DIBAWAHNYA
PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
KELOMPOK 3
FAKULTAS TEKNIK
Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada kita sehingga dapat mengisi dan menulis
makalah ini dengan baik. Sholawat beriring Salam kita ucapkan kepada Nabi besar Muhammad
SAW yang telah membawa kita dari zaman Jahilliyah ke zaman ilmu pengetahuan seperti
sekarang ini. Serta kami juga mengucapkan terima kasih kepada Dosen Pengampu pada Mata
Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan. Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk
memenuhi tugas mata kuliah “Pendidikan Kewarganegaraan” yakni materi mengenai Negara
dalam Konstitusi Dimana UUD 1945 Amandemen serta Perundang-undangan Dibawahnya.
Tugas Makalah ini merupakan salah satu tugas wajib KKNI yang berlaku di Universitas Negeri
Medan untuk melakukan sebuah presentasi terkait materi.
Tugas makalah ini di susun dengan harapan dapat menambah pengetahuan dan
pemahaman kita semua, khusunya dalam memahami Konsep, Unsur-unsur Negara, Sejarah,
Amandemen terkait Perundang-undangan. Makalah ini juga memuat tentang Sejarah,
Pengertian, Sifat dan Tujuan mengenai hukum Perundang-undangan.
Kami memahami bahwa masih banyak kesalahan dan kekurangan dalam makalah yang
kami tulis, karena pengetahuan penulis yang masih sangat terbatas. Oleh karna itu, penulis
mengharapkan kritik yang membangun dari para pembaca atas kelengkapan tugas berikutnya.
Maret, 2024
Kelompok 3
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................................................. 2
DAFTAR ISI ........................................................................................................................................... 3
BAB I ...................................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN .................................................................................................................................. 4
1.1 Latar Belakang .............................................................................................................................. 4
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................................................... 4
1.3 Tujuan dan Manfaat ...................................................................................................................... 4
BAB II..................................................................................................................................................... 6
PEMBAHASAN ..................................................................................................................................... 6
2.1 Unsur-unsur Terbentuknya Suatu Negara ..................................................................................... 6
2.2 Sifat dan Tujuan dari Terbentuknya Suatu Negara........................................................................ 7
2.3 Pengertian, Kedudukan, Fungsi dari Konstitusi atau Perundang-undangan ................................. 8
2.4 Sejarah Konstitusi atau Perundang-undangan............................................................................. 10
2.5 Amandemen atau Perubahan UUD NRI 1945 ............................................................................ 12
BAB III ................................................................................................................................................. 16
PENUTUP ............................................................................................................................................ 16
3.1 Kesimpulan ................................................................................................................................. 16
3.2 Saran ........................................................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................................ 17
BAB I
PENDAHULUAN
Agar pemerintah suatu negara yang memiliki kekuasaan untuk mengatur kehidupan
masyarakat tidak bertindak seenaknya, maka ada sistem aturan yang mengaturnya. Sistem
aturan tersebut menggambarkan suatu hierarki atau tingkatan dari aturan yang paling tinggi
tingkatannya sampai pada aturan yang paling rendah. Aturan yang paling tinggi tingkatannya
dalam suatu negara dinamakan konstitusi atau sering disebut dengan undang-undang dasar.
Dengan konstitusi diharapkan organisasi negara tertata dengan baik dan teratur, dan pemerintah
yang ada di dalamnya tidak bertindak sewenang-wenang terhadap rakyatnya.
PEMBAHASAN
1) Unsur Konstitutif
Unsur konstitutif adalah unsur pembentuk yang harus dipenuhi agar terbentuk negara.
Unsur ini terdiri atas rakyat, wilayah dan pemerintah yang berdaulat. Pertama, rakyat yaitu
orang-orang yang bertempat tinggal di dalam wilayah suatu negara, tunduk pada kekuasaan
negara dan mendukung negara yang bersangkutan.
Kedua, wilayah yaitu daerah yang menjadi kekuasaan negara serta menjadi tempat
tinggal bagi rakyat negara. Wilayah juga menjadi sumber kehidupan rakyat negara. Wilayah
negara mencakup darat, laut, dan udara Wilayah merupakan salah satu unsur penting dalam
negara. Dalam wilayah itulah dibangun organisasi dan lembaga untuk memudahkan
pemerintah menyelenggarakan pemerintahan sebagai upaya untuk mempertahankan
kedaulatan dan meneruskan kehidupan negara serta mensejahterakan rakyat.
Ketiga, pemerintah yang berdaulat, yaitu penyelenggara negara yang memiliki
kekuasaan menyelenggarakan pemerintahan di negara tersebut. Pemerintah memegang
peranan penting dalam kehidupan negara. Pemerin- tah sebagai penentu kebijakan maupun
sebagai pelaksana dalam arti mengkoordinasikan kegiatan pertahanan negara.
2) Unsur Deklaratif
Unsur deklaratif adalah unsur yang sifatnya menyatakan, bukan mutlak harus dipenuhi.
Unsur ini terdiri atas tujuan negara, adanya konstitusi, dan pengakuan dari negara lain.
Pertama, tujuan negara meru- pakan unsur deklaratif pertama yang menentukan arah
penyelenggaraan negara.
Kedua, undang-undang dasar atau konstitusi negara merupakan perangkat peraturan
yang menentukan kekuasaan dan tanggung jawab dari berbagai alat kenegaraan. Disamping
itu, undang-undang dasar juga menentukan batas-batas berbagai pusat kekuasaan itu dan
memaparkan hubungan-hubungan diantara mereka (Budiardjo, 2008: 169).
Ketiga, pengakuan dari negara lain dimaksudkan perbuatan bebas oleh satu negara atau
lebih negara untuk mengakui keberadaan suatu wila- yah yang dihuni oleh masyarakat yang
secara politis terorganisasi.
Pengakuan ada 2 (dua) jenis, yakni pengakuan secara de facto dan de jure. Pengakuan de
facto merupakan pengakuan atas fakta adanya suatu negara. Pengakuan secara de facto bisa
dibedakan menjadi 2 (dua), yakni: pengakuan de facto bersifat sementara dan pengakuan
de facto bersifat tetap.
Pengakuan de facto bersifat sementara artinya pengakuan yang diberi suatu negara tanpa
melihat bertahan atau tidaknya negara tersebut di masa depan. Apabila negara baru tersebut
kemudian jatuh dan hancur, maka negara tersebut akan menarik kembali pengakuannya.
Pengakuan de jure merupakan pengakuan akan sahnya suatu negara berdasar pertimbangan
yuridis menurut hukum. Dengan mendapatkan pengakuan secara de jure, suatu negara
mendapatkan hak-haknya di sam- ping kewajibannya sebagai anggota keluarga bangsa
sedunia.
1) Sifat memaksa
Sifat memaksa artinya bahwa negara mempunyai kekuatan fisik secara legal agar tercapai
ketertiban dalam masyarakat dan mencegah timbulnya anarki. Dengan ditaatinya peraturan
perundang-undangan penertiban dalam kehidupan bermasyarakat dapat tercapai serta dapat
mencegah timbulnya anarki. Organisasi dan asosiasi yang lain dari negara juga mempunyai
aturan-aturan yang mengikat, akan tetapi aturan-aturan yang dikelurkan oleh negara lebih
mengikat penduduknya.
2) Sifat memonopoli
Monopoli berasal dari kata "mono" yang artinya satu dan "poli" yang artinya penguasa, jika
sifat monopoli dikaitkan dengan negara adalah suatu hak tunggal yang dilakukan oleh
negara untuk berbuat atau menguasai sesuatu untuk kepentingan dan tujuan bersama.
Negara mempunyai monopoli dalam menetapkan tujuan bersama dalam kehidupan
bermasyarakat. Misalnya, bunyi pasal 33 ayat (2) UUD NRI 1945 menyatakan bahwa
"Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang
banyak dikuasasi oleh negara".
3) Sifat mencakup semua
Sifat mencakup semua berarti semua peraturan perundang- undangan yang berlaku
(misalnya keharusan membayar pajak) adalah untuk semua orang tanpa kecuali. Keadaan
demikian memang perlu, sebab kalau seseorang dibiarkan berada di luar lingkup aktivitas
negara, maka usaha negara kearah tercapainya masyarakat yang dicita-citakan akan gagal,
atau dapat menganggu cita-cita yang telah tercapai.
Mengenai tujuan negara ini, beberapa ahli telah mengemukakan pendapatnya yang
beragam, antara lain:
Para anggota BPUPKI yang dilantik pada tanggal 28 Mei 1945 bersidang dalam dua
tahap. Pertama, dari tanggal 29 Mei - 1 Juni 1945 untuk menetapkan dasar negara dan berhasil
merumuskan Pancasila yang didasarkan pada pidato anggota Ir. Soekarno pada tanggal 1 Juni
1945. Kedua, dari tanggal 10-17 Juli 1945 yang berhasil membuat undang-undang dasar. Pada
tanggal 22 Juni 1945 diadakan pertemuan antara gabungan paham kebangsaan dan golongan
agama yang mempersoalkan hubungan antara agama dengan negara. Dalam rapat tersebut
dibentuk panitia sembilan, terdiri dari, Drs. Moh. Hatta, Mr. A. Subardjo, Mr. A. A. Maramis,
Ir. Soekarno, KH. Abdul Kahar Moezakir, KH. Wachid Hasyim, Abikusno Tjokrosujoso, H.
Agus Salim, dan Mr. Moh. Yamin. panitia sembilan berhasil membuat rancangan preambule
(pembukaan) hukum dasar, yang oleh Mr. Moh. Yamin disebut dengan istilah Piagam Jakarta
(Jakarta Charter).
A. UUD 1945
Perumusan UUD 1945 dimulai dengan kelahiran dasar negara Pancasila pada tanggal
1 Juni 1945 dalam sidang pertama BPUPK. Perumusan UUD yang rill sendiri mulai
dilakukan pada tanggal 10 Juli 1945 dengan dimulainya sidang kedua BPUPK untuk
menyusun konstitusi. UUD 1945 diberlakukan secara resmi sebagai konstitusi negara
Indonesia oleh PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945. Pemberlakuannya sempat dihentikan
selama 9 tahun dengan berlakunya Konstitusi RIS dan UUDS 1950. UUD 1945 kembali
berlaku sebagai konstitusi negara melalui Dekret Presiden yang dikeluarkan oleh Presiden
Soekarno pada tanggal 5 Juli 1959. Setelah memasuki masa reformasi, UUD 1945
mengalami empat kali perubahan (amendemen) dari tahun 1999–2002.
UUD 1945 memiliki otoritas hukum tertinggi dalam sistem pemerintahan negara
Indonesia, sehingga seluruh lembaga negara di Indonesia harus tunduk pada UUD 1945
dan penyelenggaraan negara harus mengikuti ketentuan UUD 1945. Selain itu, setiap
peraturan perundang-undangan di Indonesia tidak boleh bertentangan dengan UUD 1945.
Mahkamah Konstitusi berwenang melakukan pengujian atas undang-undang, sementara
Mahkamah Agung atas peraturan di bawah undang-undang, yang bertentangan dengan
ketentuan UUD 1945.[1]
Wewenang untuk melakukan pengubahan terhadap UUD 1945 dimiliki Majelis
Permusyawaratan Rakyat, seperti yang telah dilakukan oleh lembaga ini sebanyak empat
kali. Ketentuan mengenai perubahan UUD 1945 diatur dalam Pasal 37 UUD 1945.
B. Kedudukan UUD 1945
Dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang sumber hukum dan tata tertib
peraturan perundang-undangan, kedudukan UUD (1945) berada di garis depan peraturan
perundang-undangan yang ada:
a. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
b. Undang-undang/peraturan pemerintah sebagai pengganti undang-undang
c. Keputusan Presiden
d. Peraturan kewilayahan yang terdiri dari:
o Peraturan daerah provinsi
o Peraturan Daerah Kabupaten/Kota
o Peraturan desa atau peraturan yang setingkat
C. Fungsi UUD 1945
UUD 1945 memiliki dua bagian yaitu, pembuka dan batang tubuh. Pada bagian
pembuka, UUD 1945 akan terdiri dari empat alinea dan pada bagian pembuka ini juga
tercantum lima sila atau Pancasila. Sedangkan pada bagian batang tubuh akan berisi pasal-
pasal yang menjadi aturan bagi Bangsa Indonesia.
Hingga kini ada 21 Bab, 73 Pasal, 170 Ayat, 3 Pasal Aturan Peralihan, dan 2 Pasal
Aturan Tambahan. Sebagai hukum dasar, UUD 1945 memiliki sifat mengikat seluruh unsur
negara di Indonesia. Jadi baik pemerintah, lembaga masyakarat, dan semua warga negara
harus patuh pada peraturan yang ada di dalam UUD 1945.
Ada beberapa jenis perubahan (amandemen) yang dilakukan terhadap UUD 1945, diantaranya
adalah:
• Mengubah rumusan yang ada, yaitu melakukan perubahan baik menambahkan atau
mengurangi substansi dari kalimat pasal, ataupun ayat.
Contoh pada Pasal 2 (ayat 1) UUD 1945:
Sebelum diamandemen: “Majelis Permusyawaratan Rakyat terdiri atas anggota-anggota
Dewan Perwakilan Rakyat, ditambah dengan utusan-utusan dari daerah-daerah dan
golongan-golongan, menurut aturan yang ditetapkan dengan undang-undang”.
Sesudah diamandemen: “Majelis Permusyawaratan Rakyat terdiri atas anggota Dewan
Perwakilan Rakyat dan Anggota Dewan Perwakilan Daerah yang dipilih melalui
pemilihan umum dan diatur lebih lanjut dengan undang-undang”.
• Membuat rumusan baru sama sekali, yaitu menambah yang sebelumnya tidak ada.
Contoh pada pasal 7A :
Sebelum diamandemen: tidak ada pasal 7A
Sesudah diamandemen: “Presiden dan/atau Wakil Presiden dapat diajukan oleh Majelis
Permusyawaratan Rakyat atau atas usul Dewan Perwakilan Rakyat, baik apabila terbukti
bahwa telah melakukan pelanggaran hukum berupa pengkhianatan terhadap Negara,
korupsi, penyuapan, tindak pidana berat lainnya, atau perbuatan tercela maupun apabila
terbukti tidak lagi memenuhi syarat sebagai Presiden dan/atau melakukan Wakil
Presiden”.
• Menghapus atau menghilangkan rumusan yang ada.
Contohnya pada BAB IV, yang sebelum diamandemen adalah mengenai Dewan
Pertimbangan Agung, seiring dengan dihapuskannya lebaga tersebut maka setelah UUD
1945 diamandemen, BAB IV dihapus.
• Memindahkan rumusan pasal kedalam rumusan ayat, atau sebaliknya memindahkan
rumusan ayat kedalam rumusan pasal.
Contohnya pada pasal 34 :
Sebelum diamandemen : “Fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh Negara”
Setelah diamandemen:
1) Fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh Negara
2) Negara mengembangkan sistem jaminan ssosial bagi seluruh rakyat dan
memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan martabat
kemanusiaan
3) Negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan
fasilitas pelayanan umum yang layak.
4) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan pasal ini diatur dalam undang-
undang.
UUD 1945 telah mengalami perubahan struktur yang signifikan sejak diamendemen
beberapa kali. Sebelum diamendemen, UUD 1945 terdiri dari pembukaan, batang tubuh, dan
penjelasan. Setelah diamendemen, UUD 1945 saat ini terdiri dari pembukaan dan pasal-pasal.
Secara lebih detail, struktur UUD 1945 saat ini terdiri dari:
Pembukaan: Terdiri dari empat alinea yang menjelaskan tentang hak kemerdekaan dan tujuan
berdirinya negara Indonesia.
Pasal-Pasal: Terdiri dari 21 bab, 73 pasal (194 ayat) aturan utama yang mengatur berbagai
aspek kehidupan negara.
Aturan Peralihan: Terdiri dari 3 pasal yang mengatur hal-hal yang berkaitan dengan peralihan
kekuasaan dan tata cara pelaksanaan amendemen.
Aturan Tambahan: Terdiri dari 2 pasal yang melengkapi tata cara pelaksanaan UUD 1945.
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 sebagai konstitusi
negara Indonesia memiliki kedudukan sebagai hukum tertinggi dan hukum dasar negara.
Sebagai hukum tertinggi negara, UUD NRI 1945 menduduki posisi paling tinggi dalam jenjang
norma hukum di Indonesia. Sebagai hukum dasar, UUD NRI 1945 merupakan sumber hukum
bagi pembentukan peraturan perundang-undangan di bawahnya. Jenjang norma hukum di
Indonesia terwujud dalam tata urutan peraturan perundang-undangan. Tata urutan ini
menggambarkan hierarki perundangan mulai dari jenjang yang paling tinggi sampai yang
rendah. Dalam sejarah politik hukum di Indonesia, tata urutan peraturan perundang-undangan
ini mengalami beberapa kali perubahan, namun tetap menempatkan UUD NRI 1945 sebagai
hukum tertinggi.
3.2 Saran
Saran untuk amandemen UUD NRI 1945 yang relevan untuk masa sekarang dapat
meliputi beberapa aspek sebagai berikut:
Dr. Osberth Sinaga, M., Apiek Gandamana, S. M., & Kewarganegaraan, T. D. (2023).
Pendidikan Kewarganegaraan. Medan: CV. Harapan Cerdas.
https://repository.unikom.ac.id/33407/1/%28Pertemuan%20XIII%29%20Amandemen%20Un
dang%20Undang%20Dasar%201945.pdf
https://umsu.ac.id/berita/undang-undang-dasar-uud-1945-pengertiannya/