Anda di halaman 1dari 4

Memecah Salat Tarawih

untuk Salat Malam


Lailatulqadar
oleh Prasetyo Abu Ka'ab

27 Maret 2024

di Ramadan
0
Daftar Isi
 Keutamaan qiyam Lailatulqadar
 Hakikat qiyam Lailatulqadar
 Empat tingkatan qiyam Lailatulqadar
 Hukum memisahkan Tarawih antara awal dan akhir malam
 Bagaimana kita, sebagai makmum menyikapinya?
o Pertama: Tidak ada dua Witir dalam satu malam
o Kedua: Salat Witir merupakan salat terakhir pada malam tersebut

Pada akhir Ramadan, kita biasa menyaksikan pemecahan salat


tarawih. Salat yang sebelumnya hanya di awal saja (bakda Isya),
dipecah menjadi dua waktu: sebagian di awal dan sebagian di akhir
(menjelang sahur). Apakah hal tersebut diperbolehkan oleh syariat?
Sebagai makmum, bagaimana kita menyikapinya?

Berikut ini beberapa poin pembahasan, yang insyaAllah menjawab


pertanyaan-pertanyaan tersebut dengan jelas.

Keutamaan qiyam Lailatulqadar


Qiyam Lailatulqadar adalah suatu ibadah yang sangat dianjurkan
dalam Islam, dan memiliki keutamaan yang luar biasa. Imam
Bukhari dan Muslim meriwayatkan hadis,
‫ ُغ ِفَر له ما َتَق َّد َم ِمن َذ ْن ِبِه‬،‫َم ن َقاَم َلْي َلَة الَقْد ِر إيَم اًن ا واْح ِتَس اًبا‬
“Barangsiapa yang melaksanakan qiyam Lailatulqadar karena iman
dan mengharap pahala dari Allah, niscaya dosa-dosanya yang telah
lalu diampuni.” [1]
Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam menjelaskan
keutamaan malam Lailatulqadar, bahwa siapa pun yang
menghidupkan malam yang penuh berkah ini dengan melaksanakan
salat dan membaca Al-Qur’an, Allah akan mengampuni dosa-dosanya
yang telah lalu, kecuali dosa-dosa yang berkaitan dengan hak sesama
manusia. Karena telah disepakati bahwa dosa-dosa tersebut tidak akan
diampuni, kecuali dengan rida mereka. Namun demikian, hal ini harus
dilakukan dengan “iman dan mengharapkan pahala,” yaitu dengan
sungguh-sungguh meyakini keutamaan malam tersebut dan berbuat
amal baik di dalamnya dan bertujuan mencari keridaan Allah dalam
ibadah-ibadahnya.
Balasan dinyatakan dalam bentuk lampau ( ‫ )ُغ ِفَر‬yang artinya
“diampuni” , padahal ampunan tersebut akan terjadi di masa yang
akan datang. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan keyakinan
bahwa hal tersebut pasti terjadi, dan merupakan anugerah dari
Allah Ta’ala kepada hamba-Nya. [2]

Hakikat qiyam Lailatulqadar


Tentang sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam,
‫من قام ليلة القدر‬
“Barangsiapa yang melakukan qiyam Lailatul Qadar,”
Syekh Shalih bin Abdullah bin Hamad
Al-’Ushaimiy hafidzahullah mengatakan,
(‫ )هذا‬،‫دال على أن العبادة المستحبة في ليلة القدر هو قيام تلك الليلة‬
‫ وكثرة قراءة القرآن في أثناء تلك‬،‫وإنما يكون قيامها بإطالة الصالة‬
‫ وأما ما عدا ذلك من األعمال فهو دون مرتبة الصالة‬.‫الصالة‬.
“Ucapan Nabi tersebut menunjukkan bahwa ibadah yang dianjurkan
pada malam Lailatulqadar adalah melakukan qiyam (salat malam)
pada malam itu. Qiyam Lailatulqadar tersebut hanyalah dengan
memperpanjang salat dan memperbanyak membaca Al-Qur’an di
dalam salat tersebut. Sedangkan amalan-amalan ibadah selainnya,
maka amalan tersebut di bawah tingkatan salat.”
Kemudian, beliau hafidzahullah melanjutkan, “Namun, disunahkan
bagi seorang hamba jika dia melakukan salat pada malam tersebut dan
membaca Al-Qur’an, untuk berdoa kepada Allah. Karena dia
melakukannya dengan harapan lebih dikabulkan, bukan karena malam
Lailatulqadar. Hal ini karena tidak ada bukti bahwasanya malam
Lailatulqadar merupakan malam terkabulkannya doa. Malam
Lailatulqadar yang menjadikan doa di dalamnya lebih terkabulkan
adalah karena doa tersebut terkait dengan amalan yang baik,
yaitu qiyam (salat malam) pada waktu yang baik, yaitu malam yang
penuh harapan untuk dijawab doanya.” [3]
Sumber: https://muslim.or.id/92769-memecah-salat-
tarawih.html
Copyright © 2024 muslim.or.id

Anda mungkin juga menyukai