Anda di halaman 1dari 15

BINA DIRI

Prinsip Dan Teknik Pembelajaran Pengembangan Bina Diri Bagi Peserta Didik
Tunagrahita

Dosen Pengampu:

Rila Muspita, M.Pd.

Disusun Oleh:

Kelompok 2

Hernandia Rusyda Putri 22003186

Aufa Althaf Hendri 22003086

Zahra Divany Ariesta 22003162

Rahmita Juliandori 22003207

Ratu Syarifa Aura 22003209

DEPARTEMEN PENDIDIKAN LUAR BIASA

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2024
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur selalu kita panjatkan kehadiran Allah SWT,yang telah
melimpahkan Rahmat hidayah dan ibadahnya kepada kita semua sehingga kita
dapat menikmati segala kenikmatan yang sudah ada ini. Tidak lupa sholawat
serta salam selalu tercurahkan kepada Baginda Nabi Muhammad saw. yang
sudah membimbing kita semua dari masa kegelapan menuju zaman yang terang
benderang. Segala maksud dan semua tujuan tidak akan bisa lepas karena
pertolongan Yang Maha Kuasa sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah
bina diri ini.
Semua ini adalah merupakan karunia dari Allah swt. Sebuah landasan
dalam membuat makalah bina diri ini tentunya masih sangat jauh dari kata
sempurna. Untuk itulah nantinya kami sangat mengharapkan kritikan dan
masukan yang membangun dalam menjalankan usaha nantinya.
Semoga makalah yang kelompok kami buat dapat bermanfaat buat kita
semua. Jika terdapat kesalahan kami mohon maaf yang sebesar besarnya.

Padang, 19 February 2023

Kelompok 2

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................... ii

DAFTAR ISI .................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1

a. Latar Belakang .................................................................................... 1

b. Rumusan Masalah ............................................................................... 1

c. Tujuan Masalah ................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................... 3

A. Prinsip Pengembangan Bagi Peserta Didik Tunagrahita ................... 3


B. Teknik Pembelajaran Pengembangan Bina Diri Bagi Peserta
Didik Tunagrahita .............................................................................. 4
C. Metode Pembelajaran Bina Diri …………………………………….. 9

BAB III PENUTUP ....................................................................................... 11

a. Kesimpulan ......................................................................................... 11
b. Saran .................................................................................................... 11

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 12

iii
BAB I

PENDAHULUAN

a. Latar Belakang

Anak-anak lahir ke dunia lalu tumbuh dan berkembang. Perkembangan anak


terdiri dari beberapa aspek seperti fisik, mental, dan sosialnya. Beberapa aspek ini
terkadang terhambat hingga menyebabkan perkembangan anak dalam bidang
tertentu menjadi lambat. Seperti halnya anak tunagrahita atau intellectual
disability yaitu mereka yang ditandai dengan keterbatasan signifikan pada fungsi
intelektual dan fungsi adaptif yang dimulai sebelum usia 18 tahun.

Keterbatasan fungsi intelektual secara umum seperti penalaran, pemecahan


masalah, perencanaan, berpikir abstrak, penilaian, pembelajaran akademis, dan
belajar dari pengalaman. Sedangkan keterbatasan fungsi adaptif meliputi area
konseptual, sosial, dan praktis baik di rumah maupun di lingkungan masyarakat
(APA, 2013; Mash & Wolfe, 2013).

Karena beberapa keterbatasan ini, perlu diadakan pembelajaran bina diri bagi
anak tunagrahita agar mereka menjadi baik serta memiliki kemampuan untuk
membangun kebiasaan sehari-hari yang dapat membantu mereka untuk mengurus
diri sendiri, merawat diri sendiri, memenuhi kebutuhan hidupnya, dan menjadi
bagian dari masyarakat.

b. Rumusan Masalah

1. Apa saja prinsip pengembangan bagi peserta didik tunagrahita?

2. Bagaimanakah teknik pembelajaran pengembangan bina diri bagi peserta


didik tunagrahita?

1
c. Tujuan Masalah

1. Untuk mengetahui Prinsip pengembangan bagi peserta didik tunagrahita.

2. Untuk mengetahui Teknik pembelajaran pengembangan bina diri bagi


peserta didik tunagrahita.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Prinsip Pengembangan Bagi Peserta Didik Tunagrahita


(SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017, n.d.)Prinsip dasar
pembelajaran pengembangan bina diri pada peserta didik tunagrahita meliputi dua
hal, yaitu:
a. prinsip yang berkaitan dengan peristilahan yang dipergunakan. Perbedaan
istilah di atas bila ditinjau dari sudut kepentingan masyarakat tidaklah berbeda,
secara esensi sama yaitu membahas tentang aktivitas yang dilakukan seseorang
dalam memenuhi kebutuhan hariannya dalam hal perawatan atau pemeliharaan
diri
b. berkaitan dengan fungsi dari kegiatan Bina Diri, yaitu mengembangkan
keterampilan-keterampilan pokok/penting untuk memelihara (maintenance)
dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan personal, untuk melengkapi tugastugas
pokok secara efisien dalam kontak sosial sehingga dapat diterima di lingkungan
kehidupannya, meningkatkan kemandirian.
Prinsip umum pelaksanaan pembelajaran pengembangan bina diri yaitu:
assesmen: menemukan hal-hal yang sudah dan belum dimiliki anak dalam berbagai
hal dan menemukan kebutuhan anak, keselamatan (safety), kehatihatian (poise),
kemandirian (independent), percaya diri (confident), tradisi yang berlaku di sekitar
anak berada (traditional manner), sesuai dengan usia (in appropriate), modifikasi
alat dan cara, analisa tugas (task analysis). Prinsip-prinsip lain yang perlu
diperhatikan dalam pembelajaran pengembangan bina diri pada peserta didik
tunagrahita sebagai berkut:
a. Prinsip fungsional bina diri: layanan yang diberikan dalam bentuk
latihanlatihan fungsi otot dan sendi, tujuan untuk meningkatkan fungsi gerak
otot dan sendi agar mencapai kemampuan gerak yang optimal.
b. Prinsip supportif bina diri: latihan atau pembinaan untuk meningkatkan
motivasi, dan percaya diri bahwa dirinya mempunyai kemampuan yang dapat

3
dikembangkan, tujuan hal tersebut adalah menanamkan rasa percaya diri dan
motivasi sehingga mempunyai keyakinan bahwa hambatan yang dialaminya
tidak menjadi hambatan untuk berprestasi.
c. Prinsip evaluasi bina diri: kegiatan layanan atau pembinaan secara terstruktur
dan dengan standar perkembangan atau kemampuan standar normal.
d. Prinsip Activity of Daily Living: pembinaan atau latihan yang diberikan
mengacu kepada segala aktiitas yang dapat dilakukan dalam kehidupan sehari-
hari, kegiatan mulai dari bangun tidur sampai tidur Kembali

B. Teknik Pembelajaran Pengembangan Bina Diri Bagi Peserta Didik


Tunagrahita
Pengembangan diri pada peserta didik tunagrahita didasarkan pada pendekatan
pembelajaran yang berorientasi pada kebutuhan peserta didik tunagrahita,
memperhatikan lingkungan yang kondusif, menggunakan pembelajaran terpadu,
mengembangkan keterampilan hidup/kecakapan hidup, menggunakan berbagai
media dan sumber belajar yang bervariasi dan pendekatan pembelajaran yang
berorientasi pada prinsip-prinsip perkembangan dan kemampuan peserta didik
tunagrahita. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan program
pengembangan diri supaya berhasil sesuai dengan yang diharapkan dimulai dengan
kesiapan peserta didik dalam menerima latihan, belajar dalam keadaan nyaman dan
diusahakan peserta didik dibawa dalam kondisi yang kongkrit dan nyata supaya
pengalaman belajar yang didapat peserta didik utuh dan menyeluruh, latihan
diberikan berdasarkan tahapan tugas (task analisys), berikan penguatan berupa
pujian dan lainnya, latihan dilakukan secara berulang-ulang. Pendekatan yang
diterapkan dalam pembelajaran bina diri bersifat perbaikan tingkah laku (behavior
modification).
Dalam pendekatan yang bersifat perbaikan tingkah laku, diperlukan: baseline,
kriteria, dan reinforcement. Baseline adalah kemampuan yang dimiliki anak
sebelum mendapat pembelajaran dan latihan bina diri. Kemampuan ini untuk
melihat ada tidaknya perubahan setelah mendapat pembelajaran dan latihan bina

4
diri Untuk mengetahui kemampuan ini perlu dilakukan asesmen lebih dulu. Kriteria
ialah menetapkan sejumlah trial (betul) yang harus dicapai dalam satu pertemuan.
Pembelajaran dilakukan dalam beberapa pertemuan, pada setiap pertemuan dibagi
atas trial (betul) dan eror (salah). Jika jumlah tersebut (misalnya anak dalam
memakai pakaian selama tiga kali dengan betul) tercapai, maka anak dinyatakan
berhasil, dan guru akan menetapkan jumlah yang betul (trial) dalam pertemuan
tersebut. Reinforcement ialah penguatan yang diberikan oleh guru kepada anak
segera setelah anak itu melakukan kegiatan bina diri agar siswa terdorong
melakukan kegiatan bina diri lagi.
Teknik yang perlu dilakukan dalam pembelajaran pengembangan bina diri pada
peserta didik tunagrahita adalah sebagai berikut: a. Memberi contoh (modelling),
menunjukkan kepada anak apa yang harus dikerjakan b. Menuntun/mendorong
(promting), melakukan atau mengatakan sesuatu untuk membantu anak agar dapat
mengerti apa yang harus dilakukan c. Mengurangi tuntunan (fading), ialah
mengurangi tuntunan secara bertahap sejalan dengan keberhasilan siswa d.
Pentahapan (shaping), ialah membagi kegiatan dalam beberapa pentahapan,
dimulai dari yang mudah ke yang sukar.
Ada banyak cara untuk membantu siswa tunagrahita ringan menjadi lebih baik
dalam pengembangan diri mereka. Modeling, shaping, forward and backward
chaining, rewarding or positive reinforcement, dan stimulus fading adalah beberapa
teknik yang termasuk dalam kategori ini (Kaur & Kumar, 2015).
Salah satu teknik yang digunakan oleh guru untuk mengajarkan pengembangan
diri kepada siswa tunagrahita ringan adalah teknik shaping. Tujuannya adalah untuk
mengurangi perilaku siswa yang selalu bergantung pada orang lain, khususnya
dalam hal mengurus diri sendiri. Dewi (2016) menyatakan bahwa teknik shaping
adalah suatu pendekatan yang digunakan untuk mencapai tujuan atau perilaku yang
diinginkan. Ini dilakukan dengan membagi langkah-langkah yang dipelajari
menjadi langkah-langkah yang lebih spesifik dan memberi penguatan kepada siswa
untuk setiap langkah yang mereka kuasai dengan baik. Namun, Faz (2015)

5
menyatakan bahwa shaping adalah prosedur yang digunakan untuk menciptakan
pola perilaku baru.
Untuk mencapai perilaku sasaran, teknik shaping digunakan untuk membagi
setiap tahapan kegiatan, dimulai dari tahap yang lebih mudah dan kemudian
memberikan penguatan untuk setiap perilaku yang muncul. Menurut Gutbrod
(2014), penerapan teknik shaping adalah teknik yang dilakukan oleh guru melalui
tahapan dari yang mudah ke yang sulit, sehingga membentuk perilaku yang belum
terbentuk. Tahapan ini termasuk menentukan tingkah laku awal yang dimiliki oleh
anak atau dasar, menentukan langkah-langkah pembentukan perilaku atau analisis
tugas, dan mulai memperbaiki perilaku.
a. Teknik modelling

"Secara sederhana, prosedur dasar meneladani (modelling) adalah menunjukkan


perilaku seseorang atau perilaku beberapa orang kepada subjek untuk ditiru."
"Modeling berkaitan dengan observational learning, yang merupakan sebuah
konsep dimana dengan proses tersebut orang belajar dengan mengamati tingkah
laku atau suatu teknik belajar respon-respons baru melalui mengamati kinerja orang
lain" (Mappiere Andi, 2006).

Nursalim (2013) menyatakan bahwa teknik model meliputi pembentukan


perilaku baru dan penguatan perilaku yang sudah ada. Dalam hal ini, konselor
menunjukkan kepada konseli tentang perilaku model. Mereka dapat menggunakan
model yang telah diamati, seperti model suara, fisik, atau hidup, antara lain, setelah
memahami jenis perilaku yang akan dicontohkan.

b. Teknik forward and backward chaining

Behavior modification, yaitu salah satu kajian psikologi yang berfokus pada
analisa dan modifikasi perilaku, Analisa artinya mengidentifikasi hubungan
fungsional kejadian di lingkungan dan perilaku tertentu untuk memahami alasan
atau penyebab perilaku individu. Modifikasi berarti pengembangan dan penerapan
prosedur untuk membantu individu mengubah perilakunya. Prosedur behavior

6
modification dibentuk oleh professional dan digunakan untuk perubahan perilaku
sosial secara signifikan, dengan tujuan untuk meningkatkan aspek kehidupan
seseorang (Miltenberger, 2012). Behavior modification memberikan perhatian
khusus pada perilaku dan performa, atau hal yang dilakukan dalam kehidupan
sehari-hari. Pendekatan ini berfokus pada perkembangan adaptif, perilaku
prososial, dan mengurangi perilaku maladaptif dalam kehidupan sehari-hari
(Kazdin, 2013).

Pada program behavior modification ini digunakan teknik chaining. Metode


chaining dapat dilakukan secara forward atau backward, tergantung dari
kemampuan yang telah dikuasai anak (Kazdin, 2013).

Social reinforcers seperti pujian secara verbal, perhatian, kontak fisik (termasuk
sentuhan kasih sayang atau rasa bangga, tepukan, dan pegangan tangan) dan
ekspresi wajah (termasuk senyuman, kontak mata, anggukan, dan kedipan mata)
merupakan reinforcement yang terkondisikan. Beberapa penelitian telah
menunjukkan bahwa perhatian atau pujian dari orangtua, guru, atau teman sebaya
digunakan untuk mengontrol perilaku (Kazdin, 2013).

c. Teknik reinforcement

Modifikasi perilaku dilakukan dengan memberikan reward. Penguatan positif


dapat dilakukan oleh dirinya sendiri atau orang lain melalui pemberian pujian,
memberikan hadiah. Menurut WS. Winkel, 2006 teknik reinforcement adalah
dampak yang dapat memperbesar terjadinya perilaku yang sama yang muncul
kembali di waktu lain apabila mendapat rangsangan yang diberikan. Sedangkan
menurut Wasty Soemanto, pemberian penguatan merupakan tanggapan positif yang
diberikan oleh guru untuk siswa yang dapat mengerjakan tugas yang diberikan
dengan benar dan baik.

Dengan adanya pemberian reinforcement dapat memperkuat perbuatan


individu. Dalam memberikan penguatan kepada individu perlu adanya reward
sebagai bentuk hadiah atau penghargaan. M. Ngalim Purwanto menjelaskan bahwa

7
reward sebagai hadiah atau penghargaan atas pekerjaan yang telah diselesaikan
bertujuan sebagai alat pendidik untuk siswa agar siswa merasa senang.

Pemberian hadiah atau penghargaan dapat berupa materi maupun non materi
yang setiap bagiannya diberikan sebagai bentuk motivasi yang positif. Hadiah
diberikan sebagai bentuk motivasi yang baik yang berupa pujian, memberikan
tepuk tangan, mengacungkan jempol agar siswa menjadi senang.

Pemberian penguatan atau reinforcement dapat dilakukan dengan tujuan supaya


siswa dapat menjadi lebih giat lagi untuk berpartisipasi dalam interaksi belajar
mengajar dan siswa dapat mengulangi perbuatan baik tersebut. Kebiasaan yang
jarang dilakukan oleh pendidik ketika proses belajar mengajar sedang berlangsung
yaitu memberikan penguatan (reinforcement) kepada anak didik atau siswa, jarang
menjumpai guru mengucapkan kata bagus sekali dan mengacungkan jempol untuk
siswa yang berhasil menjawab pertanyaan yang dilontarkan guru. Seorang pendidik
atau guru harus memberikan reward seperti katakata pujian, penghargaan, tepuk
tangan dan senyuman yang bertujuan untuk membangkitkan motivasi belajar pada
diri setiap siswa dengan memberikan penguatan (reinforcement).

Selain yang telah diuraikan di atas, strategi pelaksanaan program pembelajaran


pengembangan bina diri pada pserta didik tunagrahita juga didasarkan pada
beberapa pendekatan, sebagai berikut:
a. Berorientasi pada kebutuhan anak dan dilaksanakan secara integratif dan
holistik.
b. Lingkungan yang kondusif. Lingkungan harus diciptakan sedemikian
menarik dan menyenangkan, dengan memperhatikan keamanan dan
kenyamanan anak dalam belajar.
c. Menggunakan pembelajaran terpadu. Model pembelajaran terpadu yang
beranjak dari tema yang menarik anak (centre of interest) dimaksudkan agar
anak mampu mengenal berbagai konsep secara mudah dan jelas sehingga
pembelajaran menjadi bermakna bagi anak.

8
d. Mengembangkan keterampilan hidup.
e. Menggunakan berbagai media dan sumber belajar. Media dan sumber
belajar dapat berasal dari lingkungan alam sekitar atau bahan-bahan yang
sengaja disiapkan.
f. Pembelajaran yang berorientasi pada prinsip-prinsip perkembangan dan
kemampuan anak. Ciri-ciri pembelajaran ini adalah 1) anak belajar dengan
sebaik-baiknya apabila kebutuhan fisiknya terpenuhi, serta merasakan
aman dan tentram, 2) siklus belajar anak berulang, dimulai dari membangun
kesadaran, melakukan penjelajahan (eksplorasi), memperoleh penemuan
untuk selanjutnya anak dapat menggunakannya, 3) anak belajar melalui
interaksi sosial dengan orang dewasa dan teman sebayanya, 4) minat anak
dan keingintahuannya memotivasi belajarnya, 5) perkembangan dan belajar
anak harus memperhatikan perbedaan individual, 6) anak belajar dengan
cara dari sederhana ke yang rumit, dan tingkat yang termudah ke yang sulit.

C. Metode Pembelajaran Bina Diri


(Mirnawati & Pd, n.d.)Beberapa metode yang dapat digunakan dalam
pembelajaran ini adalah:
a. Metode demonstrasi
Metode demonstrasi adalah pertunjukan tentang proses terjadinya suatu
peristiwa atau benda sampai pada penampilan tingkah laku yang
dicontohkan agar dapat diketahui dan dipahami oleh peserta didik secara
nyata atau tiruannya (Syaiful, 2008:210). Metode demonstrasi adalah
metode mengajar dengan cara memperagakan barang, kejadian, aturan, dan
urutan melakukan suatu kegiatan, baik secara langsung maupun melalui
penggunaan media pengajaran yang relevan dengan pokok bahasan atau
materi yang sedang disajikan (Muhibbin Syah, 2000:22). Tujuan pengajaran
menggunakan metode demonstrasi adalah untuk memperlihatkan proses
terjadinya suatu peristiwa sesuai materi ajar, cara pencapaiannya dan

9
kemudahan untuk dipahami oleh siswa dalam pengajarn kelas. Metode
demonstrasi mempunyai beberapa kelebihan dan kelekurangan.
b. Metode pemberian tugas
Metode adalah suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan dalam kegiatan belajar mengajar, metode diperlukan
oleh guru dan penggunaanya bervariasi sesuai dengan tujuan yang ingin
dicapai setelah pengajaran berakhir. Menurut Daradjat, metode pemberian
tugas/ penugasan/ resitasi, adalah cara dalam proses pembelajaran bilamana
guru memberi tugas tertentu dan murid mengerjakannya, kemudian tugas
tersebut dipertanggungjawabkan kepada guru
c. Metode simulasi
Simulasi dapat digunakan sebagai metode mengajar dengan asumsi
tidak semua proses pembelajaran dapat dilakukan secara langsung pada
objek yang sebenarnya (Senjaya, 2008). Gladi resik merupakan salah satu
contoh simulasi, yakni memperagakan proses terjadinya suatu upacara
tertentu sebagai latihan untuk upacara sebenarnya supaya tidak gagal dalam
waktunya nanti. Jadi metode simulasi adalah peniruan atau perbuatan yang
bersifat menirukan suatu peristiwa seolah-olah seperti peristiwa yang
sebenarnya.
d. Metode karyawisata
Dalam hubungannya dengan kegiatan belajar mengajar, pengertian
karyawisata berarti siswa-siswa mempelajari suatu obyek di tempat mana
obyek tersebut berada. Karyawisata dapat dilakukan dalam waktu singkat
beberapa jam saja ataupun cukup lama sampai beberapa hari

10
BAB III

PENUTUP

a. Kesimpulan

Pembelajaran bina diri bagi anak tunagrahita bertujuan untuk


meningkatkan kemampuan mereka dalam merawat dan mengurus diri sendiri
secara mandiri. Prinsip utamanya adalah pembelajaran harus disesuaikan
dengan karakteristik dan kebutuhan individu peserta didik. Teknik yang
digunakan antara lain pembiasaan, pemodelan, latihan terbimbing, role
playing, penguatan positif, dan modifikasi tugas. Materi mencakup perawatan
diri, berpakaian, kebersihan diri, keamanan diri, keterampilan rumah tangga,
dan keterampilan sosial. Guru perlu bekerja sama dengan orangtua untuk
menerapkan pembelajaran di rumah. Evaluasi penting untuk memantau
kemajuan dan menentukan teknik yang efektif.

Pembelajaran pengembangan diri yang efektif memerlukan pendekatan


individual, pemilihan teknik yang sesuai, materi fungsional, kerja sama
orangtua, dan evaluasi rutin. Dengan begitu, anak tunagrahita dapat
meningkatkan kemandirian dalam merawat dan mengurus dirinya sehari-hari.
Pembelajaran harus membantu mereka menguasai keterampilan sesuai
kemampuan masing-masing.

b. Saran

Dalam materi perkuliahan ini penulis masih banyak kekurangan baik


dalam penyajian makalah, sumber data maupaun kelengkapan makalah. Maka
dari itu diharapkan kepada pembaca dan pendengar untuk memberikan saran
yang sifatnya mendukung supaya makalah ini dapat disusun menjadi lebih
sempurna.

11
DAFTAR PUSTAKA
Dwiandriani, E. (2021). Peningkatan Kemampuan Pengembangan Diri Melalui Teknik
Shaping pada Siswa Tunagrahita Ringan. Jurnal Ilmiah WUNY, 3(1).

Kusnawan, A., & Muslimah, S. R. (2022). Latihan Bina Diri pada Siswa Tunagrahita
dalam Meningkatkan Kemandirian. CONS-IEDU, 2(1), 7-15.

Masruroh, H., & Banjaenegara, P. K. S. (2022). TEKNIK REINFORCEMENT UNTUK


MENINGKATKAN MOTIVASI PADA ANAK TUNAGRAHITA YANG
MENGALAMI KESULITAN (DYSCALCULIA LEARNING) DI SEKOLAH
LUAR BIASA NEGERI BANJARNEGARA. Studia Religia: Jurnal Pemikiran
dan Pendidikan Islam, 6(1).

Mirnawati, M., & Pd. (n.d.). PEMBELAJARAN BINA DIRI BAGI ANAK TUNAGRAHITA DI SEKOLAH.

Mustikawati, A., & Kurnianingrum, W. (2018). Penerapan Forward Chaining Dalam


Meningkatkan Kemampuan Mandi Secara mandiri Pada Remaja Dengan Mild
Intellectual Disability. Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni, 2(1),
154-164.

Putri, A. (2023). Peningkatan Kemampuan Bina Diri Memakai Sepatu Melalui Teknik
Modelling Pada Murid Cerebral Palsy Kelas Dasar III Di SLB Katolik
Rajawali Makassar.

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017. (n.d.).

12

Anda mungkin juga menyukai