Dosen Pengampuh:
Dr. Badrut Tamam, M.Pd.I
Disusun Oleh:
Sriwati Hasan 221110207
Icha Rahma Aisyah 2211102004
Nur Hidayana 2211102078
Mila Rosita 2211102053
Haeruddin 2211102112
Fajar 2211102123
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat,
karunia, taufiq, serta hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah mata kuliah Manajemen
Sekolah dan Madrasah yang berjudul “Standar Nasional Pendidikan”
Dalam proses penyelesaian makalah ini kami tentunya banyak mendapatkan bantuan
dan bimbingan dari berbagai pihak. Kami mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada
Bapak Dr. Badrut Tamam, M,Pd.I selaku dosen pengampu mata kuliah Manajemen Sekolah
dan Madrasah yang telah memberikan tugas ini dan membimbing kami dalam proses
penyelesaian makalah. Tentunya kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu kami dengan tangan
terbuka menerima segala kritik dan saran agar kami dapat memperbaiki makalah ini setelahnya.
Akhir kata, kami berharap semoga makalah kami dapat memberikan manfaat serta pengetahuan
baru bagi siapa pun yang membacanya.
Kelompok 5
2
DAFTAR ISI
BAB II..................................................................................................................................................... 5
PEMBAHASAN ..................................................................................................................................... 5
A. STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN ......................................................................... 5
A. KESIMPULAN ............................................................................................................... 12
B. SARAN............................................................................................................................ 12
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Standar nasional pendidikan (SNP) adalah kriteria minimal tentang sistem
pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia. Untuk itu
sekolah wajib melakukan upaya penjaminan mutu hingga memenuhi SNP.
Untuk mengetahui sejauhmana sekolah telah memenuhi SNP, dilakukan akreditasi
oleh Badan Akreditasi Nasional Sekolah/Madrasah. Hasil akreditasi menentukan
status dan peringkat akreditasi sekolah, yakni: Terakreditasi A, B, C, atau tidak
terakreditasi. Akreditasi dilakukan sekali dalam lima tahun.
Beberapa sekolah yang sebelumnya terakreditasi C, pada saat diakreditasi
kembali mampu mencapai nilai akreditasi B. Demikian juga beberapa sekolah yang
sebelumnya terakreditasi B, pada saat diakreditasi kembali mampu mencapai nilai
akreditasi A. Hal ini merupakan hasil dari upaya dan strategi yang dilaksanakan dalam
meningkatkan mutu sekolah. Pengamalan berbagai sekolah yang telah berhasil
meningkatkan nilai akreditasi merupakan informasi yang sangat berharga untuk
dijadikan.
Standar Nasional Pendidikan adalah kriteria minimal tentang sistem pendidikan di
seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia (Pasal 1 Undang-Undang
nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas dan Pasal 3 Peraturan Pemerintah nomor 19
tahun 2005 tentang SNP). SNP merupakan penjabaran dari UU Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sisdiknas, yang dituangkan dalam PP Nomor 19 Tahun 2005. SNP berfungsi
sebagai dasar dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan pendidikan dalam
rangka mewujudkan pendidikan nasional yang bermutu.
B. RUMUSAN MASALAH
a. Apa Saja Isi Standar Nasional Pendidikan.?
b. Apa Saja Implementasi Snp Di Sekolah.?
c. Bagaimana Permasalahan Implementasi Snp Di Sekolah.?
d. Apa Saja Solusi Dan Permasalahan Implementasi Snp Di Sekolah.?
C. TUJUAN PENELITIAN
a. Untuk Mengetahui Isi Standar Nasional Pendidikan.!
b. Untuk Mengetahui Implementasi Snp Di Sekolah.!
c. Untuk Mengetahui Permasalahan Implementasi Snp Di Sekolah.!
d. Untuk Mengetahui Solusi Dan Permasalahan Implementasi Snp Di Sekolah.!
4
BAB II
PEMBAHASAN
A. ISI STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN
Standar isi mengacu pada peraturan menteri pendidikan Nomor 22 tahun 2006 Nomor
24 tahun 2006, yang mana standar isi merupakan standar kopetensi dan kopetensi dasar atau
yang sekarang dikenal dengan kopetensi inti dan kompetensi dasar dalam kurikulum sekolah.
Maknanya standar isi harus di buat ramah kepada siswa yang berarti memperhatikan kebutuhan
siswa, baik dari sisi kopetensi inti maupun kompetensi dasar, hal yang diperhatikan adalah apa
saja kebutuhan siswa di tiap jenjang pendidikan dari sisi kognitif, afektif dan
psikomotornya.karna keseimbangan ini diperlukan untuk tumbuh kembang anak, ketidak
seimbangan dalam standar isi ini akan berdampak tidak maksimalnya ranah belajar anak dan
tentu harus memperhatikan kebutuhan anak untuk pengembangan potensinya masing masing.
Standar dalam dunia industri merupakan suatu kebutuhan sebagai dasar dalam
memudahkan proses produksi dalam menjamin kualitas yang memuaskan sehingga bebas dari
kekurangan dan hal tersebut juga masuk dalam bidang pendidikan. Standardisasi merupakan
pengejewantahan dari “semua dapat diukur”, dan ketika semua dapat diukur maka akan
tercapai efisiensi dan diketahui kualitas suatu produk atau jasa. Standar diperlukan dalam
bidang pendidikan, hal ini dikarenakan pendidikan merupakan sebuah proses dengan tujuan
yang jelas dan menjadikannya sebagai sebuah sistem yang kita kenal dengan Sistem
Pendidikan Nasional (Sisdiknas).1
Dalam hal tersebut di atas, standar menjadi patokan dalam menentukan acuan
penyelenggaraan pendidikan dalam upaya mencapai tujuan. Penyelenggaraan pendidikan
bukan hanya terbatas pada terselenggaranya pendidikan tetapi lebih pada pendidikan yang
bermutu. Dalam konsep lain, pendidikan sebagai salah satu jasa layanan yang harus bermutu.
Dunia pendidikan diposisikan sebagai institusi jasa atau dengan kata lain industri jasa yang
memberikan pelayanan sesuai yang diinginkan oleh pelanggan dan kemudian dibutuhkan
1
UU Sistem Pendidikan Nasional.
5
sistem yang mampu membudayakan institusi pendidikan agar lebih bermutu melanjutkan
bahwa mutu sesungguhnya diukur dengan mutu produksi sesuai dengan kriteria dengan
spesifikasi, cocok dengan pembuatan, dan penggunaan, tanpa cacat, dan selalu baik sejak
awal.2
2
Zazin, 2011: 62–63
3
Standar Nasional Pendidikan, http://bsnp-indonesia. org/?page_id=61, diakses tanggal 20 Mei 2017
4
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2013 Tentang Perubahan Atas Peraturan
Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan
Asri Lubis, Pelaksanaan Standar Nasional dalam Dunia Pendidikan, dalam Jurnal Pendidikan
5
6
Standar isi (kurikulum) SD/MI memuat 8 mata Pelajaran, muatan lokal dan
pengembangan diri. ata pelajaran yang disediakan terdiri dari Pendidikan Agama, Pendidikan
Kewarganegaraan, Bahasa Indonesia, Matematika, IPA, IPS, Seni Budaya dan Keterampilan,
Pendididkan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan. Minggu efektif dalam satu tahun pelajaran (dua
semester) adalah 34-38 minggu. Kurikulum SMP/MTs memuat 10 mata pelajaran, muatan
lokal, dan pengembangan diri. Kurikulum SMA/MA Kelas X terdiri atas 16 mata pelajaran,
muatan lokal, dan pengembangan diri. 6 Kegiatan kurikuler yang memadukan keunggulan
daerah dan pengembangan keterampilan sesuai dengan karakteristik dan potensi daerah disebut
dengan muatan lokal, yang tidak dapat dikelompokkan ke dalam mata Pelajaran yang ada.
Kandungan muatan lokal ditentukan oleh satuan Pendidikan.
Mutu pendidikan ikut serta menetukan dan mengukur lulusan yang dihasilkan suatu
institusi Pendidikan. Standar kompetensi lulusan terletak pada tujuan pendidikan yang
ditetapkan. Kurikulum harus relevan dan tepat sasaran dengan kebutuhan lapangan kerja
sehingga menjamin kualitas lulusan yang siap masuk dunia kerja, dengan didukung oleh proses
pendidikan yang baik.
Pendidik harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai suatu keahlian
profesional. Kualifikasi akademik yang dimaksud adalah jenjang pendidikan minimal yang
harus dipenuhi oleh pendidik melalui ijazah atau sertifikat keahlian yang sesuai dengan
6
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi
Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah
7
peraturan perundang-undangan yang berlaku. Akan tetapi kenyataannya, banyak guru di kota-
kota besar yang memiliki kompetensi mengajar dan menjalankan tugas secara profesional.
Namun di daerah pedesaan dan terpencil, masih banyak banyak kualitas pendidik yang masih
rendah. Hal inilah yang menjadi salah satu penyebab rendahnya kualitas mutu pendidikan.7
Setiap satuan pendidikan harus mempunyai sarana dan prasarana yang meliputi
meliputi lahan, ruang kelas, ruang pemimpin satuan pendidikan, ruang pendidik, ruang tata
usaha, ruang perpustakaan, ruang laboratorium, ruang bengkel kerja, ruang unit produksi,
ruang kantin, instalasi daya dan tingkah laku baik, tempat berolahraga, tempat beribadah,
tempat dijadikan pemain, tempat berkreasi, dan ruang/tempat lain yang diperlukan untuk
menunjang pembelajaran secara teratur dan berkelanjutan.8
4. Standar pengelolaan
Salah satu standar pendidikan nasional adalah standar pengelolaan, yang mengatur
perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan kegiatan pendidikan mulai dari tingkat satuan
pendidikan hingga tingkat nasional, dengan tujuan untuk mencapai efisiensi dan efektivitas
penyelenggaraan pendidikan. Standar pengelolaan berfungsi sebagai acuan untuk mengelola
sistem pendidikan di tingkat sekolah atau madrasah, termasuk kurikulum, kesiswaan, sarana
prasarana, pembiayaan, dan aspek lainnya, sehingga siswa dapat belajar dengan lebih
5. Standar pembiayaan
Anggaran yang tidak memadai akan mengganggu kinerja pendidikan. Pengadaan alat-
alat, pembayaran guru dan karyawan, serta aktivitas dan kegiatan institusi membutuhkan dana.
Pembiayaan juga digunakan untuk meningkatkan proses pembelajaran. Standar pembiayaan
pendidikan terdiri dari biaya investasi, biaya operasi, dan biaya personal. Biaya investasi
mencakup biaya untuk sarana prasarana, pengembangan SDM, dan modal kerja tetap. Biaya
personal mencakup biaya pendidikan yang harus dibayar siswa untuk mengikuti proses
7
Faridah Awaliyah, Standar Nasional Pendidikan Dasar dan Menengah, dalam Jurnal Aspirasi: Jurnal
Masalah-masalah Sosial, 2017
8
Laylatun Nuraini, "Implementasi Standar Pendidikan Nasional dalam Dunia Pendidikan",
8
pembelajaran secara konsisten dan berkelanjutan. Biaya pribadi termasuk pakaian seragam,
transportasi, buku dan sumber pribadi, konsumsi, dan akomodasi.
Berdasarkan hasil evaluasi pemenuhan SNP yang disampaikan pemerintah dan BSNP
dalam rapat Panja Evaluasi Pendidikan Dasar dan Menengah Komisi X DPR RI dipaparkan
bahwa permasalahan pencapaian pemenuhan SNP banyak terkendala pada standar kompetensi
lulusan, sarana dan prasarana, pendidik dan tenaga kependidikan serta pengelolaan. terdapat
empat standar yang masih sangat rendah, yaitu standar sarana dan prasarana, standar proses,
standar kompetensi lulusan, dan standar pendidik dan tenaga kependidikan.
9
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2013 Tentang Perubahan Atas Peraturan
Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan
9
atau soft skill lulusan SMK dibandingkan lulusan SMA. Namun, kasus ini tidak ditemui di
SMK yang kualitas pendidikannya sudah teruji.10
Persoalan kedua terkait dengan persoalan pencapaian standar pada sarana dan
prasarana. Pada standar sarana dan prasarana, satuan pendidikan banyak yang terkendala
masalah Izin Mendirikan Bangunan (IMB), kepemilikan laboratorium yang belum sesuai,
tempat ibadah yang belum sesuai, serta keberadaan UKS, gudang, serta ruang sirkulasi yang
tidak sesuai dengan ketentuan. Bukan hanya itu, tidak sedikit juga ditemukan bangunan sekolah
yang sudah tidak layak. Menurut Kemendikbud, untuk tingkat SMP saja, data kerusakan
gedung dari Dapodik setelah diverifikasi kerusakannya, terdapat 3.000 sekolah yang masuk
dalam kategori rusak berat dan ringan yang wajib pemerintah perbaiki.12 Pemenuhan standar
sarana prasarana juga dilakukan dengan melakukan penataan kualifikasi standar pengelola
laboratorium (laboran), perpustakaan (pustakawan) dan melengkapi sarana belajar yang masih
belum terpenuhi seperti ruang laboratorium maupun perpustakaan sekolah (Meni Handayani
(2016:179-201). Menjadi tugas besar karena pembangunan dan pemenuhan sarana dan
prasarana tentu saja akan membutuhkan anggaran yang cukup tinggi.
Persoalan ketiga adalah persolan standar pendidik dan tenaga kependidikan. Dalam
paparan Kemendikbud mengenai SNP, poin permasalahan pendidik dan tenaga kependidikan
adalah rendahnya penguasaan mata pelajaran oleh guru, kualifikasi akademik tenaga
kependidikan yang masih rendah dan belum sesuai. Terutama guru di SMK. Keahlian guru
produktif di SMK masih belum sesuai dengan mata pelajaran yang diampu. Padahal guru
sebagai sebuah profesi memerlukan kemampuan/intelektual khusus yang diperoleh melalui
pendidikan dan pelatihan sehingga memiliki keterampilan atau keahlian mengembangkan
potensi peserta didik.
Fakta lain juga menyebutkan bahwa mutu guru menjadi kendala terbesar dalam
melaksanakan kurikulum pendidikan. Hal tersebut dapat dilihat dari gambaran bahwa mutu
guru masih jauh dari memadai untuk melakukan perubahan yang sesuai dengan pesatnya
perkembangan zaman. Jika guru memiliki kualitas sebagai guru profesional, maka tuntutan
kurikulum apapun dapat dipenuhi, ibarat seolah seorang chef maka makanan jenis apapun
sepanjang bahan dan peralatannya tersedia maka dia akan dapat menghasilkan masakan yang
enak meski bahan dan peralatan terbatas.
10
Banyak Lulusan SMK Jadi Pengangguran Ini Penyebabnya, https://finance.detik.com/berita-
ekonomibisnis/3508298/banyak-lulusan-smk-jadi-pengangguranini-penyebabnya, diakses 5 Mei 2017.
10
D. SOLUSI DARI PERMASALAHAN IMPLEMENTASI SNP
Solusi untuk permasalahan standarisi yang berkaitan dengan penerapan kurikulum
adalah dengan mempersiapkan program yang dapat memfasilitasi kurikulum KTSP
maupun kurikulum 2013. Solusi untuk permasalahan pelaksanaan standar proses yang
berkaitan dengan manajemen sekolah adalah dengan mengadakan monitoring dan evaluasi
dalam pelaksanaan pembelajaran dengan memberikan pelajaran tambahan di luar jam
sekolah untuk meminimalisir ketercapaian pelaksanaan pembelajaran yang
belum maksimal.Solusi untuk mengatasi hambatan standar kompetensi lulusanyaitu
mengadakan konsultasi akademik, Guru mengadakan home visit, dan mengadakan tambahan
pelajaran.
Solusi untuk mengatasi standar pengelolaan yaitu guru selalu memberikan suasana
yangkondusif, menguasai kelas, dan sesuai standar yang telah ditentukan serta dikembangkan
sesuai kebutuhan kelas dan sekolah.Solusi untuk permasalahan standar pembiayaan yang
berkaitan dengan anggaran pembiayaan internal sekolah adalah dengan mengembangkan
BUMS, BUMS sendiri merupakan badan usaha yang dimiliki oleh pihak sekolah dalam
rangka menopang kekurangan anggaran biaya dalam pelaksanaan sebuah program,
sehingga anggaran dari sekolah dapat menutupi terbatasnya anggaran yang didapatkan dari
pusat.
Solusi untuk mengatasi standar penilaian adalah dengan melaksanakan evaluasi
penilaian lebih awal.Secara garis besar dari solusi –solusi yang dipaparkan diatas dapat
disimpulkan bahwa setiap permasalahan yang dihadapi dari pihak sekolah dapat diselesaikan
dengan baik oleh pihak sekolah melalui kerjasama dengan seluruh komponen sekolah.11
11
Abdul Majid, 2008, Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standar Kompetensi
Guru,Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
11
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pendidikan merupakan sektor penting pencapaian tujuan berbangsa dan bernegara.
Program pendidikan sering kali menjadi program unggulan setiap pergantian masa
pemerintahan. Upaya pencapaian pemerataan pendidikan bagi seluruh warga negara Indonesia
terus dilakukan. Namun tugas bidang pendidikan tidak hanya pada pencapaian kuantitas
pendidikan, akan tetapi juga pada kualitas pendidikan yang diberikan kepada para calon
penerus bangsa. Karenanya penyelenggaraan pendidikan agar tetap bermutu harus berada pada
koridor acuan standar yang ditetapkan. Standar diperlukan agar proses pendidikan memiliki
tujuan yang jelas.
Standar dibuat untuk menilai pencapaian visi pendidikan, agar dapat mengikuti
tuntutan globalisasi, serta untuk terus meningkatkan kualitas. Sehingga, Standar menjadi
patokan dalam menentukan acuan penyelenggaraan pendidikan dalam upaya mencapai tujuan.
Pendidikan di Indonesia mengacu pada delapan standar pendidikan yang dinamakan SNP yaitu
terdiri dari standar kompetensi lulusan, standar isi, standar proses, standar pengelolaan, standar
pendidik dan tenaga kependidikan, standar evaluasi, standar pembiayaan, standar sarana dan
prasarana. SNP dikembangkan dan ditetapkan untuk mengukur, mengevaluasi, menilai mutu
pendidikan, dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan. Masingmasing komponen dalam
SNP saling terkait dan membentuk sebuah sistem penyelenggaraan pendidikan mulai dari
input, proses serta output.
B. SARAN
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan, disarankan agar pemerintah sebagai
pemegang kebijakan, dapat meningkatkan upaya dalam pencapaian standar nasional
pendidikan terutama pada komponen standar yang masih perlu mendapat perhatian secara
bertahap maupun serentak disesuaikan dengan kondisi yang paling memungkinkan. DPR RI
melalui fungsi pengawasan, anggaran, serta legislasi dapat mengoptimalisasi pencapaian SNP
agar dapat dirasakan oleh masyarakat di seluruh wilayah Indonesia.
12
DAFTAR PUSTAKA
13