panca indera
manusia digolongkan menjadi al-ghaib, dan sebalikya yang bisa dijangkau dengan
panca indera manusia digolongkan menjadi as-syahadah.
B. SARAN
Demikian makalah ini kami buat apabila ada kesalahan dalam penulisan kata
maupun bahasa kami mohon maaf. Dan semoga makalah ini bisa bermanfaat
bagi semua orang.
DAFTAR PUSTAKA

Mulyadi Kartanegara, Menyelami Lubuk Tasawuf, Jakarta: Erlangga, 2006.


Muhammad Kamal Hasan, Modernisasi Indonesia: Respon Cendikiawan
Muslim. terj. Ahmadiee Thaha, Jakarta: Lingkaran Studi Indonesia (LSI), 1987.

xi
Muhammad Ramadhan , Pemikiran Teologi Fazlur Rahman, Medan: Jurnal
Teologia. Vol XXV, No. 2. 2014.
Muhammad Taqi Ja’fari, Tasawuf Positif (Sebuah Pengantar), Jakarta: Nur
Al-Huda, 2005.
Muhammad Zainur Haq, Tasawuf Pandawa, Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2010.
Mustafa Zahri, Kunci Memahami Ilmu Tasawuf, Surabaya: Bina Ilmu, 1997.
M. Solihin & Rosihon Anwar, Ilmu Tasawuf, Bandung: Pustaka Setia, 2011.
Nasaruddin Umar, Argumen Kesetaraan Jender, Jakarta: Paramadina, 1999.
https://www.nu.or.id/wawancara/tasawuf-oase-spiritualitas-di-zaman-modern-
qebY9

xi
i
xi
ii

Anda mungkin juga menyukai