Anda di halaman 1dari 127

1

HUBUNGAN TINGKAT STRESS DENGAN PRE-MENSTRUAL

SYNDROME PADA MAHASISWI SARJANA TERAPAN

KEBIDANAN DI STIKES UMMI BOGOR

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi syarat mencapai gelar Sarjana Terapan Kebidanan

Diajukan oleh :

Nurnisa Septiani

0442282222038

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN SEKOLAH

TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes) UMMI BOGOR

TAHUN 2022
HUBUNGAN TINGKAT STRESS DENGAN PRE-MENSTRUAL

SYNDROME PADA MAHASISWI SARJANA TERAPAN

KEBIDANAN DI STIKES UMMI BOGOR

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi syarat mencapai gelar Sarjana Terapan Kebidanan

Diajukan oleh :

Nurnisa Septian

0442282222038

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN SEKOLAH

TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes) UMMI BOGOR

TAHUN 2022

i
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi dengan Judul :

HUBUNGAN TINGKAT STRESS DENGAN PRE-MENSTRUAL

SYNDROME PADA MAHASISWI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN DI

STIKES UMMI BOGOR

Oleh :

Nurnisa Septiani
0442282222038

Telah diujikan pada tanggal 18 Juli 2023

Bogor, 18 Juli 2023

Ketua Penguji Pembimbing

Tri Endah Rachmawati, S.SiT.,M.Kes Triswanti, S. SiT., M.Kes


NIDN : 0409068504 NIDN : 0606088501

Mengetahui,

Ketua Program Studi


Sarjana Terapan Kebidanan

Triswanti, S. SiT., M.Kes


NIDN : 0606088501

ii
DEKLARASI ORISINILITAS

Yang bertanda tangan ini :

Nama : Nurnisa Septiani

NIM : 0442282222038

Prodi : Sarjana Terapan Kebidanan

Email : nnisa.septiani@gmail.com

Alamat Lengkap : Jln. Raya Kampus IPB Dramaga. Kp. Leuwi Kopo. RT

03/02. No.1 Kec. Dramaga, Kab. Bogor. 16680

Dengan ini menyatakan bahwa :

a. Karya tulis saya, skripsi ini adalah asli dan belum pernah diajukan

untuk mendapatkan gelar akademik (Sarjana Terapan Kebidnan),

baik di STIKes Ummi Bogor maupun di perguruan tinggi lainnya.

b. Karya tulis ini adalah murni gagasan, rumusan dan penelitian saya

sendiri, tanpa bantuan orang lain, kecuali tim pembimbing dan para

narasumber.

c. Dalam karya tulis ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah

ditulis atau dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan

jelas dicantumkan sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan

nama pengarang dan judul buku aslinya serta dicantumkan dalam

daftar pustaka.

d. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila di

kemudian hari terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam

iii
pernyataan ini maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa

pencabutan gelar yang telah saya peroleh, dan sanksi lain sesuai

dengan norma yang berlaku di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan

(STIKes) Ummi Bogor

Bogor, 18 Juli 2023

Yang membuat pernyataan,

Nurnisa Septiani
NIM: 0442282222038

iv
PERNYATAAN PERSETUJUAN

HASIL KARYA SKRIPSI UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

(ACADEMIC PROPERTY)

Sebagai civitas akademik STIKes Ummi Bogor, saya yang bertanda tangan

dibawah ini :

Nama : Nurnisa Septiani

NIM : 0442282222038

Program Studi : Sarjana Terapan Kebidanan

Jenis Karya : Skripsi

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya menyetujui untuk

memberikan kepada STIKes UMMI Bogor Hak Bebas Royalti Non

Eksklusif ini STIKes UMMI Bogor berhak menyimpan, mengalih

media / formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database)

merawat, dan mempublikasikan skripsi saya selama tetap

mencantumkan nama saya sebagai penulis / pencipta dan sebagai

pemilik hak cipta.

Bogor, 18 Juli 2023

Yang membuat pernyataan,

Nurnisa Septiani
NIM: 0442282222038

v
HALAMAN PERSEMBAHAN

Untuk memperoleh sebuah hasil yang baik, maksimal dan berkualitas

tentunya tidak lepas dari perjuangan, dukungan dan motivasi dari orang -

orang di sekitar kita. Oleh sebab itu, saya persembahkan skripsi ini untuk :

1. Orang tua tercinta (Rahimahullah) yang telah membesarkan saya dengan

penuh kasih sayang dan didikan yang baik sehingga saya bisa mencapai ini

semua.

2. Kaka dan adik saya tercinta yang selalu memberikan dukungan dan doa

sehingga saya memiliki semangat untuk melanjutkan pendidikan sarjana

saya.

3. Teman-teman dan sahabat yang selalu memberikan motivasi dan doa selama

saya menjalani perkuliahan.

Motto :

# Engkau akan bersama dengan orang yang engkau cintai (HR. Bukhari no. 6171).

# QS. Al- Baqarah ayat 286.

vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A. Identitas Diri

1. Nama : Nurnisa Septiani

2. NIM : 0442282222038

3. Tempat/Tanggal lahir : Bogor, 10 September 1989

4. Jenis Kelamin : Perempuan

5. Agama : Islam

6. Alamat : KP. Leuwi Kopo RT. 03/02. No.1

7. No. Telepon : 0856-9110-86-84

8. E-mail : nnisa.septiani@gmail.com

B. Pendidikan

1. SDN Babakan Dramaga 1, Lulus tahun 2003

2. SMPN 1 Dramaga, Lulus tahun 2006

3. SMAN 1 Leuwiliang , Lulus tahun 2009

4. D-III Akademi Kebidanan Prima Husada Bogor, Lulus tahun 2012

vii
ABSTRAK

HUBUNGAN TINGKAT STRESS DENGAN PRE-MENSTRUAL


SYNDROME PADA MAHASISWI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN DI
STIKES UMMI BOGOR

Septiani Nurnisa
Program Studi Sarjana Terapan Kebidanan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Ummi Bogor
Email: nnisa.septiani@gmail.com
Telepon: 085691108684

Latar Belakang : Prevalensi PMS dibeberapa daerah di Indonesia menunjukkan hasil


yang berbeda. Di Jakarta Selatan menunjukkan 45% siswi SMK mengalami PMS. Di
Kudus didapatkan prevalensi PMS pada mahasiswi Akademi Kebidanan sebanyak 45,8%.
Di Padang menunjukkan 51,8% siswi SMA mengalami PMS, sedangkan di Purworejo
pada siswi sekolah menengah atas, prevalensi PMS sebanyak 24,6% (Pratita &
Margawati, 2013). Perbedaan kejadian pre-menstrual syndrome (PMS) antar wanita
biasanya disebabkan oleh beberapa faktor antara lain : stres, meningkatnya usia, pola
makan yang tidak baik dan status gizi (Sukarni dan Wahyu, 2013).
Tujuan Penelitian : Untuk Mengetahui Hubungan Tingkat Stres dengan Pre-menstrual
syndrome pada Mahasiswi Sarjana Terapan Kebidanan di STIKes Ummi Bogor.
Metode Penelitian : Jenis penelitian ini adalah penelitian yang bersifat analitik dengan
menggunakan desain cross sectional. Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh
mahasiswi STIKes Ummi Program Studi Sarjana Terapan Kebidanan Reguler Tingkat II
yaitu sebanyak 48 mahasiswi. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah
total sampling dengan jumlah sampel yaitu 48 mahasiswi. Analisis data menggunakan uji
chi-square dengan tingkat kepercayaan 95% (α=0,05).
Hasil Penelitian : Menunjukkan bahwa Tidak Terdapat hubungan antara tingkat stres
dengan premenstrual syndrome (PMS) ( ρ value = 0,733). Adapun faktor lain sindrom
premenstruasi diantaranya riwayat anggota keluarga, umur, kurang olahraga, kurang
vitamin dan mineral, terlalu banyak konsumsi garam, banyak minum kopi (Nugroho &
Utama, 2014)
Kesimpulan : Tidak ada hubungan yang signifikan antara tingkat stres dengan kejadian
premenstrual syndrome (PMS). Hal ini disebabkan individu yang mengalami
premenstrual syndrome bukan hanya disebabkan oleh faktor stress, namun juga ada
faktor pendukung lainnya.

Kata Kunci : Tingkat stress, premenstrual syndrome

viii
ABSTRACT

THE RELATIONSHIP BETWEEN STRESS LEVEL AND PRE-


MENSTRUAL SYNDROME IN GRADUATE STUDENTS OF APPLIED
MIDWIFERY AT STIKES UMMI BOGOR

Septiani Nurnisa
Bachelor of Applied Midwifery Study Program, Ummi Bogor College of Health Sciences
Email: nnisa.septiani@gmail.com
Phone: 085691108684

Background: The prevalence of STDs in several regions in Indonesia shows different


results. In South Jakarta, it shows that 45% of vocational school students experience
PMS. In Kudus, the prevalence of PMS in Midwifery Academy students was found to be
45.8%. In Padang, 51.8% of high school students experienced PMS, while in Purworejo,
the prevalence of PMS was 24.6% (Pratita & Margawati, 2013). Differences in the
incidence of pre-menstrual syndrome (PMS) between women are usually caused by
several factors including: stress, increasing age, poor eating patterns and nutritional
status (Sukarni and Wahyu, 2013).
Research Objectives: To find out the relationship between stress levels and pre-
menstrual syndrome in undergraduate students of applied midwifery at STIKes Ummi
Bogor.
Research Methods: This type of research is an analytic research using a cross sectional
design. The sample in this study were all female students of STIKes Ummi, Level II
Regular Bachelor of Applied Midwifery Study Program, namely 48 female students. The
sampling technique in this study was total sampling with a total sample of 48 female
students. Data analysis used the chi-square test with a 95% confidence level (α=0.05).
Research results: There was no association between stress levels and premenstrual
syndrome (PMS) (ρvalue = 0.733). The other factors of premenstrual syndrome include
family history, age, lack of exercise, lack of vitamins and minerals, too much salt
consumption, drinking a lot of coffee (Nugroho &; Utama, 2014)
Conclusion: There was no significant association between stress levels and the incidence
of premenstrual syndrome (PMS). This is because individuals who experience
premenstrual syndrome are not only caused by stress factors, but also there are other
supporting factors.

Keywords: stress level, premenstrual syndrome

ix
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan Rahmat dan

Hidayah - Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal skripsi ini tepat

pada waktunya.

Skripsi berjudul “Hubungan Tingkat Stress dengan Pre-Menstrual

Syndrome pada Mahasiswi Sarjana Terapan Kebidanan di STIKes Ummi”.

Adapun tujuan pembuatan skripsi ini adalah untuk memenuhi salah satu syarat

menyelesaikan pendidikan Sarjana Terapan Kebidanan.

Penulis menyadari selama pembuatan skripsi ini, banyak menemukan

hambatan dan kesulitan. Namun atas segala bantuan, bimbingan dan arahan dari

berbagai pihak. penulis mampu menyelesaikan proposal Skripsi ini dengan baik.

Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. dr. Andi Tatat, MKM selaku Ketua Yayasan Ummi Cendekia STIKes

Ummi Bogor

2. dr. Meizi Fachrial Achmad, M. Biomed Selaku Ketua STIKes Ummi

Bogor

3. Inna Noor Inayati, S. ST., MH. Kes selaku Wakil Ketua I Bidang

Akademik STIKes Ummi Bogor

4. Drs. H. Sutikno, M. Kes selaku Wakil Ketua II Bidang Keuangan dan

Kepegawaian STIKes Ummi Bogor

5. Nurul Herawati, S.ST. M.Tr.Keb Wakil Ketua III Bidang Kemahasiswaan

STIKes Ummi Bogor

x
6. Susanti Tungka, S.KM., MARS selaku Wakil Ketua IV Bidang

Pengembangan STIKes Ummi Bogor.

7. Triswanti, S.SiT., M.Kes sebagai Ketua Program Studi Sarjana Terapan

Kebidanan sekaligus Pembimbing 1 Skripsi yang senantiasa memberikan

bimbingan dan masukan

8. Seluruh dosen dan staf di STIKes Ummi Bogor

9. Kakak, adik dan sahabat tercinta beserta keluarga besar yang menjadi

motivator terbaik dan tidak henti hentinya mendoakan serta memberikan

dukungan baik secara moril maupun materil sehingga peneliti tetap

semangat dalam menyelesaikan penyusunan Proposal Skripsi ini.

10. Teman-teman Sarjana Terapan Kebidanan Angkatan I STIKes Ummi

Bogor yang telah memberikan motivasi sehingga Proposal Skripsi ini

dapat terselesaikan.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna , sehingga

penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna

menyempurnakan Proposal Skripsi ini selanjutnya.

Bogor , 18 Juli 2023

Penulis

xi
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL.............................................................................................i

HALAMAN PENGESAHAN................................................................................ii

DEKLARASI ORISINILITAS............................................................................iii

PERNYATAAN PERSETUJUAN........................................................................v

HALAMAN PERSEMBAHAN.........................................................................vi

DAFTAR RIWAYAT HIDUP............................................................................vii

ABSTRAK...........................................................................................................viii

ABSTRACT............................................................................................................ix

KATA PENGANTAR............................................................................................x

DAFTAR ISI........................................................................................................xii

DAFTAR TABEL...............................................................................................xiii

DAFTAR GAMBAR...........................................................................................xiv

DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................xv

DAFTAR SINGKATAN.....................................................................................xvi

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1

A. Latar Belakang...................................................................................................1

B. Rumusan Masalah..............................................................................................6

xii
C. Tujuan Penelitian................................................................................................6

D. Manfaat Penelitian.............................................................................................6

E. Ruang Lingkup Penelitian..................................................................................7

F. Keaslian Penelitian.............................................................................................9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................12

A. Tinjauan Teori...................................................................................................12

1. Remaja.....................................................................................................12

2. Pre-Menstrual Syndrome.........................................................................19

3. Stress.......................................................................................................30

B. Kerangka Teori.................................................................................................45

BAB III METODOLOGI PENELITIAN..........................................................46

A. Kerangka Konsep..............................................................................................46

B. Hipotesis...........................................................................................................46

C. Populasi dan sampel..........................................................................................46

D. Jenis dan Rancangan Penelitian........................................................................47

E. Definisi Operasional..........................................................................................48

F. Instrument Penelitian.........................................................................................49

F. Prosedur Penelitian............................................................................................51

G. Teknik pengolahan dan Analisis data...............................................................52

H. Etika Penelitian.................................................................................................55

xiii
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN....................................57

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian.................................................................57

B. Hasil Penelitian..................................................................................................57

C. Pembahasan.......................................................................................................59

D. Keterbatasan Penelitian.....................................................................................68

BAB V PENUTUP................................................................................................69

A. Kesimpulan.......................................................................................................69

B. Saran ...........................................................................................................69

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

xiv
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1. Keaslian Penelitian...........................................................................9

Tabel 3.1. Definisi Operasional....................................................................48

Tabel 4.1. Distribusi responden menurut tingkat stres ....................................57

Tabel 4.2. Distribusi responden menurut kejadian PMS...................................58

Tabel 4.3 Hubungan tingkat stres dengan kejadian premenstrual syndrome

(PMS)..................................................................................................59

xv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1. Kerangka Teori..........................................................................45

Gambar 3. 1. Kerangka Konsep.......................................................................46

xvi
DAFTAR LAMPIRAN

1. Lampiran 1 Informed Consent

2. Lampiran 2 Kuesioner Penelitian

3. Lampiran 3 Surat Studi Pendahuluan

4. Lampiran 4 Surat Balasan Studi Pendahuluan

5. Lampiran 5 Lembar Konsultasi Bimbingan Penelitian

6. Lampiran 6 Dokumentasi Studi Pendahuluan

7. Lampiran 7 Bukti Izin Menggunakan Kuesioner

8. Lampiran 8 Surat Balasan Izin Penelitian

9. Lampiran 9 Dokumentasi Pelaksanaan Penelitian

10. Lampiran 10 Tabel Coding Responden dan Hasil Uji CHI- SQUARE

xvii
DAFTAR SINGKATAN

A. PMS : Pre-Menstrual Syndrome

B. WHO : World Health Organization

C. BKKBN : Badan Kesejahteraan Keluarga Berencana Nasional

D. PKRR : Pelayanan Kesehatan Ramah Remaja

E. PMDD : Premenstrual Dysphoric Disorder

xviii
xix
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pre-Menstrual Syndrome (PMS) adalah kumpulan gejala fisik,

psikologis dan emosi yang terkait dengan siklus menstruasi wanita. Sekitar

80 sampai 95 persen wanita mengalami gejala-gejala pra menstruasi yang

dapat mengganggu beberapa aspek dalam kehidupannya. Gejala tersebut

dapat diperkirakan dan biasanya terjadi secara reguler pada dua minggu

periode sebelum menstruasi. Hal ini dapat hilang begitu dimulainya

menstruasi, namun dapat pula berlanjut setelahnya. Sindrom pra

menstruasi dapat sangat hebat pengaruhnya sehingga mengharuskan

mereka beristirahat dari sekolah atau kantornya (Sukarni & Wahyu, 2013).

Gejala fisik yang umum dirasakan yaitu: kelelahan, sembelit, payudara

terasa penuh, sakit kepala, kenaikan berat badan, nyeri tubuh, dan

pembengkakan pada ekstremitas, kembung. Gejala emosional atau

perilaku termasuk cepat marah, gugup, perubahan suasana hati, kesedihan,

depresi, penurunan konsentrasi, hipersomnia / insomnia, dan penarikan diri

dari aktivitas sehari- hari (Hidayat, 2013), (Kurnia & Hapsari, 2016).

Dalam suatu penelitian didapatkan prevalensi PMS didunia adalah

47,8%. Penelitian mengenai epidemiologi yang dilakukan dari tahun 1996

sampai 2011 secara berturut-turut, didapatkan prevalensi terendah di

1
Prancis sebesar 12% dan tertinggi berada di Iran sebesar 98%. Dapat

ditarik

2
kesimpulan bahwa kejadian PMS secara global masih sangat tinggi

prevalensinya (Moghadam, 2014).

Menurut World Health Organization (WHO), remaja adalah penduduk

dalam rentang usia 10-19 tahun, menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI

Nomor 25 tahun 2014, remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10-18

tahun dan menurut Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana

(BKKBN) rentang usia remaja adalah 10-24 tahun dan belum menikah.

Jumlah kelompok usia 10-19 tahun di Indonesia menurut sensus Penduduk

2010 sebanyak 43,5 juta atau sekitar 18% dari jumlah penduduk.

Sedangkan jumlah remaja usia 10-14 tahun di Jawa Barat tahun 2008

sudah mencapai 11.662.000 orang.

Pre-Menstrual Syndrome (PMS) merupakan masalah kesehatan umum

yang paling banyak dilaporkan oleh wanita usia reproduktif. Menurut

BKKBN (Badan Kesejahteraan Keluarga Berencana Nasional) tahun 2011,

Wanita Usia Subur (Wanita usia Reproduktif) adalah wanita yang berumur

18-49 tahun yang berstatus belum kawin, kawin ataupun janda. Terdapat

fakta yang mengungkapkan bahwa sebagian remaja mengalami gejala-

gejala yang sama dan kekuatan Pre-Menstrual Syndrome (PMS) yang

sama sebagaimana yang dialami oleh wanita yang lebih tua (Freeman,

2012).

Penelitian yang dilakukan oleh Pelayanan Kesehatan Ramah Remaja

(PKRR) dibawah naungan WHO tahun 2005 menyebutkan bahwa


permasalahan wanita di Indonesia adalah seputar permasalahan mengenai

gangguan menstruasi (38,45%), masalah gizi yang berhubungan dengan

3
anemia (20,3%), gangguan belajar (19,7%), gangguan psikologis

(0,7%), serta masalah kegemukan (0,5%). Gangguan menstruasi menjadi

permasalahan utama pada wanita di Indonesia (Damayanti, 2013).

Saat ini ada dua teori yang dipostulasikan pada etiologi PMS, yaitu

kesensitifan wanita terhadap perubahan hormon progesteron dan estrogen

menjelang menstruasi dan perubahan kedua hormon tersebut

menyebabkan penurunan kadar hormon serotonin. Hormon serotonin

merupakan neurotransmitter kimia yang dikenal dalam mengatur suasana

hati. Rendahnya hormon serotonin berhubungan dengan terjadinya stress

(Khalatbari & Salimynezhad, 2013).

Faktor yang dapat menyebabkan Premenstrual Syndrom (PMS) yaitu

stres. Penelitian yang dilakukan oleh Ilmi & Utari (2018), mahasiswi

Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) dan Dept. Arsitektur Fakultas

Teknik Universitas Indonesia menemukan bahwa setidaknya ada 83,3%

mahasiswi yang memiliki tingkat stres yang tinggi mengalami

Premenstrual Syndrom(PMS) dengan gejala berat. Pada mahasiswi

Fakultas Fisioterapi Universitas Hasanuudin menemukan sebanyak 28%

mengalami stres ringan, 33% mengalami stres sedang dan diantaranya

mengalami siklus menstruasi tidak normal. Penelitian oleh Aldira (2014)

dalam (Ilmi & Utari, 2018), ini menjelaskan bahwa psikis berpengaruh,

psikis penderita bisa diperberat oleh kejadian Premenstrual

Syndrom(PMS) (Aldira, 2014).


Prevalensi PMS dibeberapa daerah di Indonesia menunjukkan hasil

yang berbeda. Di Jakarta Selatan menunjukkan 45% siswi SMK

mengalami

4
PMS. Di Kudus didapatkan prevalensi PMS pada mahasiswi Akademi

Kebidanan sebanyak 45,8%. Di Padang menunjukkan 51,8% siswi SMA

mengalami PMS, sedangkan di Purworejo pada siswi sekolah menengah

atas, prevalensi PMS sebanyak 24,6% (Pratita & Margawati, 2013). Hasil

studi pendahuluan yang dilakukan di SMP 1 Jasinga Kabupaten Bogor

menunjukan bahwa dari 10 responden, tedapat 80% diantaranya

mengalami premenstrual syndrome, kehidupan yang penuh stress dan

hubungan yang bermasalah secara umum dapat berhubungan dengan

keparahan gejala -gejala fisik (Rahayu, 2020).

Kejadian premenstrual syndrom (PMS) jenis gejalanya cukup

bervariasi dan gejalanya beragam pada setiap individu, penyebab dari

gejala Premenstrual Syndrom (PMS) sampai saat ini tidak diketahui

secara pasti. Beberapa wanita, mengalami kategori berat, sampai

aktivitasnya terganggu (NIH, 2014) dalam (Ratikasari, 2015). Salah satu

faktor yang menyebabkan premenstrual syndrom (PMS) adalah aktivitas

fisik, tingkat stres, serta pola tidur.

Perbedaan kejadian pre-menstrual syndrome (PMS) antar wanita

biasanya disebabkan oleh beberapa faktor antara lain : stres, meningkatnya

usia, pola makan yang tidak baik dan status gizi (Sukarni dan Wahyu,

2013). Prevalensi kejadian PMS pada populasi wanita usia reproduksi di

Indonesia sebesar 85% dan yang mengalami PMS sedang hingga berat

sebanyak 60- 70% (Moreno, 2016). Berdasarkan hasil penelitian


Ramadhani at al (2015), pada Remaja putri di SMAN 5 Bandar Lampung

mengalami stres 33,5%,

5
status gizi tidak normal 31%, kebiasaan makan tinggi garam dan

glukosa sebesar 24,5%, kebiasaan minum kafein dan soda sebesar 27%,

merokok sebesar 22%, dan olahraga sebesar 24% (Ramadhani at al, 2015).

Penelitian yang dilakukan di Poltekkes Banten didapatkan asil lebih

dari 50% mahasiswa mengalami premenstrual syndrom (PMS) (Hikmah,

2015). Dampak dari premenstrual syndrom (PMS) terjadinya penurunan

konsentrasi dalam belajar, absensi kehadiran di kelas mengalami

peningkatan serta aktivitas yang menurun (Ramadhani, 2018).

Data yang diperoleh dari studi pendahuluan pada tanggal 10 November

2022, pada mahasiswi di Jurusan Kebidanan STIKes Ummi Bogor tingkat

II di kelas A dari 10 mahasiswi dilakukan sebar kuesioner tentang kejadian

tingkat stres dengan pre-menstrual syndrome, didapatkan hasil seluruh

mahasiswi mengalami pre-menstrual syndrome sebanyak 10 mahasiswi

dengan gejala yang bervariasi mulai dari nyeri pinggang, pusing, diare,

emosional, sampai stres. Selanjutnya untuk hasil pengukuran tingkat stres

dari 10 mahasiswi didapatkan stres ringan sebanyak 1 orang (10 %), stress

sedang sebanyak 6 orang (60 %) dan stress berat sebanyak 3 orang (30 %).

Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul “Hubungan Tingkat Stres dengan pre-menstrual

syndrome pada mahasiswi Sarjana Terapan Kebidanan di STIKes Ummi

Bogor ”.
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan Latar Belakang di atas maka rumusan masalah yang

penulis ambil adalah sebagai berikut : “Adakah Hubungan Tingkat Stres

dengan pre-menstrual syndrome pada mahasiswi Sarjana Terapan

Kebidanan di STIKes Ummi Bogor”?.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Untuk Mengetahui Hubungan Tingkat Stres dengan Pre-menstrual

syndrome pada Mahasiswi Sarjana Terapan Kebidanan di STIKes

Ummi Bogor

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui distribusi frekuensi tingkat stres pada

Mahasiswi Sarjana Terapan Kebidanan di STIKes Ummi Bogor

b. Untuk mengetahui distribusi frekuensi pre-menstrual syndrome

pada Mahasiswi Sarjana Terapan Kebidanan di STIKes Ummi

Bogor

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Menambah pengetahuan bagi ilmu kesehatan terutama mengenai

hubungan tingkat stres dengan pre-menstrual syndrome pada

mahasiswi Sarjana Terapan Kebidanan STIKes Ummi Bogor.


2. Manfaat Praktis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan wawasan dan

sebagai informasi tentang hubungan tingkat stres dengan pre-

menstrual syndrome pada mahasiswi Sarjana Terapan Kebidanan

STIKes Ummi Bogor.

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat melengkapi penelitian

sebelumnya yang berkaitan dengan pre-menstrual syndrome dan

juga dapat dijadikan bahan kajian untuk penelitian selanjutnya.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Adapun ruang lingkup penelitian yang mencakup dalam 5W 1H (what,

where ,why, when, who dan how) sebagai berikut :

1. What ( Apa yang di teliti )

Hubungan Tingkat Stres dengan pre-menstrual syndrome pada

mahasiswi Sarjana Terapan Kebidanan reguler tingkat II di STIKes

Ummi

2. Where ( Dimana penelitian dilakukan )

Penelitian akan dilakukan Di STIKes Ummi yang berada di Jl. Raya

Pemda No.100, Desa pasir jambu, Kabupaten Bogor.

3. Why ( Mengapa dilakakukan penelitian )

Untuk mengetahui Hubungan Tingkat Stres dengan pre-menstrual

syndrome pada mahasiswi Sarjana Terapan Kebidanan reguler tingkat

II di STIKes Ummi.
4. When (Kapan dilakukan penelitian)

Penelitian ini dilaksanakan mulai pada bulan November 2022 sampai

dengan Juli 2023.

5. Who (Siapa yang akan di teliti)

Responden yang akan diteliti yaitu seluruh mahasiswi Kebidanan

Reguler tingkat II Semester 3 di STIKes Ummi yang mengalami stress

dan pre-menstrual syndrome, yang berjumlah 61 Mahasiswi.

6. How (Bagaimana penelitian tersebut dilakukan)

Untuk metode penelitiannya, Peneliti menggunakan Metode Penelitian

Survei, Survei dirancang untuk memperoleh informasi. Pengambilan

datanya berdasarkan data Primer dengan melakukan Wawancara

berupa membagikan Kuesioner pada mahasiswi Sarjana Kebidanan

reguler tingkat II Semester 3 di STIKes Ummi.


F. Keaslian Penelitian

Tabel 1.1. Keaslian Penelitian

No Pen Judul Penelitian Hasil Penelitian Perbedaan


eliti
1. Nazi Hubungan Tingkat Stres Dengan Hasil penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian yang
hah, Pre-Menstrual Syndrome Pada Menunjukkan bahwa tidak bersifat analitik dengan menggunakan desain
2018 Mahasiswa D IV Kebidanan terdapat hubungan antara cross sectional study. Sampel dalam penelitian
Politeknik Kesehatan Kementerian tingkat stres dengan kejadian ini adalah seluruh mahasiswi tingkat II program
Kesehatan Kendari Tahun 2018 premenstrual syndrome ( ρ value studi DIV Kebidanan Poltekkes Kemenkes
= 0,156). Kendari yang berjumlah 58 orang. Teknik
pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah
total sampling dengan jumlah sampel yaitu 58
orang. Analisis data menggunakan uji chi-square
dengan tingkat kepercayaan 95% (α=0,05).
2. Kania at al, 2021 Hubungan Antara Aktivitas didapatkan terdapat hubungan Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan
Fisik, Stres Dan Pola Tidur bermakna di setiap variabel cross sectional. Sampel sebesar 97 secara simple
Dengan Pre- menstrual aktivitas fisik, random sampling. Kuesioner diisi oleh responden
Syndrome (PMS) Pada stres dan pola tidur terhadap melalui google form, analisa data menggunakan
Mahasiswi Prodi D3 Farmasi kejadian Premenstrual uji chi square
STIKes Kharisma Persada syndrom(PMS) ..
3. Afriyanti, 2020 Hubungan Tingkat Stres Terdapat hubungan yang Penelitian ini menggunakan desain penelitian
dengan Kejadian Premenstruasi signifikan antara tingkat stres analitik korelasi dengan
Sindrom pada Mahasiswa DIV dengan kejadian pre- pendekatan cross sectional pada 181 responden
Bidan Pendidik Universitas menstruasi sindrom pada dengan teknik total sampling. Instrumenst
Respati Yogyakarta mahasiswa DIV Bidan penelitian menggunakan kuesioner Depression
Pendidik Universitas Respati Anxiety Stress Scale (DASS) dan
Yogyakarta Shortened Premenstrual Assesment Form (SPAF).
Analisis data menggunakan uji korelasi Spearman
Rank.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori

1. Remaja

a. Pengertian

Remaja menurut UU Perlindungan Anak adalah seseorang

yang berusia antara 10-18 tahun, dan merupakan kelompok

penduduk Indonesia dengan jumlah yang cukup besar (hampir 20%

dari jumlah penduduk). Remaja merupakan calon pemimpin dan

pengerak pembangunan di masa depan (Kemenkes,2018)

Masa remaja merupakan transisi perkembangan dari masa

kanak-kanak menuju masa dewasa, antara usia 10-24 tahun. Muda

atau remaja secara etimologis berarti 15-24 tahun. Ketiga tahap

(durasi) masa remaja tumbuh menjadi dewasa berdasarkan sifat

atau karakteristik perkembangannya. Pengertian remaja

(adolescence) menurut World Health Organization (WHO) adalah

periode usia 10-19 tahun, sedangkan Perserikatan Bangsa-Bangsa

(PBB) mengacu pada pemuda (adolescence) menurut kelompok

umur, yaitu: masa remaja awal (10-12 tahun), masa remaja

pertengahan (13-15 tahun), dan masa remaja akhir (16-19 tahun).

Definisi ini kemudian disusun ke dalam terminologi remaja, yang

mencakup usia 10 hingga 24 tahun (Ginanjarsari et al ,2020).

12
Masa remaja merupakan masa transisi yang ditandai

dengan perubahan fisik, emosional dan psikologis. Masa remaja,

yang jatuh antara usia 10 – 19 tahun, adalah masa pematangan

sistem reproduksi manusia dan sering disebut sebagai pubertas.

Masa remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak

menuju masa dewasa (Ginanjarsari et al ,2020).

Berdasarkan sifat atau masa (rentang waktu), remaja ada

tiga tahap, yaitu:

1) Remaja Awal

Merasa lebih dekat dengan teman sebayanya, merasa bebas,

lebih peduli dengan keadaan tubuhnya dan berpikir secara

imajinatif (abstrak).

2) Remaja Tengah

Penampilan dan perasaan untuk mencari jati diri, ingin

berkencan atau tertarik pada lawan jenis, mengembangkan

perasaan cinta yang mendalam, mengembangkan kemampuan

berpikir abstrak (fantasi) dan berfantasi tentang hal-hal

seksual.

3) Remaja Akhir

Pengungkapan diri, pencarian pasangan secara selektif,

memiliki citra (citra, situasi, peran) diri sendiri, kemampuan

mengungkapkan perasaan cinta dan kemampuan berpikir

imajinatif atau abstrak. (Ginanjarsari et al., 2020).


(Kuzmirani, 2016) menjelaskan bahwa masa remaja merupakan

fase peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa,

meliputi segala perkembangan dalam persiapan menuju masa

dewasa. Masa remaja merupakan masa yang penting dalam

perjalanan hidup seseorang. Kelompok usia ini penting karena

merupakan jembatan antara masa kanak-kanak yang bebas dan

masa dewasa yang menuntut segala bentuk tanggung jawab.

b. Perkembangan dan Pertumbuhan Remaja

Ada dua konsep dalam pembinaan remaja, yaitu Nature dan

Nurture. Memahami alam menunjukkan bahwa masa remaja

adalah masa badai dan stres. Pada tahap perkembangan ini,

manusia mengalami banyak gejolak dan penuh tekanan akibat

perubahan yang terjadi di dalam dirinya. Konsep Nurture

menyatakan bahwa tidak semua remaja mengalami badai dan

tekanan tersebut. Hal ini tergantung dari pola asuh dan lingkungan

dimana remaja tersebut tinggal (Ginanjarsari et al, 2020)

Adapun aspek perkembangan remaja menurut Kumsiran (2016)

dalam (ginanjarsari et al ,2020) antara lain:

1) Perkembangan Sosial

Persimpangan pola perilaku anak-anak dan orang dewasa

merupakan kondisi yang paling sulit bagi kaum muda. Kaum

muda harus beradaptasi dengan peran orang dewasa dan

melepaskan diri dari peran anak-anak. Remaja harus memiliki


kemampuan beradaptasi dengan orang dewasa di luar

lingkungan keluarga dan sekolah.

2) Perkembanagan Emosi

Ciri-ciri perkembangan emosi pada tahap ini antara lain:

Emosi lebih tidak stabil dan biasanya diekspresikan secara

eksplosif, keadaan emosional biasanya berlangsung cukup

lama untuk akhirnya kembali ke keadaan semula, yaitu

keadaan sebelum keadaan emosi terjadi, jenis emosi lebih

beragam (perbedaan antara emosi menjadi lebih tipis), kadang-

kadang. bahkan emosinya sangat kacau sehingga sulit untuk

dikenali. Remaja juga sering bingung dengan emosinya sendiri

karena emosi yang saling bertentangan akan muncul, seperti:

Marah dan bicara, ketertarikan pada lawan jenis mulai

mengandung emosi, remaja biasanya sangat sensitif terhadap

pendapat orang lain. Akibatnya, remaja menjadi lebih mudah

marah dan merasa malu. Hal ini berkaitan dengan

perkembangan citra dirinya.

3) Perkembangan Kognitif

Berdasarkan teori perkembangan kognitif Piaget, kemampuan

kognitif remaja berada pada fase operasional formal. Kaum

muda harus mampu menimbang dan bertanggung jawab atas

semua cara yang mungkin untuk memecahkan masalah. Secara

sadar, kaum muda cenderung menunjukkan perilaku seperti


krisis, rasa ingin tahu yang kuat, pemikiran egosentris, citra

publik dan dongeng pribadi(personal fables).

4) Perkembangan Moral

Perubahan mendasar dalam moralitas anak muda terjadi pada

masa remaja, mereka mulai memberontak terhadap nilai-nilai

orang tua dan orang dewasa lainnya dan mulai menentukan

nilai-nilai mereka sendiri, pendapat moral anak muda menjadi

semakin abstrak dan kurang nyata, keyakinan moral menjadi

terfokus. lebih berfokus pada apa yang benar dan bukan pada

apa yang salah, penilaian moral menjadi semakin kritis,

sehingga para remaja berani menganalisis norma sosial dan

norma pribadi serta mengambil keputusan tentang berbagai

masalah moral yang mereka hadapi, penilaian moral menjadi

kurang egosentris dan mengembangkan norma-norma

berdasarkan nilai-nilai kelompok sosial mereka. Penilaian

moral biasanya mengandung emosi dan menyebabkan

gangguan mental.

5) Mengembangkan Konsep Diri

Konsep diri mencakup semua perasaan dan pikiran seseorang

tentang dirinya sendiri/ Citra diri pribadi seorang remaja.

Harga diri dan evaluasi sosial adalah bagian dari citra diri

pribadi seorang remaja. Harga diri mencakup keyakinannya


tentang hal-hal seperti pengendalian diri terhadap keinginan

dan impulsnya,

17
hati Susana tempat remaja tinggal, gambaran subjektif tentang

kondisi tubuhnya, perasaan bahwa orang lain selalu

memandangnya atau memperhatikannya (berkaitan dengan

kognitif perkembangan). Sedangkan penilaian sosial

melibatkan penilaian tentang bagaimana remaja menerima

penilaian lingkungan sosial dari diri mereka sendiri. Selain itu,

konsep lain yang terkandung dalam konsep diri tersebut adalah

citra diri atau self-image, yaitu gambaran tentang hal-hal

seperti siapa saya (existing self) dan ingin menjadi apa

(desired self).

6) Perkembanagan Heteroseksual

Dalam perkembangan heteroseksual ini, kaum muda memiliki

peran gender yang diakui oleh orang-orang di sekitarnya. Anak

perempuan menemukan standar ganda di mana anak laki-laki

dapat melakukan hal-hal yang sering dipersalahkan oleh anak

perempuan. Keadaan opini budaya kaum muda tertentu tentang

peran gender menyebabkan munculnya efek klasifikasi dalam

masyarakat. Beberapa ciri penting perkembangan

heteroseksual remaja pada umumnya adalah remaja yang

mempelajari perilaku orang dewasa menurut jenis kelaminnya

untuk menarik perhatian lawan jenis. meningkatnya minat

terhadap lawan jenis, disertai dengan keinginan yang kuat

untuk menerima dukungan dari lawan jenis, minat terhadap


kehidupan sosial, remaja mulai mencari informasi tentang

kehidupan seks dewasa,

18
bahkan membangkitkan rasa ingin tahu dan keinginan untuk

bereksplorasi, minat terhadap fisik. keintiman Seiring dengan

hasrat dan ketertarikan seksual terhadap lawan jenis, perilaku

remaja diarahkan untuk menarik perhatian lawan jenis.

c. Aspek Pertumbuhan Remaja

Fungsi fisiologis dipengaruhi oleh kondisi lingkungan dan

nutrisi. Faktor lingkungan dapat sangat mempengaruhi percepatan

perubahan. Dua organ penting yang mempengaruhi perubahan,

yaitu: Polip, kelenjar adrenal dan kelenjar genital. Ketiga kelenjar

tersebut bekerja sama dan berinteraksi dengan faktor genetik dan

lingkungan. (Kusmiran, 2016).

Pada pria, hormon yang ditandai dengan mimpi basah

adalah testosteron. Perubahan fisik yang dialami pria antara lain

rambut di sekitar area kemaluan, kaki, lengan, dada, ketiak, dan

wajah. Ini terjadi pada anak laki-laki yang sudah mulai tumbuh

kumis, janggut, dan bulu ketiak. Suara bertambah, badan menjadi

lebih berotot terutama bahu dan dada, berat dan tinggi badan

bertambah, buah zakar membesar dan dapat mengeluarkan sperma

jika dirangsang (Kusmiran, 2016).

Pada wanita, hormon yang mempengaruhi estrogen dan

progesteron dibentuk saat menstruasi. Perubahan fisik meliputi

peningkatan tinggi badan, pertumbuhan rambut di sekitar alat


kelamin dan ketiak, kulit lebih halus, suara lebih lembut dan

bernada

19
tinggi, payudara dan pinggul mulai membesar, paha lebih bulat dan

periode menstruasi. (Kusmiran, 2016).

2. Pre-Menstrual Syndrome

a. Pengertian

Premenstrual syndrome (PMS) atau sindrom pramenstruasi

adalah gejala-gejala yang dialami wanita sebelum memasuki masa

menstruasi. Gejala tersebut dapat berupa perubahan fisik, perilaku, dan

emosi. Umumnya, gejala PMS terjadi sekitar 1–2 minggu sebelum

hari pertama menstruasi setiap bulannya. (Geta, T. et al. 2020)

Premenstrual Syndrome (PMS) adalah kumpulan gejala

fisik, psikologis, dan emosional yang terkait dengan siklus

menstruasi wanita. Sekitar 80 hingga 95 persen wanita mengalami

gejala pramenstruasi yang dapat memengaruhi beberapa aspek

kehidupan mereka. Gejala-gejala ini dapat diprediksi dan biasanya

terjadi secara teratur dalam dua minggu sebelum menstruasi. Ini

bisa hilang dengan awal menstruasi, tetapi juga bisa berlanjut

setelahnya. Sindrom pramenstruasi bisa cukup parah sehingga

membutuhkan waktu istirahat dari sekolah atau pekerjaan (Sukarni

& Wahyu, 2018).

Premenstrual Syndrome (PMS) adalah kondisi kompleks

dan kurang dipahami yang terdiri dari satu atau lebih gejala fisik

dan psikologis yang dimulai selama fase luteal dari siklus


menstruasi dan dapat mengganggu gaya hidup, pekerjaan, dan

aktivitas lain sampai

20
batas tertentu. Sekitar 30-80% wanita mengalami gangguan mood

atau somatik (atau keduanya) selama siklus menstruasi. Gejala

umum PMS termasuk perut kembung, panggul penuh,

pembengkakan tungkai bawah, nyeri payudara dan penambahan

berat badan. Perubahan perilaku atau perasaan, sakit kepala,

kelelahan dan nyeri punggung (Lowdermilk, 2013).

Premenstrual syndrome (PMS atau ketegangan

pramenstruasi) adalah kumpulan gejala fisik dan mental khas yang

terkait dengan siklus menstruasi. Premenstrual syndrome adalah

kumpulan gejala yang muncul sesaat sebelum menstruasi dan

mempengaruhi pekerjaan dan gaya hidup seseorang (Pawesti &

Untari, 2015).

b. Penyebab Pre-Menstrual Syndrome

Penyebab sindrom pramenstruasi (PMS) belum dapat

dijelaskan secara ilmiah. Beberapa teori menyatakan bahwa

sindrom pramenstruasi (PMS) terjadi karena ketidakseimbangan

antara hormon estrogen juga dapat menyebabkan sindrom

pramenstruasi (PMS). Namun, sindrom pramenstruasi (PMS)

cenderung lebih sering terjadi pada wanita yang sensitif terhadap

perubahan hormonal siklus menstruasi (Nugroho & Utama, 2014).

Faktor risiko adalah segala sesuatu yang meningkatkan

kemungkinan seseorang untuk mengalami suatu gejala atau

gangguan kesehatan. Faktor risiko PMS antara lain:


1. Riwayat anggota keluarga

Ibu atau Nenek yang mengalami PMS akan memperbesar

kemungkinan seseorang untuk juga mengalami PMS

2. Umur

Beberapa ahli mengatakan bahwa perempuan berumur

sekitar 30-an memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk

mengalami PMS. Namun demikian, banyak juga perempuan

berumur 20-an yang mengalami PMS justru berkurang atau

bahkan menghilang gejala PMS nya setelah menikah atau

ketika berumur di atas 30 tahun.

3. Masalah kesehatan jiwa (Stres)

Perempuan yang mudah cemas, depresi, atau menderita

gangguan kejiwaan lainnya, umumnya akan lebih mudah

mengalami PMS dibandingkan perempuan yang lebih tenang

dan dapat mengendalikan emosinya. Cemas, depresi dan

gangguan emosional lainnya merupakan factor risiko yang

sangat signifikan.

4. Kurang olah raga

5. Kurang vitamin dan mineral, terutama vitamin B6, kalsium

dan magnesium.

6. Terlalu banyak konsumsi garam, yang mudah menyebabkan

kembung dan retensi air dalam tubuh.

7. Banyak minum kopi.


c. Gejala Pre-Menstrual Syndrome

Menurut Kanisius (2010), Premenstrual Syndrome (PMS)

adalah kumpulan gejala yang meliputi gejala fisik, mental dan

perilaku. Menurut definisi, gejala ini muncul beberapa hari

sebelum menstruasi dan hilang dengan sendirinya pada hari

pertama atau kedua menstruasi. Menurut penelitian, 3-8% mungkin

mengalami kondisi yang lebih serius yang disebut Premenstrual

Dysphoric Disorder (PMDD). PMS dan PMDD tidak sama.

Wanita dengan PMDD mungkin mengalami depresi hingga

seminggu atau lebih sebelum menstruasi dimulai, sementara

sindrom pramenstruasi (PMS) lebih pendek durasinya, lebih ringan

dan lebih bersifat fisik. Seseorang dapat mengalami sindrom

pramenstruasi (PMS) atau gangguan dysphoric pramenstruasi

(PMDD) sendiri, atau bahkan keduanya.

Menurut bagan Pelacak Gejala PMS Departemen

Kesehatan dan Layanan Kemanusiaan AS, gejala umum termasuk

hot flashes, payudara bengkak dan lunak, merasa kelelahan yang

tidak wajar, sulit tidur, kram perut (kram), nyeri, dan

pembengkakan tubuh dan anggota badan, sembelit atau diare, sakit

kepala atau sakit punggung, perubahan nafsu makan atau nafsu

makan berlebihan, nyeri sendi atau otot (karena kejang otot), sulit

berkonsentrasi atau mengingat, tegang, cepat marah, perubahan


suasana hati atau keinginan untuk menangis, cemas, khawatir,

panik atau depresi.

23
Menurut Pawesti & Untar (2015), gejala sindrom

pramenstruasi (PMS) dibagi menjadi tiga gejala:

1) Gejala Perilaku

Gejala-gejala tersebut antara lain kelelahan, insomnia (sulit

tidur), makan berlebihan dan perubahan gairah seksual.

2) Gejala Mental

Gejala-gejala tersebut adalah cepat marah, mudah tersinggung,

tertekan, mudah sedih, menangis, cemas, sulit berkonsentrasi,

bingung, sulit untuk tenang dan merasa kesepian.

3) Gejala Fisik

Gejala fisik juga termasuk sakit kepala, payudara bengkak dan

keras, sakit punggung, sakit perut dan bengkak, pembengkakan

kaki dan tangan, mual, nyeri otot dan sendi.

d. Jenis-jenis Pre-Menstrual Syndrome

Menurut Abrahamin Saryono (2009), jenis-jenis sindrom

pramenstruasi (PMS) adalah:

1) Sindrom Pramenstruasi (PMS) Tipe A (Anxiety)

Premenstrual Syndrome Type A (PMS) ditandai dengan gejala

seperti kecemasan, kepekaan, ketegangan saraf, emosi yang

tidak stabil yang disebabkan oleh ketidakseimbangan hormon

estrogen dan progesteron. Pasien-pasien ini harus makan

banyak makanan kaya serat dan mengurangi atau membatasi

konsumsi kopi.
2) Sindrom Pramenstruasi (PMS) Tipe H (Hyperhydration)

Premenstrual syndrome (PMS) type H ditandai dengan perut

kembung (bloating), bengkak, nyeri dada, pembengkakan

tangan dan kaki, penambahan berat badan sebelum menstruasi.

Edema disebabkan oleh akumulasi air dan jaringan di luar sel

(ekstraseluler) akibat diet tinggi gula dan garam serta

pembatasan minum sehari-hari.

3) Sindrom Pramenstruasi (PMS) Tipe C (Craving)

Premenstrual Syndrome Type C (PMS) ditandai dengan

mengidam makanan manis (biasanya cokelat) dan karbohidrat

sederhana (biasanya gula). Keinginan untuk permen bisa

disebabkan oleh stres, banyak garam dalam makanan tidak

mempengaruhi asam lemak esensial (omega 6), kekurangan

magnesium.

4) Sindrom Pramenstruasi (PMS) Tipe D (Depression)

Premenstrual Syndrome Type D (PMS) ditandai dengan gejala

seperti depresi, menangis, lemah, masalah tidur, pelupa,

kebingungan, kesulitan mengucapkan kata-kata (slurring), dan

kadang-kadang bahkan kecenderungan bunuh diri atau upaya

bunuh diri.
e. Penanganan Pre-Menstrual Syndrome (PMS)

Menurut Sylvia (2010), pengobatan Premenstrual Syndrome

(PMS) dibagi menjadi beberapa kategori, yaitu:

1) Terapi Obat

Gunakan obat penghilang rasa sakit (yang dapat dibeli di

apotek/toko obat). Analgesik (pereda nyeri) dapat digunakan

untuk mengobati sindrom pramenstruasi (PMS) dan bersifat

simtomatik, hanya membantu mengatasi nyeri dan gejala

sedang lainnya, dan bersifat sementara. Obat penghilang rasa

sakit yang dijual bebas seperti acetaminophen, acetaminophen

dapat digunakan untuk mengobati rasa sakit. Namun,

penghilang rasa sakit yang dijual bebas tidak efektif untuk

beberapa gejala fisik atau emosional yang lebih serius.

2) Penggunaan Antidepresan

Antidepresan seperti inhibitor reuptake serotonin selektif

(SSRI) dapat dikonsumsi setiap hari atau 14 hari sebelum

menstruasi. SSRI membantu mengurangi efek perubahan

hormonal pada bahan kimia otak (neurotransmitter) seperti

serotonin. Selain itu, antidepresan non-SSRI juga dapat

digunakan untuk mengobati sindrom pramenstruasi (PMS).

Penggunaan kedua jenis obat ini harus dilakukan di bawah

pengawasan dan resep dokter.


3) Vitami B6

Vitamin B6 bertindak sebagai kofaktor dalam proses akhir

pembentukan neurotransmiter, yang memiliki efek lebih baik

pada aktivitas hormonal otak.

4) Penggunaan Kontrasepsi Oral

Pil KB yang mengandung kombinasi progestin dan

drospirenone dapat membantu dengan berbagai gejala

pramenstruasi ringan atau berat.

5) Psikoterapi

Psikoterapi adalah pengobatan psikologis. Premenstrual

syndrome (PMS) dapat diberikan dalam bentuk:

a) Perawatan Relaksasi

Terapi relaksasi sangat membantu dalam meredakan

ketegangan pada wanita dengan sindrom pramenstruasi

(PMS) yang relatif cepat, tetapi dapat juga dilakukan oleh

wanita yang terlambat berolahraga setiap hari. Prinsipnya

adalah melatih pernapasan (tarik napas dalam-dalam dan

perlahan, lalu hembuskan juga perlahan), rilekskan semua

otot tubuh dan sarankan kepada pikiran arah yang

konstruktif atau apa yang ingin Anda capai. Dalam

pengobatan, dokter menginstruksikan wanita untuk

melakukan ini secara perlahan, biasanya 20-30 menit atau

lebih. Setelah itu, wanita diminta untuk melakukannya

42
sendiri di rumah setiap hari, sehingga ketika sindrom

pramenstruasi (PMS) muncul, tubuh akan siap untuk

"diajak" relaksasi atau tenang. Selain itu, terapi perilaku

kognitif atau psikoterapi dinamis juga diterapkan.

Pemilihan tipe ini didasarkan pada keadaan saat ini,

motivasi individu, kepribadian dan tentunya pertimbangan

dari dokter. Kedua bentuk terapi tersebut berhasil bila

orang yang mencari bantuan memiliki motivasi tinggi dan

bersedia bekerja sama dengan terapis atau dokter.

b) Terapi Perilaku Kognitif

Dalam terapi perilaku kognitif, orang diundang untuk

terlibat dalam restrukturisasi kognitif bersama, yaitu.

memodifikasi perilaku dan pikiran irasional dan

menggantinya dengan yang lebih rasional. Perawatan

biasanya berlangsung 30-45 menit. Individu kemudian

diberikan pekerjaan rumah setiap hari. Pekerjaan rumah ini

akan dibahas pada kunjungan konseling berikutnya.

Biasanya terapi ini membutuhkan 10-15 janji temu, bisa

kurang, tapi juga lebih, tergantung kondisi yang

bersangkutan.

c) Psikoterapi Dinamis

Dalam psikoterapi dinamis, individu ditantang untuk lebih

memahami dirinya dan kepribadiannya, bukan sekedar

43
menghilangkan gejala. Dengan psikoterapi jenis ini, orang

tersebut biasanya lebih banyak berbicara sedangkan dokter

lebih banyak mendengarkan, kecuali orang yang benar-

benar pendiam, sehingga dokter lebih aktif. bulan atau

bahkan bertahun-tahun pengobatan. Hal ini tentunya

membutuhkan kerjasama yang baik antara individu dengan

dokternya dan kesabaran dari kedua belah pihak.

f. Pencegahan Pre-Menstrual Syndrome

Menurut Ward (2016), perubahan gaya hidup tertentu dapat

mengurangi atau mencegah sakit kepala yang disebabkan oleh

sindrom pramenstruasi (PMS), seperti: istirahat atau tidur yang

cukup, latihan fisik, minum banyak air, menghindari kafein, coklat

dan alkohol. Mengurangi konsumsi kopi, teh, cola dan coklat dapat

mengurangi masalah payudara saat PMS, seperti pembengkakan

payudara dan sakit kepala. Teori tersebut sependapat dengan

Falcone (2007) bahwa menerapkan gaya hidup sehat dengan diet

seimbang, aktivitas fisik yang teratur dan tidur yang cukup dapat

membantu mengelola sindrom pramenstruasi (PMS).

Selain itu, vitamin B6 telah ditemukan untuk mengurangi

gejala depresi yang disebabkan oleh sindrom pramenstruasi (PMS)

(Judith, 2014). Mengatur makanan dapat meningkatkan kesehatan

secara keseluruhan, membantu menoleransi perubahan sindrom

pramenstruasi (PMS), dan juga dapat mengurangi dampak sindrom

44
pramenstruasi (PMS) pada aktivitas sehari-hari. Meskipun

mengontrol asupan makanan bukanlah pilihan yang efektif untuk

meredakan gejala sindrom pramenstruasi (PMS), namun

mengontrol asupan makanan secara klinis memiliki banyak

manfaat bagi seorang wanita (Caroline, 2014).

3. Stress

a. Pengertian

Stres berasal dari kata latin “stingere” yang berarti keras.

Pada abad ke-17, stres didefinisikan sebagai kesusahan,

penderitaan, kesulitan, atau penderitaan. Sedangkan pada abad ke-

18 stres lebih diartikan sebagai kekuatan, tekanan, ketegangan atau

usaha keras yang terfokus pada benda dan orang, terutama

kekuatan mental seseorang. Dengan berkembangnya waktu, stres

diartikan sebagai respon atau respon tubuh terhadap berbagai

tuntutan dan tuntutan yang melebihi batas kemampuan manusia.

Stres juga merupakan pemicu, baik penyebab maupun akibat dari

gangguan atau penyakit. Faktor psikososial cukup penting untuk

terjadinya stres pada seseorang (Rejeki, 2019).

Menurut Mc Nerney, Grenberg (1984) dalam (Rejeki,

2019) stres disebut fisik, respons mental dan kimiawi tubuh

terhadap situasi yang menakutkan, mengejutkan, membingungkan,

mengancam, dan mengkhawatirkan seseorang. Menurut Morgan &

King (Dhania, 2010), stres juga dapat diartikan sebagai keadaan

45
internal yang terjadi dalam konteks situasi fisik, lingkungan dan

sosial yang berpotensi buruk. Stres adalah suatu kondisi dimana

ketegangan yang dirasakan seseorang tidak sebanding dengan

kemampuan menghadapi stres tersebut (Rejeki, 2019).

Berdasarkan definisi para ahli, dapat disimpulkan bahwa

stres adalah suatu keadaan yang mencerminkan perasaan tertekan,

tegang, yang disebabkan oleh berbagai pemicu, seperti

menimbulkan gangguan jiwa atau psikologis yang tidak baik.

b. Tingkatan Stress

1) Stress Normal

Stres normal adalah bagian alami dari kehidupan. Misalnya,

peningkatan denyut jantung setelah aktivitas, kelelahan setelah

menyelesaikan tugas, takut gagal dalam ujian (Crawford &

Henry, 2013).

2) Stress Ringan

Stresor yang dihadapi dapat berlangsung beberapa menit atau

jam. Contoh omelan dosen, macet. Stresor ini dapat

menimbulkan gejala seperti kesulitan bernapas, bibir kering,

lemas, keringat berlebih saat suhu tidak tinggi, kecemasan

tanpa alasan yang jelas saat situasi darurat berakhir

(Psychology Foundation of Australia, 2013).

46
3) Stress Sedang

Stres berlangsung dari beberapa jam hingga beberapa hari.

Misalnya, perselisihan yang tidak dapat diselesaikan dengan

seseorang. Stresor tersebut dapat menimbulkan gejala yaitu

mudah lelah, mudah marah, gelisah, mudah tersinggung,

gelisah (Psychological Foundation of Australia, 2013).

4) Stress yang Kuat

Situasi kronis yang dapat terjadi dalam beberapa minggu,

seperti Ketidaksepakatan terus-menerus dengan dosen atau

teman, penyakit fisik jangka panjang, dan kesulitan keuangan.

Stresor tersebut dapat menimbulkan gejala seperti: Merasa

tidak kuat lagi untuk melakukan aktivitas, mudah putus asa,

kehilangan minat dalam segala hal, merasa tidak berharga,

merasa tidak ada yang bisa diharapkan di masa depan

(Psychology Foundation of Australia, 2013).

5) Stress Sangat Berat

Situasi kronis yang dapat terjadi dalam beberapa bulan dan

dalam kurun waktu yang tidak dapat ditentukan. Biasanya

seseorang untuk hidup cenderung pasrah dan tidak memiliki

motivasi untuk hidup. Seseorang dalam tingkatan stres ini

biasanya teridentifikasi mengalami depresi berat kedepannya

(Psychology Foundation of Australia, 2013).

47
c. Faktor Penyebab Stress

Stressor sumber stress yang dipersepsi seseorang atau

sekelompok orang yang memberi tekanan atau cekaman terhadap

keseimbangan diri mereka. Sedangkan stressor psikososial

merupakan setiap keadaan atau insiden yg mengakibatkan suatu

perubahan pada kehidupan seorang (anak, remaja, atau dewasa),

sebagai akibatnya seorang terpaksa melakukan adaptasi atau

menanggulangi stressor yang timbul.

Faktor-faktor penyebab terjadinya tertekan bisa digolongkan

menjadi berikut:

1) Perkawinan

Stressor perkawinan ini bisa mengakibatkan seorang jatuh

pada depresi atau kecemasan. Contoh menurut stressor

perkawinan merupakan pertengkaran, perpisahan, perceraian,

kematian keliru satu pasangan, dan ketidaksetiaan.

2) Problem Orang Tua

Seperti punya anak, kebanyakan anak, kenakalan anak, anak

sakit, interaksi yg jelek dengan mertua, ipar, atau besan.

3) Hubungan Interpersonal

Hubungan dengan kawan dekat yang mengalami konflik,

konflik dengan kekasih, antara atasan dan bawahan dan lain

sebagainya.

4) Pekerjaan

48
Masalah pekerjaan adalah sumber stres ke 2 sesudah kasus

perkawinan. Contoh stressor pekerjaan yaitu adanya pekerjaan

yg terlalu banyak, pekerjaan yang tidak cocok, mutasi, jabatan,

kenaikan pangkat, pensiun, dan kehilangan pekerjaan (PHK).

Kebanyakan pekerjaan menggunakan waktu yang sangat

sempit ditambah lagi menggunakan adanya tuntutan wajib

serba cepat dan sempurna menciptakan seorang mengalami

penekanan (stes).

5) Lingkungan Hayati

Rasa tercekam dan merasa tidak kondusif bisa mengganggu

kenyamanan dan kententraman hayati sebagai akibatnya orang

jatuh ke pada depresi dan kecemasan.

6) Keuangan

Masalah keuangan yang tidak sehat bisa mengakibatkan

seorang mengalami kesehatan jiwa. Contohnya pendapatan

jauh lebih rendah menurut dalam pengeluaran, terlibat utang,

kebangkrutan usaha, duduk perkara warisan, dan lain

sebagainya.

7) Hukum

Keterlibatan seorang pada kasus aturan bisa adalah sumber

stres, contohnya adanya tuntutan aturan, pengadilan, dan

penjara.

49
8) Perkembangan

Perkembangan dalam seseorang baik fisik juga mental

mengalami perubahan misalnya dalam masa remaja, masa

dewasa, menopause, dan usia lanjut.

9) Penyakit Fisik atau Cidera

Berupa penyakit, kecelakaan, operasi atau pembedahan, dan

aborsi.

10) Faktor keluarga

Faktor stres yg dialami sang anak & remaja, ditimbulkan

lantaran syarat keluarga yang harmonis, yaitu:

a) Hubungan ke 2 orang tua yg dingin, atau penuh ketegangan

atau acuh tidak acuh

b) Kedua orang tua jarang dirumah dan tidak ada waktu untuk

bersama dengan anak-anak

c) Komunikasi antara orang tua dan anak yang tidak baik

d) Kedua orang tua berpisah atau bercerai

e) Salah satu orang tua mengalami gangguan jiwa atau

kepribadian

f) Orang tua pada mendidik anaknya kurang sabar, pemarah,

keras, dan otoriter.

11) Lain-lain

Stressor kehidupan lainnya berupa bencana alam, kebakaran,

perkosaan, kehamilan diluar nikah, dan lain sebagainya

50
(rejeki,2019).

Menurut (rejeki,2019) keadaan frustasi dalam keadaan lama

dan tidak dapat diatasi oleh seseorang maka akan

menimbulkan stres. Stres juga dapat terjadi karena adanya

suatu tekanan hidup atau konflik tujuan. Konflik terjadi

apabila suatu objek tujuan mempunyai nilai danda bagi

seseorang. Contohnya adalah apabila seseorang mengalami

lebih dari satu tujuan di mana dia sukar menentukan pilihan.

Apabila orang tersebut memilih salah satu, maka akan timbul

frustasi dalam tujuan lain yang tidak terpenuhi.

Menurut (rejeki,2019) Peristiwa-peristiwa yang dapat

menyebabkan stres adalah:

a) Traumatik

Peristiwa traumatik merupakan sumber stres yang paling

jelas. Peristiwa tersebut antara lain bencana alam, seperti

gempa bumi, banjir, bencana buatan manusia seperti peran

dan kecelakaan nuklir.

b) Konflik Internal

Konflik terjadi jika seseorang harus memilih antara tujuan

atau tindakan yang tidak sejalan atau bertentangan

(1) Kemandirian lawan ketergantungan Seseorang berharap

agar orang lain bisa membantu ketika sedang dihadapi

dengan situasi yang sulit. Begitupun ketika seseorang

51
ingin mandiri, situasi dan kondisi menjadikan seseorang

menjadi tergantung.

(2) Keintiman lawan isolasi Keinginan untuk dekat dengan

orang lain, berbagi pikiran dan emosi terdalam mungkin

bertentangan dengan rasa takut dilukai atau ditolak jika

menceritakan terlalu banyak tentang diri sendiri.

(3) Kerjasama lawan persaingan Masyarakat memberikan

tekanan besar pada persaingan dan keberhasilan.

Persaingan dimulai pada masa anak-anak, kemudian

berlanjut ke masa sekolah, dan berpuncak didalam

persaingan bisnis professional.

(4) Ekspresi impuls lawan standar moral Seks dan agresi

adalah dua bidang dimana impuls sering bertentangan

dengan standar moral dan pelanggaran tersebut dapat

menimbulkan perasaan bersalah.

d. Kategori Stress

Colbert (2011) mengklasifikasikan stres menjadi beberapa

kategori. yaitu :

1) Stress Fisik

Stres fisik sering disebabkan oleh cedera atau trauma fisik

seperti kurang tidur, kerja berlebihan, olahraga berlebihan,

kecelakaan mobil, pembedahan, infeksi, cacat fisik, dan nyeri

kronis. Infeksi kronis, seperti radang paru-paru dan gagal

52
ginjal, yang pertama-tama membebani tubuh, semakin lama

membebani tubuh. Selain itu, perubahan fisiologis tertentu

seperti menopause, ketidakseimbangan hormon, diet yang

tidak seimbang, insomnia, dan berbagai faktor terkait penuaan

dapat meningkatkan beban stres seseorang.

2) Stress Emosional dan Mental

Stres ini juga dikenal sebagai stres psikologis. Berbagai

keadaan emosional seperti kemarahan, agresi, depresi,

kekhawatiran, dan kecemasan dapat menyebabkan stres

emosional kronis. Selain itu, stres psikologis umumnya hasil

dari kecemasan dan kekhawatiran yang berlebihan. Juga,

orang-orang yang ingin terlihat sempurna (perfectionis), atau

yang terus-menerus tidak puas dengan pencapaian mereka,

pada dasarnya adalah kelompok yang rentan terhadap tekanan

psikologis. Stres psikologis sering kali disebabkan oleh

perasaan depresi, kurangnya kontrol, atau terjebak dalam

situasi yang tidak nyaman.

3) Stress Kimia

Stres ini disebabkan oleh asupan berlebihan berbagai zat

seperti gula, kafein, stimulan atau perangsang, alkohol, nikotin

(tembakau) dan bahan tambahan makanan. Selain itu, stres

kimia dikaitkan dengan senyawa yang ada di lingkungan dan

masuk ke dalam tubuh, seperti jamur, debu, alergen, knalpot

53
mesin diesel, asap rokok, dan berbagai senyawa beracun

seperti pestisida. Makanan dan minuman kita mengandung

berbagai senyawa berbahaya, termasuk merkuri, kadmium, dan

klorin yang ditemukan dalam air ledeng, yang secara kimiawi

dapat mencemari tubuh kita.

4) Stress Suhu

Stres ini dikaitkan dengan kontak yang terlalu lama dengan

suhu ekstrem, baik panas maupun dingin. Namun saat ini,

tekanan suhu umumnya jarang terjadi di masyarakat maju.

e. Respon Tubuh Terhadap Stress

Colbert (2011) menyatakan bahwa respon stres memiliki tiga

tahap respons stres yaitu stadium alarm atau peringatan (alarm

stage), stadium resistansi atau perlawanan (resistancy stage), dan

stadium kepayahan (exhaustion stage).

1) Stadium alarm atau peringatan (alarm stage)

Tingkat stres pertama adalah stadium peringatan yang memicu

respons "lawan atau lari". Stres yang tiba-tiba memicu sistem

hormonal darurat tubuh untuk secara otomatis memicu respons

alarm tidak hanya ketika mengalami situasi yang benar-benar

menakutkan, tetapi juga ketika Anda merasa diserang atau

berada dalam situasi berbahaya. Respon alarm ini biasanya

meningkatkan pelepasan hormon adrenalin dalam waktu

singkat. waktu, mempertinggi emosi dan menghasilkan energi

54
tambahan. Lonjakan adrenalin membuat seseorang merasa

lebih baik dan lebih kuat.

2) Stadium resistansi atau perlawanan (resistancy stage)

Orang-orang pada periode ini mencoba beradaptasi dengan

situasi negatif yang muncul. Tubuhnya tidak lagi merespons

dengan respons "melawan atau lari", tetapi merespons untuk

menghadapi situasi negatif dengan lebih baik.Tubuhnya

memproduksi hormon stres dalam jumlah besar, terutama

hormon kortisol.lanjutkan. Kortisol juga dilepaskan ketika kita

memikirkan hal-hal yang membuat kita stres, merangsang

sistem endokrin. Ketika otak mengalami stres berlebihan,

hipotalamus menghasilkan hormon yang disebut CRH

(corticotropin-releasing hormone). Hormon ini menyebabkan

kelenjar pituitari melepaskan hormon lain yang disebut ACTH

(hormon kortikotropik adrenal), yang merangsang kelenjar

adrenal untuk menghasilkan kortisol, hormon steroid. Dalam

beberapa kasus, kadar kortisol secara konsisten tinggi

sepanjang hari dan tetap tinggi hingga malam hari. Seiring

waktu, otak kehilangan kepekaannya terhadap kortisol dan

tidak dapat lagi mengatur produksi hormon, menciptakan

"lingkaran setan" di mana tubuh memproduksi lebih banyak

kortisol. Pada saat yang sama, kelenjar adrenal menghasilkan

hormon lain dalam jumlah yang tidak mencukupi dengan efek

55
anabolik (pembentukan jaringan), yaitu DHEA

(dehydroepiandrosterone), berbeda dengan hormon kortisol,

yang memiliki efek katabolik (penghancuran jaringan). Jika

hal ini terus berlanjut, maka akan menyebabkan obesitas,

penurunan sekresi hormon seks, depresi, dan penurunan fungsi

kekebalan tubuh.

3) Stadium kepayahan (exhaustion stage)

Selama fase ini, tubuh "gugur" dan risiko berkembangnya

penyakit kronis meningkat secara dramatis. Tahap kelelahan

biasanya mengacu pada perkembangan kelelahan adrenal, yang

menyebabkan gangguan mental, fisik, dan emosional serta

memengaruhi semua organ dan sistem dalam tubuh. Korban

biasanya menderita hipoglikemia, kehilangan ingatan, pikiran

bingung, sulit berkonsentrasi, dan terkadang kebingungan,

depresi, alergi, kepekaan terhadap bahan kimia, sistem

kekebalan yang lemah, dan ketidakseimbangan hormon.

f. Gejala Stress

Menurut (Depkes,2019) Gejala stres dapat dibagi menjadi

dua bagian,yaitu :

1) Gejala Fisik

Termasuk pernapasan cepat dan pendek, detak jantung cepat

dan tidak teratur, berkeringat dan kemerahan, ketegangan otot,

56
kehilangan nafsu makan, sulit tidur, sakit kepala, sesak di dada,

dan mulas.

57
2) Gejala Psikologis

Penarikan diri, keputusasaan, kebingungan, kehilangan, depresi

dan kecemasan, hiperaktif dan agresif, keputusasaan (Depkes,

2019).

g. Penatalaksaan Stress

Penatalaksanaan stres dapat diatasi dengan mempersiapkan diri

menghadapi stresor, misalnya dengan cara melakukan perbaikan

diri secara psikis atau mental, fisik dan sosial. Perbaikan diri secara

psikis atau mental yaitu dengan pengenalan diri lebih lanjut,

penetapan tujuan hidup yang lebih jelas, pengaturan waktu yang

baik. Perbaikan diri secara fisik dengan menjaga tubuh tetap sehat

yaitu dengan memenuhi asupan gizi yang baik, olahraga teratur,

istirahat yang cukup. Perbaikan diri secara sosial dengan

melibatkan diri dalam suatu kegiatan, acara, organisasi dan

kelompok sosial (Chomaria, 2009). Kegiatan keagamaan seperti

meditasi dzikir juga dapat dilakukan untuk mengatasi stres yang

dialami seseorang (Wangsa, 2010).

4. Hubungan Stress dan Pre-Menstrual Syndrome

Pre-menstrual syndrome (PMS) merupakan perpaduan tanda-tanda

fisik, psikologis dan emosi yg terkait menggunakan daur menstruasi

perempuan. Sekitar 80 hingga 95 % perempuan mengalami tanda-

tanda-tanda-tanda pra menstruasi yang bisa mengganggu beberapa


aspek pada kehidupannya. Gejala tadi bisa diperkirakan dan umumnya

terjadi

43
secara reguler dalam 2 minggu periode sebelum menstruasi. Hal ini

bisa hilang begitu dimulainya menstruasi, tetapi bisa juga berlanjut

setelahnya. Pre-menstrual syndrome (PMS) bisa sangat berpengaruh

sebagai akibatnya mengharuskan mereka beristirahat berdasarkan

sekolah atau kantornya (Sukarni & Wahyu, 2013).

Faktor biologi, perilaku dan sosial diduga berhubungan dengan

kejadian pre-menstrual syndrome (PMS). Faktor biologi diantaranya

umur, ras, riwayat reproduksi (umur menarche, lamanya menstruasi)

dan status gizi (Indeks Massa Tubuh). Stres, minum alkohol, kopi dan

merokok, pola makan (diet) dan aktifitas fisik diduga berhubungan

dengan dengan kejadian PMS. Faktor sosial antara lain pendidikan dan

sosial ekonomi (Deuster et al., 1999; Masho et al., 2005).

Perbedaan insiden pre-menstrual syndrome (PMS) antar

perempuan umumnya ditimbulkan sang beberapa faktor diantaranya :

stres, meningkatnya usia, pola makan yg buruk & status gizi (Sukarni

& Wahyu, 2013).

Menurut Ratikasari (2015), seseorang perempuan akan lebih

gampang menderita PMS jika lebih peka terhadap perubahan

psikologis, khususnya stres. Stres ini sebenarnya mempunyai interaksi

menggunakan hormon progesterone. Berdasarkan penelitian yg

dilakukan sang Michel dan Bonnet (2014) dalam marmut, ditemukan

bahwa konsentrasi progesteron bisa menurun sebanyak 50,9% sesudah

terjadinya stres.
Stres adalah penyebab terbanyak terjadinya pre-menstrual

syndrome (PMS), sehingga strategi coping terhadap stres merupakan

pengobatan yang efektif. Peranan stres dalam perempuan dengan pre-

menstrual syndrome (PMS) adalah memperberat tanda-tanda pre-

menstrual syndrome (PMS) yg berdampak dalam perubahan suasana

hati dan anda-tanda fisik. Jika perempuan dikelompokkan dari keluhan

stres yg dilaporkan, maka kelompok yang mengalami stres tinggi

berpeluang mmengalami pre-menstrual syndroe (PMS) 3,7 kali

dibandingkan dengan wanita yang mengalami stres rendah setelah

disesuaikan dengan pengaruh variabel biologis, gaya hidup dan

psikologis (Deuster et al., 1999 dalam Nazihah, 2018).


B. Kerangka Teori

Faktor Risiko Pre-Menstrual Syndrome

Riwayat Anggota
Keluarga

Umur

Pre-menstrual syndrome

Masalah Kesehatan
Jiwa (Stres)

Kurang Olah Raga

Kurang Vitami dan


Mineral

Terlalu banyak
mengkonsumsi Garam

Banyak minum kopi

Sumber : Nugroho & Utama, 2014


Keterangan :
…….. : Tidak di teliti
: Di teliti

Gambar 2.1. Kerangka Teori Penelitian


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Kerangka Konsep

Hubungan Tingkat Stress dengan Pre-Menstrual Syndrome

Pre-Menstrual
Stres
Syndrome

Gambar 3.1. Kerangka Konsep Penelitian

Variabel Independen : Tingkat Stres

Variabel Dependen : Pre-Menstrual Syndrome

Penulis ingin mengetahui apakah terdapat hubungan tingkat stres dengan

Pre-Menstrual Syndrom.

B. Hipotesis

1. Ha : Ada Hubungan Tingkat Stres dengan pre-menstrual syndrome

pada Mahasiswi Sarjana Terapan Kebidanan reguler tingkat II di

STIKes Ummi.

2. H0 : Tidak ada Hubungan Tingkat Stres dengan pre-menstrual

syndrome pada Mahasiswi Sarjana Terapan Kebidanan reguler tingkat

II di STIKes Ummi.
C. Populasi dan sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswi STIKes Ummi

kebidanan reguler tingkat 2 yaitu sebanyak 61 mahasiswi yang

mengalami Pre-menstrual syndrome dan stress.

2. Teknik pengambilan sampel

Teknik pengambilan sampel yang akan digunakan adalah Teknik total

sampling yaitu seluruh populasi dijadikan sebagai sampel penelitian

yaitu sebanyak 48 mahasiswi yang mengalami Pre-menstrual

syndrome dan stres.

a. Kriteria Inklusi

1) Mahasiswa yang mengalami stress

2) Mahasiswa yang mengalami Pre-Menstrual Syndrome

3) Mahasiswa yang bersedia menjadi responden

b. Kriteria Eksklusi

1) Mahasiswa yang sudah menjadi sampel studi pendahuluan

sebanyak 10 mahasiswi

2) Mahasiswa yang sedang cuti kuliah sebanyak 1 mahasiswi

3) Mahasiswa yang tidak hadir pada saat penelitian sebanyak 2

orang

D. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian bersifat Analitik karena mempelajari hubungan 2

variabel. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya hubungan

49
Tingkat Stres dengan pre-menstrual syndrome pada mahasiswi Sarjana

Terapan Kebidanan Reguler Tingkat II di STIKes Ummi.

Desain penelitian menggunakan cross sectional (belah lintang)

karena data penelitian (variable independent dan variable dependent)

dilakukan pengukuran pada waktu yang sama atau sesaat.

Berdasarkan pengolahan data yang digunakan, penelitian ini

tergolong jenis penelitian kuantitatif.

E. Definisi Operasional

Tabel 3.1. Definisi Operasional

No Variabel Definisi Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur


Operasional
1 Tingkat Berat atau Dass-21 a. Normal Ordinal
Stress ringannya 1) Depressio ≤ 14
tingkat stress n b. Ringan
seseorang 2) Anxietyan 15-18
dengan 3) Stress c. Sedang
menilai apa scale-21 19-25
yang d. Berat
dirasakan 26-33
atau e. Sangat
dipikirkan Berat
dalam waktu ≥34
tertentu

50
2 Pre- Kumpulan Kuesioner bagian a. Tidak Nominal
Menstru gejala yang dari (SPAF) the PMS :
al mempunyai shortened < 60
Syndro karakteristik premenstrual b. PMS :
me berupa assessment form ≥ 60
(PMS) perubahan
tingkat
Kesehatan,
emosi, dan
fisik secara
periodik

F. Instrument Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat-alat yang akan digunakan untuk

pengumpulan data (Notoatmodjo, 2010). Alat ukur yang digunakan pada

penelitian ini adalah kuesioner yaitu daftar pertanyaan yang sudah tersusun

dengan baik, sudah matang, dimana responden (dalam hal angket) dan

interview (dalam hal wawancara) tinggal memberikan jawaban atau

dengan memberikan tanda-tanda tertentu (Notoatmodjo, 2010). Instrumen

yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari dua bagian yaitu

kuesioner pre-menstrual syndrome (PMS) dan kuesioner tingkat stres

dalam bentuk Google Form.

1. Kuesioner pre-menstrual syndrome (PMS)

Pre-mesntrual syndrome (PMS) diukur menggunakan kriteria

SPAF (The Shortened Premenstrual Assesment Form) dan juga

dimodifikasi oleh peneliti yang terdiri dari 20 item gejala pre-


menstrual syndrome, masing-masing item diberi skor 1-6, mulai

yang tidak terasa sampai yang ekstrem (sangat berat), sehingga

total skor 120. Dikatakan PMS jika mengalami paling sedikit 10

tanda PMS atau skor total lebih atau sama dengan 60. Jenis

kuesioner yang digunakan pada penilaian PMS adalah kuesioner

tertutup.

2. Kuesioner tingkat stres

Tingkat stres adalah berat ringannya tingkat stres seseorang,

dengan menilai apa yang dirasakan atau dipikirkan selama satu

minggu terakhir. Pengukuran menggunakan instrumen The

Depression, Anxiety and Stres Scale – 21 items (DASS-21) yang

terdiri atas 21 item, tiap item diberi skor 0-3 dengan total

jangkauan nilai 0-63. Jenis kuesioner yang digunakan pada

penilaian tingkat stres adalah kuesioner tertutup.

3. Uji Validitas dan Reabilitas

Penelitian ini menggunakan alat ukur dan kuesioner yang sudah

digunakan oleh peneliti sebelumnya dan sudah mendapatkan izin

untuk menggunakannya serta menggunakan alat ukur yang sudah

paten.

F. Prosedur Penelitian

Cara pengumpulan data menggunakan data primer dengan mengajukan

pertanyaan yang telah disusun pada kuesioner kepada responden,


selanjutnya akan dijawab oleh responden yaitu dalam bentuk Google

Form.

52
G. Teknik pengolahan dan Analisis data

1. Pengolahan Data

Setelah dilakukan pengumpulan data, maka selanjutnya data tersebut

akan diolah secara komputerisasi dengan tahapan :

a. Editing yaitu kegiatan untuk pengecekan dan perbaikan isian

formulir atau kuesioner dalam bentuk Google Form.

b. Coding yaitu mengubah data berbentuk kalimat atau huruf menjadi

data angka atau bilangan.

1) Kode pre-menstrual syndrome (PMS)

1 = Tidak PMS jika skor < 60

2 = PMS jika skor ≥ 60

2) Kode tingkat stres

0 = Normal jika skor ≤ 14

1 = Ringan jika skor 15-18

1 = Sedang jika skor 19-25

2 = Berat jika skor 26-33

3 = Sangat berat jika skor ≥ 34

c. Data entry atau processing yaitu jawaban-jawaban dari masing-

masing responden yang dalam bentuk kode (angka atau huruf)

dimasukkan kedalam program atau software komputer.

d. Data cleaning yaitu pengecekan kembali untuk melihat

kemungkinan-kemungkinan adanya kesalahan-kesalahan kode,


ketidak lengkapan dan sebagainya, kemudian dilakukan

pembetulan atau koreksi.

2. Analisis Data

Analisis data yang digunakan untuk melihat distribusi frekuensi

variabel-variabel yang diteliti, baik variabel dependen maupun

independen. Analisa data yang dilakukan pada penelitian ini secara

bertahap dari analisa univariat dan bivariat.

a. Analisa Univariat

Analisa univariat bertujuan untuk menjelaskan datau

mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian. Hasil dari

analisa ini berupa distribusi frekuensi dan presentase dari tiap

variabel. Selanjutnya analisa ini akan ditampilkan distribusi

frekuensi dalam bentuk tabel. Untuk penentuan persentase dalam

penelitian ini digunakan rumus menurut rumus Ircham (2008)

adalah:

f
p= x 100 %
n

Keterangan : p = Persentase

f = Jumlah frekuensi

n = Jumlah responden

Kemudian peneliti akan menghitung distribusi frekuensi dan

mencari persentasi pada setiap variabel dengan menggunakan

komputer.
Karakteristik sampel penelitian yaitu Tingkat stress dan kejadian

Pre Menstrual Syndrome.

b. Analisa Bivariat

Analisis bivariat yaitu untuk mengetahui data dalam bentuk

tabel silang dengan melihat hubungan antara variabel independen

dan variabel dependen, mengggunakan uji statistik chi-square.

Dengan batas kemaknaan (α = 0,05) atau Confident level (CL) =

95% diolah dengan komputer.

Data masing-masing subvariabel dimasukkan ke dalam tabel

contingency, kemudian tabel-tabel contingency tersebut di analisa

untuk membandingkan antara nilai p value dengan nilai alpha

(0,05), dengan ketentuan :

1) Ha diterima dan Ho di tolak : Jika p value ≤ 0,05 artinya

ada hubungan antara variabel independen dengan variabel

dependent.

2) Ha ditolak dan Ho diterima : Jika p value > 0,05 artinya

tidak ada hubungan antara variabel independen dengan variabel

dependent.

Analisa hasil dari veriabel bebas yang diduga mempunyai

hubungan dengan veriabel terikat. Analisa yang digunakan adalah

tabulasi silang dengan menggunakan rumus chi-square pada

tingkat kemaknaannya 95% (p 0,05), sehingga dapat di ketahui ada

tidaknya
hubungan yang bernakna secara statistik dengan menggunakan

program komputer.

Melalui perhitungan uji chi-square test selanjutnya ditarik pada

kesimpulan bila nilai p lebih kecil dari alpha (<0,05) maka Ho di

tolak dan Ha diterima, yang menunjukan ada hubungan bermakna

antara variabel dependen dan independen.

1) Bila pada tabel contingency 2x2 di jumpai nilai E (harapan) kurang

dari 5, maka uji yang digunakan adalah Ficher exact test.

2) Bila pada tabel contigency 2x2, dan tidak dijumpai nilai E kurang

dari 5, maka hasil yang digunakan sebaiknya continuty correction.

3) Bila pada tabel-tabel contigency lebih dari 2x2, misalnya 2x3, 3x3,

dan lain-lain, maka yang digunakan adalah uji pearson chi-square.

H. Etika Penelitian

Menurut Hidayat (2014), etika penelitian diperlukan untuk

menghindari terjadinya tindakan yang tidak etis dalam melakukan

penelitian, maka dilakukan prinsip-prinsip sebagai berikut (Hidayat, 2014)

1. Lembar Persetujuan (Informed consent) Lembar persetujuan berisi

penjelasan mengenai penelitian yang dilakukan, tujuan penelitian, tata

cara penelitian, manfaat yang diperoleh responden, dan resiko yang

mungkin terjadi. Pernyataan dalam lembar persetujuan jelas dan

mudah dipahami sehingga responden tahu bagaimana penelitian ini


dijalankan. Untuk responden yang bersedia maka mengisi dan

menandatangani lembar persetujuan secara sukarela.

56
2. Anonimitas

Untuk menjaga kerahasiaan peneliti tidak mencantumkan nama

responden, tetapi lembar tersebut hanya diberi kode.

3. Confidentiality ( Kerahasiaan )

Confidentiality yaitu tidak akan menginformasikan data dan hasil

penelitian berdasarkan data individual, namun data dilaporkan

berdasarkan kelompok.

4. Sukarela

Peneliti bersifat sukarela dan tidak ada unsur paksaan atau tekanan

secara langsung maupun tidak langsung dari peneliti kepada calon

responden atau sampel yang akan diteliti.


BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Ummi Bogor (STIKes Ummi Bogor)

merupakan salah satu Pendidikan Tinggi di Kabupaten Bogor Provinsi

Jawa Barat yang menyelenggarakan pendidikan akademik, vokasi dan

profesi bidang kesehatan dibawah Kementrian Pendidikan, Kebudayaan,

Riset dan Teknologi.

Batas wilayah Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Ummi Bogor (STIKes

Ummi Bogor) adalah sebagai berikut :

1. Sebelah Barat berbatasan dengan Stasiun Cilebut

2. Sebelah Timur berbatasan dengan Bogor Kota

3. Sebelah Utara berbatasan dengan Pemda Kabupaten Bogorv

4. Sebelah Selatan berbatasan dengan Pertokoan

Sebelumnya Yayasan Ummi Cendekia memiliki RS UMMI di Kota

Bogor, terus mengembangkan dengan membangun Sekolah Tinggi Ilmu

Kesehatan (Stikes) di wilayah Cibinong.

Hal itu bertujuannya, untuk membantu memenuhi kebutuhan

masyarakat yang memiliki keinginan untuk menimba ilmu di bidang

kesehatan. Adapun Jurusan yang terdapat di Sekolah Tinggi Ilmu

Kesehatan Ummi Bogor (STIKes Ummi Bogor) yaitu Sarjana Terapan

Kebidanan kelas reguler dan alih jenjang, Sarjana Keperawatan reguler

dan alih jenjang serta profesi ners dan profesi bidan.

58
B. Hasil Penelitian

1. Analisis Univariat

Berikut ini distribusi responden menurut tingkat stres dan kejadian

premenstrual syndrome :

a. Tingkat stres

Tingkat stres responden dikategorikan menjadi 5 kategori, yaitu

normal, ringan, sedang, berat dan sangat berat. Adapun distribusi

responden menurut tingkat stres adalah sebagai berikut:

Tabel 4.1 Distribusi responden menurut tingkat stres pada Mahasiswi


Sarjana Terapan Kebidanan di STIKes Ummi

Tingkat Stres Frekuensi (n) Persentase (%)


Normal 13 27.1
Stres Ringan 6 12.5
Stres Sedang 12 25.0
Stres Berat 13 27.1
Stres Sangat Berat 4 8.3
Total 48 100

Tabel diatas menunjukkan dari 48 respoden, didapatkan Sebagian

besar responden dengan tingkat stres normal sebanyak 13 responden

(27,1%) dan sama hal nya dengan responden yang mengalami tingkat

stress berat yaitu sebanyak 13 responden (27,1%).

59
b. Premenstrual syndrome (PMS)

Distribusi responden menurut kejadian premenstrual syndrome

(PMS) dikategorikan menjadi 2 kategori yaitu PMS dan tidak PMS.

Adapaun distribusi responden menurut kejadian PMS adalah sebagai

berikut :

Tabel 4.2 Distribusi responden menurut kejadian premenstrual


syndrome (PMS) pada Mahasiswi Sarjana Terapan Kebidanan di
STIKes Ummi

Premenstual Syndrome
Frekuensi (n) Persentase (%)
(PMS)
Tidak PMS 36 75
PMS 12 25
Total 48 100

Tabel diatas menunjukkan dari 48 respoden, responden yang

mengalami PMS sebanyak 12 responden (25%) sedangkan responden yang

tidak mengalami PMS sebanyak 36 responden (75%).

2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat ini akan digunakan untuk mengetahui hubungan

antara variabel bebas dan variabel terikat. Analisis yang digunakan adalah

Chi-Square Test (Uji Chi Kuadrat) dengan confidence interval (CI) 95%

dan tingkat kemaknaan ρ <0,05.

Hubungan tingkat stres dengan premenstrual syndrome (PMS)

pada pada Mahasiswi Sarjana Terapan Kebidanan di STIKes Ummi dapat

dilihat pada tabel berikut:


Tabel 4.3 Hubungan tingkat stres dengan kejadian premenstrual syndrome
(PMS) pada Mahasiswi Sarjana Terapan Kebidanan di STIKes Ummi

Premenstrual Syndrome (PMS)


Variabel Tingkat
Tidak PMS PMS n ρ value
Stres
N % n %
Normal 9 69,2 4 30,8 13
Stres Ringan 5 83,4 1 16,6 6
Stres Sedang 9 75 3 25 12
Stres Berat 9 69,2 4 30,8 13 0,733
Stres Sangat 4 0 4
100 0
Berat
Total 36 75 12 25 48

Tabel 4.3 menunjukkan dari 48 respoden responden dengan

tingkat stres normal sebanyak 13 responden, sebanyak 9 responden

(69,2%) tidak mengalami PMS dan 4 responden (30,8%) mengalami

PMS sama halnya dengan responden dengan tingkat stress berat dari 13

responden, sebanyak 9 responden (69,2%) tidak mengalami PMS dan 4

responden (30,8%) mengalami PMS.

Hasil analisis statistik menggunakan uji Chi-Square diperoleh hasil

dimana pada taraf signifikan α = 0,05, nilai ρ value = 0,733 (0,733 > 0,05)

maka H0 diterima dan Ha ditolak, berarti tidak ada hubungan yang

signifikan antara tingkat stres dengan kejadian premenstrual syndrome.

C. Pembahasan

1. Analisis Univariat

a. Stres

Stres diartikan sebagai respon atau respon tubuh terhadap

berbagai tuntutan dan tuntutan yang melebihi batas


kemampuan manusia. Stres juga merupakan pemicu, baik

penyebab maupun akibat dari gangguan atau penyakit. Faktor

psikososial cukup penting untuk terjadinya stres pada

seseorang (Rejeki, 2019).

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan hasil dari 48

responden, responden yang berada pada tingkat stres normal

sebanyak 13 responden (27,1%) sama halnya dengan tingkat

stres berat sebanyak 13 responden (27,1%).

Berdasarkan teori dan hasil penelitian di atas dapat di

simpulkan bahwa responden sebagian besar mengalami stress

di tingkatan yang normal dan stres berat dikarenakan aktivitas

yang mengharuskan mereka membagi waktu antara perkuliahan

dan menghafal Al-Qur’an, namun sebagian besar mereka dapat

mengatasi stress tersebut ke arah yang positif.

b. Pre Menstrual Syndrome (PMS)

Premenstrual syndrome (PMS) atau sindrom pramenstruasi

adalah gejala-gejala yang dialami wanita sebelum memasuki masa

menstruasi. Gejala tersebut dapat berupa perubahan fisik, perilaku,

dan emosi. Umumnya, gejala PMS terjadi sekitar 1–2 minggu

sebelum hari pertama menstruasi setiap bulannya. (Geta, T. et

al. 2020).

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan hasil dari 48

responden, responden yang mengalami PMS sebanyak 12

64
responden (25%) sedangkan responden yang tidak mengalami

PMS sebanyak 36 responden (75%).

Berdasarkan teori dan hasil penelitian di atas dapat di

simpulkan bahwa sebagian besar responden tidak mengalami

PMS, hal ini dikarenakan responden dapat mengatasi gejala

pra menstuasi dengan baik yaitu dengan cara mengalihkan

dengan kegiatan yang positif dengan memperbanyak ibadah

dan berdzikir kepada Allah SWT serta kegiatan organisasi

dikampus.

2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat yaitu untuk mengetahui data dalam bentuk

tabel silang dengan melihat hubungan antara variabel

independen dan variabel dependen, mengggunakan uji statistik

chi-square. Dengan batas kemaknaan (α = 0,05) atau Confident

level (CL) = 95% diolah dengan komputer dengan tujuan yaitu

penulis ingin mengetahui apakah terdapat Hubungan Tingkat

Stres dengan pre-menstrual syndrome pada Mahasiswi Sarjana

Terapan Kebidanan reguler tingkat II di STIKes Ummi.

Menurut Ratikasari (2015), seseorang perempuan akan

lebih gampang menderita PMS jika lebih peka terhadap

perubahan psikologis, khususnya stres. Stres ini sebenarnya

mempunyai interaksi menggunakan hormon progesterone.

Berdasarkan penelitian yg dilakukan sang Michel dan Bonnet

65
(2014) dalam marmut, ditemukan bahwa konsentrasi

progesteron bisa menurun sebanyak 50,9% sesudah terjadinya

stres.

Stres adalah penyebab terbanyak terjadinya pre-menstrual

syndrome (PMS), sehingga strategi coping terhadap stres

merupakan pengobatan yang efektif. Peranan stres pada

perempuan dengan pre-menstrual syndrome (PMS) adalah

memperberat tanda-tanda pre-menstrual syndrome (PMS) yang

berdampak pada perubahan suasana hati dan tanda-tanda fisik.

Jika perempuan dikelompokkan dari keluhan stres yang

dilaporkan, maka kelompok yang mengalami stres tinggi

berpeluang mmengalami pre-menstrual syndroe (PMS) 3,7 kali

dibandingkan dengan wanita yang mengalami stres rendah

setelah disesuaikan dengan pengaruh variabel biologis, gaya

hidup dan psikologis (Deuster et al., 1999 dalam Nazihan,

2018).

Faktor risiko adalah segala sesuatu yang meningkatkan

kemungkinan seseorang untuk mengalami suatu gejala atau

gangguan kesehatan. Faktor risiko PMS antara lain Riwayat

anggota keluarga, Umur, Masalah kesehatan jiwa (Stres),

Kurang olah raga, Kurang vitamin dan mineral, terutama

vitamin B6, kalsium dan magnesium, Terlalu banyak

konsumsi garam, yang mudah menyebabkan kembung dan

66
retensi air dalam tubuh dan banyak minum kopi (Nugroho &

Utama, 2014).

Berdasarkan hasil tabulasi silang, menunjukkan bahwa dari

48 respoden, responden dengan tingkat stres normal sebanyak

13 responden, sebanyak 9 responden (69,2%) tidak mengalami

PMS dan 4 responden (30,8%) mengalami PMS sama halnya

dengan responden dengan tingkat stress berat dari 13

responden, sebanyak 9 responden (69,2%) tidak mengalami

PMS dan 4 responden (30,8%) mengalami PMS.

Hasil uji Chi-Square diperoleh hasil dimana pada taraf

signifikan α = 0,05, nilai ρ value = 0,733 (0,733 > 0,05) maka H0

diterima dan Ha ditolak, berarti tidak ada hubungan yang

signifikan antara tingkat stres dengan kejadian premenstrual

syndrome.

Penulis berpendapat bahwa tingkat stres tidak

mempengaruhi kejadian premenstrual syndrome (PMS)

dikarenakan dari bukti yang didapat di tempat penelitian

berbeda dengan teori, yaitu responden yang mengalami stres

seharusnya mengalami premenstual syndrome (PMS) dan yang

tidak stres tidak mengalami premenstual syndrome (PMS).

Meskipun hasil tersebut menunjukkan tidak ada hubungan

antara tingkat stres dan kejadian premenstrual syndrome,

67
namun cenderung responden yang tidak mengalami PMS

berada pada tingkat stress normal.

68
Hal ini diduga disebabkan adanya faktor lain yang lebih

dominan seperti beberapa teori yang menyatakan bahwa

sindrom pramenstruasi (PMS) terjadi karena

ketidakseimbangan antara hormon estrogen juga dapat

menyebabkan sindrom pramenstruasi (PMS). Namun, sindrom

pramenstruasi (PMS) cenderung lebih sering terjadi pada

wanita yang sensitif terhadap perubahan hormonal siklus

menstruasi. Adapun faktor lain seperti riwayat anggota

keluarga, umur, kurang olah raga kurang vitamin dan mineral,

terlalu banyak konsumsi garam, banyak minum kopi (Nugroho

& Utama, 2014).

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian

(Nazihah, 2018) menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan

antara tingkat stres dengan kejadian premenstrual syndrome ( ρ

value = 0,156). Kejadian premenstrual syndrom (PMS) jenis

gejalanya cukup bervariasi dan gejalanya beragam pada

setiap individu, penyebab dari gejala Premenstrual

Syndrom (PMS) sampai saat ini tidak diketahui secara pasti.

Beberapa wanita, mengalami kategori berat, sampai

aktivitasnya terganggu (NIH, 2014) dalam (Ratikasari, 2015).

Salah satu faktor yang menyebabkan premenstrual syndrom

(PMS) adalah aktivitas fisik, tingkat stres, serta pola tidur. Hal
ini dapat disimpulkan bahwa individu yang mengalami

Premenstrual Syndrom (PMS) bukan hanya

65
disebabkan oleh faktor stres namun juga ada faktor pendukung

lainnya.

Menurut data penelitian yang didapatkan dari interview

kepada responden, mereka yang mengalami stres ringan sampai

stres sangat berat disebabkan oleh faktor kesibukan yang lain,

misalnya sebagaian besar dari mereka harus menghafal Al-

Qur’an dan berpraktik magang di BPM sepulang kuliah atau

weekend, ada beberapa dari mereka yang berjualan online

untuk mendapatkan tambahan uang serta melakukan kegiatan

lainnya seperti mencuci baju dan kegiatan rumah tangga

lainnya. Mereka sering mengalami rasa cemas dengan

perkuliahannya, cemas karena memikirkan setoran hafalan

demi mempertahankan beasiswa dan lain-lain yang membuat

mereka melakukan aktivitas dan tuntutan yang tinggi setiap

harinya dan mereka yang melakukan banyak kegiatan sering

merasakan kelelahan. Hal ini sesuai dengan teori (Crawford &

Henry, 2013) bahwa responden mengalami stress di tingkatan

yang normal yaitu stres normal adalah bagian alami dari

kehidupan. Misalnya, peningkatan denyut jantung setelah

aktivitas, kelelahan setelah menyelesaikan tugas, takut gagal

dalam ujian.

Beberapa responden juga mengaku bahwa terkadang saat

mereka memiliki tuntutan dan tugas yang tidak dapat


diselesaikan membuat mereka menjadi sulit untuk merasa

tenang, mudah tersinggung dan mudah marah. Hal ini membuat

mereka mengalami stres. Namun mereka dapat mengendalikan

stress tersebut ke arah yang positif yaitu melakukan aktivitas

organisasi di kampus dan dapat mengatur waktu antara

perkuliahan dengan kegiatan setelah perkuliahan serta

melakukan ibadah shalat dan berdzikir kepada Allah SWT. Hal

ini sesuai dengan teori Chomaria (2009) yaitu penatalaksanaan

stres dapat diatasi dengan mempersiapkan diri menghadapi

stresor, misalnya dengan cara melakukan perbaikan diri secara

psikis atau mental, fisik dan sosial. Perbaikan diri secara psikis

atau mental yaitu dengan pengenalan diri lebih lanjut,

penetapan tujuan hidup yang lebih jelas, pengaturan waktu

yang baik. Perbaikan diri secara fisik dengan menjaga tubuh

tetap sehat yaitu dengan memenuhi asupan gizi yang baik,

olahraga teratur, istirahat yang cukup. Perbaikan diri secara

sosial dengan melibatkan diri dalam suatu kegiatan, acara,

organisasi dan kelompok social. Kegiatan keagamaan seperti

meditasi dzikir juga dapat dilakukan untuk mengatasi stres

yang dialami seseorang (Wangsa, 2010).

Tingkat stres bukan merupakan salah satu faktor yang

meningkatkan kejadian premenstrual syndrome dan dapat

memperberat gejala premenstrual syndrome. Berat tidaknya

69
tingkat stres tidak mempengaruhi premenstrual syndrome dan

dapat dipengaruhi oleh faktor lain seperti riwayat anggota

keluarga, umur, kurang olah raga kurang vitamin dan mineral,

terlalu banyak konsumsi garam, banyak minum kopi (Nugroho

& Utama, 2014).

Hasil penelitian bila dihubungkan dengan teori yang

menyebutkan bahwa adanya hubungan tingkat stress terhadap

premenstrual syndrome pada Mahasiswi Sarjana Terapan

Kebidanan reguler tingkat II di STIKes Ummi, maka teori

tersebut sudah dapat dibuktikan oleh peneliti bahwa tidak

terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat stress dengan

kejadian Pre Menstrual Syndrome dikarenakan bisa disebabkan

oleh faktor lainnya. Responden cenderung bisa mengendalikan

stress tersebut ke arah yang positif sehingga tidak

menyebabkan masalah pada masa pre menstruasi.

D. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini memiliki keterbatasan-keterbatasan yang dapat

mempengaruhi hasil penelitian, keterbatasan-keterbatasan tersebut yaitu :

1. Hasil penelitian sangat bergantung pada kejujurann responden dalam

menjawab kuesioner penelitian

2. Penelitian ini mempunyai keterbatasan pada proses pengumpulan

data. Aktivitas yang padat dari responden dapat mempengaruhi

konsentrasi responden dalam menjawab pertanyaan yang diajukan

70
peneliti saat melakukan wawancara. Untuk meminimalisir

keterbatasan ini peneliti melakukan wawancara pada saat responden

sedang istirahat.

3. Penelitian melibatkan subjek penelitian dengan jumlah yang terbatas,

yaitu 48 responden. Sehingga hasilnya belum dapat

digeneralisasikan pada kelompok subjek dengan jumlah besar.

4. Masih terdapat beberapa responden yang tidak lengkap dalam

mengisi kuesioner, dan beberapa responden yang mengisi kuesioner

dengan tidak serius dan tidak jujur.

71
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang Hubungan

Tingkat Stres dengan pre-menstrual syndrome pada mahasiswi Sarjana

Terapan Kebidanan di STIKes Ummi Bogor Tahun 2023, maka peneliti

menyimpulkan sebagai berikut :

1. Responden yang mengalami stres normal sebanyak 13 responden

(27,1%) dan tingkat stres berat sebanyak 13 responden (27,1%).

2. Responden yang mengalami PMS sebanyak 12 responden (25%)

sedangkan responden yang tidak mengalami PMS sebanyak 36

responden (75%).

3. Pada hasil penelitian yang sudah dilakukan oleh peneliti mendapatkan

hasil yaitu Tidak Terdapat hubungan antara tingkat stres dengan

premenstrual syndrome (PMS) dengan menggunakan uji Chi-Square

dengan hasil nilai ρ value = 0,733.

B. Saran

1. Bidang Pendidikan

Hendaknya hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan bagi

ilmu kesehatan terutama mengenai hubungan tingkat stres dengan

pre-menstrual syndrome pada mahasiswi Sarjana Terapan

Kebidanan STIKes Ummi Bogor.

69
2. Bidang Pelayanan

a. Hendaknya hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan

bagi ilmu kesehatan terutama mengenai hubungan tingkat stres

dengan pre-menstrual syndrome pada mahasiswi Sarjana

Terapan Kebidanan STIKes Ummi Bogor.

b. Hendaknya hasil penelitian ini dapat meningkatkan wawasan

dan sebagai informasi tentang hubungan tingkat stres dengan

pre-menstrual syndrome pada mahasiswi Sarjana Terapan

Kebidanan STIKes Ummi Bogor.

c. Hendaknya hasil penelitian ini dapat melengkapi penelitian

sebelumnya yang berkaitan dengan pre-menstrual syndrome

dan juga dapat dijadikan bahan kajian untuk penelitian

selanjutnya agar dapat menggali informasi dan temuan terbaru

yang lebih kompleks .


DAFTAR PUSTAKA

Afriyanti, N. (2020). Hubungan Tingkat Stres dengan Kejadian Premenstruasi

Sindrom pada . Jurnal Ilmu Kesehatan Immanuel, volume 14, Nomor 2,.

Lela Kania Rahsa Puji, N. A. ( 2021). Hubungan Antara Aktivitas Fisik, Stres dan

Pola Tidur . Jurnal Penelitian dan Pengabdian Masyarakat, Vol 5 No

1,Page 1-8.

Prasetya, A. R. (2015). Hubungan Antara Keintiman Keluarga dengan Kejadian .

Klaten: naskah publikasi .

Rabani, I. N. (2018). Hubungan Tingkat Stres dengan Pre-Menstrual Syndrome

pada Mahasiswi D IV Kebidanan Politeknik Kesehatan Kementerian

Kesehatan Kendari. kendari .

Rahayu, R. (2020). Faktor Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian

Premenstrual . Jurnal Kesehatan Mahardika, Volume 7 No. 1.

Ilmi, A. F., & Utari, D. M. 2018. Faktor Dominan Premenstrual Syndrome

Mahasiswi (Studi Pada Mahasiswi Fakultas Kesehatan Masyarakat Dan

Departemen Arsitektur Fakultas Teknik, Universitas Indonesia). Media

Gizi Mikro Indonesia, 10(1), 39–50. https://doi.org/10.22435/mgmi.v10i1.

1062

Ratikasari, I. 2015. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Sindrom

Pramenstruasi (PMS) Siswi SMA 112 Jakarta Tahun 2015.


Damayanti, S. 2013. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Premenstrual

Syndrome pada Mahasiswa D-IV Kebidanan di Stikes 8¶%XGL\DK.

http://180.241.122.205/dockti/Siti Damayanti-skripsi maya.pdf.

Moghadam, A. D., dkk, 2014. Epidemiology of Premenstrual Syndrome (PMS)-A

Systematic Review and Meta-Analysis Study. Journal of Clinical and

Diagnostic Research : JCDR, 8, 106-109.

Kurnia, & Hapsari, D. (2016). Hubungan Tingkat Stres dengan Tingkat

Premenstruasi Syndrome (PMS) pada Siswi SMK Cokroaminoto 1

Surakarta. Retrieved from http://eprints.uns.ac.id

Hawari, D., 2013. Manajemen Stres, Cemas dan Depresi. Jakarta: Fakultas

Kedokteran UI pp 23-43.

Lowdermilk, D. L., Jensen, M. D., Perry, S. E. 2013. Buku Ajar Keperawatan

Maternitas. Edisi 8. Alih bahasa: Maria & Peter. Jakarta: EGC

Nugroho, T & Utama, I. 2014. Masalah Kesehatan Reproduksi Wanita.

Yogyakarta: Nuha Medika.

Pawesti, R.D & Untari, I. (2014). Jurnal KTI Tentang Overview Of The Signs and

Simptoms Of Premenstrual Syndrome in Young Women in SMKN 9

Surakarta. Diakses pada tanggal 21 Desember 2017.

Sukarni & Wahyu. 2013. Buku Ajar: Keperawatan Maternitas. Yogyakarta: Nuha

Medika.

Pratita, R., Margawati, A. (2013). Hubungan Antara Derajat Sindrom

Pramenstruasi dan Aktifitas Fisik dengan Perilaku Makan Pada Remaja

71
Putri. Journal of Nutritin College. Diakses pada tanggal 21 Desember 2017

dari http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jnc/article/viewFile/3826/3712

Sinaga, Ernawati dkk. 2017. Manajemen Kesehatan Menstruasi. Jakarta:

Universitas Nasional,IWWASH, Global One

LAMPIRAN

72
Jadwal Penelitian

Tahun 2022 Tahun 2023


No Kegiatan Oktober November Desember Januari Februari Maret Mei Juni Juli
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Konsul Judul Skripsi
2 Studi Pendahuluan
3 Penyusunan Proposal
4 Ujian proposal
5 Revisi Proposal
6 Pengumpulan Proposal
7 Surat Izin Penelitian
8 Penelitian
9 Analisis Data
10 Uji Hasil Skripsi
11 Revisi Hasil Skripsi

73
1. Informed Consent

PERNYATAAN KESEDIAAN MENJADI

RESPONDEN PENELITIAN

Yang bertanda tangan dibawah ini :


Nama :
Umur/Tanggal Lahir :
Alamat :
Kelas :
Bersedia dan mau berpartisipasi menjadi responden dalam penelitian yang berjudul
““Hubungan Tingkat Stress dengan Pre-Menstrual Syndrome pada Mahasiswi Sarjana
Terapan Kebidanan Reguler Tingkat II di STIKes Ummi” yang akan dilakukan oleh
Nurnisa Septiani, Amd. Keb Mahasiswi Jurusan Sarjana Terapan Kebidanan Ekstensi
StiKes Ummi Bogor.
Saya telah dijelaskan bahwa jawaban kuesioner ini hanya digunakan sebagai
keperluan penelitian dan saya secara suka rela bersedia menjadi responden
penelitian ini. Demikian surat pernyataan ini saya tanda tangani untuk dapat
digunakan seperlunya.
Bogor, 2022
Responden,

74
(..........................................)

2. Kuesioner Penelitian (Google Form)

KUISIONER PENELITIAN

HUBUNGAN TINGKAT STRES DENGAN PRE-MENSTRUAL SYNDROME

PADA MAHASISWI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN REGULER DI

STIKES UMMI

No. Responden :

Tanggal Pengisian :

A. Identitas Responden

Nama Mahasiswa :

NIM :

Umur/Tanggal Lahir :

Umur Menarche :

Riwayat Keturunan (ibu/nenek) :

75
B. Kuesioner Pengukuran Gejala Premenstruasi

GEJALA PREMENSTRUASI

Berikut adalah gejala-gejala yang muncul beberapa hari (kurang lebih 6


sampai 7 hari) saat menjelang haid (datang bulan/menstruasi). Petunjuk :
Berilah tanda (√) pada kolom skor, setiap gejala premenstrual yang anda
rasakan. Skor menunjukkan tingkat keparahan yang dialami:
1 = Tidak ada keluhan
2 = Sangat ringan (gejala yang dialami hanya sedikit terasa)
3 = Ringan (gejala terasa, namun tidak mengganggu aktivitas sehari-hari)
4 = Sedang (gejala terasa dan mempengaruhi aktivitas sehari-hari)
5 = Berat (gejala terasa sekali dan terjadi penurunan fungsi, beberapa
aktivitas sehari-hari tidak bisa dilakukan)
6 = Berat sekali (gejala sangat terasa sekali, terjadi penurunan fungsi fisik
dan psikis, sehingga tidak mampu melakukan aktivitas sehari-hari)

Skor
No. Gejala
1 2 3 4 5 6
1. Payudara terasa tegang/nyeri, membesar
atau bengkak
2. Merasa tidak berdaya untuk mengatasi
masalah yang ringan/biasa

76
3. Merasa tertekan/stress
4. Mudah tersinggung/marah
5. Merasa sedih/depresi
6. Nyeri otot/kaku sendi
7. Berat badan bertambah
8. Rasa sesak, tidak nyaman atau nyeri perut
9. Mengalami bengkak (oedema) pada tangan
atau kaki
10. Merasa kembung
11. Timbul jerawat pada wajah
12. Merasa cepat lelah
13. Mempunyai masalah tidur/insomnia
14. Mengalami konstipasi/diare
15. Sakit kepala
16. Nyeri punggung
17. Perubahan selera makan/selera makan
tinggi/makan berlebihan/sering merasa
lapar
18. Susah konsentrasi/susah mengingat
19. Merasa cemas/gelisah/panik
20. Merasa mual/ingin muntah
C. Kuesioner Pengukuran Tingkat Stres

TES DASS-21

Harap baca setiap pernyataan dan berilah tanda (√) pada kolom skor 0, 1, 2
dan 3 yang menunjukkan berapa banyak pernyataan yang sesuai pada anda
selama beberapa hari (kurang lebih 6 sampai 7 hari) saat menjelang haid
(datang bulan/menstruasi). Tidak ada jawaban benar atau salah, jangan
habiskan terlalu banyak waktu pada pertanyaan apapun. Ketentuan skor
adalah sebagai berikut :

77
0 = Tidak sesuai dengan saya sama sekali, atau tidak pernah.
1 = Sesuai dengan saya sampai tingkat tertentu, atau kadang kadang.
2 = Sesuai dengan saya sampai batas yang dapat dipertimbangkan, atau
lumayan sering.
3 = Sangat sesuai dengan saya, atau sering sekali.

Skor
No Pernyataan
0 1 2 3

1 Saya merasa bahwa diri saya menjadi marah


karena hal-hal sepele.
2 Saya merasa bibir saya sering kering.

3 Saya sama sekali tidak dapat merasakan


perasaan positif.
4 Saya mengalami kesulitan bernafas
(misalnya: seringkali terengah-engah atau
tidak dapat bernafas padahal tidak
melakukan aktivitas fisik sebelumnya).
5 Saya sepertinya tidak kuat lagi untuk
melakukan suatu kegiatan.
6 Saya cenderung bereaksi berlebihan
terhadap suatu situasi.
7 Saya merasa goyah (misalnya, kaki terasa
mau ’copot’).
8 Saya merasa sulit untuk bersantai.

9 Saya menemukan diri saya berada dalam


situasi yang membuat saya merasa sangat
cemas dan saya akan merasa sangat lega jika
semua ini berakhir.

78
10 Saya merasa tidak ada hal yang dapat
diharapkan di masa depan.
11 Saya menemukan diri saya mudah merasa
kesal.
12 Saya merasa telah menghabiskan banyak
energi untuk merasa cemas.
13 Saya merasa sedih dan tertekan.

14 Saya menemukan diri saya menjadi tidak


sabar ketika mengalami penundaan
(misalnya: kemacetan lalu lintas, menunggu
sesuatu).
15 Saya merasa lemas seperti mau pingsan.

16 Saya merasa saya kehilangan minat akan


segala hal.
17 Saya merasa bahwa saya tidak berharga
sebagai seorang manusia.
18 Saya merasa bahwa saya mudah
tersinggung.
19 Saya berkeringat secara berlebihan
(misalnya: tangan berkeringat), padahal
temperatur tidak panas atau tidak melakukan
aktivitas fisik sebelumnya.
20 Saya merasa takut tanpa alasan yang jelas.

21 Saya merasa bahwa hidup tidak bermanfaat.

79
3. Surat Studi Pendahuluan

80
4. Surat Balasan Studi Pendahuluan

81
5. Lembar Konsultasi Bimbingan Penelitian

82
LEMBAR KONSULTASI BIMBINGAN SKRIPSI

Nama Mahasiswa : Nurnisa Septiani, Amd. Keb


NIM : 0442282222038
Judul Skripsi :“Hubungan Tingkat Stress dengan Pre-Menstrual
Syndrome Pada Mahasiswi Sarjana Terapan Kebidanan Di
STIKes Ummi Bogor”
Nama Pembimbing : 1. Triswanti, S.SiT., M.Kes

Paraf
No Hari/Tanggal Hasil Bimbingan
Pembimbing
Konsul judul
12 Oktober Hubungna tingkat stress dengan
1
2022 PMS pada mahasiswi tingkat II di
STIKes Ummi Bogor
BAB I Revisi
31 Oktober
2. Tambahkan referensi terbaru dan
2022
dikota tempat penelitian
BAB I : Studi Pendahuluan
Tambahkan keaslian penelitian
3. 07 November
BAB II konsultasi selanjutnya
sertakan BAB II
BAB I : Kata pengantar di ganti
menjadi huruf besar diawal kalimat
20 Desember
4. dan diperbaiki nama dan gelar dosen.
2022
BAB II : landasan teori diganti
mejadi tinjauan Pustaka

22 Desember Daftar isi disertakan nomor halaman


5.
2022 dan lanjut konsul BAB III

83
10 Januari Perbaiki referensi 10 tahun terakhir
6.
2023 dan perbaiki penulisan daftar Pustaka

06 Februari Perbaiki kerangka teori dan ACC


7.
2023 Seminar Proposal

Revisi Sempro:
- Perbaiki kerangka teori
gunakan referensi terbaru
- gunakan kriteria eksklusi dan
8. 14 Maret 2023 inklusi
- sample penelitian stupen
dijadikan kriteria eksklusi
- gunakan paragraph 2.0 dg
before and after 0 pt

9. 24 Mei 2023 Lanjutkan BAB IV dan BAB V

- perbaiki kata pengantar:


proposal skripsi menjadi
skropsi
- BAB IV: Pembahasan
10. 14 Juni 2023
Analisis lebih dirinci lagi
antara univariat dan bivariat,
cantumkan teori yang
mendukung.

- Revisi BAB IV: pembahasan


11. 17-06-2023
univariat dan bivariat

12. 20-06-2023 - REVISI BAB IV:


pembahasan dibuat lebih rinci
antara univariat dan bivariat,

84
sertakan teori nya
- Konsul selanjutnya sertakan
abstrak
- ACC BAB IV dan V
- ACC Abstrak
13. 26-06-2023
- Lanjut jurnal
- ACC sidang hasil skripsi
- Revisi Jurnal : Tambahkan
tabel hasil penelitian, spasi
14. 30-06-2023 1.5, keyword di abstrak blm
dicantumkan, cantumkan
nama pembimbing.
- REVISI SIDANG HASIL
SKRIPSI: lembar abstrak
ditambahkan keterngan pada
hasil penelitian dan
kesimpulan yang
memperkuat hasil penelitian,
15. 18-07-2023
BAB 2 masih ada sumber
yang lebih dari 10 tahun,
BAB IV referensi yang lebih
dari 10 tahun dihilangkan,
keterbatasan waktu penelitian
dihilangkan.

16. 20-07-2023 - Penulisan nama tanpa gelar

6. Dokumentasi Studi Pendahuluan

85
7. Bukti Izin Menggunakan Kuesioner

86
8. Surat Balasan Izin Penelitian

87
9. Dokumentasi Pelaksanaan Penelitian

88
10. Tabel Coding Responden dan Hasil Uji CHI- SQUARE

89
PMS Tingkat Stres
no hasil klasifikasi kode no hasil klasifikasi kode
1 20 tidak pms 1 1 22 sedang 2
2 63 pms 2 2 32 berat 3
3 38 tidak pms 1 3 32 berat 3
4 43 tidak pms 1 4 28 berat 3
5 72 pms 2 5 32 berat 3
6 63 pms 2 6 15 ringan 1
7 41 tidak pms 1 7 4 normal 0
8 35 tidak pms 1 8 20 sedang 2
9 38 tidak pms 1 9 18 ringan 1
10 57 tidak pms 1 10 16 ringan 1
11 64 pms 2 11 31 berat 3
12 39 tidak pms 1 12 29 berat 3
13 36 tidak pms 1 13 15 ringan 1
14 40 tidak pms 1 14 38 berat 3
15 32 tidak pms 1 15 20 sedang 2
16 57 tidak pms 1 16 20 sedang 2
17 39 tidak pms 1 17 6 normal 0
18 38 tidak pms 1 18 20 sedang 2
19 62 pms 2 19 19 sedang 2
20 56 tidak pms 1 20 25 berat 3
21 29 tidak pms 1 21 39 sangat berat 4
22 43 tidak pms 1 22 14 normal 0
23 47 tidak pms 1 23 23 sedang 2
24 66 pms 2 24 24 sedang 2
25 46 tidak pms 1 25 20 ringan 1
26 36 tidak pms 1 26 2 normal 0
27 38 tidak pms 1 27 21 sedang 2
28 65 pms 2 28 12 normal 0
29 36 tidak pms 1 29 29 berat 3
30 37 tidak pms 1 30 13 normal 0
31 44 tidak pms 1 31 26 berat 3
32 81 pms 2 32 28 berat 3
33 62 pms 2 33 11 normal 0
34 46 tidak pms 1 34 18 ringan 1
35 28 tidak pms 1 35 30 berat 3
36 58 tidak pms 1 36 12 normal 0
37 41 tidak pms 1 37 29 berat 3

90
38 39 tidak pms 1 38 20 sedang 2
39 40 tidak pms 1 39 8 normal 0
40 65 pms 2 40 24 sedang 2
41 50 tidak pms 1 41 7 normal 0
42 58 tidak pms 1 42 39 sangat berat 4
43 73 pms 2 43 2 normal 0
44 46 tidak pms 1 44 38 sangat berat 4
45 34 tidak pms 1 45 46 sangat berat 4
46 38 tidak pms 1 46 12 normal 0
47 34 tidak pms 1 47 23 sedang 2
48 61 pms 2 48 13 normal 0

Case Processing Summary


Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Tingkat Stres * Pre Menstrual 48 100.0% 0 0.0% 48 100.0%
Syndrome

Tingkat Stres * Pre Menstrual Syndrome Crosstabulation


Count
Pre Menstrual Syndrome
Tidak PMS PMS Total
Tingkat Stres Stres Normal 9 4 13
Stres Ringan 5 1 6
Stres Sedang 9 3 12
Stres Berat 9 4 13
Stres Sangat Berat 4 0 4
Total 36 12 48

Chi-Square Tests

91
Asymptotic
Significance (2-
Value df sided)
Pearson Chi-Square 2.017a 4 .733
Likelihood Ratio 2.985 4 .560
Linear-by-Linear Association .313 1 .576
N of Valid Cases 48
a. 7 cells (70.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count
is 1.00.

Frequency Table

Tingkat Stres
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Stres Normal 13 27.1 27.1 27.1
Stres Ringan 6 12.5 12.5 39.6
Stres Sedang 12 25.0 25.0 64.6
Stres Berat 13 27.1 27.1 91.7
Stres Sangat Berat 4 8.3 8.3 100.0
Total 48 100.0 100.0

Pre Menstrual Syndrome


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak PMS 36 75.0 75.0 75.0
PMS 12 25.0 25.0 100.0
Total 48 100.0 100.0

92

Anda mungkin juga menyukai