Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

PENDETEKSI INFERTILITAS SAPI BETINA (Bos taurus) DENGAN


PENAMBAHAN ASAM SULFAT (H2SO4) DAN METODE
ULTRASONOGRAFI (USG)

Makalah ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Kelompok


Mata Kuliah IPA Terapan

Dosen Pengampu:
Ibu Isnanik Juni Fitriyah, S.Pd., M.Si

Disusun Oleh Kelompok 2:

Dina Fitriani 200351615620


Erisa Alifia Putri 200351615631
Evi Fatma Rokhali 200351615661
Hamidah Nigeria Abaca 200351615659

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
SEPTEMBER 2022

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul
“Pendeteksi Infertilitas Sapi Betina (Bos Taurus) dengan Penambahan Asam
Sulfat (H2SO4) dan Metode Ultrasonografi (USG)” tepat waktu dengan hasil yang
maksimal. Tidak lupa sholawat serta salam senantiasa tercurah limpahkan kepada
junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang telah membimbing kita menuju jalan
yang lurus penuh keberkahan.

Makalah dengan judul “Pendeteksi Infertilitas Sapi Betina (Bos Taurus)


dengan Penambahan Asam Sulfat (H2SO4) dan Metode Ultrasonografi (USG)” ini
dibuat untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah IPA Terapan yang dibimbing
oleh Ibu Isnanik Juni Fitriyah S.Pd., M.Si. dari Program Studi Pendidikan IPA,
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Malang.

Penulis mengucapkan terimakasih kepada Ibu Isnanik Juni Fitriyah S.Pd.,


M.Si. atas bimbingan dan arahannya sehingga makalah ini dapat terselesaikan
dengan baik. Kami juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang
terlibat dalam proses pembuatan makalah ini.

Demikian semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan


pembaca. Kami menyadari bahwa makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari
kata sempurna. Oleh karena itu, kami mohon kritik dan saran untuk kesempurnaan
makalah selanjutnya.

Malang, 03 September 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................i
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................1
1.3 Tujuan........................................................................................................2
BAB II......................................................................................................................3
PEMBAHASAN......................................................................................................3
2.1 Konsep Infertilitas.....................................................................................3
2.2 Peternakan di Indonesia dan Contohnya...................................................3
2.3 Metode USG dan Keunggulannya.............................................................4
2.4 Reaksi kimia Asam Sulfat.........................................................................5
2.5 Urgensi Penggunaan Metode USG (Ultrasonografi) untuk Deteksi
Infertilitas pada Sapi Betina (Bos taurus)............................................................5
2.6 Konsep IPA Terapan Pada Alat Pendeteksi..............................................6
2.7 Keunggulan Deteksi Infertilitas dengan Asam Sulfat (H2SO4) dan
Ultrasonografi (USG)...........................................................................................7
BAB III....................................................................................................................8
PENUTUP................................................................................................................8
3.1 Kesimpulan................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................9

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Infertilitas merupakan penurunan derajat kesuburan pada hewan ternak
yang dinamakan kegagalan reproduksi sementara tetapi jika tidak segera
ditanggulangi akan menjadi permanen atau sulit untuk dinormalkan. Infertilitas
pada sapi dapat disebabkan oleh penurunan kualitas oosit yang disebabkan oleh
disregulasi ovarium. Sapi betina merupakan salah satu hewan ternak yang dapat
mengalami infertilitas (Bromfield et al., 2015).

Salah satu cara untuk mengetahui infertilitas pada sapi adalah


menggunakan metode USG (Ultrasonografi). Metode ini sering digunakan untuk
menguji adanya kehamilan pada manusia maupun hewan. Untuk memenuhi tujuan
ini, dokter hewan harus memeriksa sapi yang belum diamati birahi setelah
inseminasi pada waktu awal untuk mengkonfirmasi tidak adanya kehamilan.
Pemeriksaan secara fisik saluran reproduksi adalah pendekatan yang paling umum
untuk diagnosis kehamilan, dengan penggunaan uji progesteron atau
ultrasonografi (Hanzen et al., 2000).

Selain menggunakan metode USG (Ultrasonografi), infertilitas pada sapi


betina dapat diketahui dengan menggunakan penambahan Asam Sulfat (H2SO4).
Metode deteksi ini telah diterapkan untuk mendeteksi kebuntingan ternak sapi,
karena di dalam urine sapi yang sedang bunting mengandung hormon estrogen
yang dihasilkan oleh plasenta (Fathan, 2019). Dengan adanya makalah ini, penulis
akan memberikan penjelasan terkait dengan pendeteksi infertilitas sapi betina
menggunakan kombinasi antara metode USG (Ultrasonografi) dan penambahan
Asam Sulfat (H2SO4).

1.2 Rumusan Masalah


a. Bagaimana penjelasan awal terkait dengan konsep infertilitas?
b. Bagaimana kondisi peternakan di Indonesia dan apa saja macamnya?
c. Mengapa digunakan metode USG (Ultrasonografi) dan apa saja
kelebihannya?
d. Bagaimana reaksi antara Asam Sulfat (H2SO4) dengan Ammonia ( NH 3)
yang terkandung dalam urine sapi betina?
e. Apa urgensi penggunaan metode USG (Ultrasonografi) untuk deteksi
infertilitas pada sapi betina?
f. Bagaimana konsep IPA Terapan yang terdapat pada alat pendeteksi
tersebut?

1
g. Apa saja keunggulan deteksi Infertilitas dengan Asam Sulfat (H2SO4) dan
Ultrasonografi (USG)

1.3 Tujuan
a. Untuk mengetahui penjelasan terkait dengan konsep infertilitas.
b. Untuk mengetahui kondisi peternakan di Indonesia dan macamnya.
c. Untuk mengetahui alasan digunakannya metode USG (Ultrasonografi) dan
kelebihannya.
d. Untuk mengetahui reaksi antara Asam Sulfat (H2SO4) dengan Ammonia (
NH 3) yang terkandung dalam urine sapi betina.
e. Untuk mengetahui urgensi penggunaan metode USG (Ultrasonografi)
untuk deteksi infertilitas pada sapi betina.
f. Untuk mengetahui konsep IPA Terapan yang terdapat pada alat pendeteksi
tersebut.
g. Untuk mengetahui keunggulan keunggulan deteksi infertilitas dengan
Asam Sulfat (H2SO4) dan Ultrasonografi (USG)

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Konsep Infertilitas


Kebuntingan pada hewan mamalia terjadi di dalam alat reproduksi betina
selama perkembangan embrio dan fetus sampai waktu kelahiran. Perkembangan
pada uterus sendiri dipengaruhi oleh nutrisi dan lingkungan indukan. Jika hewan
tidak mengalami kebuntingan, maka terjadi gangguan pada organ reproduksinya
atau biasa disebut kemandulan. Gangguan reproduksi pada hewan disebabkan
oleh beberapa hal yaitu, adanya gangguan pada metabolisme hewan seperti
ketosis, tidak keluarnya plasenta dalam waktu 30 menit setelah melahirkan bayi,
salah satu penyakit pada hewan ternak yaitu berpindahnya abomasums ke posisi
abnormal dan tingkat kerentanan hewan ternak terhadap infeksi. Penyebab lainnya
yaitu bisa dikarenakan oleh keterlambatan pubertas, ovarium yang kurang aktif,
inflamasi pada uterus, dan ketidakmunculan estrus pada hewan ternak betina
setelah melahirkan.

Kemampuan reproduksi sapi dapat dilihat dari beberapa ukuran, salah


satunya yaitu angka yang menunjukkan jumlah perkawinan yang dapat
menghasilkan suatu kebuntingan atau bisa disebut service per conception (S/C).
(S/C) normal berkisar antara 1,6-2,0 dan jika lebih rendah dari angka tersebut,
maka akan menunjukkan bahwa indukan hewan tersebut tidak subur dan
memungkinkan mengalami kemandulan.

Yang perlu diperhatikan untuk menjaga kebuntingan ternak adalah kondisi


uterus yang optimal dan kemampuan embrio yang berasal dari faktor genetik dan
non-genetik serta interaksinya. Inflamasi adalah peradangan yang menjadi faktor
utama penyebab kegagalan reproduksi pada hewan ternak seperti dari mekanisme
potensi biologisnya dan manajemen reproduksinya.

2.2 Peternakan di Indonesia dan Contohnya


Bahkan di peternakan ruminansia besar, peternak dibagi menjadi peternak
komersial dan tradisional dengan berbagai ukuran peternakan. Peternak komersial
(lebih dari 1.000 hewan/ternak per tahun) terdiri dari feeder dan breeder. Peternak
feedlot memperoleh pakan ternaknya melalui impor, umumnya dalam bentuk
persilangan Brahman jantan/betina, dan karena alasan nilai ekonomi, sebagian
besar peternak komersial ini lebih memilih untuk membeli sapi lokal yang
menggunakan pakan ternak yang lebih terjangkau (Talib et al., 2007).

3
Contoh peternakan di Indonesia adalah peternakan kambing yang
seringkali menghasilkan keuntungan. Kambing merupakan hewan ruminansia
yang kerap dibutuhkan untuk acara-acara penting misalnya aqiqah atau acara lain.
Contoh lain berupa peternakan sapi potong. Sapi potong merupakan salah satu
ternak ruminansia yang mempunyai kontribusi terbesar sebagai penghasil daging,
serta untuk pemenuhan kebutuhan pangan khususnya protein hewani. Berdasarkan
Rencana Strategis Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Tahun 2010-2014
(Ditjen PKH 2011), daging sapi merupakan 1 dari 5 komoditas bahan pangan
yang ditetapkan dalam RPJMN 2010-2014 sebagai komoditas strategis (Susanti et
al., 2017).

2.3 Metode USG dan Keunggulannya

Ultrasonografi adalah alat modern yang digunakan untuk mendeteksi


kebuntingan pada hewan ternak secara dini. Probe adalah alat yang digunakan
untuk mendeteksi perubahan dalam rongga abdomen. Penggunaan USG dapat
dilakukan pada usia kebuntingan antara 20-22 hari dan akan lebih jelas ketika
sudah lebih dari 30 hari.

Metode USG digunakan untuk mengamati aliran darah pada corpus luteum
mengenai ukuran dan tekstur uterus, kemudian progesteron assay untuk
mengamati perubahan pada endometrium dan analisis progresteron pada susu
hewan ternak. Metode USG ini bisa dilakukan dengan dua teknik yaitu teknik
ELISA (enzyme linked-immunosorbent assay) dan teknik RIA (Radio Immuno
Assay). Namun penggunaan teknik ELISA lebih aman karena menggunakan
enzime daripada teknik RIA yang lebih radioaktif.

Terdapat dua tipe daru USG pada hewan yaitu, fenomena Doppler dan
prinsip pulse-echo. Pada Proses pemeriksaan kebuntingan dengan Ultrasonografi
tipe fenomena Doppler adalah dengan mengatur USG pada frekuensi 5.0 MHz.
Kemudian feses dari hewan ternak dilakukan pencarian pada organ reproduksi
sapi (topografi trakus) yang nantinya akan dimasukkan transduser dan glove.
Kemudian diberi gel untuk memudahkan dalam proses pemasukan transuder ke
dalam rektum dan tidak menyebabkan iritasi pada rektum serta untuk
mendapatkan USG yang baik. Setelah dimasukkan, probe akan meancaarkan
gelombang ultrasonik yang kemudian merubah frekuensi gelombang dan
memantul kembali ke probe dan suara yang terdengar akan dikonversikan.
Sedangkan pada tipe pulse-echo getaran ultrasonic yang diberikan oleh transduser
akan memantul kembali ke transduser dan dikonveriskan dalam energi elektrik
yang akan digambarkan pada osciloscope

Pemeriksaan menggunakan metode USG ini dilakukan ketika hewan


ternak sedang berdiri. Di dalam rektum, probe diarahkan ke tanduk uterus dan

4
ovarium, yaitu bagian ventral rektum menyusuri trakus reproduksi. Uterus terlihat
pada bagian ventral rektum, di atas kandung kemih. Yang akan terlihat adalah
kornua uterus yang berbentuk potongan dan melintang ketika transduser
diarahkan ke bagian lateral. Kemudian, akan terlihat vesikel urinaria, cairan
embrionik, dan lumen uterus pada layar USG dalam gambaran gelap. Besar
kecilnya vesikel urinarianya ditentukan dengan banyaknya urine yang tersimpan.
Sedangkan mukosa dan organ digambarkan sebagai suatu permukaan hypoechoic
(abu-abu) yang bergelombang. Untuk yang berwarna hyperechoic (putih)
merupakan gambaran dari tulang dan otot yang padat. Kebuntingan dapat
dinyatakan dari tampilan ultrasonografi yang didokumentasikan dan disimpan
dalam format JPEG. Bagian yang akan dianalisa adalah ukuran dari vesikula
embrionik dan besar kecilnya embrio. Metode USG ini sangat akurat dan hasilnya
dapat langsung dideteksi (Frastantie et al., 2019).

2.4 Reaksi kimia Asam Sulfat

Proses netralisasi antara Amonia dan Asam Sulfat dilakukan dalam saturator
akan menghasilkan reaksi sebagai berikut:

NH 3(g )+ H 2 SO 4 →(NH 4 )2 SO 4 (s) +Q

Reaksi pembentukan Ammonium sulfat termasuk ke dalam jenis reaksi


eksotermis yang ditunjukkan dengan panas reaksi yang timbul dapat
menyebabkan larutan mendidih di dalam saturator. Kemudian uap-uap tersebut
nantinya akan diembunkan dalam sebuah kondensor dan kondensatnya akan
dikembalikan ke saturator. Dari proses ini akan menghasilkan kristal ammonium
sulfat yang kemudian akan dikeluarkan melalu saturator bagian bawah menuju
hopper. Nantinya kristal tersebut akan dilakukan pemisahan dari larutan dengan
menggunakan centrifuge separator yang larutannya akan dikembalikan ke
saturator untuk menjadi larutan induk, sedangkan kristal Ammonium sulfat akan
diteruskan ke belt conveyor dan rotary dryer untuk dikeringkan dengan
mengalirkan udara panas secara searah.

2.5 Urgensi Penggunaan Metode USG (Ultrasonografi) untuk Deteksi


Infertilitas pada Sapi Betina (Bos taurus)
Adapun urgensi atau hal yang sangat penting untuk diketahui dari adanya
penggunaan metode USG (Ultrasonografi) untuk mendeteksi adanya infertilitas
pada sapi betina ini ialah pada cara kerjanya. Ultrasonography (USG) merupakan
alat yang cukup modern, dapat digunakan untuk mendeteksi adanya kebuntingan
pada ternak secara dini. Alat ini menggunakan probe untuk mendeteksi adanya
perubahan di dalam rongga abdomen. Alat ini dapat mendeteksi adanya perubahan
bentuk dan ukuran dari cornua uteri (Hanzen et al., 2000).

5
Dengan digunakannya alat ini, manusia dapat dengan mudah mengetahui
adanya infertilitas pada sapi betina yang mereka miliki. Selain itu, dapat pula
digunakan untuk meminimalisir adanya kesalahan saat akan memprediksi hal
tersebut.

2.6 Konsep IPA Terapan Pada Alat Pendeteksi


Pada proses pendeteksian kemandulan atau fenomena infertilitas pada hewan,
umumnya memiliki konsep IPA didalamnya.

● Konsep Biologi

Infertilitas adalah fenomena biologis hewan yang tidak mengalami


kebuntingan, sehingga terjadi gangguan pada organ reproduksinya atau
biasa disebut kemandulan. pada pelvis dengan perubahan fungsi sel-sel
terkait sistem imun di lingkungan peritoneum. Beberapa pendekatan dari
patomekanisme infertilitas pada endometriosis, ber- dasarkan dampaknya
terhadap sejumlah kondisi patologis, adalah: adanya perlengketan pelvis
dan endometrioma, folikulogenesis yang abnormal dan gangguan fungsi
oosit, perubahan fungsi sperma, kualitas embrio berkurang, dan gangguan
reseptivitas endometrium (Ardianta W et al., 2015).

● Konsep Fisika

Menurut Kepmenkes RI tahun 2008, pada pelayanan radiologi diagnostik


di rumah sakit, USG termasuk dalam jenis pelayanan imaging diagnostic
yaitu pelayanan yang melakukan diagnostik dengan menggunakan radiasi
non pengion (Fatimah et al., 2018) USG dalam dunia kedokteran yang
memanfaatkan gelombang ultrasonik, yaitu gelombang suara yang
memiliki frekuensi yang tinggi (250 kHz – 2000 kHz) yang kemudian
hasilnya ditampilkan dalam layar monitor. Teknik diagnostik pencitraan
disini menggunakan konsep suara ultra yang digunakan untuk mencitrakan
organ internal dan otot, ukuran mereka, struktur, dan luka patologi,
membuat teknik ini berguna untuk memeriksa organ. Sonografi obstetrik
biasa digunakan ketika masa kehamilan.

● Konsep Kimia

Berdasarkan uraian sebelumnya, pendeteksi infertilitas sapi dapat


diketahui dengan memanfaatkan reaksi kimia asam sulfat (H2SO4). Asam
sulfat dapat digunakan untuk mendeteksi kebuntingan. Metode
deteksi ini menurut Satriyo (2001) telah diterapkan untuk mendeteksi
kebuntingan ternak sapi, karena di dalam urine sapi yang sedang
bunting mengandung hormonestrogen yang dihasilkan oleh plasenta.

6
2.7 Keunggulan Deteksi Infertilitas dengan Asam Sulfat (H 2SO4) dan
Ultrasonografi (USG)
Bagi petani mengetahui ternaknya bunting atau tidak merupakan suatu hal
yang penting. Oleh Karena itu diciptakan pendeteksi infertilitas pada sapi betina
menggunakan H2SO4 dan USG. Deteksi infertilitas dengan menggunakan H 2SO4
dilakukan dengan cara mereaksikan urine sapi dengan asam sulfat dengan cara
dibakar. Dari proses ini akan muncul gelembung gas fluorescence, selain itu juga
akan terjadi perubahan warna menjadi pink keunguan. Keunggulannya melalui
deteksi infertilitas model ini memberikan hasil yang cukup akurat dan waktu yang
singkat meskipun beragam. Selain itu metode ini juga sederhana, praktis, dan jelas
(Fathan, 2019)

Penggunaan deteksi infertilitas ini juga dapat dikatakan lebih mudah


daripada metode deteksi infertilitas lainnya. Penerapannya telah memenuhi syarat
dari kondisi ideal dari diagnosis yang diperlukan sehingga deteksi jenis ini cocok
dilakukan ataupun diterapkan. Selain itu penggunaan asam sulfat sebagai
pendeteksi infertilitas ini juga tergolong murah,serta dapat dilakukan oleh siapa
saja tanpa adanya suatu keahlian khusus (Rohmayanti et al., 2018)

7
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Sapi potong merupakan salah satu ternak ruminansia yang mempunyai
kontribusi terbesar sebagai penghasil daging, serta untuk pemenuhan kebutuhan
pangan khususnya protein hewani. Kebuntingan pada hewan mamalia terjadi di
dalam alat reproduksi betina selama perkembangan embrio dan fetus sampai
waktu kelahiran. Proses pendeteksian ini terintergrasi dengan menerapkan Ilmu
Pengetahuan Alam dengan konsep Biologi, Fisika, dan Kimia. Dengan
memanfaatkan metode USG, pengamatan aliran darah pada corpus luteum
mengenai ukuran dan tekstur uterus, kemudian progesteron assay untuk
mengamati perubahan pada endometrium dan analisis progresteron pada susu
hewan ternak. Pendeteksian infetilitas pada sapi ini juga melibatkan reaksi
pembentukan Ammonium sulfat yang termasuk ke dalam jenis reaksi eksotermis
yang ditunjukkan dengan panas reaksi yang timbul dapat menyebabkan larutan
mendidih di dalam saturator. Penggunaan deteksi infertilitas ini juga dapat
dikatakan lebih mudah daripada metode deteksi infertilitas lainnya. Penerapannya
telah memenuhi syarat dari kondisi ideal dari diagnosis yang diperlukan sehingga
deteksi jenis ini cocok dilakukan ataupun diterapkan. Selain itu penggunaan asam
sulfat sebagai pendeteksi infertilitas ini juga tergolong murah,serta dapat
dilakukan oleh siapa saja tanpa adanya suatu keahlian khusus.

3.2 Saran

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih terdapat kekurangan. Oleh


karena itu penulis menyarankan para pembaca untuk mencari referensi lain baik
dari jurnal nasional maupun internasional supaya bisa menambah pengetahuan
mengenai bagaimana mendeteksi infertilitas dari sapi betina. Saran dan kritikan
yang bersifat membangun sangat penulis nantikan, demi kebaikan penulisan
makalah di masa mendatang.

8
DAFTAR PUSTAKA

Ardianta W, M., Hendarto, H., & Widjiati, W. (2015). Kurkumin Menurunkan


Ekspresi Tumor Necrosis Factor (TNF)-α Kompleks Oosit-Kumulus Sapi
pada Kultur dengan Zalir Peritoneum Penderita Infertil Terkait
Endometriosis. Majalah Obstetri & Ginekologi, 23(3), 133.
https://doi.org/10.20473/mog.v23i3.2079

Bromfield, J., Block, J., Eduardo P. Santos, J., & Sheldon, I. M. (2015). Uterine
infection: Linking infection and innate immunity with infertility in the high-
producing dairy cow. American Society of Animal Science, October, 2022–
2033. https://doi.org/10.2527/jas2014-8496

Fathan, S. (2019). Deteksi Dini Kebuntingan Pada Sapi Bali Menggunakan Asam
Sulfat (H2SO4). Jambura Journal of Animal Science, 1(1), 6–12.
https://doi.org/10.35900/jjas.v1i1.2599

Fatimah, S., Maslebu, G., & Trihandaru, S. (2018). Analisis Homogenitas Citra
Ultrasonografi Berbasis Silicone Rubber Phantom dengan GLCM. Jurnal
Fisika, 8(1), 18–27.
https://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/jf/article/view/14359

Frastantie, D., Agil, M., & Tumbelaka, L. I. (2019). Deteksi Kebuntingan Dini
pada Sapi Perah dengan Pemeriksaan Ultrasnography (USG) dan Analisis
Hormon Steroid. Acta VETERINARIA Indonesiana, 7(2), 9–16.
https://doi.org/10.29244/avi.7.2.9-16

Hanzen, C., Pieterse, M., Scenczi, O., & Drost, M. (2000). RELATIVE
ACCURACY OF THE IDENTIFICATION OF OVARIAN STRUCTURES
IN THE COW BY ULTRASONOGRAPHY AND PALPATION PER
RECTUM. The Veterinary Journal, 159(1), 1–11.

Rohmayanti, N. I., Wulandari, A., Rifai, M., & Hastuti, H. (2018). Combination
of Sulfuric Acid (H2SO4) and Aquadest to Detect Goat Pregnancy. Chalaza
Journal of Animal Husbandry, 3(2), 62–66.
https://doi.org/10.31327/chalaza.v3i2.874

Susanti, Y., Priyarsono, D. S., & Mulatsih, S. (2017). PENGEMBANGAN


PETERNAKAN SAPI POTONG UNTUK PENINGKATAN
PEREKONOMIAN PROVINSI JAWA TENGAH: SUATU
PENDEKATAN PERENCANAAN WILAYAH. Jurnal Agribisnis
Indonesia, 2(2), 177.

9
Talib, C., Inounu, I., & Bamualim, A. (2007). Restrukturisasi Peternakan di
Indonesia. Analisis Kebijkan Pertanian, 5(1), 1–14.

10

Anda mungkin juga menyukai