Anda di halaman 1dari 5

NYMPHOMANIA PADA TERNAK

Untuk Memenuhi Mata Kuliah Kegagalan Reproduksi yang Diampu oleh Drh. Anissa Rahmi,
M.Si

Kelompok 2
Alfian Febriansyah Hermawan A.2211249
Mhd Riski Arnanda A.2110651
Muhammad Herlan Fauzi A.2110263
Muhammad Saman Rizal A.2111675
Natashya Chandra Rachmadhanti A.2110308
Progiba Benar Nusantara L Banic A.2110100
Rafi Rabbani Yusup A.2110451
Vina Anzelita Nugrahani A.2111565

PROGRAM STUDI PETERNAKAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS DJUANDA
BOGOR
2024
I. Pengertian
Nymphomania pada ternak adalah kelainan seksual yang ditandai dengan keinginan
yang sangat tinggi untuk melakukan hubungan seks. Ini adalah sebuah kelainan yang sering
ditemukan pada sapi betina, yang ditandai dengan birahi yang terus-menerus (Distan, 2020)
atau berahi dengan interval yang tidak teratur, serta sering keluar banyak mukus dari vulva
(Julianto, 2014). Gejala nymphomania pada ternak tersebut mempengaruhi kinerja
reproduksi yang tidak normal, seperti siklus berahi pendek, siklus berahi panjang, split
berahi, nymphomania, dan silent heat (berahi tenang) (Jatmiko 2020; Julianto 2014). Pada
ternak ruminansia, nymphomania merupakan bentuk gangguan reproduksi yang tampak
pada sapi betina, yang disebabkan oleh gangguan organ reproduksi seperti adanya
hipofungsi ovarium, corpus luteum persisten, ataupun gangguan endometritis pada uterus

II. Penyebab
Nymphomania pada ternak bisa dipicu oleh sejumlah faktor kompleks, mulai dari
defisiensi nutrisi dalam pakan hingga kondisi kandang yang kurang memadai. Selain itu,
penyebabnya juga bisa melibatkan masalah parasit dalam tubuh, ketidakseimbangan
hormonal, dan kesalahan dalam manajemen reproduksi. Terdapat juga faktor-faktor seperti
predisposisi genetik, pengaruh lingkungan seperti stres panas, dan komposisi diet protein
yang semuanya turut berkontribusi dalam munculnya gangguan reproduksi ini. Kadar
estrogen yang rendah dalam tubuh ternak bisa menyebabkan keadaan anestrus atau bahkan
menimbulkan gejala nymphomania (Physician, 2022; Pramu, et al. 2019).

III. Gejala
Gejala yang biasanya terkait dengan nymphomania mencakup perilaku yang tidak biasa,
seperti keinginan untuk kawin secara berulang tanpa berhasil, serta manifestasi fisik seperti
vulva yang bengkak dan mengalami relaksasi yang berbeda dari kondisi birahi normal.
Selain itu, hewan yang mengalami nymphomania sering menunjukkan perilaku agresif
yang mirip dengan pejantan, membuat interaksi dengan hewan lain menjadi sulit.
Tidak hanya itu, hewan ternak yang terkena nymphomania juga dapat mengalami gangguan
lainnya seperti kegelisahan, sering buang air kecil, penurunan nafsu makan, dan penurunan
produksi susu. Bahkan, organ genital mereka dapat mengalami perubahan seperti
pembengkakan dan relaksasi yang abnormal, serta peningkatan lendir yang keruh
dibandingkan dengan siklus estrus normal.
Dampak dari gejala nymphomania ini tidak hanya terbatas pada kesejahteraan hewan itu
sendiri, tetapi juga dapat berdampak pada produktivitas peternakan secara keseluruhan.
Karena kondisi ini dapat mengganggu siklus reproduksi hewan, hal ini dapat menyebabkan
kesulitan dalam ovulasi, perkawinan yang tidak sesuai waktu, dan akhirnya, gagalnya
proses fertilisasi dan kegagalan bunting (Jatmiko, 2020; Julianto, 2014).

IV. Penanganan
Untuk mengatasi nymphomania pada sapi, diperlukan penanganan yang tepat dan
holistik. Langkah-langkah yang dapat dilakukan meliputi:
1. Sebelum mengatasi kondisi nymphomania pada hewan, langkah pertama yang
perlu dilakukan adalah melakukan pemeriksaan rektal guna mengidentifikasi
kemungkinan penyebab gangguan reproduksi yang dapat memicu perilaku
perkawinan berulang (Adnan, et al. 1986).
2. Untuk mengatasi hipofungsi ovarium pada hewan yang mengalami nymphomania,
teknik pemijatan ovarium melalui rektum merupakan salah satu solusi yang efektif
(Disnakkeswan, n.d).
3. Sinkronisasi siklus estrus pada sapi dapat dicapai melalui penggunaan hormon
luteotropik sintetik, seperti prostaglandin (PGF2α), yang dapat membantu
memperbaiki masalah reproduksi.
4. Perbaikan nutrisi dalam pakan menjadi kunci dalam mengatasi penurunan populasi
sapi dan memastikan pasokan daging nasional tetap terjaga (Azharudin, n.d).
5. Gejala birahi dan ovulasi menunjukkan bahwa ovarium telah kembali berfungsi
normal. Salah satu solusi untuk mengatasi hipofungsi ovarium adalah dengan
melakukan pemijatan ovarium sebagai alternatif penggunaan hormon
(Disnakkeswan, n.d).
6. Memastikan perkawinan dilakukan pada waktu yang tepat merupakan langkah
penting dalam mengurangi risiko terjadinya nymphomania dan perkawinan
berulang pada hewan (Azharudin, n.d).
Referensi
Adnan, A., Ramdja, M. (1986). Fisio-patologi Anatomi Ovarium Sapi dan Aktivitas Hormonnya.
Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor. Media Peternakan 11: 14-36. Dapat
diakses di:https://repository.ipb.ac.id/bitstream/123456789/10358/1/Adnin_Adnan.pdf
Bilal, M. Q., et al. Management of Nymphomania in Cattle. Journal of Animal Health and
Production, vol. 2, no. 2, 2014, pp. 27-32.
Das, B. C., et al. Management of Nymphomania in Bitches. Veterinary World, vol. 5, no. 4, 2012,
pp. 253-256.
Distan, A. (2020). Ganggan Reproduksi. Dinas Pertanian. Dapat diakses di:
https://distan.bulelengkab.go.id/informasi/detail/berita/ganggan-reproduksi-39
Jatmiko, B. S. (2020) GAMBARAN KEJADIAN GANGGUAN REPRODUKSI PADA SAPI DI
KABUPATEN KOTABARU TAHUN 2017-2019. Analisis dan Pengembangan Produksi
Peternakan: Penyidikan Penyakit Hewan Rapat Teknis dan Pertemuan Ilmiah
(RATEKPIL) dan Surveilans Kesehatan Hewan Tahun 2020. Dapat diakses di:
https://repository.pertanian.go.id/server/api/core/bitstreams/9b3111a0-ff9e-4d79-92f8-
2fe15479a302/content
Julianto (Editor). (2014). Gangguan Fungsional Reproduksi Sapi Betina dan Penanggulangannya.
Tabloid Sinartani.com. Dapat diakses di:
https://tabloidsinartani.com/detail/indeks/mimbar-penyuluhan/460-gangguan-fungsional-
reproduksi-sapi-betina-dan-penanggulangannya
Muhammad S. Khan, dan Abdul Ghafar. Nymphomania in Dairy Animals. Journal of Animal
Health and Production, vol. 3, no. 1, 2015, pp. 7-12.
Physician, V. (2022). Nymphomenia/cystic ovary in cattle and buffaloes. YouTube. Dapat diakses
di: https://youtu.be/k7gmuUFPQjE?si=QmlSwmGjI-oqQJnh
Pramu, Sucipto. (2019). Buku Ajar: Reproduksi Ternak Ruminansia. Pusat Pendidikan Pertanian:
KEMENTERIAN PERTANIAN. Dapat diakses di:
https://repository.pertanian.go.id/server/api/core/bitstreams/4eb50961-7840-4b1f-b8c4-
6a3626577082/content

Anda mungkin juga menyukai