Anda di halaman 1dari 17

UUD 1945 AMANDEMEN, DAN PERUNDANG – UNDANG

DIBAWAHNYA

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

Dosen Pengampu: Waliyul Maulana Siregar, SPd, M.Pd.

DISUSUN OLEH KELAS B

KELOMPOK 3

Cut Asma’ul Husna (5221250004)


Khairani Mutia Firdaus (5221250005)
M. Rasyid Batama (5223550024)
Safwan Ariadi (5223550011)
Willyam Han Ardy Tanjung (5223550018)
Mulia Hutabarat (5223550028)
Christian Tito N Sidauruk (5221250017)

JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN

PROGRAM STUDI S1 TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN 2024


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada kita sehingga dapat mengisi dan menulis
makalah ini dengan baik. Sholawat beriring Salam kita ucapkan kepada Nabi besar Muhammad
SAW yang telah membawa kita dari zaman Jahilliyah ke zaman ilmu pengetahuan seperti
sekarang ini. Serta kami juga mengucapkan terima kasih kepada Dosen Pengampu pada Mata
Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan. Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk
memenuhi tugas mata kuliah “Pendidikan Kewarganegaraan” yakni materi mengenai Negara
dalam Konstitusi Dimana UUD 1945 Amandemen serta Perundang-undangan Dibawahnya.
Tugas Makalah ini merupakan salah satu tugas wajib KKNI yang berlaku di Universitas Negeri
Medan untuk melakukan sebuah presentasi terkait materi.

Tugas makalah ini di susun dengan harapan dapat menambah pengetahuan dan
pemahaman kita semua, khusunya dalam memahami Konsep, Unsur-unsur Negara, Sejarah,
Amandemen terkait Perundang-undangan. Makalah ini juga memuat tentang Sejarah,
Pengertian, Sifat dan Tujuan mengenai hukum Perundang-undangan.

Kami memahami bahwa masih banyak kesalahan dan kekurangan dalam makalah yang
kami tulis, karena pengetahuan penulis yang masih sangat terbatas. Oleh karna itu, penulis
mengharapkan kritik yang membangun dari para pembaca atas kelengkapan tugas berikutnya.

Maret, 2024

Kelompok 3
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................................................. 2
DAFTAR ISI ........................................................................................................................................... 3
BAB I ...................................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN .................................................................................................................................. 4
1.1 Latar Belakang .............................................................................................................................. 4
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................................................... 4
1.3 Tujuan dan Manfaat ...................................................................................................................... 4
BAB II..................................................................................................................................................... 6
PEMBAHASAN ..................................................................................................................................... 6
2.1 Unsur-unsur Terbentuknya Suatu Negara ..................................................................................... 6
2.2 Sifat dan Tujuan dari Terbentuknya Suatu Negara........................................................................ 7
2.3 Pengertian, Kedudukan, Fungsi dari Konstitusi atau Perundang-undangan ................................. 8
2.4 Sejarah Konstitusi atau Perundang-undangan............................................................................. 10
2.5 Amandemen atau Perubahan UUD NRI 1945 ............................................................................ 12
BAB III ................................................................................................................................................. 16
PENUTUP ............................................................................................................................................ 16
3.1 Kesimpulan ................................................................................................................................. 16
3.2 Saran ........................................................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................................ 17
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Negara merupakan salah satu bentuk organisasi yang ada dalam kehidupan masyarakat.
Pada prinsipnya setiap warga masyarakat menjadi anggota dari suatu negara dan harus tunduk
pada kekuasaan negara, karena organisasi negara sifatnya mencakup semua orang yang ada di
wilayahnya dan kekuasaan negara berlaku bagi orang-orang tersebut. Sebaliknya negara juga
memiliki kewajiban tertentu terhadap orang-orang yang menjadi anggotanya.

Agar pemerintah suatu negara yang memiliki kekuasaan untuk mengatur kehidupan
masyarakat tidak bertindak seenaknya, maka ada sistem aturan yang mengaturnya. Sistem
aturan tersebut menggambarkan suatu hierarki atau tingkatan dari aturan yang paling tinggi
tingkatannya sampai pada aturan yang paling rendah. Aturan yang paling tinggi tingkatannya
dalam suatu negara dinamakan konstitusi atau sering disebut dengan undang-undang dasar.
Dengan konstitusi diharapkan organisasi negara tertata dengan baik dan teratur, dan pemerintah
yang ada di dalamnya tidak bertindak sewenang-wenang terhadap rakyatnya.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana Unsur-unsur terbentuknya suatu Negara?
2. Bagaimana sifat suatu Negara serta tujuan dari terbentuknya suatu Negara?
3. Bagaimana pengertian dari suatu Konstitusi, kedudukan, dan fungsi dari Konstitusi
tersebut?
4. Bagaimana Sejarah Konstitusi atau Perundang-undangan di Indonesia?
5. Apa saja yang mempengaruhi Amandemen atau Perubahan UUD NRI 1945

1.3 Tujuan dan Manfaat


1. Memahami bagaimana suatu negara dibentuk dan faktor-faktor apa saja yang memengaruhi
pembentukannya.
2. Mengetahui karakteristik dan sifat-sifat yang melekat pada suatu negara, serta
mengidentifikasi maksud dari terbentuknya negara tersebut.
3. Memahami arti dan peran konstitusi dalam sistem hukum suatu negara.
4. Menelusuri perkembangan hukum dan sistem pemerintahan di Indonesia dari masa ke
masa, memahami latar belakang, nilai-nilai, dan prinsip-prinsip yang mendasari konstitusi
dan perundang-undangan di Indonesia, serta pengaruhnya terhadap perkembangan politik,
ekonomi, dan sosial di negara ini.
5. Mengetahui apa saja yang memicu atau mempengaruhi perubahan dalam konstitusi
Indonesia.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Unsur-unsur Terbentuknya Suatu Negara


Secara teoritis, berdasarkan Konvensi Montevideo tahun 1933 yang diselenggarakan
oleh negara-negara Pan Amerika di kota Montevideo Uruguay, suatu negara harus mempunyai
unsur-unsur terbentuknya negara, unsur negara dapat dibedakan menjadi unsur konstitutif dan
unsur deklaratif. Menurut Dikdik B. Arif (2014:92-95) unsur-unsur terbentuknya negara
sebagai berikut:

1) Unsur Konstitutif
Unsur konstitutif adalah unsur pembentuk yang harus dipenuhi agar terbentuk negara.
Unsur ini terdiri atas rakyat, wilayah dan pemerintah yang berdaulat. Pertama, rakyat yaitu
orang-orang yang bertempat tinggal di dalam wilayah suatu negara, tunduk pada kekuasaan
negara dan mendukung negara yang bersangkutan.
Kedua, wilayah yaitu daerah yang menjadi kekuasaan negara serta menjadi tempat
tinggal bagi rakyat negara. Wilayah juga menjadi sumber kehidupan rakyat negara. Wilayah
negara mencakup darat, laut, dan udara Wilayah merupakan salah satu unsur penting dalam
negara. Dalam wilayah itulah dibangun organisasi dan lembaga untuk memudahkan
pemerintah menyelenggarakan pemerintahan sebagai upaya untuk mempertahankan
kedaulatan dan meneruskan kehidupan negara serta mensejahterakan rakyat.
Ketiga, pemerintah yang berdaulat, yaitu penyelenggara negara yang memiliki
kekuasaan menyelenggarakan pemerintahan di negara tersebut. Pemerintah memegang
peranan penting dalam kehidupan negara. Pemerin- tah sebagai penentu kebijakan maupun
sebagai pelaksana dalam arti mengkoordinasikan kegiatan pertahanan negara.
2) Unsur Deklaratif
Unsur deklaratif adalah unsur yang sifatnya menyatakan, bukan mutlak harus dipenuhi.
Unsur ini terdiri atas tujuan negara, adanya konstitusi, dan pengakuan dari negara lain.
Pertama, tujuan negara meru- pakan unsur deklaratif pertama yang menentukan arah
penyelenggaraan negara.
Kedua, undang-undang dasar atau konstitusi negara merupakan perangkat peraturan
yang menentukan kekuasaan dan tanggung jawab dari berbagai alat kenegaraan. Disamping
itu, undang-undang dasar juga menentukan batas-batas berbagai pusat kekuasaan itu dan
memaparkan hubungan-hubungan diantara mereka (Budiardjo, 2008: 169).
Ketiga, pengakuan dari negara lain dimaksudkan perbuatan bebas oleh satu negara atau
lebih negara untuk mengakui keberadaan suatu wila- yah yang dihuni oleh masyarakat yang
secara politis terorganisasi.
Pengakuan ada 2 (dua) jenis, yakni pengakuan secara de facto dan de jure. Pengakuan de
facto merupakan pengakuan atas fakta adanya suatu negara. Pengakuan secara de facto bisa
dibedakan menjadi 2 (dua), yakni: pengakuan de facto bersifat sementara dan pengakuan
de facto bersifat tetap.
Pengakuan de facto bersifat sementara artinya pengakuan yang diberi suatu negara tanpa
melihat bertahan atau tidaknya negara tersebut di masa depan. Apabila negara baru tersebut
kemudian jatuh dan hancur, maka negara tersebut akan menarik kembali pengakuannya.
Pengakuan de jure merupakan pengakuan akan sahnya suatu negara berdasar pertimbangan
yuridis menurut hukum. Dengan mendapatkan pengakuan secara de jure, suatu negara
mendapatkan hak-haknya di sam- ping kewajibannya sebagai anggota keluarga bangsa
sedunia.

2.2 Sifat dan Tujuan dari Terbentuknya Suatu Negara


Negara memiliki sifat-sifat khusus sebagai manifestasi dari kedaulatan yang
dimilikinya dan yang hanya terdapat pada negara saja, tidak terdapat pada asosiasi atau
organisasi lainnya. Secara umum, setiap negara memiliki sifat memaksa, memonopoli, dan sifat
mencakup semua (Budiardjo, 2008: 50).

1) Sifat memaksa
Sifat memaksa artinya bahwa negara mempunyai kekuatan fisik secara legal agar tercapai
ketertiban dalam masyarakat dan mencegah timbulnya anarki. Dengan ditaatinya peraturan
perundang-undangan penertiban dalam kehidupan bermasyarakat dapat tercapai serta dapat
mencegah timbulnya anarki. Organisasi dan asosiasi yang lain dari negara juga mempunyai
aturan-aturan yang mengikat, akan tetapi aturan-aturan yang dikelurkan oleh negara lebih
mengikat penduduknya.
2) Sifat memonopoli
Monopoli berasal dari kata "mono" yang artinya satu dan "poli" yang artinya penguasa, jika
sifat monopoli dikaitkan dengan negara adalah suatu hak tunggal yang dilakukan oleh
negara untuk berbuat atau menguasai sesuatu untuk kepentingan dan tujuan bersama.
Negara mempunyai monopoli dalam menetapkan tujuan bersama dalam kehidupan
bermasyarakat. Misalnya, bunyi pasal 33 ayat (2) UUD NRI 1945 menyatakan bahwa
"Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang
banyak dikuasasi oleh negara".
3) Sifat mencakup semua
Sifat mencakup semua berarti semua peraturan perundang- undangan yang berlaku
(misalnya keharusan membayar pajak) adalah untuk semua orang tanpa kecuali. Keadaan
demikian memang perlu, sebab kalau seseorang dibiarkan berada di luar lingkup aktivitas
negara, maka usaha negara kearah tercapainya masyarakat yang dicita-citakan akan gagal,
atau dapat menganggu cita-cita yang telah tercapai.

Mengenai tujuan negara ini, beberapa ahli telah mengemukakan pendapatnya yang
beragam, antara lain:

1) Roger H. Soltau, menyatakan bahwa tujuan negara adalah memungkinkan rakyatnya


berkembang serta menyelenggarakan daya ciptanya sebebas mungkin (Miriam Budiardjo,
2001: 45).
2) Lord Shang, mengemukakan bahwa di dalam setiap negara terdapat subjek yang selalu
berhadapan dan bertentangan, yaitu pemerintah dan rakyat. Yang satu kuat dan lainnya
lemah. Pihak pemerintah harus lebih kuat daripada rakyat. Pemerintah harus selalu
berusaha lebih kuat daripada rakyat agar tidak terjadi kekacauan dan anarki (Solly Lubis,
1990: 44).
3) Niccolo Machiavelli (1429-1527), mengemukakan bahwa pemerintah harus senantiasa
berusaha tetap berada di atas aliran-aliran yang ada dan betapa pun lemahnya pemerintah
harus tetap memperlihatkan bahwa pemerintahlah yang lebih berkuasa. Apabila kondisi
demikian tercapai, maka banyak harapan terciptanya kemakmuran rakyat. Inilah yang
menjadi tujuan utama negara. Kemudian Machiavelli mengemukakan bahwa pemerintah
harus dapat bersikap sebagai singa bagi rakyatnya agar rakyat takut kepada pemerintah dan
kadang-kadang harus bersikap sebagai kancil yang cerdik untuk menguasai rakyatnya. Bila
perlu pemerintah dapat mengadakan kerja sama dengan negara lain asal tidak merugikan
dan demi kesejahteraan rakyat (Solly Lubis, 1990: 46-47)

2.3 Pengertian, Kedudukan, Fungsi dari Konstitusi atau Perundang-undangan


• Pengertian Konstitusi
Konstitusi merupakan hukum dasar suatu negara. Setiap negara pasti memiliki
konstitusi. Karena tanpa adanya konstitusi negara tidak mungkin terbentuk. Sebagai hukum
dasar negara, kostitusi berisi aturan dan ketentuan tentang hal-hal yang mendasar dalam
kehidupan suatu negara.
Istilah konstitusi berasal dari bahasa Prancis (Constituer) yang berarti membentuk.
Pemakaian istilah konstitusi yang dimaksud adalah pemben- tukan suatu negara atau
menyusun dan menyatakan aturan suatu negara (Srijanti et al, 2008). Rukman Amanwinata
(Chaidir, 2007: 21) menjelaskan istilah konstitusi dalam bahasa Indonesia berpadanan
dengan kata "constitution" (bahasa Inggris), "constitutie" (bahasa Belanda), "verfassung"
(bahasa Jerman), "constitutio" (bahasa Latin), "fundamental laws" (Amerika Serikat).
Konstitusi bisa dipersamakan dengan hukum dasar atau undang- undang dasar. Undang-
Undang Dasar ialah hukum dasar yang tertulis. Dalam bahasa Belanda istilah konstitusi di
kenal dengan istilah "ground wet" yang di terjemahkan sebagai undang-undang dasar.
Dalam bahasa Indonesia, "wet" di terjemahkan sebagai undang-undang, dan "ground" yang
berarti tanah.
Istilah konstitusi (constitution) dengan Undang-Undang Dasar (Gronwet), menurut Van
Apeldoorn memang berbeda. Constitution (kons- titusi) membuat yang tertulis maupun
yang tidak tertulis, sedangkan gronwet (Undang-Undang Dasar) merupakan bagian yang
tertulis dari suatu konstitusi. Sedangkan kalau menurut Sri Soemantri konstitusi dengan
Undang-Undang Dasar memiliki arti yang sama. Hal ini sesuai dengan prak tik
ketatanegaraan di sebagian besar negara-negara dunia, termasuk juga Indonesia (Tukiran
Taniredja et al, 2017:50).
• Kedudukan Konstitusi
Konstitusi menempati kedudukan yang sangat penting dalam kehidupan ketatanegaraan
suatu negara karena konstitusi menjadi barometer kehidupan bernegara dan berbangsa yang
sarat dengan bukti sejarah perjuangan para pendahulu. Meskipun konstitusi yang ada di
dunia ini berbeda-beda baik dalam hal tujuan, bentuk dan isinya, tetapi umumnya mereka
mempunyai kedudukan formal yang sama, yaitu sebagai :
1. Konstitusi sebagai hukum dasar, karena ia berisi aturan dan ketentuan tentang hal-hal
yang mendasar dalam kehidupan suatu negara.
2. Konstitusi sebagai hukum tertinggi, artinya bahwa aturan-aturan yang terdapat dalam
konstitusi, secara hierarki mempunyai kedudukan lebih tinggi terhadap aturan-aturan
lainnya, sehingga aturan-aturan yang lain harus sesuai dengan undang-undang dasar.
• Fungsi Konstitusi
Menurut Jimly Asshiddiqie (Winarno, 2008) konstitusi memiliki beberapa fungsi sebagai
berikut:

1. Fungsi penentu atau pembatas kekuasaan negara.


2. Fungsi pengatur hubungan kekuasaan antar organ negara.
3. Fungsi pengatur hubungan kekuasaan antara organ dengan warga negara.
4. Fungsi pemberi atau sumber legitimasi terhadap kekuasaan negara ataupun kegiatan
penyelenggaraan kekuasaan negara.
5. Fungsi penyalur atau pengalih kewenangan dari sumber kekuasaan yang asli (yang
dalam sistem demokrasi adalah rakyat) kepada organ negara.
6. Fungsi simbolik yaitu sebagai sarana pemersatu (symbol of unity).
7. Fungsi simbolik sebagai rujukan identitas dan keagungan kebangsaan (identity of
nation)
8. Fungsi simbolik sebagai pusat upacara (center of ceremony).
9. Fungsi sebagai sarana pengendalian masyarakat (social control), baik dalam arti sempit
yaitu bidang politik dan dalam arti luas mencakup bidang sosial ekonomi.
10. Fungsi sebagai sarana perekayasaan dan pembaruan masyarakat (social engineering
atau social reform) baik dalam arti sempit maupun dalam arti luas.

2.4 Sejarah Konstitusi atau Perundang-undangan


Undang-Undang Dasar memegang peranan yang penting bagi kehidupan suatu negara,
terbukti dari kenyataan sejarah Indonesia sendiri, ketika pemerintah militer Jepang berjanji
akan memberikan kemerdekaan kepada rakyat Indonesia melalui Perdana Menteri Koiso yang
diucapkan pada tanggal 7 September 1944, maka dibentuklah badan yang bernama Dokuritsu
Zyunbi Choosakai atau Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia
(BPUPKI) pada tanggal 29 April 1945 yang diketuai oleh Dr. Radjiman Wedyodiningrat dan
Ketua Muda R.P. Soeroso, yang tugasnya menyusun dasar Indonesia merdeka.

Para anggota BPUPKI yang dilantik pada tanggal 28 Mei 1945 bersidang dalam dua
tahap. Pertama, dari tanggal 29 Mei - 1 Juni 1945 untuk menetapkan dasar negara dan berhasil
merumuskan Pancasila yang didasarkan pada pidato anggota Ir. Soekarno pada tanggal 1 Juni
1945. Kedua, dari tanggal 10-17 Juli 1945 yang berhasil membuat undang-undang dasar. Pada
tanggal 22 Juni 1945 diadakan pertemuan antara gabungan paham kebangsaan dan golongan
agama yang mempersoalkan hubungan antara agama dengan negara. Dalam rapat tersebut
dibentuk panitia sembilan, terdiri dari, Drs. Moh. Hatta, Mr. A. Subardjo, Mr. A. A. Maramis,
Ir. Soekarno, KH. Abdul Kahar Moezakir, KH. Wachid Hasyim, Abikusno Tjokrosujoso, H.
Agus Salim, dan Mr. Moh. Yamin. panitia sembilan berhasil membuat rancangan preambule
(pembukaan) hukum dasar, yang oleh Mr. Moh. Yamin disebut dengan istilah Piagam Jakarta
(Jakarta Charter).

Tabel 1. Konstitusi Indonesia

NO Konstitusi Masa Berlakunya


1 UUD 1945 18 Agustus 1945 – 27 Desember 1949
2 UUD RIS (Republik Indonesia Serikat) 27 Desember 1949 – 17 Agustus 1950
3 UUD 1950 (Undang-undang Dasar 17 Agustus 1950 – 5 Juli 1959
Sementara)
4 UUD 1945 5 Juli 1959 – Sekarang
Khusus untuk periode keempat berlaku
UUD 1945 dengan pembagian berikut:
1. UUD 1945 yang belum diamandemen
2. UUD 1945 yang sudah diamandemen
(tahun 1999, tahun 2000, tahun 2001,
dan tahun 2002)

A. UUD 1945
Perumusan UUD 1945 dimulai dengan kelahiran dasar negara Pancasila pada tanggal
1 Juni 1945 dalam sidang pertama BPUPK. Perumusan UUD yang rill sendiri mulai
dilakukan pada tanggal 10 Juli 1945 dengan dimulainya sidang kedua BPUPK untuk
menyusun konstitusi. UUD 1945 diberlakukan secara resmi sebagai konstitusi negara
Indonesia oleh PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945. Pemberlakuannya sempat dihentikan
selama 9 tahun dengan berlakunya Konstitusi RIS dan UUDS 1950. UUD 1945 kembali
berlaku sebagai konstitusi negara melalui Dekret Presiden yang dikeluarkan oleh Presiden
Soekarno pada tanggal 5 Juli 1959. Setelah memasuki masa reformasi, UUD 1945
mengalami empat kali perubahan (amendemen) dari tahun 1999–2002.
UUD 1945 memiliki otoritas hukum tertinggi dalam sistem pemerintahan negara
Indonesia, sehingga seluruh lembaga negara di Indonesia harus tunduk pada UUD 1945
dan penyelenggaraan negara harus mengikuti ketentuan UUD 1945. Selain itu, setiap
peraturan perundang-undangan di Indonesia tidak boleh bertentangan dengan UUD 1945.
Mahkamah Konstitusi berwenang melakukan pengujian atas undang-undang, sementara
Mahkamah Agung atas peraturan di bawah undang-undang, yang bertentangan dengan
ketentuan UUD 1945.[1]
Wewenang untuk melakukan pengubahan terhadap UUD 1945 dimiliki Majelis
Permusyawaratan Rakyat, seperti yang telah dilakukan oleh lembaga ini sebanyak empat
kali. Ketentuan mengenai perubahan UUD 1945 diatur dalam Pasal 37 UUD 1945.
B. Kedudukan UUD 1945
Dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang sumber hukum dan tata tertib
peraturan perundang-undangan, kedudukan UUD (1945) berada di garis depan peraturan
perundang-undangan yang ada:
a. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
b. Undang-undang/peraturan pemerintah sebagai pengganti undang-undang
c. Keputusan Presiden
d. Peraturan kewilayahan yang terdiri dari:
o Peraturan daerah provinsi
o Peraturan Daerah Kabupaten/Kota
o Peraturan desa atau peraturan yang setingkat
C. Fungsi UUD 1945
UUD 1945 memiliki dua bagian yaitu, pembuka dan batang tubuh. Pada bagian
pembuka, UUD 1945 akan terdiri dari empat alinea dan pada bagian pembuka ini juga
tercantum lima sila atau Pancasila. Sedangkan pada bagian batang tubuh akan berisi pasal-
pasal yang menjadi aturan bagi Bangsa Indonesia.
Hingga kini ada 21 Bab, 73 Pasal, 170 Ayat, 3 Pasal Aturan Peralihan, dan 2 Pasal
Aturan Tambahan. Sebagai hukum dasar, UUD 1945 memiliki sifat mengikat seluruh unsur
negara di Indonesia. Jadi baik pemerintah, lembaga masyakarat, dan semua warga negara
harus patuh pada peraturan yang ada di dalam UUD 1945.

2.5 Amandemen atau Perubahan UUD NRI 1945


Amandemen dalam bahasa Inggris "amandement" artinya perubahan.
Mengamandemen artinya mengubah atau mengadakan perubahan yang mana menjadi hak
parlemen untuk mengubah atau mengusulkan perubahan rancangan undang-undang dasar.
Menurut Taufiqurohman Syahurt, (Winarno, 2007) istilah perubahan konstitusi itu sendiri
mencakup dua pengertian, yaitu amandemen konstitusi (constitutional amandement) dan
pembaruan konstitusi (constitutional reform).

Dalam hal amandemen konstitusi, perubahan yang dilakukan merupakan addendum


atau sisipan dari konstitusi yang asli. Antara bagian perubahan dengan konstitusi aslinya masih
terkait. Nilai-nilai lama dalam konstitusi asli masih tetap ada.

A. Jenis Amandemen UUD 1945

Ada beberapa jenis perubahan (amandemen) yang dilakukan terhadap UUD 1945, diantaranya
adalah:

• Mengubah rumusan yang ada, yaitu melakukan perubahan baik menambahkan atau
mengurangi substansi dari kalimat pasal, ataupun ayat.
Contoh pada Pasal 2 (ayat 1) UUD 1945:
Sebelum diamandemen: “Majelis Permusyawaratan Rakyat terdiri atas anggota-anggota
Dewan Perwakilan Rakyat, ditambah dengan utusan-utusan dari daerah-daerah dan
golongan-golongan, menurut aturan yang ditetapkan dengan undang-undang”.
Sesudah diamandemen: “Majelis Permusyawaratan Rakyat terdiri atas anggota Dewan
Perwakilan Rakyat dan Anggota Dewan Perwakilan Daerah yang dipilih melalui
pemilihan umum dan diatur lebih lanjut dengan undang-undang”.

• Membuat rumusan baru sama sekali, yaitu menambah yang sebelumnya tidak ada.
Contoh pada pasal 7A :
Sebelum diamandemen: tidak ada pasal 7A
Sesudah diamandemen: “Presiden dan/atau Wakil Presiden dapat diajukan oleh Majelis
Permusyawaratan Rakyat atau atas usul Dewan Perwakilan Rakyat, baik apabila terbukti
bahwa telah melakukan pelanggaran hukum berupa pengkhianatan terhadap Negara,
korupsi, penyuapan, tindak pidana berat lainnya, atau perbuatan tercela maupun apabila
terbukti tidak lagi memenuhi syarat sebagai Presiden dan/atau melakukan Wakil
Presiden”.
• Menghapus atau menghilangkan rumusan yang ada.
Contohnya pada BAB IV, yang sebelum diamandemen adalah mengenai Dewan
Pertimbangan Agung, seiring dengan dihapuskannya lebaga tersebut maka setelah UUD
1945 diamandemen, BAB IV dihapus.
• Memindahkan rumusan pasal kedalam rumusan ayat, atau sebaliknya memindahkan
rumusan ayat kedalam rumusan pasal.
Contohnya pada pasal 34 :
Sebelum diamandemen : “Fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh Negara”
Setelah diamandemen:
1) Fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh Negara
2) Negara mengembangkan sistem jaminan ssosial bagi seluruh rakyat dan
memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan martabat
kemanusiaan
3) Negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan
fasilitas pelayanan umum yang layak.
4) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan pasal ini diatur dalam undang-
undang.
UUD 1945 telah mengalami perubahan struktur yang signifikan sejak diamendemen
beberapa kali. Sebelum diamendemen, UUD 1945 terdiri dari pembukaan, batang tubuh, dan
penjelasan. Setelah diamendemen, UUD 1945 saat ini terdiri dari pembukaan dan pasal-pasal.

Secara lebih detail, struktur UUD 1945 saat ini terdiri dari:

Pembukaan: Terdiri dari empat alinea yang menjelaskan tentang hak kemerdekaan dan tujuan
berdirinya negara Indonesia.

Pasal-Pasal: Terdiri dari 21 bab, 73 pasal (194 ayat) aturan utama yang mengatur berbagai
aspek kehidupan negara.

Aturan Peralihan: Terdiri dari 3 pasal yang mengatur hal-hal yang berkaitan dengan peralihan
kekuasaan dan tata cara pelaksanaan amendemen.

Aturan Tambahan: Terdiri dari 2 pasal yang melengkapi tata cara pelaksanaan UUD 1945.

B. Ketatanegaraan RI Sebelum dan Sesudah Perubahan UUD 1945


Sebelum Perubahan UUD 1945
Dikenal MPR RI sebagai lembaga tertinggi Negara, juga sebagai pelaku/pelaksana
kedaulatan rakyat di Negara RI. Seperti tersebut pada Pasal 1 Ayat (2), UUD 1945 (lama)
bahwa kedaulatan adalah ditangan rakyat dan dilakukan sepenuhnya sepenuhnya oleh MPR.
Selain itu masih terdapat kelembagaan Negara yang lain, yang saat itu disebut lembaga
tinggi Negara, diantaranya adalah DPR, Presiden, BPK, DPA, dan MA. Adapun susunan MPR
RI terdiri atas anggota DPR ditambah DPR di tambah utusan daerah dan utusan golongan, yang
anggota DPR dipilih melalui Pemilu, sedang anggota utusan daerah dan utusan golongan
berdasarkan penganggkatan. Tugas dan kewenangan MPR RI menurut Pasal 3 UUD 1945
(lama) adalah menetapkan Undang Undang Dasar dan Garis Besar Haluan Negara (GBHN).
Sesudah Perubahan UUD 1945
Sebagai kelembagaan Negara, MPR RI tidak lagi diberikan sebutan sebagai lembaga
tertinggi Negara dan hanya sebagai lembaga Negara, seperti juga DPR, Presiden, BPK dan
MA. susunan MPR RI telah berubah keanggotaannya, yaitu terdiri dari anggota DPR dan DPD
yang semuanya direkrut melalui Pemilu.
Susunan ketatanegaraan dalam kelembagaan Negara juga mengalami perubahan,
dengan pemisahan kekuasaan, antara lain adanya lembaga Negara yang dihapus maupun lahir
baru, yaitu sebagai Badan Legislatif terdiri dari anggota MPR, DPR, DPD, badan eksekutif
presiden dan wakil presiden, sedang badan yudikatif atas kekuasaan kehakiman yaitu
Mahkamah Konstitusi (MK) sebagai lembaga baru, Mahkamah Agung (MA), dan Komisi
Yudisial (KY) juga lembaga baru. Lembaga Negara yang lama dan dihapus adalah Dewan
Pertimbangan Agung (DPA) dan Badan Pemeriksaan Keuangan (BPK) tetap ada hanya diatur
semua sejajar.

Gambar 1. Struktur Ketatanegaraan sebelum dan sesudah Amandemen


BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 sebagai konstitusi
negara Indonesia memiliki kedudukan sebagai hukum tertinggi dan hukum dasar negara.
Sebagai hukum tertinggi negara, UUD NRI 1945 menduduki posisi paling tinggi dalam jenjang
norma hukum di Indonesia. Sebagai hukum dasar, UUD NRI 1945 merupakan sumber hukum
bagi pembentukan peraturan perundang-undangan di bawahnya. Jenjang norma hukum di
Indonesia terwujud dalam tata urutan peraturan perundang-undangan. Tata urutan ini
menggambarkan hierarki perundangan mulai dari jenjang yang paling tinggi sampai yang
rendah. Dalam sejarah politik hukum di Indonesia, tata urutan peraturan perundang-undangan
ini mengalami beberapa kali perubahan, namun tetap menempatkan UUD NRI 1945 sebagai
hukum tertinggi.

3.2 Saran
Saran untuk amandemen UUD NRI 1945 yang relevan untuk masa sekarang dapat
meliputi beberapa aspek sebagai berikut:

1. Mempertimbangkan reformasi dalam sistem politik, termasuk reformasi pemilihan umum,


pembatasan kekuasaan politik, pengurangan ambang batas parlemen, atau penghapusan
klausul-klausul yang membatasi partisipasi politik yang inklusif.
2. Memperkuat mekanisme anti-korupsi, meningkatkan transparansi, akuntabilitas, dan
independensi lembaga penegak hukum, serta meningkatkan sanksi terhadap pelanggar
hukum yang korup.
3. Memasukkan ketentuan-ketentuan yang lebih kuat tentang perlindungan lingkungan hidup
dan keberlanjutan dalam UUD, termasuk mengakui hak-hak lingkungan, memperkuat
regulasi terhadap eksploitasi sumber daya alam, dan mendorong pembangunan
berkelanjutan.
4. Menetapkan landasan hukum yang lebih kuat untuk pembangunan ekonomi yang inklusif
dan berkelanjutan, termasuk pengakuan hak ekonomi dan sosial dasar, serta kewajiban
negara untuk mencapai pemerataan ekonomi.
DAFTAR PUSTAKA

Dr. Osberth Sinaga, M., Apiek Gandamana, S. M., & Kewarganegaraan, T. D. (2023).
Pendidikan Kewarganegaraan. Medan: CV. Harapan Cerdas.
https://repository.unikom.ac.id/33407/1/%28Pertemuan%20XIII%29%20Amandemen%20Un
dang%20Undang%20Dasar%201945.pdf
https://umsu.ac.id/berita/undang-undang-dasar-uud-1945-pengertiannya/

Anda mungkin juga menyukai