Anda di halaman 1dari 19

Laporan Praktikum 2 Mikrobiologi Dasar

PEWARNAAN DAN PENGAMATAN FUNGI

OLEH :

NAMA : SYARDIANSA
NIM : L1A122161
KELOMPOK : III (TIGA)
ASISTEN : MUHAMMAD YUSUF AFA

LABORATORIUM UNIT GENETIKA DAN PEMULIAAN TERNAK


FAKULTAS PETERNAKAN JURUSAN PETERNAKAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2023
HALAMAN KONSUL

Hari dan Tanggal Konsul Paraf

Kendari, Juni 2023


Menyetujui,

Asisten Praktikum

Muhammad Yusuf afa


NIM.L1A118140
I. PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Kata jamur berasal dari kata latin yakni fungi. Jamur (fungi) adalah yang

sifatnya eukariotik dan tidak berklorofil. jamur (fungi) ini reproduksi dengan

secara aseksual yang menghasilkan spora, kuncup, dan fragmentasi. Sedangkan

dengan secara seksual dengan zigospora, askospora, dan basidiospora. Jamur

(fungi) ini hidupnya ditempat-tempat yang berlembap, air laut, air tawar, di tempat

yang asam dan bersimbosis dengan ganggang yang membentuk lumut (lichenes).

Morfologi jamur pada media pertumbuhan dapat diamati secara visual

maupun dibawah pengamatan mikroskop. Jamur merupakan organisme yang

memerlukan senyawa organik untuk nutrisinya. Berdasarkan sifat jamur yang

hanya dapat hidup di tempat lembab maka untuk mengamati cahaya jamur

dibutuhkan penambahan larutan pewarnaan.

Pewarnaan fungi adalah sebuah metode yang dilakukan untuk melihat dan

mengamati struktur maupun morfologi fungi. Yang menggunakan larutan pewarna

tambahan seperti lactopenol cotton blue, dimana larutan lactopeton cotton blue

berfungsi untuk memberikan warna pada sel jamur agar mempermudah atau

memperjelas bagian-bagian dari morfologi maupun struktur fungi di bawah

pengamatan mikroskop. Alasan melakukan praktikum pewarnaan dan pengamatan

fungi agar mempermudah melakukan pengamatan bentuk sel mikroorganisme,

dapat mengetahui bentuk dan struktur fungi dan dapat mengetahui jenis-jenis
fungi. Berdasarkan uraian di atas maka dilakukan praktikum pewarnaan dan

pengamatan fungi.

I.2 Tujuan

Adapun tujuan dari praktikum pewarnaan dan pengamatan fungi yaitu :

1. Memperkenalkan cara pewarnaan jamur.

2. Mempelajari cara menyiapkan alat dan bahan dalam pemeriksaan jamur di

laboratorium.

3. Mengenalkan bagian-bagian jamur secara mikroskopis.

1.3 Manfaat

Adapun manfaat dari praktikum pewarnaan dan pengamatan fungi adalah

sebagai berikut :

1. Dapat mengetahui cara mewarnai preparat jamur.

2. Dapat menyiapkan alat dan bahan untuk pemeriksaan jamur di laboratorium

dengan baik dan benar.

3. Dapat mengetahui bagian-bagian jamur yang dilihat di bawah mikroskop


II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Fungi

Jamur (fungi) adalah nama regnum dari sekelompok besar makhluk hidup

eukariotik heterotroph yang mencerna makanannya di luar tubuh lalu menyerap

molekul nutrisi ke dalam sel-selnya. Oleh sebab itu, jamur merupakan kelompok

organisme yang tidak lagi termasuk dalam kingdom Plantae. Jamur adalah suatu

tumbuhan yang sangat sederhana, berinti, berspora, tidak berklorofil, berupa sel

atau benang bercabang-cabang dengan dinding dari selulosa atau khitin atau

keduanya dan umumnya berkembang biak secara seksual dan aseksual. Dengan

sifat jamur yang tidak mempunyai klorofil, maka cara untuk mempertahankan

hidupnya dengan memanfaatkan zat-zat yang sudah ada yang berasal oleh

organisme lain, maka jamur disebut sebagai organisme yang heterotrop (Hanifa

dkk., 2022).

Rhizopus sp. merupakan kapang filamen dari kelas Zygomycetes yang

dikenal sebagai jamur tempe kedelai yang merupakan makanan fermentasi khas

asal Indonesia. Selain kedelai, saat ini, Rhizopus sp. juga telah dikembangkan di

negara lain dalam fermentasi menggunakan substrat bahan pangan non-kedelai

seperti kacang polong liar, soba , jelai , kacang rumput dan kacang lupin.

Pengaruh Rhizopus sp. pada substrat yang difermentasinya juga telah diteliti dari

segi karakteristik fisiknya seperti modulus elastisitas, maupun kemampuan


mengembang, daya larut, kapasitas serap air, dan kapasitas ikat air. Fermentasi

menggunakan Rhizopus sp. juga memunculkan daya apung positif pada substrat

hasil fermentasi (Sriherwanto dkk., 2017).

Jamur adalah salah satu kingdom dalam sistem klasifikasi makhluk hidup.

Jamur merupakan makhluk hidup heterotrof atau menjadi dekomposer di

lingkungan. Jamur memiliki tingkat keanekaragaman yang tinggi, tetapi tidak

semuanya telah terindentifikasi. Masih banyaknya jumlah spesies jamur yang

belum teridentifikasi disebabkan karena jamur hanya tumbuh pada waktu tertentu

dengan kondisi dan kemampuan hidupnya yang terbatas (Norfajrina dkk., 2021).

2.2 Jenis-Jenis Fungi

Aspergilus niger merupakan fungi berfilamen dengan hifa berseptat yang

dapat ditemukan melimpah di alam. Habitat spesies ini kosmopolit didaerah tropis

dan subtropik, dan mudah diisolasi dari tanah, udara, air, rempah-rempah, kapas,

buah-buahan, gandum, beras, jagung, tebu, ketimun, kopi, teh, coklat serta serasah

dedaunan. Aspergillus niger merupakan salah satu spesies yang paling umum dan

mudah diidentifikasi dari genus Aspergillus, famili Moniliaceae, ordo Monoliales

dan kelas Fungi imper fecti. A. niger merupakan mikroba jenis kapang yang dapat

tumbuh cepat dan tidak membahayakan karena tidak menghasilkan mikotoksin

dan mudah dikembangkan. Namun demikian keberadaan jamur ini dalam bahan

makanan dapat menurunkan kualitas dan menimbulkan kerugian bagi petani/

penjual. Hifa miselia yang tumbuh di permukaan bahan kemudian akan berubah

berwarna hitam sehingga tidak menarik untuk konsumen. Dalam metabolismenya

Aspergillus niger dapat menghasilkan asam sitrat sehingga fungi ini banyak

digunakan sebagai model fermentasi. Aspergillus niger dapat tumbuh dengan


cepat, oleh karena itu Aspergillus niger banyak digunakan secara komersial.

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa fermentasi substrat padat menggunakan

jamur Aspergillus niger dapat menurunkan kandungan serat kasar, meningkatkan

kadar protein dan daya cerna secara in vitro (Natawijaya dkk., 2015).

Ascomycota merupakan filum kompleks dari fungi karena jumlahnya

yang banyak dan posisi taksonominya yang dinamis. Sebelumnya Ascomyco tadi

laporkan memiliki sebanyak 15 kelas, 68 ordo, 327 Famili, 6300 genus, dan

lebih dari 64000 spesies dari seluruh dunia dengan penyesuaian berbagai

posisi taksonomi termasuk kelompok Ascomycota yang berukuran

makroskopik. Ascomycota yang berukuran makroskopik merupakan kelompok

kecil dari filum ini dan sebelumnya dikategorikan sebagai Discomycetes,

namun saat ini tidak lagi dianggap sebagai kelas dalam posisi

taksonomi. Askomata dari Ascomycota makroskopik bisa berupa apotesium

ataupun bentuk tubuh buah dengan tipe perkembangan angiokaspus dan belum

diketahui dengan jelas jumlah spesies yang ada (Putra, 2021).

Basidiomycetes merupakan kelas paling besar kedua yang mempunyai

13.000 Jenis dan dapat dengan mudah ditemukan di lapangan atau pada kayu-

kayu, seperti : jamur payung, brecket-fungi, puff ball dan stinkhorn.

Basidiomycetes biasanya saprofit, tetapi ada pula beberapa grup penting yang

hidup simbiosis seperti membentuk ektomikoriza. Ciri-ciri dari kelas ini adalah

terdapat miselium bercabang, adanya sekat pada hifa dengan lubang yang

melintang seperti halnya pada Ascomycetes. Hifa anastome bebas, fusi vegetatif

masuk miselium menjadi jaringan tiga dimensi. Ada kecenderungan sel berubah

menjadi binukleat dan clamp connection terjadi pada dinding melintang pada
beberapa Jenis. Bentuk tersebut merupakam ciri khas dari Basidiomycetes. Ciri

dari Basidiomycetes yang merupakan keistimewaan adalah basidium (Amin,

2019).

2.3 Pewarnaan

Lactophenol Cotton Blue (LPCB) adalah reagen yang digunakan sebagai

pewarnaan untuk jamur. Reagen Lactophenol Cotton Blue mengandung kristal

fenol, cotton blue, asam laktat, gliserol, dan air suling. Cotton blue berfungsi

memberi warna pada jamur, gliserol berfungsi menjaga fisiologi sel dan menjaga

sel terhadap kekeringan, asam laktat mempertahankan struktur jamur dan

membersihkan jaringan sementara fenol berfungsi sebagai desinfektan (Asali

dkk., 2018).

Pewarna Lactophenol Cotton Blue (LPCB) adalah metode pewarnaan

jamur yang paling umum untuk mewarnai dan mengamati jamur. Penggunaan

LPCB untuk mewarnai jamur memungkinkan sampel mudah divisualisasikan

mikroskopi. Komposisi LPCB sendiri terdiri dari beberapa larutan yaitu cotton

blue yang berfungsi sebagai pewarnaan, asam laktat untuk membersihkan latar

belakang dan mempertajam struktur jamur, fungsi gliserol untuk menjaga fisiologi

sel dan melindungi terhadap kekeringan dan kristal fenol untuk membunuh jamur.

Fenol sebagai salah satu komponen dalam pewarnaan LPCB bersifat mutagenik

dan tumorigenik dan juga sangat korosif dan beracun. Fenol berbahaya bagi

tenaga laboratorium dan lingkungan (Fadhilah, 2021).

Melihat suatu morfologi dan struktur jamur tidak dapat dilihat oleh mata

langsung. Salah satu cara melihat morfologi dan struktur jamur yaitu dengan cara

melakukan pewarnaan dengan menggunakan larutan Lacto Phenol Cotton Blue


(LPCB). Phenol berfungsi mematikan jamur, lactic acid berfungsi mempertinggi

efek penetrasi larutan kedalam hypa, glyserol berfungsi mengawetkan preparat

dan mencegah presipitasi cat, cotton blue berfungsi mewarnai jamur menjadi biru

(Irawan dkk, 2019).


III METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu Dan Tempat

Praktikum Pewarnaan dan Pengamatan Fungi Dilaksanakan pada hari

Kamis, 01 Juni 2023 Pada pukul 13:00 - Selesai. Bertempat di Laboratorium Unit

Genetika dan Pemuliaan Ternak, Jurusan Peternakan, Fakultas Peternakan,

Universitas Haluoleo Kendari.

3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 Alat

Adapun alat dan kegunaan dalam praktikum pewarnaan dan pengamatan

fungi dapat di lihat pada Tabel 1 dibawah ini :

Tabel 1. Alat dan kegunaannya


NO Nama Alat Kegunaan
1. Mikroskop Sebagai alat bantu yang digunakan untuk melihat
objek dengan ukuran yang sangat kecil dan tidak
dapat di lihat dengan mata biasa
2. Kaca objek Untuk mengamati organisme hidup atau sampel.
3 Kaca penutup Untuk menjaga sampel agar tidak terjadi
pergeseran saat pengamatan
4. Pipet pasteur Untuk mengambil Larutan alkohol dan larutan
lactophenol cotton blue.
5. Ose Untuk mengambil jamur.
1.2.2 Bahan

Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum pengenalan alat-

alat laboratorium dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Bahan dan Kegunaan

No Nama Bahan Kegunaan


1. Jamur tempe Sebagai objek yang di amati
2. Pewarna lactophenol Untuk memberi warna biru pada sel jamur,
cotton blue memperjelas dan mempertajam struktur jamur.
3 Alkohol 70% Untuk membilas atau melunturkan kelebihan zat
warna pada sel jamur.

1.3 Prosedur Kerja

Adapun prosedur kerja dari pewarnaan dan mengamatan fungi dapat dilihat

dibawah ini :

1. Meteskan satu tetes 70% ethanol di atas kaca objek.

2. Mendam spesimen jamur di tetesan alkohol tersebut dengan menggunakan

jarum.

3. menambahkan 1-2 tetes pewarna lactophenol cotton blue pada alkohol dan

jamur.

4. Memegang salah satu sisi kaca penutup, sentuhlah campuran larutan tersebut.

5. Metakkan kaca penutup dengan hati-hati hingga tidak ada rongga udara.

6. Mengamati di bawah mikroskop dengan perbesaran lensa objektif 10X. Bila

sudah menemukan fokus, dapat diganti dengan perbesaran lensa objektif 40X

untuk memperjelas gambar.


3.4 Diagram Alir

Melakukan Asistensi

Melakukan Respon

Pewarnaan dan Pengamatan Fungi

Melakukan Dokumentasi

Mendengarkan Penjelasan
Asisten

Pembuatan Laporan

(Gambar 1. Diagram air)


IV. HASIL DAN PENGAMATAN

4.1 Hasil Pengamatan

Adapun hasil dari praktikum pewarnaan dan pengamatan fungi dapat

dilihat pada Tabel 3.

1.Spora
2.Sporangium
3.Sporangiofor
4.Hifa

4.2 Pembahasan

Fungi adalah kerajaan dari sekelompok besar makhluk hidup eukariotik

heterotrof yang mencerna makanannya di luar tubuh lalu menyerap molekul

nutrisi ke dalam sel-selnya. Para ilmuwan kerap menggunakan istilah cendawan

sebagai sinonim bagi Fungi. Hal ini sependapat dengan Hanifa (2022)

menyatakan bahwa Jamur (fungi) adalah nama regnum dari sekelompok besar

makhluk hidup eukariotik heterotroph yang mencerna makanannya di luar tubuh


lalu menyerap molekul nutrisi ke dalam sel-selnya. Oleh sebab itu, jamur

merupakan kelompok organisme yang tidak lagi termasuk dalam kingdom

Plantae. Jamur adalah suatu tumbuhan yang sangat sederhana, berinti, berspora,

tidak berklorofil, berupa sel atau benang bercabang-cabang dengan dinding dari

selulosa atau khitin atau keduanya dan umumnya berkembang biak secara seksual

dan aseksual. Dengan sifat jamur yang tidak mempunyai klorofil, maka cara untuk

mempertahankan hidupnya dengan memanfaatkan zat-zat yang sudah ada yang

berasal oleh organisme lain, maka jamur disebut sebagai organisme yang

heterotrop (Hanifa dkk., 2022).

Spora adalah satu atau beberapa sel yang terbungkus oleh lapisan

pelindung. Sel ini dorman dan hanya tumbuh pada lingkungan yang memenuhi

persyaratan tertentu, yang khas bagi setiap spesies. Hal ini sesuai dengan pendapat

Putra dkk (2020) menyatakan bahwa spora berwarna putih kehitaman dan

intensitas warnanya bertambah pada biakan yang semakin tua. Bentuk permukaan

koloninya timbul dengan tekstur yang halus pada medium PDA.

Sporangium adalah tempat pembentukan spora. Sporangium bisa terdiri

dari satu sel atau bisa juga merupakan multisel. Semua tanaman, jamur, dan

banyak makhluk lainnya menghasilkan sporangium pada waktu tertentu dalam

siklus kehidupan mereka. Hal ini sesuai dengan pendapat Dhanty (2018)

menyatakan bahwa Sporangiospora, yaitu spora yang dibentuk di dalam ujung

hifa yang menggekembung, disebut sporangium.

Sporangiofor adalah hifa yang menyerupai batang (tumbuh ke atas).

Sporangium adalah hifa pembentuk spora dan berbentuk bulat. Hal ini sesuai

dengan pendapat Ristiari dkk (2018) menyatakan bahwa sporangiofor berdinding


tebal, terdapat kolumeia serta spora berbentuk bulat, oval, elips, ovoid, semibulat,

obovoid, sporangiofor bercabang, tumbuh kolumelia, hifa putih atau berwarna

serta tidak bersepta, spora berdinding halus, berbentuk lonjong, hingga semi bulat.

Hifa atau benang jamur adalah struktur fungi berbentuk seperti tabung

yang terbentuk dari pertumbuhan spora atau konidia. Kumpulan hifa dapat

membentuk massa yang dikenal dengan miselum. Hifa dapat dengan mudah

dilihat dengan mata bila telah membentuk miselium. Hal ini sesuai dengan

pendapat Virgianti (2017) menyatakan bahwa ciri-ciri isolat jamur tempe

mempunyai hifa yang tipis tidak berseptat, terdapat hifa horizontal berupa stolon

yang dari stolon tersebut merupakan tempat munculnya percabangan sporangiofor

dimana terbentuk juga rizoid (seperti akar), warna hifa putih transparan.
V. PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa Fungi adalah

kerajaan dari sekelompok besar makhluk hidup eukariotik heterotrof yang

mencerna makanannya di luar tubuh lalu menyerap molekul nutrisi ke dalam sel-

selnya. Para ilmuwan kerap menggunakan istilah cendawan sebagai sinonim bagi

Fungi, Mahasiswa juga dapat mengetahui jenis-jenis fungi dan mahasiswa juga

dapat mengetahui pewarnaan lactophenol cotton blue.

5.2 Saran

5.2.1 Laboratorium

Ruangan laboratorium unit genetika dan pemuliaan ternak terasa panas

disiang hari, sehingga sangat mengganggu kegiatan praktikum. Ruangan

laboratoriumnya juga sangat kecil sehingga menyulitkan kegiatan praktikum serta

tidak dapat menampung banyak mahasiswa.

5.2.2 Asisten

Asisten lebih komprehensif dalam melakukan penjelasan terkait dengan

kegiatan praktikum. Dan lebihdetail menjelaskan semua tugas yang diberikan agar

tidak terjadi kerancuhan dalam pengerjaan tugas.

5.2.3 Teman

Sebaiknya selama melakukan praktikum untuk tidak bermain-main dan

ribut karena mengganggu teman-teman yang lain maupun asisten. Dan untuk tidak
menyentuh barang-barang yang tidak berkaitan dengan praktikum apalagi

dijadikan bahan bercandaan.


DAFTAR PUSTAKA

Amin N, Eriwati dan CF Firyal. 2019. JAMUR BASIDIOMYCOTA DI


KAWASAN WISATA ALAM PUCOK KRUENG RABA
KABUPATEN ACEH BESAR. Jurnal biotik vol 7(2)
Asali T, D Natalia dan Mahtaruddin. 2018. Uji Resistensi Jamur Penyebab Tinea
Pedis pada Satuan Polisi Pamong Praja Kota Pontianak terhadap
Griseofulvin. Jurnal kesehatan khatulistiwa Vol 4(2).
Dhanti KR dan TA Sudarsono. 2018. Karakterisasi Morfologi Jamur dan Deteksi
Aflatoksin pada Buah, Biji dan Sayuran dari Pasar Swalayan di
Purwokerto. Jurnal ilmiah kesehatan Vol 11 (2).
Fadhilah SA. 2021. Pewarnaan Lactophenol Cotton Blue. Poltekkesbandung
Hanifa SM, RR Affhalla dan S sari. 2022. KEANEKARAGAMAN JAMUR
MIKROSKOPIS DI KAWASAN EKOWISATA SARAH
KABUPATEN ACEH BESAR. Jurnal Ar-Raniry. Vol 10(2)
Irawan MG, S juariah dan S Rukmaini. 2019.Identifikasi jamur patogen pada air
bak toilet spbu di Kecamatan rumbai Kota pekan baru
Myjurnal.poltekkes-kdi. Vol 11 (2)
Moensaku E, Y Sine dan L Pardos. 2021. Isolasi danidentifikasi kapang phyzopus
pada tempe kacang merah (Phasevlus Vergalis. L). Jurnal pendidikan
biologi undiksa
Natawijaya D, A Saepudin dan D pangesti. 2015. UJI KECEPATAN
PERTUMBUHAN JAMUR RHIZOPUS STOLONIFER DAN
ASPERGILLUS NIGER YANG DIINOKULASIKAN PADA
BEBERAPA JENIS BUAH LOKAL. Jurnal Siliwangi vol 1(1)
Norfajrina, Istikomah dan S indriani. 2021. Jenis-Jenis Jamur (Fungi)
Makroskopis Di DesaBandar Raya Kecamatan Tamban Catur. Journal
SCIENCE AND LOCAL WISDOM. Vol 1(1)
Nurfadillah, Hartati dan Sulfiani. 2021. Identifikasi jamur dermatofita penyebab
tinea ungulium pada kuku kaki petani di dusun Ballakake Desa Aska
Kecamatan Sinjai Selatan, Kab Sinjai. Jurnal kesehatan masyarakat.
Vol 3 (2)
Putra DA, Meriata, Suryati dan Zulmiardi. 2022. PEMBUATAN ZAT
EMULSIFIER DARI MINYAK PLIEKUDENGAN KATALIS NaOH.
Jurnal Teknologi Kimia Unimal Vol 11(1)
Putra GWK, Y Ramona dan MW Proborini. 2020. Eksplorasi dan identifikasi
mikroba yang diisolasi dari rhizosfer tanaman storoberi (fragaria x
ananassa dutch) di kawasan Pancasari Bedugul. Jurnal metamorfosa.
Ristiari NPN, KSM Julyasih danIAP Suryanti. 2018. Isolasi dan identifikasi jamur
mikroskopis pada rizosfer tanaman jeruk siam (citrus nobilis lour) di
kecamatan Kintamani Bali. Jurnal pendidikan biologi undiksha. Vol 6
No 1
Virgianti DP. 2015. Uji antagonis jamur tempe (Rhyzopus Sp) terhadap bakteri
patogen enterik. Jurnal biospera. Vol 32 (3)

Anda mungkin juga menyukai