Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENGGUNAAN DISINFECTANT KLORIN

DALAM MENJAGA RESIKO INFEKSI Pseudomonas


aeruginosa DALAM AIR

I. LATAR BELAKANG
PT. Amerta Indah Otsuka memiliki pengolahan air minum yang diperuntukan
untuk produksi Pocari Sweat dengan sistem reverse osmosis (RO). Pemeriksaan air
tersebut meliputi pemeriksaan fisika, kimia dan mikrobiologi. Analisis pengujian air
secara mikrobiologi meliputi pengecekan bakteri, mold dan yeast, coliform, E. coli,
Pseudomonas aeruginosa, Thermal Mold (TM) dan Thermophilic Acidophilic
Bacteria (TAB). Hasil pengecekan Pseudomonas aeruginosa menunjukkan hasil
positif mulai bulan Oktober 2017 hingga Februari 2018. Point pengecekan
Pseudomonas aeruginosa merupakan item analisa baru yang distandartkan oleh
BPOM baru-baru ini. Hal ini dikarenakan Pseudomonas aeruginosa memiliki efek
patogenitas pada manusia.

II. TUJUAN
Untuk mengetahui interaksi efektivitas penggunaan disinfectant klorin dalam
berbagai dosis dan waktu holding dalam merusak struktur biofilm dari bakteri
Pseudomonas aeruginosa diberbagai tipe permukaan benda pada sistem water
treatment proses di PT. Amerta Indah Otsuka.

III. TINJAUAN PUSTAKA

3.1. Biofilm
Biofilm merupakan kumpulan dari sel-sel mikrobial yang melekat secara
ireversibel pada suatu permukaan dan terbungkus dalam matriks Extracellular
Polymeric Subtances (EPS), yang dihasilkannya sendiri serta memperlihatkan adanya
perubahan fenotip seperti perubahan tingkat pertumbuhan dan perubahan transkripsi
gen dari sel plantonik atau sel bebasnya ( Sihorkar dan Vyas , 2001; Beczner , 2001;
Maukonen et al ., 2003). Biofilm sangat bermasalah dalam industri makanan ( Frank
et al ., 2003; Jessen dan Lammert , 2003). Bakteri pembentuk biofilm berbeda dengan
bakteri planktonik ( Sauer et al ., 2002). Keterikatan bakteri ke permukaan
menghasilkan peningkatan ketahanan (hingga 1000 kali lebih tinggi) terhadap zat
antimikrobial ( Stewart et al ., 2000), dan hal ini menjadi tantangan besar bagi industri
makanan untuk menghilangkan bakteri pembentuk biofilm dari proses pengolahan
makanan ( Simoes et al ., 2006).

Bakteri patogen juga mampu membentuk biofilm yang berpotensi


menyebabkan resiko kesehatan ( Armon et al ., 1997). Pseudomonas aeruginosa
adalah bakteri pathogen opportunistik pada manusia yang mampu membentuk biofilm
pada permukaan biotik dan abiotik yang berbeda, misalnya dalam sistem air. Bakteri
pembentuk biofilm jauh lebih sulit untuk dihilangkan dari permukaan daripada bakteri
planktonik atau sel bebasnya. Biocides dan disinfektan merupakan bahan utama yang
digunakan untuk mengendalikan biofilm. Untuk menghilangkan sel biofilm, prosedur
pembersihan harus mampu memecah atau melarutkan matriks EPS dari biofilm
sehingga memberikan akses bagi desinfektan untuk merusak sel biofilm ( Sim ~ et et
al ., 2006). Untuk menghilangkan biofilm dewasa membutuhkan tindakan mekanikal
yang ekstensif, seperti menggosok dan menggunakan bahan sanitasi. Namun,
perawatan harus dilakukan dengan sangat hati-hati karena beberapa sikat dan scraper
mungkin dapat menyebabkan abrasif dan meninggalkan goresan pada permukaan,
sehingga berpotensi membentuk biofilm.

3.2 Mekanisme Pembentukan Biofilm


Pembentukan biofilm dimulai dari beberapa bakteri yang hidup bebas (sel
plantonik) melekat pada suatu permukaan, kemudian memperbanyak diri dan
membentuk satu lapisan tipis (monolayer) biofilm. Monolayer ini dikenal juga sebagai
linking film yaitu substrat yang menjadi tempat sel bakteri melekat dan membentuk
mikrokoloni. Pada saat ini, pembelahan akan berhenti selama beberapa jam dan pada
masa ini terjadi banyak sekali perubahan pada sel planktonik, yang akan
menghasilkan transisi sel planktonik menjadi sel dengan fenotip biofilm. Sel biofilm
berbeda secara metabolik dan fisiologi dari sel planktoniknya.
Sejalan dengan pertumbuhannya sel biofilm menghasilkan EPS yang akan
melekatkan mereka pada suatu permukaan dan melekatkan satu sama lain untuk
membentuk suatu mikrokoloni. Dalam perkembangannya, sel-sel bakteri dalam
matriks akan mengeluarkan sinyal kimia. Molekul sinyal ini berperan dalam
pembentukan karakteristik biofilm menjadi lebih matang dan sebagai koordinasi
aktivitas biofilm. Aksi dari sinyal ini merupakan suatu proses dari quorum sensing,
yaitu komunikasi antar sel dan kemampuan molekul untuk mencetuskan suatu aksi
bergantung pada konsentrasi sinyal dalam lingkungan. Biofilm yang telah matang atau
dewasa terdiri dari banyak spesies bakteri.

3.3. Pseudomonas aeruginosa


Pseudomonas aeruginosa merupakan bakteri Gram negatif yang dapat
menyebabkan penyakit pada hewan maupun manusia. Bakteri ini dapat ditemukan
pada tanah, air, dan sebagian besar lingkungan manusia di dunia. Pseudomonas
aeruginosa dapat bergerak karena mempunyai flagel monotrika (flagel tunggal yang
terletak pada kutub), berbentuk batang dengan ukuran 0,6 x 2 µm dan bersifat aerobik
obligat yang dapat tumbuh dengan cepat pada berbagai tipe media dan tidak
memfermentasikan laktosa, kadang memproduksi bau manis seperti anggur atau
jagung. Beberapa strain menghemolisis darah (β-hemolisis). Pseudomonas
aeruginosa membentuk koloni bulat, halus dengan warna fluoresen kehijauan tetapi
juga sering memproduksi pigmen kebiruan dan sampai tidak menghasilkan fluoresen
atau yang disebut piosianin. Pseudomonas aeruginosa dapat tumbuh baik pada suhu
37-42 0C, pertumbuhan pada suhu 42 0C membantu membedakannya dari spesies
Pseudomonas pada kelompok yang berfluoresent, bersifat oksidase positif. Tidak
memfermentasikan karbohidrat, tetapi berbagai strain mengoksidasi (Jawetz et al
2001).

IV. METODE

4.1 Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang digunakan dalam eksperimental antara lain petri plastik,
beker glass, labu ukur, indukan klorin, media cetrimide agar (media selektif untuk
Pseudomonas sp.), city water, plat stainless steel, pipa pvc, karet, dan batu untuk
mewakili tipe-tipe permukaan yang ada dalam sistem water treatment yang ada pada
PT. Amerta Indah Otsuka.

4.2 Rancangan Penelitian


Penelitian ini bersifat eksperimental dengan menggunakan rancangan faktorial 4
x 4 x 3. Faktor pertama adalah objek penelitian dengan tipe permukaan berbeda yang
terdiri dari 5 item yaitu batu, karet, stainless steel dan pipa pvc. Faktor kedua adalah
variasi dosis dari klorin yang terdiri dari 100, 2, 0.4 dan 0.004 ppm. Faktor ketiga
adalah waktu holding untuk sanitasi yang terdiri dari 12, 6 dan 1 jam.
4.3 Prosedur Penelitian
4.3.1 Kultur Biakan
Kultur atau biakan diperoleh dari isolat yang berasal dari water treatment proses
PT. Amerta Indah Otsuka. Kultur yang berasal dari sample isolat water treatment
proses PT. Amerta Indah Otsuka kemudian diisolasikan ke dalam media perbiakan
Centrimide Agar. Setelah proses isolasi sample biakan tersebut diinkubasi pada
inkubator memert pada suhu 32 ± 20C selama 24-48 jam.

4.3.2 Pembuatan Struktur Biofilm


Pada penelitian ini menggunakan beberapa bahan yang memiliki struktur
pemukaan yang berbeda yaitu stainless steel, pipa pvc, karet dan beton. Keempat
bahan tersebut kita kumpulkan pada suatu tempat yang telah diisi air city water yang
berasal dari water treatment proses PT. Amerta Indah Otsuka setelah itu wadah
tersebut diinjeksi dengan kultur bakteri Pseudomonas s.p. yang telah diisolasi. Setelah
proses injeksi biakan atau kultur bakteri tersebut wadah tersebut dishaker selama 24
jam untuk meratakan pembentukan struktur biofilm dari keempat sample tersebut.

4.3.3 Proses Sanitasi


Struktur formasi biofilm yang telah terbentuk pada keempat bahan yang
memiliki tipe permukaan yang berbeda. Proses sanitasi pada keempat bahan tersebut
menggunakan disinfectant klorin. Metode proses sanitasi dilakukan dengan cara yaitu
merendam keempat bahan tersebut pada beker glass dengan menggunakan klorin yang
memiliki kosentrasi berbeda-beda kemudian dishaker dengan waktu holding yang
berbeda-beda.

4.3.4 Prosedur Pengumpulan Data


Berbagai macam bahan yang telah direndam pada kosentrasi klorin dan waktu
holding yang berbeda-beda. Kemudian dari bahan–bahan tersebut diswab dan
ditumbuhkan pada media selektif centrimide agar (media selektif bakteri
Pseudomonas sp.) dengan metode TPC. Setelah proses penumbuhan dan inkubasi
koloni yang tumbuh dihitung dengan metode direct count.

4.4 Analisis Data


Data yang didapat dari metode perhitungan direct count dianalisis secara
statistik menggunakan perangkat statistik (program SPSS). Pertama data yang didapat
dari hasil direct count diuji normalitas dan homogenitas nya menggunakan uji
Kolmogorov-smirnov untuk mengetahui apakah suatu data berdistribusi normal.
Setelah data diketahui normal, kemudian dilanjutkan menggunakan uji univariat
dengan derajat signifikansi 5% untuk mengetahui apakah interaksi antara objek
pengujian, dosis dan waktu holding saling berpengaruh dalam menghambat atau
merusak struktuk biofilm yang telah terbentuk.

V. HASIL

5.1 Hasil Pengamatan


Pengaruh dosis, waktu holding dan tipe permukaan objek pengujian yang
berbeda terhadap daya rusak struktur biofilm yang telah terbentuk pada objek
pengujian dapat diketahui dengan cara melihat hasil dari penghitungan dengan metode
direct count yang didapat.

5.1.1 Efektifitas Klorin


Data yang didapat dari metode penghitungan direct count adalah, pada dosis
100 ppm tidak dilakukan uji statistik. Hal ini dikarenakan hasil yang didapat dari
perhitungan menggunakan metode direct count semua hasil negatif hal ini
menunjukkan bahwa pada dosis 100 ppm interaksi pengaruh antara tipe permukaan,
waktu holding dan dosis tidak berbeda nyata. Hasil uji statistik Kolmogorov-smirnov
pada dosis lain yang diuji menunjukkan nilai signifikansi sebesar 0,64 (lampiran 1),
maka kesimpulan yang didapat adalah data tersebut berdistribusi normal. Hal ini
dikarenakan dari uji normalitas nilai signifikansi > α (0,05).
Hasil uji statistik Kolmogorov-smirnov pada dosis lain menunjukkan bahwa
data tersebut berdistribusi normal, maka dapat dilanjutkan menggunakan uji univariat
untuk mengetahui pengaruh interaksi antara variasi dosis, waktu holding dan tipe
permukaan objek pengujian terhadap daya rusak struktur biofilm yang terbentuk.
Hasil uji statistik univariat menunjukkan bahwa nilai signifikansi variasi dosis,
waktu holding dan tipe permukaan objek pengujian terhadap daya rusak struktur
biofilm yaitu sebesar 0,000 (lampiran 2), maka keputusan yang didapat adalah adanya
pengaruh dari variasi dosis, waktu holding dan tipe permukaan objek pengujian
terhadap daya rusak struktur biofilm. Hal ini dikarenakan nilai signifikansi < α (0,05).
Tabel 1. Hasil Pengamatan
Dosis
Objek pengujian Waktu Holding Ulangan
100 ppm 2 ppm 0.4 ppm 0.04 ppm
Batu 1 0 240 230 350
12 Jam 2 0 210 250 340
3 0 250 200 350
Rerata 0 233,3333 226,6667 346,6667
Karet 1 0 110 220 350
12 Jam 2 0 130 200 320
3 0 150 240 250
Rerata 0 130 220 306,6667
Stailess 1 0 100 240 350
12 Jam 2 0 150 210 320
3 0 120 200 340
Rerata 0 123,3333 216,6667 336,6667
PVC 1 0 290 300 340
12 Jam 2 0 350 310 350
3 0 350 320 350
Rerata 0 330 310 346,6667
Batu 1 0 40 220 300
6 Jam 2 0 50 300 350
3 0 40 350 350
Rerata 0 43,33333 290 333,3333
Karet 1 0 30 200 300
6 Jam 2 0 20 250 350
3 0 80 300 350
Rerata 0 43,33333 250 333,3333
Stainless 1 0 0 130 200
6 Jam 2 0 50 200 230
3 0 0 190 190
Rerata 0 16,66667 173,3333 206,6667
PVC 1 0 90 250 290
6 Jam 2 0 130 300 320
3 0 100 280 350
Rerata 0 106,6667 276,6667 320
Batu 1 0 40 180 230
1 Jam 2 0 50 200 280
3 0 90 170 320
Rerata 0 60 183,3333 276,6667
Karet 1 0 0 150 220
1 Jam 2 0 20 200 260
3 0 0 180 300
Rerata 0 6,666667 176,6667 260
Stainless 1 0 0 0 20
1 Jam 2 0 0 30 30
3 0 0 20 60
Rerata 0 0 16,66667 36,66667
PVC 1 Jam 1 0 20 300 350
2 0 80 350 350
3 0 70 350 300
Rerata 0 56,66667 333,3333 333,3333
VI. KESIMPULAN

Kesimpulan yang didapat dari penelitian ini adalah adanya pengaruh interaksi
antara variasi dosis, waktu dan tipe permukaan objek pengujian. Hasil yang didapat
untuk hasil terbaik dalam sanitasi untuk merusak struktur biofilm terdapat pada dosis
100 ppm pada semua waktu holding dan semua tipe permukaan objek pengujian.
Untuk dosis klorin terbaik kedua adalah 2 ppm dan dosis terbaik ketiga yaitu seperti
yang telah dilakukan pada sistem water treatment proses PT. Amerta Indah Otsuka
sebesar 0.4 ppm.
Dengan dosis yang telah ditetapkan oleh pihak PT. Amerta Indah Otsuka yaitu
sebesar 0.4 ppm sangat baik dalam sanitasi untuk merusak struktur biofilm pada
permukaan yang paling baik yaitu stainless steel yang kedua adalah karet yang ketiga
adalah pvc dengan waktu holding sanitasi selama 1 jam dan yang paling buruk adalah
pada tipe permukaan batu. Hal ini dikarenakan pori-pori permukaan tersebut lebar dan
banyak sehingga upaya sanitasi tidak maksimal dan diperlukan kegiatan hard cleaning
untuk merusak matriks Extracellular Polymeric Subtances (EPS) yang digunakan
sebagai pelindung dari struktur biofilm.
VII. LAMPIRAN

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Mortalitas

N 108
Mean 203,89
Normal Parametersa,b
Std. Deviation 122,542
Absolute ,126
Most Extreme Differences Positive ,117
Negative -,126
Kolmogorov-Smirnov Z 1,311
Asymp. Sig. (2-tailed) ,064

a. Test distribution is Normal.


b. Calculated from data.

Lampiran 1. Hasil Uji Kolmogorov-smirnov test

Tests of Between-Subjects Effects


Dependent Variable: Mortalitas

Source Type III Sum of df Mean Square F Sig. Partial Eta


Squares Squared
a
Corrected Model 1552566,667 35 44359,048 58,927 ,000 ,966
Intercept 4489633,333 1 4489633,333 5964,089 ,000 ,988
Objek 304603,704 3 101534,568 134,880 ,000 ,849
Waktu 267266,667 2 133633,333 177,520 ,000 ,831
Dosis 703338,889 2 351669,444 467,162 ,000 ,928
Objek * Waktu 67807,407 6 11301,235 15,013 ,000 ,556
Objek * Dosis 41512,963 6 6918,827 9,191 ,000 ,434
Waktu * Dosis 71944,444 4 17986,111 23,893 ,000 ,570
Objek * Waktu * Dosis 96092,593 12 8007,716 10,638 ,000 ,639
Error 54200,000 72 752,778
Total 6096400,000 108
Corrected Total 1606766,667 107

a. R Squared = ,966 (Adjusted R Squared = ,950)

Lampiran 2. Hasil Uji Univariat tes

Anda mungkin juga menyukai