Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

KONSEP DASAR BELAJAR DAN PEMBELAJARAN OVERVIEW


TEORI BELAJAR YANG RELEVAN (BEHAVIORISME)

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Tugas Mata Kuliah


Teori Belajar dan Pembelajaran

OLEH

AHMAD ALBAR
NIM : 2320203886108053
AIDZULLAH
NIM : 2320203886108054
AN’NISA MIRANTI AMRI
NIM : 2320203886108059

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
PAREPARE
2024
KATA PENGANTAR

‫اَّ ْم ِن ْح‬ ٰ
‫اَّ ِي ْمم‬ ِ
‫اّلل ْح‬
ِ ‫ِب ْس ِم‬
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah Swt. karena atas berkat
dan karunia-Nya yang telah dilimpahkan kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini. Makalah yang berjudul “Konsep Dasar Belajar dan
Pembelajaran Overview Teori Belajar yang Relevan (Behaviorisme)” ini tentu
jauh dari kesempurnaan dan masih banyak terdapat kekurangan
dalam penyelesaiannya, untuk itu saran dan masukan dari para pembaca sangatlah
dibutuhkan.
Kami mengucapkan banyak terima kasih, kepada semua pihak yang telah
membantu dalam pembuatan makalah ini, baik secara langsung maupun tidak
langsung.

Kritik dan saran dari pembaca yang budiman serta dosen pengampu mata
kuliah Teori Belajar dan Pembelajaran akan isi maupun bahasanya serta tambahan
isinya sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata kami
mengucapkan banyak terima kasih.

Parepare, 23 Maret 2024

Penyusun

Kelompok 1

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii

DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah............................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 2

C. Tujuan Penulisan .......................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................... 3

A. Pengertian Belajar dan Pembelajaran........................................................... 3

1. Pengertian Belajar .................................................................................... 3

2. Pengertian Pembelajaran dan Komponen Sistem Pembelajaran .............. 6

B. Overview Teori-Teori Belajar yang Relevan (Behaviorisme) ..................... 8

1. Prinsip-Prinsip dasar Behaviorisme ......................................................... 8

2. Konsep Pembelajaran Stimulus-Respon (S-R) ...................................... 10

3. Aplikasi Behaviorisme dalam Pendidikan ............................................. 11

BAB III PENUTUP ............................................................................................. 15

A. Kesimpulan ................................................................................................ 15

B. Implikasi..................................................................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 19

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Dalam kesehariannya, manusia melakukan aktivitas maupun kegiatan.
Kegiatan yang dilakukan dengan sengaja atau tidak sengaja oleh setiap individu,
sehingga terjadi perubahan dari yang tidak tahu menjadi tahu, dari yang tidak bisa
menjadi bisa membaca dan sebagainya disebut belajar.1 Manusia melaksanakan
kegiatan belajar karena belajar merupakan salah satu kebutuhan manusia. Menurut
Langeveld, manusia adalah manusia animal education yang artinya individu yang
bias didik dan mendidik. Dengan kata lain, setiap aktivitas yang dilakukan oleh
manusia tidak akan terlepas dari makna belajar.2
Berbagai macam cara belajar dapat dilakukan oleh setiap orang ada belajar
dengan cara melihat, menemukan dan juga meniru. Karena melalui belajar
seseorang akan mengalami pertumbuhan dan perubahan dalam dirinya baik secara
psikis maupun fisik.3 Secara fisik jika yang dipelajari berkaitan dengan dimensi
motorik. Secara psikis jika yang dipelajari berupa dimensi afeksi. Secara kognitif
jika yang dipelajari berupa pengetahuan baru. Jadi pada hakikatnya belajar pada
ranah kognitif juga akan bersinggungan dengan ranah afektif dan juga dengan
ranah psikomotorik. Ketiga ranah ini saling berhubungan satu sama lainnya. 4
Belajar dan pembelajaran menjadi satu rangkaian kegiatan yang tidak
dapat dipisahkan.5 Komponen dalam pembelajaran merupakan upaya menciptakan
kondisi (lingkungan eksternal) yang konduktif agar terjadi proses belajar (kondisi
internal) pada diri siswa (pebelajar). Pembelajaran akan berhasil guna dan berjalan
secara efektif bila dalam perancangan dan pengembangan bertitik tolak pada
karakteristik pembelajar, mata pelajaran dan pedoman pada kompetensi dasar,

1
Ismail Makki and Aflahah, Konsep Dasar Belajar Dan Pembelajaran, ed. Moh. Afandi
(Pamekasan: Duta Media, 2019), hal. 1.
2
Muhammad Soleh Hapudin, Teori Belajar Dan Pembelajaran (Menciptakan
Pembelajaran Yang Kreatif Dan Efektif), Cet. 1 (Jakarta: Kencana, 2021), hal. 1.
3
Ismail Makki dan Aflahah, Konsep Dasar Belajar Dan Pembelajaran, hal. 1-2.
4
Makki and Aflahah, Konsep Dasar Belajar Dan Pembelajaran, hal. 2.
5
Makki and Aflahah, Konsep Dasar Belajar Dan Pembelajaran, hal. 6.

1
2

tujuan-tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan atau indikator keberhasilan


belajar.6
Belajar akan berhasil jika pebelajar (siswa) secara aktif melakukan sendiri
proses belajar melalui berinteraksi dengan berbagai sumber belajar. Sedangkan
individu belajar dan berinteraksi dengan sumber belajar dan lingkungan melalui
pembelajaran.7 Maka dari itu, dalam makalah ini akan dibahas secara detail
tentang konsep dasar belajar dan pembelajaran, termasuk teori- teori belajar yang
relevan yang terdiri dari prinsip-prinsip dasar behaviorisme dan aplikasi
behaviorisme dalam pendidikan, komponen sistem pembelajaran. Makalah ini
juga akan membahas mengenai konsep pembelajarn stimulus-respon (S-R)
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan belajar dan pembelajaran?
2. Apa prinsip-prinsip dasar behaviorisme?
3. Apa konsep pembelajaran stimulus-respon S-R?
4. Bagaimana aplikasi behaviorisme dalam pendidikan?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk memahami definisi belajar dan pembelajaran.
2. Untuk mendeskripsikan prinsip-prinsip dasar behaviorisme.
3. Untuk memahami konsep pembelajaran stimulus-respon S-R.
4. Untuk memahami aplikasi behaviorisme dalam pendidikan.

6
Makki and Aflahah, Konsep Dasar Belajar Dan Pembelajaran, h. 7 .
7
Makki and Aflahah, Konsep Dasar Belajar Dan Pembelajaran, h. 7.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Belajar dan Pembelajaran


1. Pengertian Belajar
Menurut Witherington belajar adalah suatu perubahan di dalam
kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru daripa da reaksi yang
berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian, atau suatu pengertian. Travers
mengatakan bahwa belajar adalah proses menghasilkan penyesuaian tingkah laku.
Belajar merupakan aktivitas menuju kehidupan yang lebih baik secara sistematis. 8
Demikian Hilgard dan Bower menjelaskan bahwa belajar berhubungan
dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu yang
disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam situasi itu, perubahan
tingkah laku tidak dapat dijelaskan atau dasar kecenderungan respons
pembawaan, kematangan, atau keadaan-keadaan sesaat misalnya kelelahan,
pengaruh obat dan sebagainya. Belajar adalah suatu proses perubahan individu
yang berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya ke arah yang baik maupun tidak
baik.9
Dalam perspektif Al-qur’an dikemukakan ayat yang berkenaan tentang
pentingnya belajar dan pembelajaran seperti dalam Qs. An-Nahl/16 : 78. Tentang
potensi pada diri manusia yang harus digunakan dalam kegiatan belajar dan
pembelajaran.
Allah Swt berfirman dalam Qs. An-Nahl/16 : 78.
َ ُ ْ َ ُ ‫ْ َ ْ َ َ َ َ ْح‬ َ َْ ُ َ ُ ُ ُ َ ٰ
‫اّلل ا ْخ ََ َجك ْم م ْ ْۢ ُب ُط ْون اْحم ِهتك ْم َلا َت ْع َل ُم ْو َن َش ْم ًٔـاْۙحو َج َع َل لك ُم ْح‬
‫اّس ْم َع َوالا ْبص َار َوالافـِٕدةۙ ّعلك ْم ةشك َُ ْون‬ ِ ِ ِ
ُ ‫َو‬

Terjemahnya :

Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak


mengetahui sesuatu pun dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran,
penglihatan, dan hati nurani agar kamu bersyukur10.

8
Makki and Aflahah, Konsep Dasar Belajar Dan Pembelajaran, hal. 1.
9
Makki and Aflahah, Konsep Dasar Belajar Dan Pembelajaran, hal. 1.
10
Departemen Agama RI, Al-Qur'an Dan Terjemah (Jakarta: Suara Agung, 2019), h. 413.

3
4

Ayat di atas mengisyaratkan adanya tiga potensi yang terlibat dalam proses
pembelajaran, yaitu; al-sam'u, al-bashar dan fu'ad. Secara leksikal, kata al-sam'u
berarti telinga yang fungsinya menangkap suara, memahami pembicaraan, dan
selainnya.11 Penyebutan al-sam'u dalam Al-qur’an seringkali dihubungkan dengan
penglihatan dan hati, yang menunjukkan adanya saling melengkapi antara
berbagai alat itu dalam kegiatan belajar dan pembelajaran.12
Dalam konteks itu, Dawam Rahardjo menyatakan bahwa pendengaran,
penglihatan dan kalbu (al-fuad) adalah alat untuk memperoleh ilmu dalam
kegiatan belajar, dan dapat dikembangkan dalam kegiatan pengajaran. Ketiga
komponen tersebut merupakan alat potensial yang dimiliki manusia untuk
dipergunakan dalam kegiatan belajar dan pembelajaran.
Oleh karena itu, kaitan antara ketiga komponen tersebut adalah bahwa
pendengaran bertugas memelihara ilmu pengetahuan yang telah ditemukan dari
hasil belajar dan mengajar, penglihatan bertugas mengembangkan ilmu
pengetahuan dan menambahkan hasil penelitian dengan mengadakan pengkajian
terhadapnya. Hati bertugas membersihkan ilmu pengetahuan dari segala sifat yang
buruk. Yang terakhir ini, berkaitan dengan teori belajar dan mengajar dalam aspek
aqidah dan akhlak.
Proses belajar terdiri atas tiga tahapan, yaitu tahap informasi, transformasi
dan evaluasi. Yang dimaksud dengan tahap informasi adalah proses penjelasan,
penguraian atau pengarahan mengenai struktur pengetahuan, keterampilan dan
sikap. Tahap transformasi adalah proses peralihan atau pemindahan struktur tadi
ke dalam diri peserta didik. Proses transformasi dilakukan melalui informasi.13

11
Ahmad Mustafa, Tafsir al-Maraghi, jilid V (Baerut: Daar al-Fikr, tth), h.118
12
Dawam Rahardjo, Ensiklopedi Alquran; Tafsir Sosial Berdasarkan Konsep- Konsep Kunci
(Jakarta: Paramadina, 1996), h. 540
13
Makki and Aflahah, Konsep Dasar Belajar Dan Pembelajaran, hal. 2.
5

Dalam proses belajar pasti ada suatu tujuan yang yang ingin dicapai, ada
beberapa hal yang menjadi tujuan dalam belajar. Klasifikasi hasil belajar menurut
Benyamin Bloom, yaitu:14
a. Ranah kognitif, berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari
enam aspek yang meliputi pengetahuan, pemahaman, aplikasi analisis,
sintesis, dan evaluasi.
b. Ranah afektif, berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek yang
meliputi penerimaan, jawaban, penilaian, organisasi, dan internalisasi.
c. Ranah psikomotorik, berkenaan dengan hasil belajar yang berupa
keterampilan dan kemampuan bertindak, meliputi enam aspek yakni
gerakan refleks, keterampilan gerak dasar, kemampuan perseptual,
ketepatan, keterampilan kompleks, dan gerakan ekspresif dan interpretatif.
Sebagai suatu proses pengaturan, kegiatan belajar mengajar tidak terlepas
dari ciri-ciri tertentu, menurut Edi Suardi kegiatan belajar mengajar sebagai
berikut:15
a. Belajar mengajar memiliki tujuan, yakni untuk membentuk anak didik
dalam suatu perkembangan tertentu.
b. Ada suatu prosedur (jalannya interaksi) yang direncanakan, didesain untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
c. Kegiatan belajar mengajar ditandai dengan satu penggarapan materi yang
khusus.
d. Ditandai dengan aktivitas anak didik. Sebagai konsekuensi, bahwa anak
didik merupakan syarat mutlak bagi kegiatan belajar mengajar. anak
didiklah yang belajar, maka merekalah yang harus belajar.
e. Dalam kegiatan belajar mengajar, guru berperan sebagai pembimbing.
Dalam peranannya sebagai pembimbing, guru harus berusaha
menghidupkan dan mmemberikan motivasi, agar terjadi interaksi yang
kondusif.

14
Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar (Bandung: Sinar Baru Algensindo,
2010), hal. 22-23.
15
Makki and Aflahah, Konsep Dasar Belajar Dan Pembelajaran, hal. 4.
6

f. Ada batas waktu. Batas waktu untuk mencapai tujuan pembelajaran


tertentu dalam sistem berkelas (kelompok anak didik),
g. Evaluasi. Dari seluruh kegiatan di atas, evaluasi menjadi bagian penting
yang tidak bisa diabaikan, setelah guru melaksanakan kegiatan belajar
mengajar.

2. Pengertian Pembelajaran dan Komponen sistem Pembelajaran


Pengertian pembelajaran tidak terlepas dari pengertian belajar, belajar dan
pembelajaran menjadi satu rangkaian kegiatan yang tidak dapat dipisahkan.
Pembelajaran berarti kegiatan belajar yang dilakukan oleh pemelajar dan guru.
Proses belajar menjadi satu sistem dalam pembelajaran. Sistem pembelajaran
terdiri dari beberapa komponen yang saling berinteraksi hingga diperoleh
interaksi yang efektif.16
Sedangkan, pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan
pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran berarti
suatu perubahan perilaku yang relatif tetap dan merupakan hasil praktik yang
diulang-ulang. Pembelajaran memiliki makna bahwa subjek belajar harus
dibelajarkan bukan diajarkan. Subjek belajar yang dimaksud adalah siswa atau
disebut juga pembelajar yang menjadi pusat kegiatan belajar. Siswa sebagai
subjek belajar dituntut untuk aktif mencari, menemukan, menganalisis,
merumuskan, memecahkan masalah, dan menyimpulkan suatu masalah.17
Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur
manusiawi, material fasilitas, pelengkap dan prosedur yang saling mempengaruhi
untuk mencapai tujuan pembelajaran atau dapat disimpulkan hakekat belajar
mengajar adalah proses pengaturan yang dilakukan oleh guru untuk mencapai
tujuan pembelajaran yang telah disusun.18
Dick dan Carey menjelaskan komponen dalam sistem pembelajaran adalah
pemelajar, instruktur (guru), bahan pembelajaran, dan lingkungan pembelajaran.
Dengan kata lain komponen dalam pembelajaran merupakan upaya menciptakan
16
Makki and Aflahah, Konsep Dasar Belajar Dan Pembelajaran, hal. 6.
17
Makki and Aflahah, Konsep Dasar Belajar Dan Pembelajaran, hal. 3.
18
Makki and Aflahah, Konsep Dasar Belajar Dan Pembelajaran, hal. 4.
7

kondisi (lingkungan eksternal) yang konduktif agar terjadi proses belajar (kondisi
internal) pada diri siswa (pebelajar).19
Pembelajaran akan berhasil guna dan berjalan secara efektif bila dalam
perancangan dan pengembangan bertitik tolak pada karakteristik pembelajar, mata
pelajaran dan pedoman pada kompetensi dasar, tujuan-tujuan pembelajaran yang
telah ditetapkan atau indikator keberhasilan belajar. Belajar akan berhasil jika
pebelajar (siswa) secara aktif melakukan sendiri proses belajar melalui
berinteraksi dengan berbagai sumber belajar. Sedangkan pembelajaran itu sendiri
merupakan suatu sistim yang membantu individu belajar dan berinteraksi dengan
sumber belajar dan lingkungan.20
Pendekatan atau sistem pembelajaran menjadi konteks dalam penulisan ini
sebagaimana Dick dan Carey menjelaskan dalam sistem pembelajaran terdapat
juga strategi pembelajaran yang terdiri dari 5 (lima) komponen yaitu: (a) aktivitas
pra-pembelajaran, meliputi pemberian motivasi, gambaran tujuan pembelajaran
dan menginformasikan keterampilan, (b) presentase pembelajaran bagian dari inti,
meliputi tahapan pembelajaran, materi dan contoh, (c) melibatkan partisipasi
siswa dalam pembelajaran, meliputi praktek dan pemberian umpan balik, (d)
melakukan penilaian, meliputi tes awal dan tes akhir, (e) aktivitas lanjutan
meliputi pengulangan dan penyampaian kesimpulan.
Proses belajar dan pembelajaran bukanlah sesuatu yang mudah
dilaksanakan tanpa ada teori-teori yang mendukung untuk menjalankannya.
Terdapat banyak teori belajar yang salah satunya adalah Teori Konstruktivistik.
Para pelaku pembelajaran dan berbagai komponen pendidikan/pembelajaran harus
benar-benar cermat dan selektif terhadap teori belajar yang ada dan tersedia.
Mereka harus benar-benar tepat dalam menerapkan teori yang sesuai dengan
keadaan atau kondisi peserta didik. Jika salah dalam menerapkannya, maka sangat
mungkin banyak pihak yang menjadi korban, apakah itu negara, institusi
pendidikan, atau pelaku pembelajaran (siswa).21

19
Makki and Aflahah, Konsep Dasar Belajar Dan Pembelajaran, hal. 6-7.
20
Makki and Aflahah, Konsep Dasar Belajar Dan Pembelajaran, hal. 7.
21
Makki and Aflahah, Konsep Dasar Belajar Dan Pembelajaran, hal. 9.
8

B. Overview Teori-Teori Belajar yang Relevan (Teori Behaviorisme)


Ada berbagai teori belajar yang relevan yang telah dikembangkan oleh
para ahli dalam psikologi pendidikan. Salah satunya yaitu, Teori Behaviorisme
yang dipelopori oleh tokoh seperti Ivan Pavlov, John B. Watson, dan B.F.
Skinner. Teori ini menekankan bahwa perilaku manusia dapat dipelajari melalui
stimulus dan respons dalam proses belajar. Contohnya adalah operant
conditioning yang diperkenalkan oleh Skinner, di mana perilaku diperkuat untuk
mempengaruhi kemungkinan perilaku tersebut muncul lagi.22
1. Prinsip-Prinsip Dasar Behaviorisme
Behaviorisme adalah salah satu pendekatan dalam psikologi yang
menekankan pentingnya perilaku yang dapat diamati dan diukur. Dalam konteks
pembelajaran, prinsip-prinsip dasar behaviorisme memberikan landasan untuk
merancang strategi pembelajaran yang berfokus pada perubahan perilaku
diantaranya :23
a. Stimulus dan Respons
1) Behaviorisme menekankan hubungan antara stimulus (rangkaian
peristiwa eksternal) dan respons (tindakan yang dihasilkan sebagai
tanggapan terhadap stimulus tersebut).
2) Dalam konteks pembelajaran, guru atau instruktur berperan sebagai
pemberi stimulus, sedangkan responsnya adalah tanggapan atau
perilaku yang diharapkan dari siswa.
b. Penguatan (Reinforcement)
1) Penguatan merupakan konsep kunci dalam behaviorisme yang
menyatakan bahwa perilaku yang diperkuat cenderung diulang.
2) Dalam pembelajaran, penguatan dapat berupa hadiah, pujian, atau
pengakuan atas perilaku yang diinginkan. Hal ini dapat meningkatkan
kemungkinan perilaku tersebut muncul kembali di masa depan.

22
Ertmer, Peggy A., and Timothy J. Newby. "Behaviorism, cognitivism, constructivism:
Comparing critical features from an instructional design perspective." Performance
improvement quarterly 26.2 (2013): 43-71.
23
Michael Domjan. The Principles of Learning and Behavior. Wadsworth Publishing
Company, 2018.
9

c. Pengkondisian Klasik (Classical Conditioning)


1) Pengkondisian klasik adalah proses pembelajaran yang melibatkan
asosiasi antara stimulus yang tidak bersyarat dengan stimulus yang
bersyarat.
2) Dalam konteks pembelajaran, pengkondisian klasik dapat terjadi
ketika siswa secara tidak sadar mengasosiasikan stimulus tertentu
dengan respons yang diharapkan.
d. Pengkondisian Operan (Operant Conditioning)
1) Pengkondisian operan melibatkan hubungan antara perilaku dan
konsekuensi-konsekuensinya.
2) Dalam pembelajaran, pengkondisian operan berfokus pada pemberian
penguatan (positif atau negatif) atau hukuman terhadap perilaku
siswa, yang bertujuan untuk meningkatkan atau mengurangi
kemungkinan perilaku tersebut muncul di masa depan.
e. Modeling (Pemodelan)
1) Pemodelan adalah proses pembelajaran yang melibatkan peniruan
perilaku orang lain yang dianggap sebagai contoh atau model.
2) Dalam konteks pembelajaran, guru dapat menjadi model yang
menunjukkan perilaku yang diinginkan, dan siswa kemudian
menirunya.
f. Generalisasi dan Diskriminasi
1) Generalisasi merujuk pada kemampuan untuk menampilkan perilaku
yang sama dalam berbagai situasi yang berbeda.
2) Diskriminasi merujuk pada kemampuan untuk membedakan antara
situasi yang memerlukan respons yang berbeda.
3) Dalam pembelajaran, siswa diharapkan mampu memperluas
penggunaan konsep atau keterampilan yang dipelajari ke situasi yang
baru, sambil juga memahami situasi yang memerlukan respons yang
berbeda
g. Peran Lingkungan
10

1) Behaviorisme menekankan peran lingkungan eksternal dalam


membentuk perilaku.
2) Dalam pembelajaran, lingkungan belajar yang dirancang dengan baik
dapat memfasilitasi pembentukan dan penguatan perilaku yang
diinginkan.
h. Kepentingan Pengamatan dan Pengukuran
1) Karena behaviorisme menekankan pada perilaku yang dapat diamati
dan diukur, pengamatan dan pengukuran perilaku menjadi penting
dalam proses pembelajaran.
2) Penggunaan tes, observasi, dan penilaian formatif dan sumatif menjadi
alat yang penting dalam mengevaluasi efektivitas pembelajaran.

2. Konsep Pembelajaran Stimulus-Respon (S-R)


Teori behaviorisme yang menekankan adanya hubungan antara
stimulus (S) dengan respons (R) secara umum dapat dikatakan memiliki arti
yang penting bagi siswa untuk meraih keberhasilan belajar. Caranya, guru
banyak memberikan stimulus dalam proses pembelajaran, dan dengan cara ini
siswa akan merespons secara positif apa lagi jika diikuti dengan adanya
reward yang berfungsi sebagai reinforcement (penguatan terhadap respons
yang telah ditunjukkan). Oleh karena teori ini berawal dari adanya percobaan
sang tokoh behavioristik terhadap binatang, maka dalam konteks
pembelajaran ada beberapa prinsip umum yang harus diperhatikan. Beberapa
prinsip tersebut adalah: (1) Teori ini beranggapan bahwa yang dinamakan
belajar adalah perubahan tingkah laku. Seseorang dikatakan telah belajar
sesuatu jika yang bersangkutan dapat menunjukkan perubahan tingkah laku
tertentu. (2) Teori ini beranggapan bahwa yang terpenting dalam belajar
adalah adanya stimulus dan respons, sebab inilah yang dapat diamati.
Sedangkan apa yang terjadi di antaranya dianggap tidak penting karena tidak
dapat diamati. (3) Reinforcement, yakni apa saja yang dapat menguatkan
timbulnya respons, merupakan faktor penting dalam belajar. Respons akan
semakin kuat apabila reinforcement (baik positif maupun negatif) ditambah.
11

Jika yang menjadi titik tekan dalam proses terjadinya belajar pada
diri siswa adalah timbulnya hubungan antara stimulus dengan respons, di
mana hal ini berkaitan dengan tingkah laku apa yang ditunjukkan oleh
siswa, maka penting kiranya untuk memperhatikan hal-hal lainnya di
bawah ini, agar guru dapat mendeteksi atau menyimpulkan bahwa proses
pembelajaran itu telah berhasil. Hal yang dimaksud adalah sebagai berikut:
(1) Guru hendaknya paham tentang jenis stimulus apa yang tepat untuk
diberikan kepada siswa. (2) Guru juga mengerti tentang jenis respons apa
yang akan muncul pada diri siswa. (3) Untuk mengetahui apakah respons
yang ditunjukkan siswa ini benar-benar sesuai dengan apa yang
diharapkan, maka guru harus mampu: (a) Menetapkan bahwa respons itu
dapat diamati (observable). (b) Respons yang ditunjukkan oleh siswa dapat
pula diukur (measurable) (c) Respons yang diperlihatkan siswa hendaknya
dapat dinyatakan secara eksplisit atau jelas kebermaknaannya (eksplisit).
(d) Agar respons itu dapat senantiasa terus terjadi atau setia dalam
ingatan/tingkah laku siswa, maka diperlukan sekali adanya semacam
hadiah (reward).

3. Aplikasi Behaviorisme dalam Pendidikan


Aplikasi teori behaviorisme dalam proses pembelajaran untuk
memaksimalkan tercapainya tujuan pembelajaran (siswa menunjukkan tingkah
laku kompetensi sebagaimana telah dirumuskan), guru perlu menyiapkan dua
hal, sebagai berikut:24
a. Menganalisis Kemampuan Awal dan Karakteristik Siswa.
Siswa sebagai subjek yang akan diharapkan mampu memiliki
sejumlah kompetensi sebagaimana yang telah ditetapkan dalam standar
kompetensi dan kompetensi dasar, perlu kiranya dianalisis kemampuan
awal dan karakteristiknya. Hal ini dilakukan mengingat siswa yang
belajar di sekolah tidak datang tanpa berbekal apapun sama sekali

24
Mohammad Syamsul Anam, dan Wasis D. Dwiyogo. "Teori Belajar Behavioristik dan
Implikasinya dalam Pembelajaran." Universitas Negeri Malang 2 (2019).
12

(mereka sangat mungkin telah memiliki sejumlah pengetahuan. dan


keterampilan yang di dapat di luar proses pembelajaran). Selain itu,
setiap siswa juga memiliki karakteristik sendiri-sendiri dalam hal
mengakses dan atau merespons sejumlah materi dalam pembelajaran.
Ada beberapa manfaat yang dapat diperoleh guru jika
melakasanakan analisis terhadap kemampuan dan karakteristik siswa,
yaitu akan memperoleh gambaran yang lengkap dan terperinci tentang
kemampuan awal para siswa, akan memperoleh gambaran tentang luas
dan jenis pengalaman yang telah dimiliki oleh siswa, akan dapat
mengetahui latar belakang sosio-kultural para siswa, akan dapat
mengetahui tingkat pertumbuhan dan perkembangan siswa, baik
jasmaniah maupun rohaniah, akan dapat mengetahui aspirasi dan
kebutuhan para siswa, dapat mengetahui tingkat penguasaan bahasa
siswa, dapat mengetahui tingkat penguasaan pengetahuan yang telah
diperoleh siswa sebelumnya, dan dapat mengetahui sikap dan nilai yang
menjiwai pribadi para siswa.
b. Merencanakan materi pembelajaran yang akan dibelajarkan.
Idealnya proses pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru benar-
benar sesuai dengan apa yang diharapkan oleh siswa dan juga sesuai
dengan kondisi siswa, sehingga di sini guru tidak akan over-estimate
dan atau under-estimate terhadap siswa. Namun kenyataan. tidak
demikian adanya. Sebagian siswa ada yang sudah tahu dan sebagian
yang lain belum tahu sama sekali tentang materi yang akan dibelajarkan
di dalam kelas. Untuk dapat memberi layanan pembelajaran kepada
semua kelompok siswa yang mendekati idealnya (sesuai dengan
kemampuan awal dan karakteristik masing-masing kelompok) kita
dapat menggunakan dua pendekatan yaitu siswa, (a) menyesuaikan diri
dengan materi yang akan dibelajarkan, yaitu dengan cara guru
melakukan tes dan pengelompokkan (dalam hal ini tes dilakukan
sebelum siswa mengikuti pelajaran), atau (b) materi pembelajaran
disesuaikan dengan keadaan siswa.
13

Materi pembelajaran yang akan dibelajarkan, apakah disesuaikan


dengan keadaan siswa atau siswa menyesuaikan materi, keduanya dapat
didahului dengan mengadakan tes awal atau tes prasyarat (prerequisite
test). Hasil dari prerequisite test ini dapat menghasilkan dua keputusan,
yaitu: siswa dapat dikelompokkan dalam dua kategori, yakni: a) sudah
cukup paham dan mengerti, serta b) belum paham dan mengerti. Jika
keputusan yang diambil siswa dikelompokkan menjadi dua di atas,
maka konsekuensinya: materi, guru dan ruang belajar. harus dipisah.
Hal seperti ini tampaknya sangat susah untuk diterapkan, karena
berimplikasi pada penyediaan perangkat pembelajaran yang lebih
memadai, di samping memerlukan dana (budget) yang lebih besar. Cara
lain yang dapat dilakukan adalah, atas dasar hasil analisis kemampuan
awal siswa dimaksud, guru dapat menganalisis tingkat persentase
penguasaan materi pembelajaran. Hasil yang mungkin diketahui adalah
bahwa pada pokok materi pembelajaran tertentu sebagian besar siswa
sudah banyak yang paham dan mengerti, dan pada sebagian pokok
materi pembalajaran yang lain sebagian besar siswa belum atau tidak
mengerti dan paham.
Rencana strategi pembelajaran yang dapat dilakukan oleh guru
terhadap kondisi materi pembelajaran yang sebagian besar siswa sudah
mengetahuinya, materi ini bisa dilakukan pembelajaran dalam bentuk
ko-kurikuler (siswa diminta untuk menelaah dan membahas di rumah
atau dalam kelompok belajar, lalu diminta melaporkan hasil diskusi
kelompok dimaksud). Sedangkan terhadap sebagian besar pokok materi
pembelajaran yang tidak dan belum diketahui oleh siswa, pada pokok
materi inilah yang akan dibelajarkan secara penuh di dalam kelas.
Sedangkan langkah umum yang dapat dilakukan guru dalam
menerapkan teori behaviorisme dalam proses pembelajaran adalah:
1) Mengidentifikasi tujuan pembelajaran.
2) Melakukan analisis pembelajaran.
14

3) Mengidentifikasi karakteristik dan kemampuan awal


pembelajar.
4) Menentukan indikator-indikator keberhasilan belajar.
5) Mengembangkan bahan ajar (pokok bahasan, topik, dll).
6) Mengembangkan strategi pembelajaran (kegiatan, metode,
media dan waktu).
7) Mengamati stimulus yang mungkin dapat diberikan (latihan,
tugas, tes dan sejenisnya).
8) Mengamati dan menganalisis respons pembelajar.
9) Memberikan penguatan (reinforcement) baik positif maupun
negatif serta,
10) Merevisi kegiatan pembelajaran.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1) Belajar adalah proses perubahan dalam kepribadian yang melahirkan pola


baru dari reaksi seperti kecakapan, sikap, kebiasaan, dan pengertian.
Proses belajar melibatkan interaksi individu dengan lingkungannya dan
melibatkan tiga tahapan: informasi, transformasi, dan evaluasi.
Pembelajaran adalah perubahan perilaku yang relatif tetap hasil praktik
yang diulang-ulang, di mana subjek belajar harus aktif dalam mencari,
menemukan, dan memecahkan masalah. Kegiatan belajar mengajar
memiliki tujuan, prosedur, materi khusus, aktivitas anak didik, peran guru
sebagai pembimbing, disiplin, batas waktu, dan evaluasi sebagai bagian
penting yang tidak bisa diabaikan. Sistem pembelajaran terdiri dari
pemelajar, instruktur, bahan pembelajaran, dan lingkungan pembelajaran.
Keberhasilan pembelajaran tergantung pada perancangan yang
memperhatikan karakteristik pemelajar, tujuan pembelajaran, dan strategi
pembelajaran yang meliputi aktivitas pra-pembelajaran, presentasi materi
inti, partisipasi siswa, penilaian, dan aktivitas lanjutan. Pemilihan teori
belajar yang tepat, seperti Teori Konstruktivistik, menjadi kunci untuk
keberhasilan pembelajaran yang efektif.

2) Teori Behaviorisme, dipelopori oleh tokoh seperti Ivan Pavlov, John B.


Watson, dan B.F. Skinner, menekankan bahwa perilaku manusia dapat
dipelajari melalui stimulus dan respons dalam proses belajar. Prinsip-
prinsip dasarnya mencakup stimulus-respons, penguatan, pengkondisian
klasik, pengkondisian operan, pemodelan, generalisasi, diskriminasi, peran
lingkungan, dan pentingnya pengamatan serta pengukuran perilaku. Dalam
konteks pembelajaran, aplikasi teori ini melibatkan analisis kemampuan
awal dan karakteristik siswa serta

15
16

perencanaan materi pembelajaran yang disesuaikan. Langkah-langkah


implementasinya termasuk mengidentifikasi tujuan pembelajaran,
menganalisis pembelajaran, mengembangkan bahan ajar, mengembangkan
strategi pembelajaran, mengamati stimulus dan respons, memberikan
penguatan, serta merevisi kegiatan pembelajaran.

B. Implikasi
Implikasi dari pengertian belajar dan pembelajaran serta ciri-ciri kegiatan
belajar mengajar adalah :
1. Belajar adalah perubahan dalam kepribadian yang menghasilkan pola baru
dari reaksi individu terhadap pengalaman.
2. Proses belajar terdiri dari tahap informasi, transformasi, dan evaluasi.
3. Pembelajaran melibatkan interaksi antara peserta didik, pendidik, dan
sumber belajar dalam lingkungan pembelajaran.
4. Tujuan pembelajaran mencakup ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik.
5. Pembelajaran adalah kombinasi unsur manusiawi, materi, fasilitas,
pelengkap, dan prosedur yang saling mempengaruhi.
6. Kegiatan belajar mengajar harus memiliki tujuan yang jelas, prosedur yang
direncanakan, materi yang disesuaikan, partisipasi aktif peserta didik,
peran guru sebagai pembimbing, disiplin, batas waktu, dan evaluasi.

Implikasi dari pengertian pembelajaran dan komponen sistem


pembelajaran:
1. Pentingnya pemahaman yang menyeluruh tentang pembelajaran, termasuk
komponen-komponennya seperti pemelajar, instruktur, bahan
pembelajaran, dan lingkungan pembelajaran. Hal ini diperlukan agar
proses pembelajaran dapat berjalan efektif.
2. Perancangan dan pengembangan pembelajaran harus mempertimbangkan
karakteristik pebelajar, mata pelajaran, serta tujuan pembelajaran yang
telah ditetapkan. Hal ini untuk memastikan kesuksesan dalam mencapai
indikator keberhasilan belajar.
17

3. Aktifitas pra-pembelajaran, presentasi materi inti, partisipasi siswa,


penilaian, dan aktivitas lanjutan merupakan komponen penting dari
strategi pembelajaran. Implementasi strategi ini dapat meningkatkan
efektivitas pembelajaran.
4. Perlu pemahaman yang mendalam tentang berbagai teori belajar, agar para
pelaku pembelajaran dapat memilih teori yang sesuai dengan keadaan atau
kondisi peserta didik. Penerapan teori yang tepat dapat menghindari risiko
kerugian bagi berbagai pihak yang terlibat dalam pembelajaran.

Implikasi Teori Belajar Behaviorisme :


1. Perlu adanya variasi dalam penggunaan stimulus dan respons dalam
proses pembelajaran sesuai dengan teori behaviorisme untuk
memperkuat perilaku yang diinginkan.
2. Fokus pada Perubahan Perilaku: Prinsip dasar behaviorisme
menekankan pentingnya perubahan perilaku yang dapat diamati dan
diukur dalam proses pembelajaran. Guru perlu merancang strategi
pembelajaran yang mengarah pada perubahan perilaku siswa.
3. Pentingnya Stimulus dan Respons: Guru harus memahami hubungan
antara stimulus yang diberikan kepada siswa dan respons yang
diharapkan. Dalam pembelajaran, guru berperan sebagai pemberi
stimulus, sedangkan respons siswa merupakan tanggapan terhadap
stimulus tersebut.
4. Penguatan (Reinforcement): Konsep penguatan menjadi kunci dalam
behaviorisme. Guru perlu menggunakan penguatan positif seperti
hadiah atau pujian untuk memperkuat perilaku yang diinginkan dari
siswa.
5. Pengkondisian Klasik dan Operan: Guru perlu memahami konsep
pengkondisian klasik dan operan dalam membentuk perilaku siswa.
Penggunaan stimulus yang bersyarat dan penguatan merupakan strategi
penting dalam pembelajaran.
18

6. Pemodelan: Guru dapat berperan sebagai model yang menunjukkan


perilaku yang diinginkan, sehingga siswa dapat menirunya.
7. Generalisasi dan Diskriminasi: Siswa diharapkan dapat memperluas
penggunaan konsep atau keterampilan yang dipelajari ke situasi yang
baru, sambil juga memahami situasi yang memerlukan respons yang
berbeda.
8. Peran Lingkungan: Lingkungan belajar yang dirancang dengan baik
dapat memfasilitasi pembentukan dan penguatan perilaku yang
diinginkan.
9. Pengamatan dan Pengukuran: Pengamatan dan pengukuran perilaku
menjadi penting dalam mengevaluasi efektivitas pembelajaran,
sehingga guru dapat melakukan revisi yang diperlukan untuk
meningkatkan pembelajaran.
Dengan memahami dan mengaplikasikan prinsip-prinsip behaviorisme
dalam pembelajaran, guru dapat meningkatkan efektivitas proses
pembelajaran dan membantu siswa mencapai tujuan pembelajaran dengan
lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA

Anam, Mohammad Syamsul, dan Wasis D. Dwiyogo. "Teori Belajar


Behavioristik dan Implikasinya dalam Pembelajaran." Universitas Negeri
Malang 2 (2019).
Departemen Agama, R. I. (2019). Al-Qur’an dan Terjemah Waqaf dan Ibtida’.
Domjan, Michael. The principles of learning and behavior. Wadsworth
Publishing Company, 2018.
Ertmer, P. A., & Newby, T. J. (2013). Behaviorism, cognitivism, constructivism:
Comparing critical features from an instructional design perspective.
Performance Improvement Quarterly, 26(2).
Hapudin, Muhammad Soleh. Teori Belajar Dan Pembelajaran (Menciptakan
Pembelajaran Yang Kreatif Dan Efektif). Cet. 1. Jakarta: Kencana, 2021.
Makki, Ismail, and Aflahah. Konsep Dasar Belajar Dan Pembelajaran. Edited by
Moh. Afandi. Pamekasan: Duta Media, 2019.
Mustafa, Ahmad. Tafsir al-Maraghi. Jilid V. Baerut: Daar al-Fikr.
Rahardjo, Dawam. Ensiklopedi Alquran; Tafsir Sosial Berdasarkan Konsep-
Konsep Kunci. Jakarta: Paramadina, 1996.
Sudjana, Nana. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru
Algensindo, 2010.

19

Anda mungkin juga menyukai