Anda di halaman 1dari 5

KECANDUAN PORNOGRAFI DI KALANGAN REMAJA

(Sebuah Studi Kasus Terhadap Kalangan Remaja)

Nanda Nabila Ardiansyah Putri


Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang
Email : nandanabila088@gmail.com

Pornografi
Definisi pornografi oleh Bungin (2006) adalah gambar-gambar perilaku pencabulan yang
lebih banyak menonjolkan tubuh dan alat kelamin manusia. Sifatnya yang seronoh, jorok, vulgar,
membuat orang yang melihatnya terangsang secara seksual. Pornografi sendiri dapat diperoleh
dalam bentuk foto, poster, leaflet, gambar video, film dan gambar VCD, termasuk pula dalam
bentuk alat visual lainnya yang memuat gambar atau kegiatan pencabulan.
Fagan (2009) pornografi adalah kesalahan representasi visual tentang seksualitas, distorsi
dari konsep hubungan seksual individu sebagai sasaran, di mana ditampilkan melalui sikap
terhadap perilaku seksual maupun perilaku seksual itu sendiri. McManus (dalam Owens, Behun,
Manning & Reid, 2012) mendefinisikan pornografi sebagai segala bentuk materi yang didominasi
oleh perilaku seksual secara eksplisit dan bertujuan utama untuk membangkitkan gairah seksual.
Reid dkk. (dalam Owens, Behun, Manning & Reid, 2012) mendefinisikan pornografi sebagai
material yang menciptakan atau membangkitkan perasaan dan pikiran seksual dan berisikan
gambaran atau penjelasan perilaku seksual secara nyata yang melibatkan organ genital.

Berdasarkan dari beberapa kutipan dari para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa
pornografi adalah seluruh kegiatan mengakses, melihat, menonton gambar, tulisan, video,
perilaku seksual yang lebih banyak menonjolkan tubuh dan alat kelamin manusia, yang sifatnya
yang seronoh, jorok, vulgar, membuat orang yang melihatnya terangsang secara seksual, serta
dapat menyebabkan kecanduan pornografi.

Kecanduan Pornografi
Kecanduan pornografi merupakan salah satu bentuk dari adiksi seksual (Orzack & Ross,
2000). Cooper (1999) mendefinisikan kecanduan situs porno sebagai ukuran dari jumlah kegiatan
dalam mengunjungi atau lamanya mengakses situs porno karena adanya suatu keinginan kuat
secara berkali kali untuk mengetahui serta mencari hiburan dalam jaringan internet yang
menyediakan dan menyajikan gambar-gambar yang memuat adegan erotik baik yang pasif
maupun bergerak dan bersifat porno.
Williams dan Kraft (2012) menyatakan bahwa adiksi atau kecanduan mengacu kepada
pemenuhan kebutuhan yang bersifat kompulsif pada individu, meliputi kebutuhan akan substansi
tertentu atau melakukan perilaku bermasalah meskipun individu tersebut telah sadar akan
konsekuensi dari adiksinya.
Sukiman (2017) menyatakan bahwa kecanduan pornografi adalah perilaku berulang
untuk melihat hal-hal yang merangsang nafsu seksual dan kehilangan kontrol diri untuk
menghentikannya, dengan ciri-ciri sebagai berikut:
a. Sering tampak gugup apabila ada yang mengajak berkomunikasi.
b. Malas, enggan belajar, enggan bergaul.
c. Tidak punya gairah beraktivitas.
d. Susah lepas dari smartphone.
e. Senang menyendiri terutama di kamarnya.
f. Melupakan kebiasaan baiknya.
g. Sulit bersosialisasi, baik dengan keluarga maupun dengan teman-temannya.
h. Mudah marah dan mudah tersinggung.
i. Pikiran kacau karena selalu tertarik mencari materi pornografi.
j. Pelupa dan sulit berkonsentrasi
Halgin (2011) mengungkapkan bahwa kecanduan Pornografi mendorong pecandu
terbawa sensasi seperti kegairahan, kesenangan yang membuat mereka bergantung secara
psikologis. Kecanduan pornografi memiliki arti yaitu adiksi atau kecanduan yang di mana
individu tersebut mempunyai keinginan untuk melihat adegan atau gambar yang erotik bersifat
porno yang kuat hingga akhirnya menjadi kebiasaan yang terus terjadi secara berulang-ulang,
dan memiliki tujuan yaitu untuk memenuhi kepuasan diri dengan melihat suatu yang
menggairahkan, yang berakhir dengan menyebabkan ketergantungan pornografi secara
psikologis dan kehilangan kontrol diri untuk menghentikan kecanduan tersebut.
Aspek-aspek Kecanduan Pornografi
Aspek-aspek kecanduan menonton film porno menurut Cooper (dalam Rahmawati, 2002)
dapat diuraikan sebagai berikut :
a. Action, Tingkat dari aktivitas seseorang yang langsung seperti melihat secara
langsung
b. Reflection, adanya keterlibatan kognitif yang memungkinkan adanya realitas
obsesif, seperti memikirkan tentang menonton film porno yang sebelumnya dan
merencanakan selanjutnya kesulitan dalam berkonsen
c. Axcitement , tingkat yang merupakan adanya kepuasan (gairah) dan perilaku yang
dialami.
d. Arousal, pengalaman rasa senang senang yang diiringi gairah.

Faktor Penyebab Kecanduan Pornografi


Menurut Greenfield (2004) bahwa film porno berpengaruh di dalam remaja ataupun
Masyarakat yang tidak dapat ditentukan batasannya, karena sangat sulit dalam membuat garis-
garis tegasnya, namun pengaruh film porno atau pornografi dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti
berikut :
a. Diri sendiri, seseorang dapat secara aktif mengonsumsi media pornografi atas
dorongan pada diri sendiri dengan alasan karena ia ingin mengetahui atau penasaran
b. Kecanggihan teknologi, kecanggihan teknologi ini memicu seseorang dengan mudah
untuk mencari atau mengakses media pornografi
c. Teman sebaya, remaja yang aktif dengan media pornografi ini biasanya dipengaruhi
oleh teman sebayanya yang aktif juga mencari data porno dan secara umum setelah
menemukan data porno tersebut kemudian umumnya akan ditonton atau dilihat
dengan orang lain (teman)
d. Keluarga, kurangnya pengawasan dari keluarga dan minimnya hubungan komunikasi
terutama dalam hal pendidikan seksualitas dan pengalaman-pengalaman seksual yang
diberikan oleh keluarga. 5. Kurangnya sarana dan prasarana dan wadah- wadah yang
menampung bakat dari remaja itu sendiri

Dampak Kecanduan Pornografi


Konsumsi konten pornografi dapat berpengaruh terhadap perilaku seks seseorang, salah
satunya adalah perilaku masturbasi dan hubungan seksual pranikah (Imawati & Sari, 2018),
sedangkan menurut Abdul Kadir (2020), melihat pornografi dapat berpotensi membuat seseorang
untuk memiliki fantasi seksual berulang di mana mereka melakukan masturbasi. Kemudian
mereka mungkin tergoda untuk bertindak keluar untuk mewujudkan fantasi seksual mereka lebih
jauh. Abdul Kadir (2020) juga menambahkan bahwa ada beberapa dampak negatif yang terjadi
jika kecanduan pornografi bagi kehidupan sosial remaja:
a. Tertutup, minder dan tidak percaya diri Hal ini merupakan dampak yang paling tampak
bagi kebanyakan pelaku pecandu porno. Seperti yang sudah dipaparkan pada ciri-ciri
pecandu porno, dikatakan bahwa pelaku cenderung hanya bermain dengan kelompok
tertentu, menutup diri secara emosional, malu dalam kondisi yang tidak tepat, dan sering
menghindari kontak mata.
b. Membentuk nilai, sikap, dan perilaku yang negatif Remaja yang sudah terbiasa melihat
berbagai adegan seksual dapat mengganggu pikirannya. Hal ini dapat dilihat dari cara
mereka memandang wanita, kejahatan seksual, pelecehan seksual, dll. Orang yang
kecanduan pornografi biasanya akan menjadi pribadi yang merendahkan wanita secara
seksual, memandang seks sebagai hal yang lumrah, dll. Tak jarang pelaku pecandu
pornografi akan melakukan tindakan kriminal dan pelecehan terhadap orang lain. Bahkan
jika seseorang yang terlihat hidupnya normal dan baik-baik saja, semua kebutuhannya
terpenuhi bisa menjadi pelaku kriminal akibat keseringan menonton film porno.
c. Menyebabkan kesulitan konsentrasi belajar dan terganggu jati dirinya Pornografi dapat
menyebabkan pelakunya kesulitan untuk berkonsentrasi dalam belajar dan juga
beraktivitas, dan setiap harinya diliputi kegelisahan. Pornografi yang ditonton oleh
kalangan remaja cenderung mengendap di otak dan memiliki kesan yang mendalam.
Karena pornografi merupakan suatu hal yang baru dan menarik untuk dilihat oleh remaja.
Hal tersebut membuat remaja menjadi sulit untuk berkonsentrasi, tidak fokus, malas untuk
belajar, dan tidak memiliki semangat untuk melakukan aktivitas sehari-hari
Dampak lain yang disebabkan oleh kecanduan pornografi menurut Donald L Hiton Jr.
MD. Ahli bedah syaraf dari Rumah sakit san antonio, Amerika Serikat (dalam Abdul Kadir,
2020) adalah :
a. Orang yang sudah kecanduan tidak bisa lagi mengontrol perilakunya, berkurangnya
rasa tanggung jawab, bahkan akan mengalami gangguan memori. Kondisi tersebut
terjadi melalui beberapa tahap yakni kecanduan yang ditandai dengan tindakan
impulsif, ekskalasi, kecanduan desenitifisasi dan akhirnya penurunan perilaku.
b. Ketidakmampuan mengontrol batasan perilaku tersebut menimbulkan kecenderungan
lebih besar untuk depresi.
c. Saat dewasa anak-anak yang biasa menyaksikan pornografi hanya memandang wanita
sebagai objek seksual saja.
d. Bila kondisi sosialnya kurang harmonis bisa melakukan kekerasan seksual dan
phodophilia.

Selain itu, menurut Abdul Kadir (2020) menyatakan bahwa efek atau dampak dari
kecanduan menonton pornografi adalah sebagai berikut :
a. Mendorong Anak Untuk Meniru Melakukan Tindakan Seksual
Kemampuan anak menyaring informasi sangatlah rendah, dengan melihat konten
pornografi, maka mereka terdorong untuk meniru melakukan tindakan seksual
terhadap anak lain ataupun siapapun objek yang bisa mereka jangkau. Sesungguhnya
dari proses inilah bermula, sehingga terjadi banyak kasus kekerasan seksual yang
dilakukan anak terhadap anak lain.

b. Membentuk Sikap, Nilai Dan Perilaku Yang Negatif


Mereka akan berkembang menjadi pribadi yang merendahkan wanita secara seksual,
memandang seks bebas sebagai perilaku normal dan alami, permisit terhadap
perkosaan, bahkan cenderung menginap berbagai penyimpangan seksual.

c. Menyebabkan Sulit Konsentrasi Hingga Terganggu Jati Dirinya


Kesulitan mereka memahami aktivitas pornografi pada orang dewasa, menimbulkan
tanda tanya besar yang tidak mampu mereka jawab dan aktualisasikan, sehingga yang
terjadi adalah mengendapnya kesan mendalam di bawah otak sadar yang bisa
membuat mereka sulit konsentrasi, tidak fokus, mogok belajar, tidak bergairah
melakukan aktivitas yang semestinya, hingga mengalami shock dan disorientasi
(kehilangan pandangan) terhadap jati diri mereka sendiri bahwa sebenarnya mereka
masih anak
d. Tertutup, Minder Dan Tidak Percaya Diri
anak pelanggan pornografi yang dikelilingi oleh teman-teman yang terbimbing dan
bebas dari pornografi, akan cenderung merasa minder dan tidak percaya diri. Karena
kebiasaannya ini, anak merasa sebagai pribadi yang aneh dan berbeda dalam arti lebih
rendah, dan sering bertambahnya pengetahuan keagamaannya ia akan merasa paling
berdosa dibanding teman-temannya. Dampak ini akan semakin serius bila anak adalah
pelaku atau korban kekerasan atau penyimpangan seksual.

Daftar Pustaka

Cooper, A.C.R; Scherer, S. C; & BarryL.G. (1999). Sexuality on the Internet: From Sexual
Exploration to Pathological Expression (Online). Professional Psychology:
Researchand Practise. Available: http://www.apa.org/journals/pro/pro 302154.html.

Greenfield, P.M. (2004). Inadvertent Exposuren to Phornograpy on the Internet


Development and Famillies. Los Angeles California: Journal of Apllied Developmental
Psychology, Volume 25, Issue 6, November – December 2004.

Imawati, D., & Sari, M. T. (2018). Studi Kasus Kecanduan Pornografi Pada Remaja. Jurnal
Psikologi, 56-62.

Kadir, A. (2020). DAMPAK PORNOGRAFI TERHADAP PERKEMBANGAN


PERILAKU ANAK. Journal Fascho in Education Conference-Proceedings, 1(1).
Retrieved from
https://journal.stkipm-bogor.ac.id/index.php/Proceedings/article/view/88

Mick, T. M., & Hollander, E. (2006). Impulsive-compulsive sexual behavior. CNS


Spectrums 11: 944-955.

Orzack, M. H., & Ross, C. J. (2000). Should virtual sex be treated like other sex addictions?
Sexual Addiction and Compulsivity 7: 113-125.

Owens, Eric W., Behun., Richard J., Manning., Jill C., Reid., Rory C. (2012). The Impact of
Internet Pornography on Adolescent : A Review of The Research, Sexual Addiction &
Compulsivity, Toronto : Taylor & Francis Group.

Rahmawati, D.V. Hadjam, N.R. Afiatin, T. (2002). Hubungan Antara kecenderungan


Perilaku Mengakses Situs Porno dengan Religiusitas pada Remaja. Jurnal Psikologi no
I vol 3.

Anda mungkin juga menyukai