Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

PENDIDIKAN BERBASIS AKREDITASI

Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Terstruktur pada Mata Kuliah
Kapita Selekta Pendidikan Islam

DOSEN PENGAMPU:
Ade Febrianti, S.Pd.I, M.Pd

DISUSUN OLEH:
Kelompok 5
Haziroh Fitri Najla (2121209)
Mutiara Desmita Putri (2121216)
Siti Aisyah (2121227)

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SJECH M. DJAMIL DJAMBEK
BUKITTINGGI
2023 M/1445 H
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmaanirrahiim.
Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT, berkat limpahan
rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah Pendidikan
Berbasis Akreditasi ini dengan baik meskipun belum sempurna. Shalawat serta
salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW.
Selanjutnya, penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Ade Febrianti,
S.Pd.I, M.Pd selaku dosen pengampu pada mata kuliah Kapita Selekta Pendidikan
Islam yang telah memberikan tugas ini kepada penulis sekaligus membimbing
penulis dalam menyusun makalah ini. Serta penulis juga berterima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu dan berpartisipasi dalam penyusunan makalah
ini.
Makalah yang berjudul Pendidikan Berbasis Akreditasi ini disusun guna
memenuhi salah satu tugas mata kuliah Kapita Selekta Pendidikan Islam pada
semester 5 (lima) di Universitas Islam Negeri (UIN) Sjech M. Djamil Djambek
Bukittinggi. Penulis sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka
menambah wawasan serta pengetahuan mengenai pendidikan berbasi akreditasi.
Penulis juga menyadari bahwa dalam makalah ini masih terdapat kekurangan dan
jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, penulis berharap adanya kritik dan saran
yang membangun demi perbaikan dan kesempurnaan makalah ini.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami oleh siapapun yang
membacanya. Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna baik bagi
penulis sendiri maupun bagi para pembacanya.

Bukittinggi, 15 September 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................. i

DAFTAR ISI ................................................................................................ ii

BAB I: PENDAHULUAN ........................................................................... 1

A. Latar Belakang .................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ............................................................................. 1

C. Tujuan dan Manfaat .......................................................................... 2

BAB II: PEMBAHASAN ............................................................................ 3

A. Pengertian Akreditasi ........................................................................ 3

C. Prinsip-prinsip Akreditasi ................................................................. 6

D. Komponen yang Dinilai dalam Akreditasi ........................................ 8

E. Prosedur dan Pelaksanaan Akreditasi Lembaga Pendidikan .......... 13

F. Akreditasi sebagai Tantangan dan Peluang Pendidikan Islam ........ 16

BAB III: PENUTUP .................................................................................. 20

A. Kesimpulan ..................................................................................... 20

B. Saran ................................................................................................ 20

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 21

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Akreditasi sekolah dan madrasah merupakan suatu proses penilaian
yang dilakukan secara komprehensif terhadap kelayakan sekolah/madrasah,
yang hasilnya diwujudkan dalam bentuk akuntabilitas publik yang dilakukan
oleh suatu lembaga yang mandiri dan profesional. Badan akreditasi merupakan
lembaga yang bekerja berdasarkan dasar hukum yang kuat dalam sistem
pendidikan nasional dan secara kelembagaan yang telah memiliki tujuan,
fungsi, prinsip, kewenangan dan tugas yang jelas walaupun dalam
melaksanakan kegiatannya masih menghadapi beberapa kendala.
Pelaksanaan akreditasi dapat ditinjau dari dua hal yang dinilai, yaitu
review pemenuhan administrasi (compliance) dan kedua terkait kinerja satuan
pendidikan (performance) untuk efisiensi dan pelaksanaan yang simpel dan
akuntabel.
Akreditasi merupakan salah satu dari tiga pilar peningkatan mutu
pendidikan. disamping sertifikasi dan evaluasi. Namun banyak sekolah,
khususnya madrasah, belum terakreditasi karena belum memenuhi delapan
standar nasional pendidikan yang dipersyaratkan oleh pemerintah. Hasil
akreditasi masih belum dimanfaatkan oleh berbagai pemangku kepentingan
karena hasil akreditasi belum menjelaskan analisis secara sistematis terhadap
rekomendasi dari setiap komponen yang dianalisis sesuai instrumen yang
digunakan dan tindak lanjut yang dapat dilakukan pemangku kepentingan
untuk membenahi agar dapat meningkatkan status atau peringkat akreditasinya.
Penelitian ini bertujuan untuk membahas hal-hal terkait konsep dasar
pendidikan berbasis akreditasi tersebut.

B. Rumusan Masalah
Sesuai dengan latar belakang di atas, maka rumusan masalah pada
makalah ini adalah:

1
1. Apa itu akreditasi?
2. Apa saja tujuan-tujuan adanya akreditasi?
3. Apa prinsip-prinsip pada akreditasi?
4. Apa saja komponen yang dinilai dalam akreditasi?
5. Bagaimana prosedur dan pelaksanaan akreditasi lembaga pendidikan
Islam (MI, MTs, MA, PP, dan PTKI)?
6. Bagaimana akreditasi sebagai tantangan dan peluang pendidikan Islam?

C. Tujuan dan Manfaat


Adapun tujuan dan manfaat dari penulisan makalah ini adalah sebagai
berikut:
1. Untuk mengetahui dan memahami tentang pengertian, tujuan dan prinsip-
prinsip akreditasi.
2. Untuk memahami komponen yang dinilai dalam akreditasi serta prosedur
dan pelaksanaan akreditasi pada lembaga pendidikan Islam.
3. Untuk memahami akreditasi sebagai tantangan dan peluang dalam
pendidikan Islam.
4. Sebagai pemenuhan salah satu tugas terstruktur pada mata kuliah Kapita
Selekta Pendidikan Islam.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Akreditasi
Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) akreditasi adalah
pengakuan terhadap lembaga pendidikan yang diberikan oleh badan yang
berwenang setelah dinilai bahwa lembaga itu memenuhi syarat kebakuan atau
kriteria tertentu. Sedangkan secara terminologi akreditasi didefinisikan sebagai
suatu proses penilaian kualitas dengan menggunakan kriteria baku mutu yang
ditetapkan dan bersifat terbuka.1
Berdasarkan Undang-Undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, pasal 1 ayat (22) pengertian akreditasi adalah adalah
proses penilaian secara komprehensif terhadap kelayakan satuan atau program
pendidikan, yang hasilnya diwujudkan dalam bentuk pengakuan dan peringkat
kelayakan dalam bentuk yang diterbitkan oleh suatu lembaga yang mandiri dan
profesional.
Sedangkan, menurut Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
nomor 13 tahun 2018 tentang Badan Akreditasi Nasional Sekolah/Madrasah
dan Badan Akreditasi Nasional Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan
Nonformal pada pasal 1 bahwa, akreditasi adalah suatu kegiatan penilaian
kelayakan satuan pendidikan dasar dan pendidikan menengah, dan satuan
pendidikan anak usia dini dan pendidikan nonformal berdasarkan kriteria yang
telah ditetapkan untuk memberikan penjaminan mutu pendidikan.
Satuan pendidikan formal yang dimaksud meliputi Sekolah Dasar (SD),
Madrasah Ibtidaiyah (MI), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Madrasah
Tsanawiyah (MTs), Sekolah Menengah Atas (SMA), Madrasah Aliyah (MA),
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK),
Sekolah Luar Biasa (SLB), Madrasah Luar Biasa (MLB), Satuan Pendidikan
Kerja Sama (SPK), dan satuan pendidikan formal lain yang sederajat.2

1
Anwar Arifin, Memahami Paradigma Baru Pendidikan Nasional dalam Undang-Undang
Sisdiknas, (Jakarta: Depag RI, 2003), Hal. 118
2
Abdul Malik. Dkk, Pedoman Akreditasi Sekolah dan Madrasah Tahun 2023, (Jakarta:
Badan Akreditasi Nasional Sekolah/Madrasah, 2023), Hal. 1

3
B. Tujuan Akreditasi
Tujuan akreditasi madrasah ialah untuk memperoleh gambaran keadaan
dan kinerja madrasah guna menentukan tingkat kelayakan suatu madrasah
dalam menyelenggarakan pendidikan. Akreditasi ini dilakukan dengan tujuan
untuk memperoleh gambaran keadaan kinerja madrasah dalam
menyelenggarkan pendidikan, sebagai dasar yang dapat digunakan sebagai alat
pembinaan dan pengembangan dalam rangka peningkatan mutu pendidikan di
madrasah.3
Di dalam buku pedoman akreditasi madrasah swasta tujuan akreditasi
adalah sebagai berikut:
1. Mendapatkan bahan-bahan bagi usaha-usaha perencanaan pemberian
bantuan dalam rangka pembinaan madrasah yang bersangkutan.
2. Mendorong dan menjaga agar mutu pendidikan sesuai dengan ketentuan
kurikulum yang berlaku.
3. Mendorong dan menjaga mutu tenaga kependidikan.
4. Mendorong tersedianya sarana prasarana pendidikan yang baik.
5. Mendorong terciptanya dan menjaga terpeliharanya ketahanan madrasah
dalam pengembangan madrasah sebagai pusat kebudayaan.
6. Melindungi masyarakat dari pendidikan yang bertanggung jawab.
7. Memberi informasi kepada masyarakat tentang mutu pendidikan.
8. Memudahkan pengaturan perpindahan siswa dari madrasah/sekolah yang
satu ke madrasah/sekolah yang lain.
9. Memberikan pengakuan peringkat kelayakan.
10. Memberikan rekomendasi tentang penjaminan mutu pendidikan kepada
program dana untuk satuan pendidikan yang diakreditasi. 4

Gambaran umum yang dimaksud dalam tujuan akreditasi tersebut


merupakan kinerja yang telah dilakukan oleh madrasah, sejauh manakah hasil

3
Departemen Agama RI. Pedoman Akreditasi Madrasah (Jakarta: Direktorat Jenderal
Kelembagaan Agama Islam, 2005), Hal.7
4
Suharsimi Arikunto, Penilaian Program Pendidikan, (Jakarta: Bina Aksara, 1998), Hal.
260 – 261

4
yang telah didapatkan melalui kinerja yang telah dilakukan oleh madrasah
sehingga sangat dibutuhkan sebuah penilaian untuk membuktikan keadaan
tersebut. Dengan dilakukannya akreditasi maka madrasah akan menerima
pengakuan dari masyarakat.
Adapun tujuan yang ingin dicapai dari kegiatan sistem akreditasi
sekolah/madrasah ialah:
1. Menghasilkan suatu evaluasi dan analisis terhadap hasil identifikasi proses
awal sistem akreditasi sekolah/madrasah.
2. Memberikan rekomendasi pemetaan kebutuhan teknologi dalam system
akreditasi sekolah/madrasah menciptakan layanan prima yang sesuai
dengan prinsip reformasi layanan pelayanan sekolah/madrasah.

Selain memiliki tujuan, akreditasi juga memiliki fungsi berdasarkan


tulisan yang tertera di dalam Pedoman Akreditasi Madrasah oleh Kementrian
Agama Republik Indonesia sebagai berikut:
1. Perlindungan Masyarakat (Quality Assurance).
Maksudnya adalah agar masyarakat memperoleh jaminan tentang kualitas
pendidikan madrasah, sehingga terhindar praktik tidak bertanggung jawab.
2. Pengendalian Mutu (Quality Control).
Maksudnya adalah agar madrasah mengetahui kelemahan dan kekuatan
yang dimilikinya. sehingga merencanakan pengembangan secara
berkesinambungan.
3. Pengembangan Mutu (Quality Improvement).
Maksudnya agar madrasah merasa terdorong dan tertantang
mengembangkan dan mempertahankannya kualitas memenuhi kekurangan
yang ada.5

Dengan adanya akreditasi masyarakat memperoleh jaminan tentang


kualitas pendidikan madrasah/sekolah yang dipilihnya sehingga terhindar dari

5
Departemen Agama RI, Op. Cit., Hal. 6

5
adanya praktik yang tidak bertanggung jawab. Setelah diadakannya akreditasi
madrasah/sekolah akan mengetahui kekuatan dan kelemahan apa yang
dimilikinya sehingga diharapkan dapat menyusun perencanaan pengembangan
secara berkesinambungan.

C. Prinsip-prinsip Akreditasi
Akreditasi sekolah dilaksanakan berdasarkan prinsip obyektif,
komprehensif, adil, transparan, dan akuntabilitas. Sistem Penjaminan Mutu
Pendidikan (SPMP) adalah sistem yang dibangun pemerintah dalam upaya
meningkatkan mutu pendidikan melalui beberapa tahap, yang meliputi:
1. Sebelum mengikuti akreditasi, sekolah/madrasah menyiapkan hal-hal yang
diperlukan.
2. Sekolah/madrasah meningkatkan status akreditasi dengan menggunakan
lembaga akreditasi eksternal yang legitimasi.
3. Sekolah/madrasah harus meningkatkan kualitasnya secara holistik dengan
menindaklanjuti saran hasil akreditasi.6

Pemerintah menetapkan standar mutu pendidikan yang telah dicapai


oleh satuan pendidikan dengan indikator pencapaian mutu minimal yang
disebut dengan Standar Pelayanan Minimal (SPM) dan Standar Nasional
Pendidikan (SNP). Ini adalah satu cara untuk mengetahui dan pengendalian
mutu pendidikan di sekolah/madrasah yang dilakukan melalui program yang
terintegrasi yaitu akreditasi.
Badan yang sah dalam melakukan akreditasi adalah Badan Akreditasi
Nasional Sekolah Madrasah atau BAN S/M dan untuk visitasi sekolah
madrasah dilaksanakan oleh BAP S/M ditiap provinsi. Belum terpenuhinya
indikator pencapaian mutu pendidikan tidak terlepas dari peranan kepala
sekolah/madrasah, guru dan tenaga pendidikan lainnya.

6
Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah. (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007), Hal. 56

6
Adapun prinsip-prinsip dalam penilaian akreditasi sebuah
madrasah/sekolah yaitu sebagai berikut:
1. Objektif
Dalam pelaksanaan penilaian ini berbagai aspek yang terkait dengan
kelayakan itu diperiksa dengan jelas dan benar untuk memperoleh informasi
tentang keberadaannya. Agar hasil penilaian itu dapat menggambarkan
kondisi yang sebenarnya untuk dibandingkan dengan kondisi yang
diharapkan maka dalam prosesnya digunakan indikator-indikator terkait
dengan kriteria-kriteria yang ditetapkan.
2. Komprehensif
Dalam pelaksanaan akreditasi sekolah/madrasah, fokus penilaian
tidak hanya terbatas pada aspek-aspek tertentu saja. Dengan demikian hasil
yang diperoleh dapat menggambarkan secara utuh kondisi kelayakan
sekolah/madrasah diseluruh Indonesia.
3. Adil
Pelaksanaan akreditasi semua sekolah/madrasah harus diperlakukan
sama dengan tidak membedakan sekolah/madrasah atau dasar kultur,
keyakinan, sosial budaya dan tidak memandang status sekolah /Madrasah
baik negeri atau swasta. Sekolah/madrasah harus dilayani sesuai dengan
kriteria dan mekanisme kerja secara adil dan/atau tidak diskriminatif.
4. Transparan
Data dan informasi yang berkaitan dengan pelaksanaan akreditasi
sekolah/madrasah seperti kriteria mekanisme kerja, jadwal, serta sistem
penilaian akreditasi dan lainnya harus disampaikan secara terbuka dan dapat
diakses oleh siapa saja yang memerlukannya.
5. Akuntabilitas
Pelaksanaan akreditasi sebuah sekolah ataupun madrasah harus
dipertanggungjawabkan baik dari sisi penilaian maupun keputusannya
sesuai aturan dan prosedur yang telah ditetapkan.7

7
Departemen Agama RI, Loc. Cit., Hal. 6

7
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa prinsip-prinsip
akreditasi yaitu pelaksanaan penilaian ini dilakukan pada berbagai aspek yang
terkait dengan kelayakan. Hal tersebut diperiksa dengan jelas dan benar untuk
memperoleh informasi tentang keberadaannya, fokus penilaian tidak hanya
terbatas pada aspek-aspek tertentu saja tetapi juga meliputi berbagai komponen
pendidikan yang bersifat menyeluruh. Sekolah/madrasah harus diperlakukan
sama dengan tidak membedakan-bedakan dasar kultur, keyakinan, sosial
budaya dan tidak memandang status sekolah /madrasah baik negeri atau
swasta. Kriteria mekanisme kerja, jadwal serta sistem penilaian akreditasi dan
lainnya harus disampaikan secara terbuka dan dapat diakses oleh siapa saja
yang memerlukannya. Pelaksanaan akreditasi sekolah/madrasah harus
dipertanggungjawabkan baik dari sisi penilaian maupun keputusan.

D. Komponen yang Dinilai dalam Akreditasi


Standar Nasional Pendidikan merupakan acuan utama yang mengatur
tentang standar minimal yang harus terpenuhi dalam pengelolaan sekolah oleh
segenap penyelenggara sekolah yaitu, guru dan kepala sekolah. Tuntutan
profesionalisme seorang guru tidak hanya dari pihak pemerintah saja,
melainkan diminta juga dari pihak masyarakat yang memanfaatkan tenaga guru
dalam membimbing. mengajar, mendidik siswa. Alasannya tanpa adanya
profesionalisme guru maka sangat mustahil siswa dapat mencapai kualitas hasil
belajar yang maksimal. Tentunya perlu secara seksama lakukan peninjauan
kembali kepada Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Nomor 191 Tahun 2005
Tentang Standar Nasional Pendidikan.8
Komponen-komponen yang harus dievaluasi (dinilai) dalam akreditasi
sekolah meliputi: standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan,
standar pendidikan dan tenaga kependidikan, standar sarana dan. prasarana,
standar pengelolaan, standar pembiayaan, standar penilaian pendidikan.9

8
Mulyasa, Op. Cit., Hal. 54
9
Eka Prihatin, Teori Administrasi Pendidikan (Bandung: Alfabet, 2011), Hal. 49

8
1. Standar Isi
Standar isi mencakup lingkup materi dan tingkat kompetensi untuk
mencapai kompetensi lulusan pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu.
Standar isi memuat kerangka dasar dan struktur kurikulum, beban belaja,
kurikulum tingkat satuan pendidikan, dan kalender pendidikan atau
akademik. Standar isi mencakup lingkup materi dan tingkat kompetensi
untuk mencapai kompetensi lulusan pada jenjang dan jenis pendidikan
tertentu. Standar isi memuat kerangka dasar struktur kurikulum, beban
belajar, kurikulum tingkat satuan pendidikan. kalender akademik.
Kurikulum pendidikan dapat digolongkan dalam dua bagian, yaitu isi
(content) dan proses.
Kurikulum sebagai proses pendidikan terkait dengan independensi
materi yang disajikan guru (bagaimana disampaikan) kepada peserta didik,
sedangkan isi kurikulum berhubungan dengan relevansi, kondisi
interdisiplin dan karakteristik pengetahuan dan pengalaman belajar yang
terkait dengan apa yang dipelajari siswa siapa yang menetapkan kurikulum?
Apakah guru pendidik? atau kurikulum itu sendiri atau pemerintah?
Kurikulum bukan hanya isi dan materi namun tujuan dan sasaran sekolah
serta strategi penilaian bagaimana mencapainya. Kurikulum mencakup
juga, teknik dan strategi mengajar, kegiatan belajar berupa pemanfaatan
ruang dan waktu atau keseluruhan aktivitas siswa yang direncanakan.
Campur tangan kebijakan pemerintah dalam bentuk regulasi program
pemerintah, prosedur adopsi buku, petunjuk kurikulum, standar evaluasi
guru, prasyarat akademik lainnya, kontrol terpusat lebih banyak jeleknya
dari baiknya.
Mengembalikan otoritas kepada pendidik lokal (guru) lebih
menjanjikan tidak terjadinya kejelekan. Jika dianalisa dari aspek ketentuan
aturan, konsistensi, otoritas dan power maka kebijakan pengendalian
kurikulum oleh negara nampak melepaskan sejumlah keleluasaan bagi
sekolah, daerah dan guru. Kontrol dan pengendalian kurikulum oleh negara,
secara khusus dilakukan terhadap beberapa unsur penting. Unsur yang

9
dimaksud yaitu syarat kelulusan, tes hasil belajar, petunjuk dan kurikulum
mata pelajaran nasional, evaluasi dan sertifikasi sekolah, proses pemilihan
materi, syarat sertifikasi guru, dan sistem informasi manajemen sekolah.

2. Standar Proses
Proses pembelajaran satuan pendidikan diselenggarakan secara
interaktif, inspiratif. menyenangkan. menantang. memotivasi siswa untuk
berpartisifasi aktif, serta memberikan ruang cukup bagi prakarsa, kreativ,
dan kemandirian sesuai hakat, minat dan perkembangan fisik serta
psikologis siswa. Proses pendidikan merupakan kunci berlangsungnya
proses belajar, dimana program pendidikan dimplementasikan. "Inti dari
persekolahan adalah peningkatan akademik serta proses yang secara
instrumental terkait di dalamnya.
Proses pembelajaran yang belum lancar dan kurang baik dibanyak
sekolah, menyebabkan rendahnya mutu pendidikan. Mutu proses
pembelajaran sangat tergantung pada berbagai aspek. terutama fasilitas
pendukung termasuk gedung, dan fasilitas peralatan, dan yang terutama
adalah guru dan suasana pembelajaran. Efektivitas sekolah dipengaruhi oleh
persoalan epistemologi dan ganjalan politik yang sering kurang serius
mengarahkan kebijakan. Efektivitas dan efisiensi sekolah adalah cerminan
dari tujuan-tujuan dan pencapaiannya (hasil belajar). Variabel proses yang
penting dalam pendidikan adalah suasana kelas dan lingkungan sekolah,
standar fasilitas dan pengelolaannya, serta interaksi antar individu dan
lingkungan.

3. Standar Kompetensi Lulusan


Standar kompetensi lulusan digunakan sebagai pedoman penilaian
dalam penentuan kelulusan siswa dari satuan pendidikan. Standar
kompetensi lulusan meliputi kompetensi untuk seluruh mata pelajaran atau
kelompok mata pelajaran dan mala kuliah atau kelompok kuliah.

10
Mutu pendidikan turut ditentukan dan diukur melalui kualitas
lulusan yang dihasilkan oleh institusi pendidikan tertentu, dan kualitas
lembaga pendidikan sebaliknya dinilai pula dari kualitas lulusan yang
dihasilkannya. Dari waktu ke waktu kompetensi lulusan menjadi persoalan,
dan variabel pendidikan yang terkena imbas adalah sistem evaluasi institusi
pendidikan.
Berdasarkan sistem evaluasi menjadi saringan terakhir dalam
menghasilkan lulusan perlu dievaluasi sehingga tidak susah mencari
kambing hitam mutu lulusan. Standar kompetensi lulusan terletak pada
tujuan pendidikan yang dirumuskan dan konten kurikulum. Relevansi
kurikulum yang berorientasi pada kebutuhan lapangan kerja dapat
menjamin mutu lulusan yang siap masuk dunia kerja, apabila didukung oleh
proses pendidikan yang baik. Disini wawasan pengetahuan guru dalam
mengenali kompetensi yang diperlukan siswa, juga sangat membantu proses
penyiapannya.

4. Standar Pendidikan dan Tenaga Kependidikan


Pendidik harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi
sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani dan rohani serta memiliki
kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Kualifikasi
akademik yang dimaksud adalah tingkat pendidikan minimal yang harus
dipenuhi oleh seseorang pendidik. Guru adalah tenaga pendidik, merupakan
satu keahlian profesional yang berkompetensi dalam bidang pendidikan.
Dalam proses globalisasi dimana perubahan terjadi sangat pesat banyak
guru di kota-kota besar yang memiliki kompetensi mengajar dan
menjalankan tugas secara profesional.

5. Standar Sarana dan Prasarana


Setiap satuan pendidikan wajib memiliki sarana dan prasarana yang
meliputi perabot, peralatan pendidikan, media pendidikan, buku dan sumber

11
belajar lainnya, bahan habis pakai, serta perlengkapan lain yang diperlukan
untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan.
Setiap satuan pendidikan wajib memiliki prasarana yaing meliputi
lahan, ruang kelas, ruang pimpinan, ruang perpustakaan, ruang pendidik,
ruang tata usaha, ruang laboratorium, ruang kantin, tempat olahraga, tempat
beribadah maupun tempat lainnya yang dibutuhkan dalam lingkup sekolah
tersebut. Standar sarana dan prasarana pendidikan mencakup ruang belajar,
tempat berolahraga, tempat beribadah, perpustakaan, laboratorium, bengkel
kerja, tempat bermain, tempat berkreasi dan berekreasi, dan sumber belajar
lain yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran, termasuk
penggunaan teknologi informasi dan komunikasi, serta fasilitas belajar-
mengajar lainnya.

6. Standar pengelolaan
Pengelolaan standar pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan
menengah menerapkan manajemen berbasis sekolah yang ditunjukkan
dengan kemandirian, kemitraan, partisipasi, keterbukaaan, dan
akuntabilitas.
Mutu pendidikan dalam SNP menata jenjang pengelolaan
pendidikan dalam: standar pengelolaan tingkat satuan pendidikan, standar
pengelolaan oleh pemerintah daerah, standar pengelolaan oleh pemerintah
(pusat). Pembagian wewenang pengelolaan pendidikan ini seiring dengan
kiat desentralisasi pemerintahan yang juga melibatkan pengelolaan
pendidikan.
Kebijakan memberikan kesempatan kepada daerah mengelola dan
mengembangkan sektor pendidikan sesuai potensi dan kondisi masing-
masing daerah. Tumbuh berkembangnya dunia pendidikan nasional (untuk
daerah yang berkemampuan finansial dan SDM memadai), namun pada
pihak lain berdampak semakin mundurnya mutu dan pengelolaan
pendidikan di daerah lain.

12
7. Standar Pembiayaan
Pembiayaan pendidikan terdiri atas biaya investasi, biaya operasi
dan biaya personal. Biaya investasi satuan pendidikan meliputi biaya
penyediaan sarana dan prasarana, pengembangan sumber daya manusia, dan
modal kerja tetap. Biaya personal meliputi biaya pendidikan yang harus
dikeluarkan oleh siswa. Biaya operasi satuan pendidikan meliputi:
a. Gaji pendidik dan tenaga kependidikan serta segala tunjangan yang
melekat pada gaji.
b. Bahan atau peralatan pendidikan habis pakai.
c. Biaya operasi pendidikan tak langsung berupa daya, air, jasa,
telekomunikasi, pemeliharaan sarana dan prasarana, uang lembur,
transportasi, komunikasi, pajak, asuransi, dan lainnya.10

E. Prosedur dan Pelaksanaan Akreditasi Lembaga Pendidikan


Penjaminan dan pengendalian mutu pendidikan sesuai dengan standar
nasional pendidikan dilakukan evaluasi, akreditasi, dan sertifikasi. Standar
nasional pendidikan disempurnakan secara terencana, terarah, dan
berkelanjutan sesuai dengan tuntutan perubahan kehidupan lokal, nasional, dan
global. Untuk menilai prosedur dan pelaksanaan akreditasi madrasah dalam
menghasilkan lulusan yang berkualitas, komponen penting yang dijadikan
sasaran penilaian dalam akreditasi madrasah diantara lain:
1. TahapanKegiatan.
Kegiatan akreditasi madrasah terbagi ke dalam tiga tahapan, yaitu
tahapan persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap penetapan peringkat.
2. Kegiatan kunjungan (visitasi).
Kegiatan (visitasi) dilakukan dalam rangka klarifikasi data tertuang
dalam instrumen akreditas madrasah serta untuk mengetahui secara
langsung kinerja madrasah.
3. Hasil penilaian dan peringkat akreditasi.

10
Ibid., Hal. 49 – 50

13
Dalam pelaksanaan akreditasi pada lembaga pendidikan baik sekolah
maupun madrasah, ada prosedur yang harus diikuti. Madrasah/sekolah yang
ingin mengusulkan untuk diakreditasi harus memenuhi persyaratan sebagai
berikut:
1. Memiliki surat keputusan pendirian/operasional sekolah/madrasah
2. Memiliki peserta didik pada semua tingkatan kelas
3. Memiliki sarana dan prasarana pendidikan
4. Memiliki pendidik dan tenaga kependidikan
5. Melaksanakan kurikulum yang berlaku
6. Telah menamatkan peserta didik.11

Adapun alur mekanisme akreditasi yang ditetapkan untuk madrasah dan


sekolah adalah meliputi beberapa hal berikut:
1. Penetapan sasaran madrasah
BAN-S/M menetapkan jumlah sasaran dan daftar satuan pendidikan
yang akan diakreditasi di setiap provinsi berdasarkan data base BAN-S/M.
BAP-S/M melakukan validasi terhadap data sekolah/madrasah yang akan
diakreditasi pada tahun berjalan. Validasi data dilakukan untuk memastikan
bahwa sekolah/madrasah yang akan diakreditasi memenuhi persyaratan
dan memiliki kesiapan untuk diakreditasi. Untuk memastikan bahwa
sekolah memenuhi semua persyaratan, BAP-S/M berkoordinasi dengan
Disdik Provinsi dan Kanwil Kemenag. Hasil validasi yang dilakukan BAP-
S/M dikirim kembali ke BAN-S/M untuk ditetapkan sebagai sasaran yang
akan diakreditasi pada tahun berjalan.
2. Sosialisasi dan penyampaian perangkat akreditasi
Keputusan BAN-S/M tentang kuota dan sasaran akreditasi
disampaikan kepada sekolah/madrasah melalui BAP-S/M, Disdik dan
Kanwil/Kankemenag. Tujuan kegiatan ini adalah agar sekolah/madrasah
mempersiapkan diri untuk mengikuti akreditasi dengan: (a) mempelajari

11
Badan Akreditasi Nasional Sekolah/Madrasah, Mekanisme Akreditasi Sekolah/Madrasah,
(Jakarta: BAN SM Kemdikbud, 2020), Hal. 2

14
perangkat akreditasi, (b) tahapan dan jadwal pelaksanaan, (c) tugas dan
tanggung jawab sekolah/madrasah, serta (d) mengisi instrumen dan
melengkapi data pendukung.
3. Pengisian dan pengiriman instrumen akreditasi
Sekolah/madrasah mengunduh dan mempelajari dokumen perangkat
akreditasi yang terdiri atas: (a) instrumen akreditasi, (b) petunjuk teknis, (c)
instrumen pengumpulan data dan informasi pendukung, (d) teknik
penskoran dan pemeringkatan hasil akreditasi.
Kemudian mengisi secara online melalui aplikasi Sispena: (a)
instrumen akreditasi dan (b) instrumen pengumpulan data dan informasi
pendukung, sesuai kondisi real sekolah.
4. Penetapan kelayakan madrasah dan penugasan asesor
BAP-S/M mengunduh dan mengevaluasi hasil isian akreditasi
sekolah/madrasah dari Sispena S/M untuk menentukan kelayakan
sekolah/madrasah yang akan diakreditasi. Kegiatan ini dilakukan untuk
menjamin bahwa sekolah/madrasah yang akan divisitasi telah memenuhi
persyaratan kelayakan.
BAP-S/M mengirimkan hasil penetapan kelayakan untuk divisitasi
kepada sekolah/madrasah dan menugaskan asesor untuk melaksanakan
visitasi ke sekolah/madrasah yang memenuhi persyaratan.
5. Visitasi ke madrasah
Visitasi adalah kegiatan verifikasi dan klarifikasi isian instrumen
akreditasi, instrumen pengumpulan data dan informasi pendukung (IPDIP),
mengacu pada petunjuk teknis pengisian instrumen akreditasi serta
observasi kegiatan pembelajaran di kelas dan kondisi lingkungan
sekolah/madrasah.
6. Validasi proses dan hasil visitasi
Asesor yang telah selesai melakukan visitasi memberikan laporan
kepada BAP-S/M. Laporan visitasi tersebut perlu divalidasi, untuk
menjamin proses dan hasil akreditasi kredibel dan dapat
dipertanggungjawabkan.

15
7. Verifikasi hasil validasi dan penyusunan rekomendasi
Setelah validasi proses dan hasil visitasi, BAP-S/M melaksanakan
verifikasi hasil validasi dan penyusunan rekomendasi. Kegiatan ini
dilakukan agar penetapan hasil akreditasi benar-benar objektif sesuai
dengan keadaan sekolah/madrasah.
8. Penetapan hasil dan rekomendasi akreditasi
Hasil dan rekomendasi akreditasi sekolah/madrasah ditetapkan
melalui rapat pleno BAP-S/M yang dihadiri oleh anggota BAN-S/M
dituangkan dalam surat keputusan. BAP-S/M membuat rekomendasi untuk
pihak terkait guna ditindaklanjuti dalam perencanaan perbaikan mutu
pendidikan.
9. Penerbitan dan penyerahan sertifikat akreditasi
Hasil pleno BAP-S/M dan BAN-S/M menetapkan hasil akreditasi
melalui surat keputusan dengan dilengkapi rekomendasi akreditasi. Isi surat
keputusan tersebut memuat data seluruh sekolah/madrasah yang telah
diakreditasi, baik yang terakreditasi maupun tidak terakreditasi. Sebagai
bukti status dan peringkat akreditasi yang telah dicapai oleh
sekolah/madrasah, BAP-S/M menerbitkan dan menyerahkan sertifikat
akreditasi kepada setiap sekolah/madrasah yang terakreditasi.
10. Sosialisasi hasil akreditasi
Masyarakat perlu memperoleh informasi tentang status dan
peringkat akreditasi sekolah/madrasah. Untuk itu, hasil akreditasi perlu
disosialisasikan oleh BAN-S/M dan BAP-S/M kepada masyarakat.
Kegiatan sosialisasi dilakukan melalui seminar, media massa, website,
compactdisk, dan media lainnya.12

F. Akreditasi sebagai Tantangan dan Peluang Pendidikan Islam


Sejauh ini madrasah masih dipandang sebagai lembaga pendidikan
yang diminati masyarakat, khususnya masyarakat yang berlatar belakang

12
Ibid., Hal. 6 – 8

16
religius. Lembaga pendidikan Islam ini diminati oleh masyarakat yang
menghendaki para putra-putrinya memperoleh pendidikan agama yang cukup
sekaligus pendidikan umum yang memadai. Jika dilihat dari sisi sejarah,
eksistensi madrasah memiliki peran yang besar terhadap upaya pencerdasan
bangsa. Sekarang ini sudah banyak lembaga pendidikan Islam yang telah
terakreditasi, baik itu dari tingkat Madrasah Ibtidaiyah (MI) sampai ke tingkat
perguruan tingginya, baik yang negeri maupun swasta. Dalam pendidikan yang
berbasis akreditasi ini, bagaimanakah posisi akreditasi di dunia pendidikan
Islam? Posisinya meliputi dua arah.
Pertama, akreditasi sebagai tantangan bagi pendidikan Islam.
Sekolah/madrasah dinyatakan “terakreditasi” jika memenuhi seluruh kriteria
yang meliputi: (a) memperoleh nilai akhir akreditasi sekurang-kurangnya 71,
(b) memperoleh Nilai Komponen Standar Sarana dan Prasarana tidak kurang
dari 61, dan (c) tidak ada nilai komponen standar di bawah 50. Sedangkan, pada
kenyataannya, tak jarang dari medrasah-madrasah yang merupakan lembaga
pendidikan Islam diperlakukan sebagai anak tiri dalam sistem lembaga
pendidikan nasional. Kenyataan itu dapat dilihat dari segi minimnya perhatian
pemerintah terhadap nasib madrasah. Dalam pengalokasian anggaran
misalnya, madrasah dalam naungan Depag hanya dipatok 6,9 triliun, termasuk
untuk gaji gurunya, sedangkan anggaran pendidikan di Depdiknas sampai
puluhan triliun, dan masih ditambah lagi dengan alokasi dari APBD di daerah-
daerah.13
Tentu hal tersebut menjadi tantangan bagi pendidikan Islam untuk
memenuhi kriteria lembaga pendidikan terakreditasi ditengah-tengah kondisi
anggaran dan sarana prasarana yang tidak mendapat perhatian pemerintah
secara maksimal. Namun, peningkatan mutu lembaga pendidikan Islam perlu
terus diupayakan setidaknya karena peningkatan mutu merupakan tanggung
jawab lembaga pendidikan untuk memberikan layanan pada peserta didik.

13
Amal Paradis. Dkk, “Peran Politik dan Kebijakan terhadap Mutu Akreditasi Lembaga
Pendidikan Islam”, Jurnal Literasiologi, Vol. 6, No. 1, 2021, Hal. 20

17
Selain itu, untuk menjamin mutu lulusannya dapat diterima di masyarakat dan
dunia kerja.
Akreditasi seharusnya menjadi bagian dari proses untuk peningkatan
mutu pendidikan. Bukan hanya sebatas label A, B, atau C saja. Akreditasi
harusnya menjadi habit atau kebiasaan baik yang dilaksanakan oleh madrasah.
Walaupun faktanya, masih ditemukan “efek samping” yang seharusnya tidak
terjadi. Seperti penyiapan sarana prasana yang terkesan diada-adakan,
penyediaan dokumen-dokumen yang ditagih dalam instrumen akreditasi yang
terkesan dadakan, dan lain sebagainya. Sementara di satu sisi yang lain, pada
penilaian akreditasi tahun 2017 ada penekanan dalam Standar Sarana dan
Prasarana yang tidak boleh kurang dari 61. Tentu hal ini akan menjadi
tantangan tersendiri bagi madrasah.
Madrasah sebagai bagian dari sistem pendidikan nasional dituntut
untuk selalu berupaya meningkatkan kualitas dalam penyelenggaraan
pendidikan, hingga dapat menghasilkan lulusan yang berkualitas, mampu
bersaing serta mampu menghadapi tantangan zaman. Penyelenggaraan
pendidikan yang menghasilkan lulusan bermutu rendah sebenarnya merupakan
pemborosan waktu, tenaga dan biaya. Oleh karena itu, penyelenggara
akreditasi madrasah, sebagai upaya pengendalian mutu, baik melalui sistem
penilaian hasil belajar, penerapan kurikulum, sarana, tenaga kependidikan,
maupun melalui pengaturan sistem belajar mengajar adalah sebagai suatu
keharusan.14
Kedua, akreditasi sebagai peluang bagi pendidikan Islam. Selain
memberikan tantangan pada pendidikan Islam, disisi lain akreditasi juga
memberikan peluang yang tak kalah besar dalam peningkatan mutu pendidikan
Islam. Dengan adanya sistem akreditasi dalam dunia pendidikan Islam,
menghadirkan rasa semangat dan tanggung jawab yang besar bagi lembaga-
lembaga pendidikan Islam untuk semakin meningkatkan dan menjaga
mutu/kualitas pendidikan Islam yang akan diberikn kepada peserta didik.

14
Ibid., Hal. 11

18
Upaya dalam meningkatkan mutu pendidikan ini tentu akan melahirkan
peluang besar untuk mencapai keberhasilan tujuan pendidikan Islam,
melahirkan generasi Islam yang bermutu yakni berakhlak dan berpendidikan,
serta memberikan kesempatan kepada lembaga pendidikan Islam untuk
menunjukkan bahwa lembaga pendidikan Islam mampu menghasilkan lulusan
yang mempunyai kualifikasi akademik dan kompetensi akademik dibuktikan
dengan ijazah.

19
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pemaparan tentang pendidikan berbasis akreditasi yang telah
diuraikan pada bagian bab pembahasan makalah ini maka, dapat disimpulkan
bahwa akreditasi adalah suatu kegiatan penilaian kelayakan satuan pendidikan
sesuai kriteria yang telah ditetapkan guna memberikan jaminan pada mutu
suatu lembaga pendidikan.
Tujuan akreditasi adalah untuk memperoleh gambaran keadaan dan
kinerja sebuah satuan pendidikan guna menentukan tingkat kelayakannya
dalam menyelenggarakan pendidikan. Serta dalam penentuan akreditasi
kepada sebuah lembaga pendidikan ada prinsip-prinsip yang harus dipegang
demi tercapainya tujuan dari diadakannya akreditasi dalam dunia pendidikan
ini. Selain itu, juga ada aturan komponen-komponen yang menjadi perhatian
dalam melakukan penilaian akreditasi dari sebuah sekolah/madrasah.
Sedangkan dalam prosedur pelakanaan akreditasi itu sendiri memiliki
tiga tahapan secara garis besar yaitu, tahapan kegiatan, visitasi, dan hasil
penilaian/peringkat akreditasi.

B. Saran
Dalam pembuatan makalah ini tentunya masih banyak kekurangan dan
ketidaksempurnaan, baik pada materi maupun pada kepenulisannya. Oleh
karena itu, penulis sangat mengharapkan masukan dari para pembaca baik itu
dalam bentuk kritik, saran maupun argumen lainnya guna kesempurnaan dan
perbaikan makalah mendatang.

20
DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Anwar. 2003. Memahami Paradigma Baru Pendidikan Nasional dalam


Undang-Undang Sisdiknas. Jakarta: Depag RI.

Arikunto, Suharsimi. 1998. Penilaian Program Pendidikan. Jakarta: Bina Aksara.

Badan Akreditasi Nasional Sekolah/Madrasah. 2020. Mekanisme Akreditasi


Sekolah/Madrasah. Jakarta: BAN SM Kemdikbud.

Departemen Agama RI. 2005. Pedoman Akreditasi Madrasah. Jakarta: Direktorat


Jenderal Kelembagaan Agama Islam.

Malik, Abdul. Dkk. 2023. Pedoman Akreditasi Sekolah dan Madrasah Tahun 2023.
Jakarta: Badan Akreditasi Nasional Sekolah/Madrasah.

Mulyasa. 2007. Manajemen Berbasis Sekolah. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Amal Paradis, Amal. Dkk. 2021. “Peran Politik dan Kebijakan terhadap Mutu
Akreditasi Lembaga Pendidikan Islam”. Jurnal Literasiologi. Vol. 6. No. 1.

Prihatin, Eka. 2011. Teori Administrasi Pendidikan. Bandung: Alfabet.

21

Anda mungkin juga menyukai