DISUSUN OLEH:
Shofia Laina 1423001
Gita Aprilia Avelin 1423012
Lira Aprilla 1423013
Romaiya Dearni Nasution 1423020
Muhammad Faturrahman 1423027
Egi Ramadhan 1423028
DOSEN PENGAMPU:
Destuliadi, SH, MH
Puji syukur Allhamdulilah kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, serta salam juga disampaikan kepada
junjungan Nabi Besar Muhammad SAW yang kita nantikan syafa’atnya di akhirat
nanti. Atas berkat rahmat-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah terkait tentang
Hukum Tata Negara
Makalah ini kami susun guna menyelesaikan tugas kelompok dari mata kuliah
Pengantar Tata Negara Indonesia dengan dosen Destuliadi dalam penyusunannya,
kami mengambil dari situs–situs yang terpercaya, jurnal dan referensi. Kami sangat
berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita mengeani Hukum Tata Negara. Kami menyadari bahwa dalam
makalah ini tidak terlepas dari berbagai pihak yang dengan tulus memberikan saran
dan kritik sehingga makalah ini dapat terselesaikan.
Pembaca mungkin akan menemukan beberapa kekurangan dan kesalahan
dalam penulisan makalah ini, oleh karena itu kami senantiasa mengharapkan kritik
dan saran dan pembaca demi perbaikan dimasa yang akan datang. Tak lupa kami
mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang ikut membantu
menyelesaikan makalah ini hingga dapat terselesaikan dalam tepat waktu. Akhir
kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Penulis
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Hukum tata negara berdasarkan doktrin ilmu pengetahuan hukum,
lazimnya dipahami sebagai bidang ilmu hukum tersendiri yang membahas
mengenai struktur ketatanegaraan dalam arti statis, mekanisme hubungan
antara kelembagaan negara, dan hubungan antara negara dengan warga
negara. Hukum tata negara dari berbagai definisi para ahli, terdapat
kesamaan pendapat bahwa merupakan norma yang mengatur mengenai
penataan dalam penyelenggaraan sebuah organisasi sosial yang disebut
negara. Unsur pokok dalam hukum tata negara adalah konstitusi yang
artinya, kalau kita akan mempelajari tentang hukum tata negara maka yang
utama harus dipelajari adalah konstitusi atau hukum dasar.
Konstitusi merupakan cikal bakal pengaturan sebuah ketatanegaraan
sekaligus sumber hukum utama dalam hukum tata negara. Pada
pembelajaran mengenai pengaturan penataan organisasi negara, konstitusi
adalah hal pertama yang harus dikaji dan dipahami. Konstitusi memuat hal-
hal pokok yang menjadi dasar dalam menata sebuah bangunan besar yang
bernama negara. Konstitusi juga dapat dibilang memiliki persamaan makna
dengan hukum tata negara, karena konstitusi pada dasarnya mengatur
mengenai ketatanegaraan dan kehidupan bernegara. Di negara-negara yang
menggunakan Bahasa Inggris sebagai bahasa nasional, dipakai istilah
Constitution yang dalam Bahasa Indonesia disebut konstitusi. Dalam
pengertian pertama, istilah konstitusi dipergunakan dalam pengertian yang
sama dengan hukum tata negara, sedangkan dalam pengertian kedua, istilah
konstitusi dipergunakan untuk menunjuk kepada sebuah dokumen yang
memuat aturan dan ketentuan yang pokok-pokok saja mengenai
ketatanegaraannya suatu negara.
1
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang di maksud dengan istilah dan pengertian dari Hukum Tata
Negara?
2. Apa Objek dan Ruang Lingkup dari Hukum Tata Negara?
3. Bagaimana Bentuk Negara Indonesia?
4. Bagaimana Bentuk Pemerintahan ?
5. Apa saja Asas-Asas dari Hukum Tata Negara?
6. Bagaimana Sumber dari Hukum Tata Negara?
C. TUJUAN MASALAH
1. Untuk menyelesaikan salah satu tugas mata kuliah Pengantar Tata
Hukum Indonesia
2. Mengetahui bagaimana pegertian dari Hukum Tata Negara
3. Mengetahui bagaimana Bentuk Negara Indonesia
4. Mengetahui tentang Bentuk Pemerintahan
5. Dan juga mengetahui tentang Asas-Asas dan Sumber dari Hukum Tata
Negara
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Dari Hukum Tata Negara
Istilah yang digunakan untuk menyebut Hukum Tata Negara
dalam bahasa belanda disebut dengan staatsrecht yang apabila diartikan ke
dalam tata bahasa Indonesia dapat pula berarti "Hukum Negara". Di Inggris
istilah yang lazim digunakan untuk menyebut Hukum Tata Negara yakni
Constitutional Law yang berarti "Hukum Konstitusi". Hal ini menimbulkan
perbedaan pendapat di kalangan para ahli yang memandang bahwa Hukum
Tata Negara dan Hukum Konstitusi dapat saja dibedakan sebab lingkup
Hukum Tata Negara dianggap lebih luas dari Hukum Konstitusi yang
terbatas pada Undang-Undang Dasar.1
Menurut Jimly Asshiddiqie, perbedaan ini terjadi karena
kesalahan dalam mengartikan istilah konstitusi (verfassung) yang identik
dengan Undang-Undang Dasar (grundgesetz) sehingga Hukum Konstitusi
dipandang lebih sempit dari Hukum Tata Negara.2
Dalam istilah staatsrecht tersebut menurut Moh. Kusnardi dan
Harmaily Ibrahim terdapat 2 (dua) pengertian yang dikandung di dalamnya
yakni in ruimere zin dan in engere zin. Staatsrecht dalam pengertian in
ruimere zin mempunyai pengertian Hukum Tata Negara dalam arti luas,
sementara in engere zin berarti Hukum Tata Negara dalam arti sempit.
Pembedaan ini dimaksudkan untuk membedakan Hukum Negara dan
Hukum Tata Negara dalam arti sempit (staatsrecht in engere zin).
Hukum Negara sama artinya dengan Hukum Tata Negara dalam
arti luas, sedangkan dalam arti sempit dimaksudkan untuk membedakan
Hukum Tata Negara dengan Hukum Administrasi Negara. Meski demikian
menurut Moh. Kusnardi & Harmaily Ibrahim perbedaan tersebut bukanlah
1
A. Sakti Ramadhon Syar R. Dasar-Dasar Hukum Tata Negara.CV.Sosial Politic Genius.2019.hal 7
2
Jimly Asshiddiqie. Pengantar Hukum Tata Negara. Jakarta: PT.Raja Grafindo Perasada.2009. hal 14
3
suatu perbedaan yang prinsipil sebab baik Hukum Negara dan Hukum Tata
Negara dalam arti luas mengandung arti yang sama.
Dalam Ilmu-ilmu Kenegaraan, George Jelinnek dalam bukunya
"Algemene Lehre" sebagaimana dikutip oleh I Dewa Gede Atmadja,
membagi ilmu kenegaraan menjadi 2 (dua) bagian yaitu:3
c. Hukum Internasional.
3
A. Sakti Ramadhon Syar R. Dasar-Dasar Hukum Tata Negara.CV.Sosial Politic Genius.2019. hal 8
4
Telah dikemukakan sebelumnya bahwa Hukum Tata Negara
merupakan bidang kajian Ilmu Hukum yang memiliki lapangan kajian yang
luas dan dinamis sehingga sulit untuk menemukan suatu unifikasi terhadap
definisi Hukum Tata Negara. Fungsi dari definisi sendiri pada dasarnya
dimaksudkan untuk membatasi suatu pengertian agar terfokus pada lingkup-
lingkup tertentu yang dingin diuraikan dalam pembahasan.
Selain itu, definisi ataupun terminologi biasanya bersumber dari
manusia, dalam hal ini para ahli, yang menekuni bidang tertentu dalam
membuat konklusi. Sehingga dengan demikian bila dibaca secara harfiah
hampir mustahil ada kesamaan definisi dari segi bahasa antara satu ahli
dengan ahli lainnya akibat adanya jarak ideologis masing-masing ahli di
samping pula adanya keanekaragaman sistem kenegaraan yang dianut oleh
Negara-negara.4
Meskipun demikian untuk kebutuhan pengetahuan diperlukan
adanya definisi sebagai pegangan untuk memberi gambaran umum tentang
obyek yang ingin dikaji.
Berikut akan diuraikan beberapa definisi Hukum Tata Negara
oleh para ahli di bidang Hukum Tata Negara:5
Menurut Cornelis van Vollenhoven
"Hukum Tata Negara adalah hukum yang mengatur semua
masyarakat hukum atasan dan bawahan menurut tingkatannya, dan
menentukan organ-organ/lembaga-lembaga dalam masyarakat hukum
bersangkutan, dan menentukan susunan dan wewenang organ-
organ/lembaga-lembaga yang dimaksud."
4
Ibid. hal 9
5
Ibid. hal 10
5
Menurut C. W. van der Pot
"Hukum Tata Negara adalah peraturan- peraturan yang
menentukan badan-badan yang diperlukan beserta kewenangannya
masing-masing, hubungan-hubungannya, serta hubungan negara dan
warganya."
Menurut J. H. A. Logemann
"Hukum Tata Negara adalah hukum yang mengatur organisasi
negara. Negara adalah organisasi jabatan-jabatan. Jabatan merupakan
pengertian yuridis dari fungsi."
6
Drs.Nuruddin,M.H., Dr.H.Ahmad Muhasim,M.HI. Hukum Tata Negara Indonesia. CV.Alfa Press. 2022. hal
22
7
Ibid. hal 22-23
6
Constitutie in formele zin yang dikualifikasi karena
pembuatnya
b. Konstitusi dalam arti naskah Groundwet sebagai
geschreven document, misalnya harus diterbitkan dalam
lembaran Negara, supaya dapat menjadi alat bukti dan
menjamin stabilitas satu kesatuan sistem rujukan.
8
Ibid. hal 23
7
yang diteliti bisa efektif dalam meraih tujuan yang diinginkan. Ini bisa
berlaku di bidang apa saja termasuk meraih tujuan dalam hidup.9
Dalam kaitan dengan ruang lingkup kajian Hukum Tata Negara,
khususnya dalam kontek di Indonesia, para ahli hukum mengklasifikannya
secara beragam.
1. Ahmad Sukardja
Menurut Ahmad Sukardja, mengklasifikasikan ruang
lingkup hukum tata negara meliputi 4 (empat) objek kajian,
yaitu sebagai berikut:10
a) konstitusi sebagai hukum dasar beserta pelbagai aspek
mengenai perkembangnya dalam sejarah kenegaraan
yang bersangkutan, proses pembentukan dan
perubahannya, kekuatan mengikatnya dalam hierarki
peraturan perundang-undangan, cakupan subtansi
maupun muatan isinya sebagai dasar yang tertulis,
b) pola-pola dasar ketatanegaraan yang dianut dan
dijadikan acuan bagi pengorganisasian institusi,
pembentukan dan penyelenggaraan organisasi negara
dalam menjalankan fungsi-fungsinya pemerintahan dan
pembangunan,
c) struktur kelembagaan negara dan mekanisme
hubungan antar organ kelembagaan negara, baik secara
vertikal maupun horizontal dan diagonal,
d) prinsip-prinsip kewarganegaraan dan hubungan
antara negara dengan warganegara berserta hak-hak dan
kewajiban asasi manusia, bentuk-bentuk dan prosedur
pengambilan putusan hukum serta mekanisme
perlawanan terhadap keputusan hukum.
9
Ibid. hal 24
10
Ibid. hal 24 - 25
8
2. Usep Ranawidjaja
Sedangkan menurut Usep Ranawidjaja, bahwa ada
empat hal pokok ruang lingkup Hukum Tata Negara yaitu
struktur umum organisasi negara, badan-badan
ketatanegaraan, pengaturan kehidupan politik rakyat, dan
sejarah perkembangan ketatanegaraan suatu negara, yang
dijabarkan, yaitu:11
a) Struktur umum dari organisasi negara yang terdiri dari
bentuk negara, bentuk pemerintahan, sistem
pemerintahan, corak pemerintahan (diktator atau
demokrasi), sistem pemencaran kekuasaan negara
(desentralisasi), garis-garis besar tentang organisasi
pelaksana (perundang-undangan, pemerintahan,
peradilan), wilayah negara, hubungan antara negara
dengan rakyat, cara rakyat menjalankan hak-hak
ketatanegaraan (hak politiknya), dasar negara, ciri-ciri
lahir dari kepribadian negara Republik Indonesia (lagu
kebangsaan, bahasa nasional, lambang, bendera dan
sebagainya).
b) Badan-badan ketatanegaraan yang memunyai
kedudukan di dalam organisasi negara. Mengenai hal ini,
penyelidikan mencakup cara pembentukan, susunannya,
tugas dan wewenangnya, cara bekerjanya masing-
masing, hubungannya satu dengan yang lain, dan masa
jabatannya.
11
Ibid. hal 25 - 26
9
c) Pengaturan kehidupan politik rakyat. Substansi ini
mencakup partai politik, hubungan antara kekuatan-
kekuatan politik dengan badan-badan negara, kekuatan
politik dan pemilihan umum, arti dan kedudukan
golongan kepentingan dan golongan penekan,
pencerminan pendapat, dan cara kerja sama antar
kekuatan-kekuatan politik (koalisi, oposisi, kerja sama
atas dasar kerukunan).
d) Sejarah perkembangan ketatanegaraan sebagai latar
belakang dari keadaan yang berlaku.
C. Bentuk Negara
Bentuk negara di dalam literatur hukum dan politik, yang biasa
disebut bentuk-bentuk negara atau "staatsvormen" itu menyangkut pilihan
antara kerajaan (monarki) atau republik. Namun dalam sejarah dikenal pula
adanya bentuk lain seperti khalifah dan kekaisaran. Namun dalam
pengertian sekarang dipahami bahwa pengertian bentuk negara pada dua
pilihan, yaitu: 1) Bentuk kerajaan (monarki), 2) bentuk Republik.13
Negara yang berbentuk kerajaan, kepala negaranya biasanya
dilakukan melalui garis keturunan atau hubungan darah, sedangkan dalam
12
Ibid. hal 27
13
Imam Mahdi,SH.MH. Hukum Tata Negara Indonesia. Teras. 2011. hal 95
10
republik tidak didasarkan atas pertalian darah, sedangkan sebutan kepala
negara disebut dalam berbagai istilah seperti raja, ratu atau kaisar sedangkan
di Malaysia disebut dengan Dipertuan Agong.
Pada negara republik pergantian kepala negara dilakukan dengan
pemilihan langsung atau melalui perwakilan (tidak langsung dan bisa juga
dilakukan melalui pengangkatan, kudeta atau penunjukan langsung oleh
kepala negara sebelumnya, yang jelas dalam bentuk negara republik
keturunan atau pertalian darah tidak menjadi perhitungan.
Pada umumnya pada negara modern sekarang ini bentuk
pemerintahan digolongkan menjadi dua yakni monarki (kerajaan) dan
republik.14
a. Monarki (Kerajaan)
Suatu pemerintahan yang dilihat dari kekuasaan di Negara
tersebut dipegang oleh seorang Raja yang sifatnya turun-
temurun. Jabatan raja tersebut adalah seumur hidup. Jabatan
tersebut dapat berupa Kaisar, Emir, atau syah, misalnya kaisar
Jepang, Syah Iran, dan Emir Kuwait. Contoh monarki: Inggris,
Belanda, Swedia, Malaysia, Arab Saudi, Yordania, Thailand dan
sebagainya.
b. Republik
Kata Republic berasal dari bahasa latin Res-Publica yang
artinya kepentingan umum, suatu negara dengan pemerintahan
dipegang oleh rakyat yang dikepalai seorang presiden. Presiden
tersebut dipilih dari, oleh rakyat dalam masa jabatan tertentu.
14
Ibid. hal 96
11
Bentuk pemerintahan yang dibagi menjadi monarki dan republik
ini pertama kali dikemukakan oleh George Jellinek dalam bukunya
Allgemene Staatlehre, menurutnya untuk mengetahui suatu negara monarki
atau republik harus dilihat dari bagaimana cara terbentuknya kemauan
negara.
Dalam perkembangan negara medern sekarang ini bentuk peme-
rintahan republik ini dapat dibagi dua yaitu: republik federal dan republik
kesatuan. Di zaman sekarang, konsep republik dikaitkan dengan pengertian
negara sebagai penjelmaan kekuasaan dari rakyat, sedangkan monarki atau
kerajaan kekuasaan yang datang secara turun-temurun dari raja atau ratu
kepada putra/putri mahkota. Bangsa Indonesia mempunya sejarah yang
sangat panjang dengan silih bergantinya kerajaan-kerajaan yang
memerintah wilayah Nusantara.
Namun, diberbagai daerah dikenal pula adanya konsep-konsep
kekuasaan yang dapat dikaitkan dengan sistem republik. Dibeberapa daerah,
seperti Sumatera Selatan, dikenal luas adanya sistem pemerintahan marga
yang dapat dipadankan dengan sistem republik itu. Menurut Bagir Manan,
satuan pemerintah desa di Sumatera Selatan yang disebut dengan marga itu,
secara konseptual adalah republik. Karena, Pasirah berasal dari dan dipilih
masyarakat umum, bukan suatu jabatan yang turun-te 116/358.15
Di samping pembagian bentuk negara didasarkan pada kerajaan
dan republik, dapat juga bentuk negara dilihat dari susunan organisasi
negara tersebut, adapun susunan organisasi suatu negara dapat di
kemukakan sebagai berikut:
a) Negara Kesatuan (Unitary State, Eenheidstaatdsstaat)
b) Negara Serikat atau Federal (Federal State,
Bondssataat)
c) Negara Superstruktural (Superstate).
d) Negara Konfederasi (Confenderason, statenbond)
15
Ibid. hal 97
12
1. Negara Kesatuan (Unitarisme)
Negara kesatuan apabila ditinjau dari segi susunannya
yang terdiri dari susunan tunggal yang artinya bukan terdiri
dari beberapa Negara bagian, jadi pada prinsipnya kekuasaan
ada pada Pemerintahan Pusat, dengan demikian tidak ada
negara dalam negara, pemerintah pusat yang ada pada tingkat
tertinggi untuk memutuskan sesuatu dalam negara tersebut.
Negara kesatuan adalah negara yang merdeka dan
berdaulat diseluruh wilayah tersebut, pemerintah yang
berkuasa adalah pemerintah pusat. Pada negara kesatuan ini
terdapat juga ada dua model, yaitu:16
a. Negara kesatuan dengan sistem sentralisasi, yang
artinya semua urusan dengan negara tersebut langsung diatur
oleh pemerintah pusat. Daerah tidak punya hak untuk
mengatur tetapi hanya kewajiban untuk melaksanakan urusan
yang telah diatur dan ditetapkan oleh pemerintah pusat.
b. Negara Kesatuan dengan sistem desentralisasi,
yang artinya kepada daerah diberi hak untuk ikut mengatur
urusan rumah tangganya sendiri (otonomi daerah). Pada
prinsipnya kekuasaan untuk mengatur urusan peme- rintah
daerah ada pada pemerintah pusat, tetapi luasnya wilayah,
banyaknya penduduk, luasnya urusan pemerintahan yang akan
dilaksanakan diseluruh negara tersebut, maka sebagian urusan
tersebut di distribusikan kepada daerah (Pendelegasian
wewenang 117/358 pemerintah pusat kepada daerah.
Pedelegasian wewenang (pemberian otonom) tidak berarti
daerah mempunyai kedaulatan sendiri, yang dapat sebebas-
bebasnya mengatur pemerintahan tanpa menghiraukan rambu-
rambu hukum sebagai negara kesatuan.
16
Ibid. hal 98-99
13
2. Negara Serikat (Federal)
Negara Serikat (Federal) apabila dilihat dari susunannya,
maka sebelum adanya negara federasi sudah ada negara-
negara yang merdeka dan berdaulat yang berdiri sendiri.
Negara tersebut melakukan hubungan kerja sama untuk
kepentingan yang sama, hal itu akan dapat dilaksanakan secara
efektif dan efisien apabila dilakukan secara terorganisir yang
tersusun dalam bentuk organisasi kekuasaan (Negara). Tetapi
negara-negara tersebut tidak mau kehilangan kekuasa- annya
kepada negara federal (pemerintah pusat) dan kedudukan
negara-negara pendiri tersebut adalah negara bagian.17
Kekuasaan asli pada negara bagian, hal ini
dikarenakan yang langsung bersentuhan dengan rakyat.
Kekuasaan yang adaerikan oleh negara bagian yang
dituangkan dalam konstitusi federal. Kekuasaan federal
(pemerintah pusat) biasanya hal. hal yang berhubungan
dengan hubungan luar negeri, ke uangan dan pos, pertahanan
negara. Adakalanya sebal yaitu urusan yang limitatif tersebut
menjadi urusa bagian dan selebihnya menjadi urusan negara
federal
3. Negara Konfederasi
Negara Konfederasi adalah negara persekutuan antar
negara-negara yang berdaulat dan independen yang karena
kebutuhan tertentu mempersekutukan diri dalam organisasi
kerjasama yang longgar. Umpamanya, negara-negara merdeka
bekas Uni Soviet, setelah Unisoviet bubar, bersama-sama
membentuk Confederasion Of Independen States (CIS).
17
Ibid. hal 99
14
Sifat persekutuan sangat longgar sehingga menyerupai
organisasi kerja sama antar negara yang biasa seperti ASEAN,
Arab League, dan sebagainya.18
4. Negara Superstruktural
Organisasi Uni Eropa (European Union) tidak dapat
disebut organisasi seperti konfederasi, karena sifatnya sangat
kuat. Namun sebagai bersekutuan antar negara, organisasi ini
tidak dapat lagi disebut sebagai persekutuan biasa, karena di
dalamnya terdapat fungsi-fungsi kenegaraan yang lazim,
seperti fungsi legislasi, fungsi administrasi, dan bahkan fungsi
peradilan Eropa.19
Namun, untuk disebut sebagai pemerintahan negara yang
tersendiri, bentuk dan susunan tidak dapat dibandin 119/358
dengan organisasi negara kesatuan ataupun negara ser.
Bahkan, jika kelak konstitusi Eropa dapat disepakati dan
akhirnya diratifikasi oleh masing-masing negara anggotanya,
maka Uni Eropa itu dapat dikatakan telah benar-benar menjadi
negara yang tersendiri.
Pemerintahan dapat digolongkan kepada dua bagian yaitu:
pemerintahan dalam arti sempit dan dalam arti luas.
Pemerintahan dalam arti sempit hanya terbatas kepada
kekuasaan exsekutif saja. Sedangkan pemerintahan dalam arti
luas termasuk semua kekuasaan yang ada pada negara tersebut.
Apabila dihubungkan dengan teori trias politika, maka
kekuasaan eksekutif, legislatif dan yudikatif.
18
Ibid. hal 100
19
Ibid. hal 100-101
15
D. Sistem Pemerintahan
Sistem pemerintahan merupakan gabungan dari dua istilah
"sistem" dan "pemerintahan". sistem adalah suatu keseluruhan, terdiri dari
beberapa bagian yang mempunyai hubungan fungsional baik antara bagian-
bagian maupun hubungan fungsional terhadap keseluruhannya, sehingga
hubungan itu menimbulkan suatu ketergantungan antara bagi- an-bagian
yang akibatnya jika salah satu bagian tidak bekerja dengan baik akan
mempengaruhi keseluruhannya itu.
Sistem pemerintahan negara Indonesia dapat ditelusuri dari
ketentuan Pasal-pasal dari UUD 1945 setelah aman- demen, berbeda halnya
dengan UUD 1945 sebelum aman- demen, dimana sistem pemerintahan
disebutkan dalam penjelasannya. Adapun sistem pemerintahan Indonesia
menurut UUD 1945 sebagai berikut:20
1. Indonesia adalah negara yang berdasar atas hukum (Rechtstaat)
Ini berarti bahwa Indonesia adalah Negara yang ber-
dasarkan hukum (rechtstaat), tidak berdasarkan kekuasa- an
belaka (machtsstaat). Negara yang berdasarkan hukum
menuntut kepada Negara, pemerintah, lembaga negara yang
lain, bahkan semua warga negara Indonesia, dalam
melaksanakan tindakan apapun harus dilandasi oleh hukum
atau dapat dipertanggungjawabkan di muka umum.
2. Sistem Konstitusional
Pemerintahan berdasar atas system konstitusi (hukum
dasar), tidak bersifat absolutisme (kekuasaan yang tidak
terbatas). Sistem memberikan ketegasan bahwa cara
pengendalian pemerintahan dibatasi oleh ketentuan konstitusi,
yang dengan sendirinya oleh ketentuan lain merupakan produk
konstitusional seperti undang-undang,
20
Ibid. hal 111
16
3. Kekuasaan Negara yang Tertinggi di Tangan Rakyat
Kedaulatan rakyat berada di tangan rakyat dan
dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar (Pasal 1 Ayat
(2) UUD 1945 hasil amandemen). Kedaulatan rakyat dipegang
oleh suatu badan bernama Majelis Permusyawaratan Rakyat,
sebagai penjelmaan seluruh rakyat Indonesia. Mejelis ini
mengubah dan menetapkan UUD. Majelis ini melantik kepala
Negara (Presiden) dan Wakil Kepala Negara (Wapres) dan
tidak memiliki kewenangan untuk memilih. Konsekuensi
logisnya adalah presiden maupun wakil presiden tidak perlu
lagi memberi pertanggungjawaban kepada MPR.
Walaupun system pemerintahan kita adalah sistem
perwakilan (representative), namun dalam perkembangan-
nya, praktik ketatanegaraan kita telah mengalami perkem-
bangan pesat. Hal ini ditunjukkan dengan partisipasi rakyat
secara langsung memilih pemimpin-pemimpinnya. Tidak
hanya memilih anggota legislatif/parlemen, sekarang ini
rakyat sudah memiliki hak penuh untuk memilih presiden
maupun wakil presiden secara langsung, umum, rahasia, jujur,
dan adil. Rakyat bebas menentukan pilihan- nya berdasarkan
nurani masing-masing.21
4. Presiden adalah penyelenggara pemerintah Negara yang
tertinggi di bawah Majelis
Di bawah MPR, presiden adalah penyelenggara
pemerin- tah yang tertinggi. Dalam menjalankan pemerintahan
Negara dan tanggung jawab adalah di tangan presiden.
Presiden tidak bertanggung jawab terhadap MPR, namun
bertanggung jawab kepada rakyat karena dipilih secara
21
Ibid. hal 113
17
langsung oleh rakyat (vide Pasal 6A ayat (1) Undang-Undang
Dasar 1945 hasil Amandemen).
5. Presiden tidak bertanggung jawab kepada DPR (Parlemen)
Di samping presiden adalah DPR, presiden harus men
dapat persetujuan DPR untuk membentuk (gesetzgebung) dan
untuk menetapkan anggaran pendapat an dan belanja negara
(staatsbegrooting). Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
sebagai wujul dari pengelolaan keuangan Negara ditetapkan
setiap tahun dengan Undang-undang dan dilaksanakan secara
terbuka dan bertanggung jawab untuk sebesar-besarnya
kemakmur an rakyat. Rancangan Undang-undang Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara diajukan oleh presiden untuk
dibahas ber- sama DPR dengan memperhatikan pertimbangan
DPR Apabila DPR tidak menyetujui Rancangan Anggaran
Pen- dapatan dan Belanja Negara yang diusulkan oleh
presiden, pemerintah menjalankan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara tahun yang lalu (Pasal 23 ayat (3) UUD 1945
hasil Amandemen)
6. Kementerian Negara adalah pembantu Presiden, Menteri
Negara tidak bertanggung jawab kepada DPR22
Dalam melaksanakan tugas pemerintahan Negara sehari-
hari, presiden dibantu oleh menteri-menteri negara yang yang
tidak bertanggung jawab kepada DPR sehingga kedu
dukaannya tidak tergantung kepada dewan. Setiap menteri
membidangi urusan tertentu dalam aspek kepemerintahan.
Pembentukan, perubahan, serta perubahan menteri negara 6.
Kementerian Negara adalah pembantu Presiden, Menteri
Negara tidak bertanggung jawab kepada DPR Dalam
melaksanakan tugas pemerintahan Negara sehari- hari,
22
Ibid. hal 114-115
18
presiden dibantu oleh menteri-menteri negara yang yang tidak
bertanggung jawab kepada DPR sehingga kedu dukaannya
tidak tergantung kepada dewan. Setiap menteri membidangi
urusan tertentu dalam aspek kepemerintahan. Pembentukan,
perubahan, serta perubahan menteri negara.
atau lazim disebut sebagai kabinet yang diatur dalam
Undang- undang. Hal ini diatur dalam Bab V Pasal 17 UUD
1945 hasil Amandemen.
7. Kekuasaan Kepala Negara Tidak Tak Terbatas
Meskipun Kepala Negara tidak bertanggung jawab kepada
DPR, presiden bukanlah "dictator", artinya kekuasaan
presiden tidak tak terbatas. Walau begitu, presiden tetap harus
memperhatikan dengan sungguh-sungguh "suara" DPR. Hal
ini karena dalam setiap proses pembuatan undang- undang
melibatkan presiden dengan persetujuan DPR.
19
perundang-undangan tidak boleh bertentangan
dengansila-sila yang terkandung dalam
Pancasila.Undang-Undang Dasar 1945 merupakan
landasan Konstitusional daripada Negara Republik
Indonesia.
Perubahan Undang-Undang Dasar 1945
mengandung empat pokok-pokok pikiran yang
merupakan cita-cita hukum Bangsa Indonesia yang
mendasari hukum dasar Negara baik hukum yang tertulis
dan hukum tidak tertulis.
2. Asas Negara Hukum
Setelah UUD 1945 diamandemen, maka telah
ditegaskan dalam pasal 1 ayat 3 bahwa “Negara
Indonesia adalah Negara hukum dimana sebelumnya
hanyatersirat dan diatur dalam penjelasan UUD 1945”.
Atas ketentuan yang tegas di atas maka setiap
sikap kebijakan dan tindakanperbuatan alat Negara
berikut seluruh rakyat harus berdasarkan dan
sesuaidengan aturan hukum. Dengan demikian semua
pejabat/ alat-alat Negara tidakakan bertindak sewenang-
wenang dalam menjalankan kekuasaannya.
Dalam Negara hukum, hukumlah yang memegang
komando tertinggi dalam penyelenggaraan Negara
dengan kata lain yang memimpin dalam
penyelenggaraan Negara adalah hukum, hal ini sesuai
dengan prinsip “ The Rule of Law and not of Man”.24
24
Ibid. hal 31
20
3. Asas Kedaulatan Rakyat dan Demokrasi
Kedaulatan artinya kekuasaan atau
kewenanganyang tertinggi dalam suatu wilayah.
Kedaulatan ratkyat artinya kekuasaan itu ada ditangan
rakyat, sehingga dalam pemerintah melaksanakan
tugasnya harus sesuai dengankeinginan rakyat. J.J.
Rousseaw mengatakan bahwa pemberian
kekuasaankepada pemerintah melalui suatu perjanjian
masyarakat (sosial contract) dan apabila pemerintah
dalam menjalankan tugasnya bertentangan
dengankeinginan rakyat, maka pemerintah dapat
dijatuhkan oleh rakyat.
Pasal 1 ayat 2 Undang-Undang Dasar 1945
mengatakan :25
“Kedaulatan berada ditangan rakyat dan
dilaksanakan menurut UUD”.
Rumusan ini secara tegas bahwa kedaulatan ada
ditangan rakyat yang diatur dalam UUD 1945.UUD
1945 menjadi dasar dalam pelaksanaan suatu kedaulatan
rakyat tersebut baik wewenang, tugas dan fungsinya
ditentukan oleh UUD 1945.
Hampir semua para ahli teoritis dari zaman dahulu
hingga sekarang mengatakan bahwa yang berkuasa
dalam sistem pemerintahan Negara demokrasi adalah
rakyat.
25
Ibid. hal 35
21
Paham kerakyatan/ demokrasi tidak dapat
dispisahkan dengan paham Negara hukum, sebab pada
akhirnya hukum yang mengatur dan membatasi
kekuasaan Negara/ pemerintah dan sebaliknya
kekuasaan diperlukan untuk membuat dan
melaksanakan hukum. Inilah yang juga dikatakan bahwa
hubungan antarahukum dengan kekuasaan tidak dapat
dipisahkan dan sangat erat hubungannya.
4. Asas Negara Kesatuan
Pada dasarnya Negara kesatuan dideklarasikan
pada saat menyatakan/memproklamirkan kemerdekaan
oleh para pendiri Negara dengan menyatakan seluruh
wilayah sebagai bagian dari satu Negara.
Pasal 1 ayat 1 UUD 1945 menyatakan :26
“Negara Indonesia sebagai suatu Negara kesatuan
yang berbentuk Republik.”
Negara kesatuan adalah Negara kekuasaan
tertinggi atas semua urusan Negara ada ditangan
pemerintah pusat atau pemegang kekuasaan tertinggi
dalam Negara ialah pemerintah pusat. Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI) dapat menjadi dasar suatu
persatuan, mengingat Bangsa Indonesia yang beraneka
ragam suku bangsa, agama, budaya dan wilayah yang
merupakan warisan dan kekayaan yang harus
dipersatukan yaitu Bhineka Tunggal Ika.
26
Ibid. hal 36
22
Ini berarti Negara tidak boleh disatukan atau
diseragamkan, tetapi sesuai dengan Sila ketiga yaitu
“Persatuan Indonesia bukan kesatuan Indonesia.”
Negara Kesatuan adalah konsep tentang bentuk
Negara dan republic adalah konsep tentang bentuk
pemerintahan.Bentuk Negara Kesatuan Republik
Indonesia diselenggrakan engan pemberian otonomi
kepada daerah yang seluas-luasnya untuk berkembang
sesuai dengan potensi dan kekayaan yang dimiliki
masing-masing daerah yang didorong, didukung dari
bantuan pemerintah pusat.
27
Fajlurrahman Jurdi. Hukum Tata Negara Indonesia. Prenademedia Group. 2019. hal 79
23
Oleh sebab itu, sum- ber hukum diartikan dalam dua pandangan
ketika sumber hukum di- masudkan sebagaimana tersebut di atas, yaitu: (i)
Sebagai wellborn, ialah sumber asal, tempat dari mana asalnya hukum,
tempat ada dalam alam pikiran dan kesadaran manusia, mengenai apa yang
dilarang dan menge- nai apa yang seharusnya dilakukan; (ii) sebagai
kenbron, ialah sumber kenal, tempat di mana kita mengenal hukum dalam
pelbagai peraturan perudang-undangan yang tertulis.
Menurut Usep Ranawijaya, perkataan sumber hukum memiliki 2
(dua) arti, yaitu:28
1. Sumber hukum dalam arti sebagai penyebab timbulnya atau
lahirnya aturan hukum. Sumber hukum sebagai penyebab adanya hukum
adalah tidak lain dari pada keyakinan hukum dari orang-orang yang
melakukan peranan menentukan tentang apa yang harus jadi hukum dalam
Negara. Sumber hukum dalam arti demikian dalam bahasa Belanda dikenal
dengan nama "welbron", bagi hukum tata Negara Indonesia sumber hukum
demikian kuranglah penting karena lebih pada tempatnya untuk diselidiki
oleh ilmu politik.
2. Sumber hukum sebagai bentuk perumusan kaidah-kaidah
hukum tata Negara yang terdapat dalam masyarakat dari mana kita dapat
mengetahui apa yang menjadi hukum. Sumber hukum dalam arti bentuk
atatu dalam arti formil dalam bahasa belanda disebut "kenborn", yang mana
sumber hukum dalam arti inilah yang perlu diketahui dan diselidiki bagi
hukum tata Negara Indonesia.
Dalam kajian Hukum Tata Negara juga dikenal pembagian antara
hukum materiil dan hukum formil. Akan tetapi sebagai sebuah studi hukum
yang berobjekan Negara. Menurut Moh. Kusnardi & Harmaily Ibrahim,
tidaklah cukup apabila hanya mendasarkan pada sumber hukum formil saja,
sebab beberapa kebiasaan-kebiasaan.
28
A. Sakti Ramadhon Syar R. Dasar-Dasar Hukum Tata Negara.CV.Sosial Politic Genius.2019.hal 29
24
ketatanegaraan atau konvensi ketatanegaraan juga dapat
digunakan sebagai sumber Hukum Tata Negara. Akan tetapi meskipun
demikian, menurut Jimly Asshiddiqie yang dipandang perlu untuk
digunakan tentu saja ialah sumber hukum formil sebab mudah dikenali dari
bentuk formalnya.
Dalam hal ini sumber hukum formil menurut Jimly Asshiddiqie,
haruslah mempunyai salah satu bentuk antara lain:29
1. Bentuk produk legislasi ataupun produk regulasi tertentu
(regels)
2. Bentuk perjanjian atau perikatan tertentu yang mengikat antar
para pihak (contract, treaty)
3. Bentuk putusan hakim tertentu (vonnis)
4. Bentuk-bentuk keputusan administratif (beschikking) tertentu
dari pemegang kewenangan administrasi Negara.
Di samping bentuk-bentuk formal tersebut, Jimly Asshiddiqie
menyebutkan produk-produk yang berbentuk regeling, contract atau treaty,
vonnis dan beschikking tersebut, ada pula sumber hukum yang sifatnya
tidak tertulis.
Akan tetapi khusus dalam bidang Ilmu Hukum Tata Negara
sumber-sumber Hukum Tata Negara yang diakui adalah:
1. Undang-Undang Dasar dan Peraturan Perundang- undangan
tertulis
2. Yurisprudensi Peradilan
3. Konvensi Ketatanegaraan atau constitutional convention
4. Hukum internasional tertentu
5. Doktrin ilmu Hukum Tata Negara tertentu.
29
Ibid. hal 30
25
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Hukum tata negara berdasarkan doktrin ilmu pengetahuan hukum, lazimnya
dipahami sebagai bidang ilmu hukum tersendiri yang membahas mengenai
struktur ketatanegaraan dalam arti statis, mekanisme hubungan antara
kelembagaan negara, dan hubungan antara negara dengan warga negara. Hukum
tata negara dari berbagai definisi para ahli, terdapat kesamaan pendapat bahwa
merupakan norma yang mengatur mengenai penataan dalam penyelenggaraan
sebuah organisasi sosial yang disebut negara. Unsur pokok dalam hukum tata
negara adalah konstitusi yang artinya, kalau kita akan mempelajari tentang
hukum tata negara maka yang utama harus dipelajari adalah konstitusi atau
hukum dasar
B. SARAN
Semoga para mahasiswa/i dapat memahami isi dari makalah ini terkait
tentang Hukum Tata Negara.
26
DAFTAR PUSTAKA
27