Anda di halaman 1dari 56

SATUAN LAYANAN

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah : Mikrokonseling


Dosen Pengampu : Yenti Arsini, M.Pd

OLEH :
Nama : Uswatun Hasanah
Nim : 0303213159
Kelas : BKPI 2

PROGRAM STUDI BIMBINGAN KONSELING PENDIDIKAN ISLAM


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
MEDAN
2023

LAYANAN ORIENTASI DAN INFORMASI


A. Pengertian Layanan Orientasi
Layanan orientasi adalah layanan bimbingan yang dilakukan untuk memperkenalkan
peserta didik baru dan atau seseorang terhadap lingkungan yang baru dimasukinya.Suasana
dan hal-hal yang baru sering membuat seseorang merasa bingung, merasa terkendala untuk
melaksanakan suatu kegiatan. Akibat ketidaktahuan atau ketidakkenalan terhadap lingkungan
yang baru dimasukinya itu dapat memperlambat kelansungan proses pembelajarannya kelak.
Hal-hal yang seperti ini terutama akan dirasakan oleh peserta didik yang baru masuk sekolah.
Mereka membutuhkan pengenalan dalam berbagai hal yang berhubungan dengan sekolah
sehingga mereka diharapkan terhindar dari perilaku yang maladaptif (perilakumenyimpang)
dan dengan cepat dapat beradaptasi dengan tuntutan lingkungan sekolah yang baru.
Layanan orientasi merupakan suatu strategi untuk menjembatani kesenjangan antara
individu dengan suasana atau objek-objek yang baru.Semakin cepat peserta didik dapat
menyesuaikan diri dengan lingkungan baru maka semakin cepat dia meraih keberhasilan
dalam prosespembelajaran. Allan & Mc Kean seperti dinyatakan Prayitno (1999) menegaskan
bahwa tanpa program-program orientasi, periode penyesuaianuntuk sebagian besar peserta
didik berlangsung kira-kira tiga atau empat bulan.

B. Tujuan Layanan Orientasi

Layanan orientasi bertujuan untuk membantu peserta didik agar dapat dengan segera
menyesuaikan diri dengan tuntutan-tuntutan yang berlaku pada situasi baru. Isi layanan
orientasi adalah berbagai hal yang berkenaan dengan suasana, keadaan lingkungan fisik serta
objek-objek yang baru bagi peserta didik. Ada hal-hal baru yang perlu diketahui oleh peserta
didik, seperti letak ruang perpustakaan, ruang guru, ruang kepala sekolah, kantin,
musalla,UKS, tidak kalah penting toiletpun harus diketahui di mana letak posisinya.
Secara terperinci dapat dijelaskan bahwa tujuan layanan orientasi sangat berkaitan
dengan fungsi fungsi pelayanan bimbingan konseling. Jika dikaitkan dengan fungsi
pemahaman, maka layanan orientasi dapat memberikan pemahaman pada peserta didik
tentang hal-hal yang baru, di mana hal-hal yang baru tersebut dapat dimanfaatkannya untuk
kegiatan yang menunjang pembelajaran. Dilihat dari fungsi pencegahan, maka layanan
orientasi akan membuat peserta didik tercegah dari hal-hal yang tidak diinginkan yang
membuat mereka terhalang untuk melakukan kegiatan positif. Selanjutnya jika ditinjau dari
fungsi pengembangan, maka sesuatu yang baru yang sudah mereka pahamitersebut dapat
mereka gunakan untuk pengembangan potensi diri.
C. Metode Layanan Orientasi

Pelaksanaan layanan orientasi harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan


peserta didik. Ini berarti memberikan layanan orientasi kepeserta didik Taman Kanak-kanak
atau Sekolah Dasar akan berbeda caranyadengan peserta didik tingkat SLTP, SLTA atau PT.
Untuk anak TK/SD peran orang tua mereka perlu dilibatkan, hal ini disebabkan mereka
masih kecil yang belum mandiri sehingga memerlukan banyak bimbingan secaraindividual.
Pokokpokok materi sebaiknya disampaikan kepada orang tuamereka dan pemahaman orang
tua terhadap berbagai materi akan membantumereka memberikan kemudahan dan pelayanan
kepada anak-anaknya untukdapat mengikuti proses pendidikan di sekolah.Proses pelaksanaan
layanan orientasi dapat dilakukan melalui berbagai teknik dalam format layanan bimbingan
konseling, seperti format layanan individual, kelompok, klasikal, lapangan, dan
“politik”Bentuk layanan tersebut bisa secara format tersendiri maupun digabungkan dengan
beberapa format tersebut, tergantung pada situasi, kondisi maupun kebutuhan yang
memungkinkan untuk dipenuhi. Format layanan individual dilakukan secarai ndividu
terhadap individu-individu tertentu sesuai dengan kebutuhan mereka.Format klassikal
dilaksanakan secara rombongan belajar (rombel),kegiatannya dilakukan di dalam atau
ruangan kelas.
Format lapangan,kegiatan layanan orientasi dilaksanakan di luar kelas atau lapangan
danformat politik dilakukan oleh nara sumber lain untuk memberikan dukungandan
memfasilitasi kegiatan layanan orientasi tersebut. Memanfaatkan siswa senior sangat
membantu terlaksananya layanan orientasi hal ini bisa jadi disebabkan kedekatan emosional
dan jarak usia tidak terlalu berbeda sehingga memungkinkan peserta didik yunior lebih
leluasa untuk berinteraksi dengan mereka. Hasil penelitian Allan & McKean seperti
dikemukakanPrayitno (1999) bahwa periode penyesuaian diri yang tadinya diperlukan
ratarata tiga bulan bagi setiap siswa baru, setelah diselenggarakan kegiatanorientasi dengan
melibatkan kakak senior ternyata periode penyesuaian dirimenjadi lebih singkat. Selanjutnya
objek orientasi bisa berada di kawasansekolah atau di luar sekolah hal ini tergantung
kebutuhan peserta didik

D. Pelaksanaan Layanan Orientasi

Melaksanakan layanan orientasi harus memenuhi persyaratan manajemennya agar


kegiatannya tersebut terlaksana secara efisien danefektif. Yang dimaksud dengan manajemen
di sini adalah memenuhi unsurperencanaan (planning), organisasi (organizing), pelaksanaan
(actuating) danpenilaian (evaluating). Unsur perencanaan meliputi : rencana objek (materi)
apa yang akan diorientasikan, apa alasan memilih objek tersebut, untuksiapa kegiatan, siapa
yang akan terlibat dalam kegiatan, di mana objek kegiatan tersebut akan dilakukan, dan
kapan akan dilaksanakan. Dalam perencanaan perlu mempertimbangkan berbagai hal baik
aspek kondisi internal maupun eksternal.
Selanjutnya mengorganisasi atau menyusun perencanaan tersebut secara sistimatis,
lebih baik secara tertulis sehingga tampak dengan jelas aspek-aspek yang masih kurang dan
harus diperbaiki atau dilengkapi. Kemudian langkah selanjutnya adalah melaksanakan
kegiatan orientasi sesuai dengan perencanaan tersebut. Terakhir adalah mengevaluasi
kegiatan orientasi yang sudah dilaksanakan. Hal ini menjadi lebih penting untuk mengetahui
keefektifan keterlaksanaan dan ketercapaian tujuan. Dari hasil penilaian dapat diketahui
apakah yang sudah direncanakan dan dilaksanakandalam kegiatan orientasi tersebut ada
halhal yang belum tercapai sehinggamenjadi bahan pertimbangan untuk melakukan kegiatan
selanjutnya. Evaluasi dapat juga ditujukan kepada peserta didik untuk mengetahui
sejauhmanapemahaman mereka dan apa manfaat yang mereka rasakan setelah melaksanakan
kegiatan layanan orientasi.Pelaksanaan layanan orientasi dapat dilakukan dengan
metodeceramah, tanyajawab, diskusi,konferensi, survey, karyawisata. Selanjutnyametode
tersebut dapat dilengkapi dengan peragaan atau selebaran bukupanduan yang diberikan
kepada setiap peserta didik.
E. Kinerja Guru BK/Konselor dalam Menyelenggarakan Orientasi Studi Siswa

1. Menjelaskan pengertian, tujuan dan kegunaan kegiatan orientasi studi kepada personal
sekolah, siswa dan orang tua.
2. Menyusun program orientasi studi siswa.

3. Menyiapkan materi dan peralatan yang diperlukan dalam kegiatan orientasi studi siswa

4. Mengkonsultasikan program orientasi studi siswa kepada pimpinan sekolah dan


pihakpihak yang terkait
5. Bekerjasama dengan personal sekolah lainnya dalam penyelenggaraan kegiatan orientasi
studi siswa.
6. Memantau dan menilai penyelenggaraan orientasi studi siswa

7. Menyusun laporan kegiatan orientasi studi siswa yang telah dilaksanakan dan
menyampaikan kepada pimpinan sekolah.

F. Materi Layanan Orientasi

Melaksanakan layanan oirientasi dapat dilengkapi dengan memberikan informasi. Ada


beberapa hal yang menjadi penekanan materi dalam memberikan layanan orientasi kepada
peserta didik. Hal-hal yang menjadi penekanan tersebut adalah :
1. System penyelenggaraan pendidikan pada umumnya

2. Kurikulum

3. Penyelenggaraan pengajaran
4. Sistem penilaian, ujian, kenaikan kelas

5. Fasilitas dan sumber belajar (ruang kelas, laboratorium IPA, bahasa dan IT, perpustakaan,
ruang Bimbingan Konseling)
6. Fasilitas penunjang (sarana olah raga, UKS, kantin, ruang tata usaha,WC.

7. Staf pengajar dan personil administrasi

8. Hak dan kewajiban peserta didik.

9. Organisasi siswa (OSIS)

10. Organisasi orang tua siswa

11. Organisasi sekolah secara menyeluruh


G.Prinsip-prinsip Layanan Orientasi

Menurut Ridwan (2004), beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam layanan
orientasi adalah sebagai berikut:
1. Prinsip Integrasi Pribadi

Prinsip ini menekankan pada keutuhan pribadi subjek yang dilayani dari segenap sisi
sirinya dan berbagai kontekstualnya. Aktualisasi unsur-unsur hakikat manusia itu seluruhnya
berada dalam pengembangan penca daya (daya takwa, cipta, rasa, karsa dan karya) serta
dalam bingkai kelima dimensi kemanusiaan (dimensi kefitrahan, keindividualan, kesosialan,
kesusilaan, dan keberagaman). Orientasi pelayanan konseling (orientasi, individual,
perkembangan dan permasalahan) sepenuhnya diarahkan bagi terbentuknya pribadi yang
terintegrasikan itu melalui ditegakkannya fungsi-fungsi pemahaman, pemeliharaan dan
pengembangan, pencegahan, pengentasan, dan advokasi
2.Prinsip Kemandirian

Prinsip ini menekankan pengembangan pribadi mandiri subjek yang dilayani. Kelima
ciri kemandirian tersebut menjadi arah pelayanan konseling
3 .Prinsip Sosio Kultural
Prinsip ini menekankan pentingnya subjek yang dilayani berintegritas dengan
lingkungan, yaitu lingkungan yang langsung terkait dengan kehidupannya sehari-hari, serta
berbagai konstektual dalam arti yang seluas-luasnya.
4. Prinsip Pembelajaran

Prinsip ini menekankan bahwa layanan konseling adalah proses pembelajaran. Subjek
yang dilayani menjalani proses pembelajaran untuk memperoleh hasil belajar tertentu yang
berguna dalam rangka terkembangnya subjek
H. Pelaksanaan Layanan Orientasi

Layanan orientasi dapat diselenggarakan melalui berbagai cara seperti ceramah, tanya
jawab, dan diskusi yang selanjutnya dilengkapi dengan peragaan, selebaran, tayangan foto,
atau video atau peninjauan ke tempat yang dimaksud misalnya ruang kelas, laboratorium,
perpustakaan dan lain-lain. Menurut Tohirin (2017), langkah-langkah pelaksanaan layanan
orientasi adalah sebagai berikut:
1. Perencanaan

Pada tahap ini, hal-hal yang dilakukan adalah: Menetapkan objek orientasi yang akan
dijadikan isi layanan. Menetapkan peserta layanan. Menetapkan jenis kegiatan, termasuk
format kegiatan. Menyiapkan fasilitas termasuk penyaji, nara sumber, dan media.
Menyiapkan kelengkapan administrasi
2.Pelaksanaan Pada tahap ini, hal-hal yang dilakukan adalah

a.Mengorganisasikan kegiatan layanan.

b.Mengimplementasikan pendekatan tertentu termasuk implementasi format layanan dan


penggunaan media.
3. Evaluasi
Pada tahap ini, hal-hal yang dilakukan adalah: Menetapkan materi evaluasi.
Menetapkan prosedur evaluasi.Menyusun instrumen evaluasi.Mengaplikasikan instrumen
evaluasi. Mengolah hasil aplikasi instrumen.
4. Analisis hasil evaluasi Pada tahap ini, hal-hal yang dilakukan adalah:
Menetapkan standar analisis. Melakukan analisis. Menafsirkan hasil analisis.

5. Tindak lanjut

I.materi kegiatan layanan orientasi menyangkut:

Pengenalan lingkungan dan fasilitas sekolah. Peraturan-peraturan yang ada di sekolah.


Kurikulum pembelajaran yang berlaku di sekolah. Peranan pelayanan bimbingan dan
konseling dalam membantu segala jenis masalah dan kesulitan siswa
●Format Layanan

Sebuah rangkaian layanan ORIN, dari perencanaan sampai pengakhirannya,


diselenggarakan melalui berbagai kegiatan dalam format tertentu.
1).Format Lapangan. Format lapanganmerupakan format yang paling lazim ditempuh
ketika peserta layanan melakukan kegiatan lapangan ke luar kelas atau ruangan atautempat
lain dalam rangka mengakses obyek-obyek tertentu yang menjadi isi layanan. Dalam hal ini
peserta mengunjungi obyek-obyek lapangan yang dimaksud.
2).Format Klasikal. Kegiatan ORIN dapat dilaksanakan di dalam kelasdengansyarat
obyek-obyek yang hendak dibahas dibawa ke dalam kelas, dalam bentuk contoh, miniatur,
tampilan video dan/atau bentuk-bentuk gambar dan replika lainnya.Objek-objekini disajikan,
diamati, dipersepsi, dicermati, didiskusikan, dan diberi perlakuan secara bebas dan terbuka.
Semua kegiatan itu dilakukan di dalam kelas, oleh peserta sebanyak satu kelas.
3).Format Kelompok. Polanya sama dengan format klasikal yang dilakukan dalam
kelompok yang terdiri atas sejumlah peserta secara terbatas. Dibandingkan format klasikal,
format kelompok memungkinkan dilakukannya akses yang lebih intensif terhadap obyek
layanan. Di samping itu kegiatan layanan juga dapat memanfastkan dinamika kelompok
sehingga hasil layanan dapat lebih optimal.
4).Format Individual. Format ini merupakan format khusus, dilakukan terhadap
individu-individu tertentu, dengan isi layanan yang secara khusus disesuaikan dengan
kebutuhan pribadi individu yang bersangkutan.

5).Format Kolaboratif. Selain keempat format di atas, dalam layanan ORIN dapat
ditempuh format atau strategi kolaboratif, dalam arti konselor berupaya menghubungi dan
mengaktifkan pihak-pihak di luar peserta layanan untuk memberikan dukungan dan fasilitas
yang memudahkan pelaksanaan layanan dan menguntungkan para pesertanya. Dengan
strategi ini perencanaan dan persiapan layanan dipermudah dan pelaksanaannya dipelancar,
sehingga hasil-hasil layananan menjadi optimal.
2). Layanan Informasi ( Mengurangi Perilaku Membolos pada Siswa)

A.Layanan Informasi

layanan informasi diartikan sebagai salah satu kegiatan bimbingan konseling yang
mampu mencakup kegiatan lainya. Karena layanan ini memberikan berbagai informasi , baik
informasi pribadi, sosial, karier, maupun belajar. Hal ini secara tidak langsung dapat
menyelesaikan masalah yang dialami siswa secara keseluruhan. Layanan ini dapat menambah
wawasan siswa, mengenali dirinya (konsep diri) dan mampu menata masa depanya sebaik
mungkin.
B. Tujuan layanan informasi adalah membekali

siswa agar mampu merencanakan, dan memutuskan rencana masa sekarang maupun masa
depan dengan mandiri dan bertanggungjawab sesuai dengan bakat, kemampuan dan minatnya
secara positif, objektif dan dinamis. Secara tidak langsung,hal ini dapat menyelesaikan
masalah karier, sosial, belajar, maupun pribadi.
Menurut Prayitno dan Erman Amti pada dasarnya jenis dan jumlah informasi tidak terbatas.
Namun, khususnya dalam rangka pelayan bimbingan dan konseling,hanya kan dibicarakan
tiga jenis informasi, yaitu:
a) Informasi pendidikan

Dalam bidang pendidikan banyak individu yng berstatus siswa atau calon siswa yang
dihadapkan pada kemungkinan timbulnya masalah atau kesulitan. Diantaranya masalah atau
kesulitan tersebut berhubungan dengan (a) pemilihan program studi (b) pemilihan sekolah
fakultas, (c) (d) penyesuaian diri dengan program studi (e) putus sekolah. Mereka
membutuhkan adanya keterangan atau informasi untuk dapat membuat pilihan dan keputusan
yang bijaksana.
b) Informasi jabatan

Saat-saat transisi dari dunia pendidikan kedunia kerja sering merupakan masa yang
sangat sulit bagi banyak orang muda.Kesulitan itu terleta juga dalam penyesuaaian diri
dengan suasana kerja yang baru dimasuki dan engembangan diri selanjutnya.

c) Informasi sosial budaya

Hal ini dapat dilakukan melalui penyajian informasi sosial budaya yang meliputi,
mcam-macam suku bangsa, adat istiadat, agama dkepercayaan,bahasa, potensi-potensi daerah
dan kekhisisan masyarakat atau daerah tertentu
C .Format Layanan

Untuk layanan INFO format yang umumnya dipakai adalah format klasikal dengan
jumlah peserta yang terbatas (satu kelas atau gabungan beberapa kelas). Format kelompok
digunakan untuk mendalami hal-hal yang dikemukakan dalam format klasikal. Format jarak
jauh dapat juga dilakukan tetapi dirasakan cukup mahal.
D.Komponen Layanan Informasi

Dalam layanan informasi terlibat tiga komponen pokok, yaitu konselor, peserta, dan
informasi yang menjadi isi layanan :
1).Konselor ( guru pembimbing) Konselor, ahli dalam pelayanan konseling adalah
penyelenggara layana informasi.

2).Peserta

Peserta layanan informasi dapat berasal dari berbagai kalangan, siswa sekolah,
mahasiswa, anggota organisasi pemuda dan sosialpolitik,karyawan instansi dan dunia
usaha/industru,serta anggota-anggota masyarakat lainya baik secara perorangan maupun
kelompok. Layanan informasi di sekolah pesertanya adalah peserta didik. peserta didik,
menurut undang-undang republik indonesia tentang sistem pendidikan nasional adalah
anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan dirinya melalui prosesnya pendidikan
pada jalur, jenjang dan jenis tertentu.
3).Informasi

Jenis, luas dan kedalaman informasi yang menjadi isi layanan informasi sangat
bervariasi. Lebih rinci berbagai informasi dapat digolongkan kedalam:
a)Informasi perkembangan diri b).Informasi hubungan pribdi,sosial, nilai dan moral
c).Informasi pendidikan, kegiatan belajar, dan keilmuan tekhnologi d).Informasi sosial
budaya, politik, dan kewarganegaraan e).Informasi pekerjaan dan ekonomi f).Informasi
kehidupan berkeluarga .g).Informasi kehidupan berkeluarga

E. Isi Layanan Informasi

Dalam layanan infromasi banyak sekali jenis-jenis informasi yang menjadi isi layanan
ini bervariasi. Demikian juga keluasan dan kedalamannya. Hal itu tergantung kepada
kebutuhan para peserta layanan (tergantung kebutuhan siswa). Informasi yang menjadi isi
layanan harus mencakup seluruh bidang pelayanan bimbingan dan konseling yaitu bidang
bimbingan pribadi, bimbingan sosial, bimbingan belajar, bimbingan karir, bimbingan
kehidupan berkeluarga dan bimbingan kehidupan beragam
F.Asas-asas Layanan Informasi

Layanan informasi pada umumnya merupakan kegiatan yang diikuti oleh sejumlah
peserta dalam suatu forum terbuka. Dalam hal inni layanan informasi perlu memiliki
beberapa asas-asas diantaranya :
1)Asas kegiatan 2)Asas kesukarelaan 3)Asas keterbukaan 4)Asas kerahasiaan

● Pengertian Membolos

Menurut Munte (2020) membolos adalah bentuk perilaku meninggalkan aktivitas


yang seharusnya dilakukan dalam waktu tertentu dan tugas/ peranan tertentu tanpa
pemberitahuan yang jelas. Kebiasaan membolos yang sering dilakukan oleh siswa akan
berdampak negatif pada dirinya, misalnya: dihukum, diskorsing, tidak dapat mengikuti ujian,
bahkan bisa dikeluarkan dari sekolah. Selain itu kebiasaan membolos juga dapat menurunkan
prestasi belajarnya. Kebiasaan membolos merupakan perilaku yang disebabkan karena
kurangnya pengendalian diri, maka diperlukan suatu cara untuk membantu permasalahan
siswa dalam mengendalikan perilakunya. Salah satunya dengan pemberian layanan informasi
Perilaku siswa merupakan suatu hak dan kewajiban sebagai sarana memperoleh pendidikan
dalam rangka meningkatkan kehidupan yang lebih baik Syaparuddin & Elihami (2019)
fenomena yang terjadi banyak siswa sekolah yang membolos dari sekolah dan meniggalkan
kewajibannya sebagai siswa sekolah. Putri et al., (2020) menyebutkan perilaku membolos
berkaitan dengan putus sekolah dan prestasi akademik yang buruk serta bisa meningkatkan
kemungkinan siswa terlibat dalam penggunaan narkoba dan alkohol, tawuran, pencurian, dan
bentuk-bentuk yang lebih serius dari kenakalan remaja
Membolos adalah perilaku siswa yang tidak disiplin terhadap peraturan sekolah yang
ditetapkan. Sejalan dengan itu Putri et al., (2020) menjelaskan membolos adalah yang
dilakukan oleh siswa dalam bentuk pelanggaran tata tertib sekolah atau meninggalkan
sekolah pada jam pelajaran tertentu, meninggalkan jam pelajaran dari awal sampai akhir
tanpa keterangan yang dapat diterima oleh pihak sekolah. Sedangkan menurut Soter (2018)
disiplin, kreatif, dan memiliki etos kerja yang tinggi adalah ciri sumber daya manusia yang
berkualitas dan fondasi yang menentukan keberhasilan di masa depan.

● Faktor Perilaku Membolos

Faktor perilaku membolos Damayanti & Setiawati (2013) menjelaskan faktor-faktor


yang membuat siswa membolos, yaitu: tidak senang dengan perilaku dan sikap guru, merasa
kurang mendapatkan perhatian dari guru, merasa dibeda-bedakan oleh guru, proses belajar
mengajar yang membosankan, merasa gagal dalam belajar, kurang berminat terhadap mata
pelajaran, terpengaruh oleh teman yang suka membolos dan takut masuk karena tidak
membuat tugas.Ada penjelasan lain terkait faktor faktor siswa membolos dipengaruhi oleh
beberapa faktor yaitu: faktor internal seperti masalah pribadi, masalah pelajaran dan masalah
kedisiplinan siswa, faktor eksternal dipengaruhi oleh masalah kelompok, masalah sosial,
masalah dengan orangtua dan masih banyak permasalahan seperti pada umumnya. Siswa
dengan psikologi seperti ini adalah mereka yang mempunyai hubungan dengan orang diluar
yang sudah keseringan melakukan sesuatu hal bersama-sama, sehingga siswa tidak bisa
membedakan mana hal yang baik dan mana hal buruk yang tidak mestinya diikuti.
● Upaya

Dalam hubungannya dengan pemberian layanan informasi untuk siswa yang bolos
sekolah sebagai seorang pengajar, guru perlu menggunakan metode yang beragam, guru
perlu memberikan petunjuk atau contoh stimulus yang baik kepada siswa yaitu dengan
membiasakan diri untuk mengucapkan salam ketika bertemu dengan guru atau ketika guru
masuk ke dalam kelas, jadi yang pertama adalah bagaimana tatakrama siswa pada saat
bertemu dengan guru dan ini akan terbawa nanti dalam kehidupan sosial kemasyarakatan.
Selanjutnya, Kepala sekolah kembali menambahkan bahwa:Guru juga harus lebih memahami
karakteristik siswa agar guru bisa melakukan pendekatan kepada siswa yang sering
bermasalah di sekolah dengan memberikan motivasi dan menemukan jalan keluar dari
permasalahan yang dihadapi siswa. bimbingan secara perorangan dan kelompok. Ada juga
dengan tatap muka yaitu guru BK masuk ke kelas untuk memberikan motivasi kepada siswa
Selanjutnya peneliti melakukan wawancara dengan Nara sumber yaitu siswa yang sering
bolos sekolah adan jawabannya adalah sebagai berikut:“Pola pembelajaran dan bimbingan
konseling yang diberikan bapak ibu guru sangat baik. Dari situ, dampak yang saya dapat di
sekolah ialah saya yang sering malas sekolah bisa lebih rajin lagi ke sekolah, atau masalah
lain yang tidak bisa diatasi dapat diatasi oleh bapak ibu guru”.
Dari hasil pendekatan guru dengan siswa diketahui bahwa faktor-faktor penyebabnya
adalah faktor internal seperti masalah pribadi, masalah pelajaran dan masalah dengan orang
tua, sementara faktor eksternal dipengaruhi oleh masalah kelompok, masalah sosial, dan
masih banyak permasalahan pada umumnya yang sering dialami oleh siswa sebagai
kelompok muda. Hal ini diperkuat dengan pendapat Kearney bahwa faktor penyebab
terjadinya perilaku membolos di sekolah adalah faktor personal, faktor keluarga, dan faktor
sekolah. Setelah mengetahui faktor penyebab siswa bolos di sekolah, Kepala sekolah, Wali
kelas, Guru BP/BK sesuai perannya masingmasing melakukan bimbingan dan konseling
untuk mengurangi dan mencegah adanya perilaku membolos siswa di sekolah.
Layanan informasi yang diberikan merupakan layanan bimbingan dan konseling yang
memungkinkan siswa menerima dan mamahami berbagai informasi yang dapat dipergunakan
sebagai bahan pertimbangan dan pengambilan keputusan untuk kepentingan siswa. Darihasil
observasi juga diketahui bahwa layanan informasi yang diberikan kepada siswa lebih banyak
berhubungan dengan masalahmasalah yang dihadapi siswa dan berupaya untuk meyakinkan
kepada siswa bahwa yang mereka lakukan selama ini baik pribadi maupun secara kelompok
merugikan diri sendiri, keluarga, dan pihak sekolah. Dalam bimbingan dan konseling yang
dilakukan oleh Guru BP/BK, siswa juga diberi motivasi dengan memberikan contoh-contoh
praktis sehingga mereka dapat memahami dengan baik bahwa masa depan siswa adalah di
tangan siswa itu sendiri.
DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Z. (2009). Optimalisasi Konseling Individu dan Kelompok untuk Keberhasilan


Siswa. Jurnal Pemikiran Alternatif Kependidikan, 14(1): 132–148.
Aristiani, R. (2016). Meningkatkan Percaya

Diri Siswa Melalui Layanan Informasi Berbantuan Audiovisual. Jurnal Konseling


Gusjigang,2(2).
Azhar, S.K. & Daharnis, I.S. (2013). Persepsi Siswa tentang Layanan Informasi Kesehatan
Reproduksi Remaja yang Diberikan Guru BK SMAN 1 Kubung Jurnal Ilmiah
Konseling, 2(1): 146–150
Damayanti, F.A. & Setiawati, D. 2013. Studi Tentang Perilaku Membolos Pada Siswa SMA
Swasta Di Surabaya. Jurnal BK Unesa, 3(1): 454–461
Fatmawati, N. (2017). Studi Layanan Bimbingan Dan Konseling Terhadap Perilaku
Membolos Siswa Di Mts. Tarbiyatus Sa’adah Dusun Bejan Desa Siwalan Kecamatan
Penceng Kabupaten Gresik. Universitas Negeri Surabaya.
Fitri, E., I. & Neviyarni, S. (2016). Efektivitas Layanan Informasi Dengan Menggunakan
Metode Blended Learning Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar. Jurnal Kajian
Psikologi Pendidikan dan Bimbingan Konseling, 2(2): 84–92.
Hallen, A.( 2005). Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Quantum Teaching.

Kalsum, U. (2016). Referensi Sebagai Layanan, Referensi Sebagai Tempat: Sebuah Tinjauan
Terhadap Layanan Refernsi Di Perpustakaan Perguruan Tinggi. Jurnal Ilmu
Perpustakaan dan Informasi (e-Journal), 10(1): 132–146.
Munte, B.( 2020). Implementasi Tugas Guru Pak Sebagai Gembala Dalam Meningkatkan
Nilai Moral Siswa Smk Gkpi 2 Pematangsiantar. Jurnal Dinamika Pendidikan, 13(1):
19–38.
Nidia, R. (2017). Pelaksanaan Layanan Informasi dalam Mengurangi Perilaku Membolos
Kota Solok. STKIP PGRI Sumatera Barat.
Prayitno, (1999). Panduan Kegiatan Pengawasan Bimbingan dan Konseling di sekolah.
Jakarta: PT Asdi Mahasatya
Pravitasari, T.( 2012). Pengaruh Persepsi Pola Asuh Permisif Orang Tua Terhadap Perilaku
Membolos. Educational Psychology Journal, 1(1).
Putra, A. (2020). Metode Konseling Individu Dalam Mengatasi Bolos Sekolah Siswa Kelas
VIII SMPN 3 Lengayang Sumatera Barat. Jurnal Bimbingan Konseling dan Dakwah
Islam, 16: 112–118
Putri, V.N., Ifdil, I., Yusri, Y. & Yendi, F.M. (2020). Profil Kebermaknaan Hidup Siswa
Membolos. Jurnal Aplikasi IPTEK Indonesia, 4(2): 126–135
Rauf, M. Yunan. (2006). Program Bimbingan Karir untuk Mencapai Kematangan Karir Siswa
SMA. Bandung: PPS UPI Bandung
MATERI LAYANAN PENEMPATAN DAN PENYALURAN
1. Pengertian Layanan Penempatan dan penyaluran
Layanan penempatan dan penyaluran, yaitu layanan bimbingan dan konseling yang
memungkinkan peserta didik (klien) memperoleh penempatan dan penyaluran yang tepat
(misalnya penempatan dan penyaluran di dalam kelas, kelompok belajar, jurusan/program
studi, program latihan, magang, kegiatan co-ekstrakurikuler) sesuai dengan potensi, bakat dan
minat serta kondisi pribadi.
Individu dalam proses perkembangannya sering dihadapkan pada kondisi yang di satu sisi
serasi atau kondusif mendukung perkembangannya dan di sisi lain kurang serasi atau kurang
mendukung (mismatch). Kondisi mismatch berpotensi menimbulkan masalah pada individu
(siswa). Oleh sebab itu, layanan penempatan dan penyaluran diupayakan untuk membantu
individu yang mengalami mismatch. Layanan ini berusaha meminimalisasi kondisi mismatch
yang terjadi pada individu sehingga individu dapat mengembangkan potensi dirinya secara
optimal. Di tempat yang cocok dan serasi serta kondusif diharapkan individu dapat
mengembangkan diri secara optimal.
2. Tujuan Layanan Penempatan Dan Penyaluran
Layanan penempatan dan penyaluran memiliki dua tujuan, antara lain :
a. Tujuan umum
Pelaksanaan penempatan dan penyaluran secara umum memiliki tujuan yang hendak
dicapai. Tujuan umum layanan penempatan dan penyaluran adalah diperolehnya tempat yang
sesuai bagi individu untuk pengembangan potensi dirinya. Kesesuaian terhadap tempat
dalam pengembangan diri seperti pada lingkungan sekolah, organisasi, pekerjaan, dan juga
pendidikan lanjut.
b. Tujuan khusus
Tujuan khusus dari layanan penempatan dan penyaluran lebih spesifik mengarahkan
siswa kedalam penguasaan kompetensi yang sesuai dengan bakatnya. Secara khusus tujuan
layanan penempatan dan penyaluran adalah: “Membantu siswa mencapai kematangan dalam
mengembangkan penguasaan ilmu , teknologi, dan seni sesuai dengan program kurikulum
dan persiapan karir atau melanjutkan pendidikan tinggi, serta berperan dalam kehidupan
masyarakat yang luas”. Tercapainya tujuan dari layanan penempatan dan penyaluran
memungkinkan siswa untuk dapat terhindar dari permasalahan pengembangan diri dan juga
siswa akan mampu merancang masa depanya secara realistik.
3. Fungsi Layanan Penempatan Dan Penyaluran
Tujuan layanan penempatan dan penyaluran adalah sebagai berikut:

a. Fungsi Pemahaman
Tujuan layanan penempatan dan penyaluran adalah agar siswa memahami potensi dan
kondisi dirinya sendiri serta kondisi lingkungannya.
b. Fungsi Pencegahan
Tujuan layanan penempatan dan penyaluran adalah untuk mencegah semakin parahnya
masalah, hambatan, dan kerugian yang dialami individu (siswa). Atau mencegah berlarut-
larutnya masalah yang dialami individu.
c. Fungsi Pengentasan
Tujuan layanan penempatan dan penyaluran adalah untuk mengangkat individu dari kondisi
yang tidak baik kepada kondisi yang lebih baik. Fungsi ini berkaitan dengan fungsi
pencegahan di mana layanan ini berupaya mengatasi masalah siswa dengan menempatkannya
pada kondisi yang sesuai (kondusif) dengan kebutuhannya. Apabila upaya ini berhasil, maka
fungsi pencegahan akan terangkatkan.
d. Fungsi Pengembangan Dan Pemeliharaan
Tujuan layanan penempatan dan penyaluran adalah untuk mengembangkan potensi-potensi
individu dan memeliharanya dari hal-hal yang dapat menghambat dan merugikan
perkembangannya.

4. Bentuk-Bentuk Layanan Penempatan Dan Penyaluran


●Penempatan Dalam Kelas
Layanan penempatan di dalam kelas itu merupakan jenis layanan yang paling
sederhana dan mudah dibandingkan dengan penempatan dan penyaluran yang lainnya.
Namun demikian, penyelenggaraannya tidak boleh diabaikan. Penempatan siswa didalam
kelas adalah menempatkan siswa kedalam kelas yang sesuai dengan dirinya.
Bentuk penempatan dalam kelas dapat berupa menempatkan siswa berdasarkan
kemampuan akademis, menenempatkan siswa dalam kelompok belajar, menempatkan siswa
dalam kelompok tugas, dan menempatkan siswa dalam posisi tempat duduk. Keuntungan
penempatan dalam kelas adalah sebagai berikut:Bagi siswa, penempatan kelas yang tepat
memberikan penyesuaian dan pemeliharaan terhadap kondisi diri siswa baik fisik, mental,
maupun sosial. Bagi guru, penempatan kelas yang tepat memungkinkan pengelolaan kelas
yang kondusif yang akan mampu meningkatkan kualitas proses pembelajaran. Dengan
penempatan tempat duduk yang sesuai dengan kondisi siswa, maka kemungkinan terjadinya
hambatan-hamabatan dalam pelaksanaan pembelajaran dikelas dapat lebih diminimalisir.
●Kelompok Belajar
●Penempatan dan Penyaluran Jurusan yang Tepat Untuk Siswa
●Pendidikan Lanjutan
1) Menyelidiki bakat, minat, kemampuan,siswa
●Bidang Perkerjaan
5. Tekhnik Layanan Penempatan dan Penyaluran
Beberapa hal yang perlu dilakukan pembimbing atau konselor sebelum melaksanakan
layanan penempatan dan penyaluran adalah:
a. Mengkaji potensi dan kondisi diri subjek layanan (siswa),
b. Mengkaji kondisi lingkungan yang paling dekat dan mengacu kepada
permasalahan subjek layanan,
c. Mengkaji kesesuaian antara potensi dan kondisi diri siswa dengan kondisi
lingkungannya serta mengidentifikasi permasalahn yang secara dinamis berkembang
pada diri siswa,
d. Mengkaji kondisi dan prospek lingkungan lain yang mungkin ditempati,
e. Menempatkan subjek ke lingkungan baru
6. Pelaksanaan Layanan Penempatan dan Penyaluran
Prosedur dan langkah-langkah layanan penempatan dan penyaluran adalah sebagai
berikut:
a. Perencanaan yang mencakup :
1) Mengidentifikasi kondisi yang menunjukkan adanya permasalahan pada diri
siswa tertentu. 2) Menetapkan siswa yang akan menjadi sasaran layanan. 3)
Menyiapkan prosedur, langkah-langkah dan perangkat serta fasilitas layanan.4)
Menyiapkan kelengkapan administrasi
b. Pelaksanaan yang mencakup :
1) Melakukan analisis terhadap berbagai kondisi yang terkait dengan permasalahan
siswa sesuai prosedur dan langkah-langkah yang telah ditetapkan.
2) Melaksanakan layanan penempatan dan penyaluran.
c. Evaluasi yang mencakup:
1) Menetapkan materi evaluasi, 2) Menetapkan prosedur evaluasi,3)
Mengaplikasikan instrumen evaluasi, dan,4) Mengolah hasil aplikasi
instrumentasi.
d. Analisis hasil evaluasi yang mencakup:
1) Menetapkan standar evaluasi, 2) Melakukan analisis, dan 3) Menafsirkan
hasil analisis.
e. Tindak lanjut yang mencakup:
1) Mengidentifikasi masalah yang perlu ditindaklanjuti,2) Menetapkan jenis
dan arah tindak lanjut, 3) Mengkomunikasikan rencana tindak lanjut kepada siswa
dan kepada pihak-pihak lain yang terkait apabila diperlukan, dan 4) Melaksanakan
tindak lanjut.
f. Laporan yang mencakup:
1) Menyusun laporan layanan penempatan dan penyaluran, 2) Menyampaikan
laporan kepada pihak terkait (kepala sekolah, atau madrasah) sebagai penanggung
jawab utama layanan bimbingan dan konseling di sekolah atau madrasah, dan 3)
Mendokumentasikan laporan
7. Format Layanan
●Format kolaboratif dilakukan konselor dengan cara menghubungi berbagai
pihak terkait dalam rangka membuka kesempatan dan dukungan ataupun fasilitas bagi
pengembangan lingkungan dengan kondisi yangmenguntungkan subjek layanan.
● Format individu dan/atau kelompok dapat juga digunakan sepanjang
permasalahan klien berada dalam keterkaitan pribadi atau dalam kelompok tertentu. Format
individual dan/atau kelompok itupun setiap kali memerlukan terbinanya hubungan dengan
pihak ketiga (di luar klien dan konselor) di mana konselor melakukan kolaborasi.
LAYANAN PENGUASAAN KONTEN
1. Pengertian Layanan Penguasaan Konten
Layanan penguasaan konten adalah layanan bantuan kepada individu (sendiri-
sendiri ataupun dalam kelompok) untuk menguasai kemampuan atau kompetensi
tertentu melalui kegiatan belajar.Jadi didalam layanan penguasaan konten harus
terdapat suatu konten atau kemampuan atau kompetensi tertentu yang dibelajarkan
kepada siswa dan diharapkan siswa mampu menguasai konten tersebut secara
matang. Kemampuan atau kompetensi yang dipelajari merupakan suatu unit konten
yang didalamnya terkandung fakta dan data, konsep, proses, hukum atau aturan nilai,
persepsi, aeksi, sikap dan tindakan.
2. Tujuan Penguasaan Konten
Dapat disimpulkan bahwa tujuan layanan penguasaan konten adalah untuk
memahamkan, mengembangkan, dan membelajarkan siswa terhadap suatu konten
tertentu yang disesuaikan dengan kebutuhan siswa. Tujuan layanan penguasaan
konten dalam penelitian ini adalah untuk memahamkan, mengembangkan, dan
membelajarkan siswa terhadap suatu konten atau keterampilan terkait kebiasaan
belajar siswa.

3. Fungsi Layanan Penguasaan Konten


Fungsi layanan penguasaan konten adalah memelihara dan mengembangkan
potensi yang dimiliki siswa. Penelitian ini akan mengembangkan kebiasaan belajar
siswa, apabila siswa sudah memiliki kebiasaan belajar yang baik maka perlu
dipelihara.
4. Asas-Asas Layanan Penguasaan Konten
Layanan penguasaan konten pada umumnya bersifat terbuka. Asas yang paling
diutamakan adalah asas kegiatan, dalam arti peserta layanan diharapkan benar-benar
aktif mengikuti dan menjalani semua kegiatan yang ada di dalam proses layanan
5. Komponen Layanan Penguasaan Konten
Komponen layanan penguasaan konten adalah konselor, individu atau konseli,
dan konten yang menjadi isi layanan.
a) Konselor
Konselor adalah tenaga ahli pelayanan konseling, penyelenggara layanan
penguasaan konten dengan menggunakan berbagai modus dan media layanannya.
Konselor menguasai konten yang menjadi isi layanan penguasaan konten yang
diselenggarakan.
b) Individu atau Konseli
Konselor menyelenggarkan layanan penguasaan konten terhadap seseorang
atau sejumlah individu yang memerlukan penguasaan atas konten yang menjadi isi
layanan. Individu penerima layanan penguasaan konten dapat merupakan peserta
didik (siswa di sekolah), konseli yang secara khusus memerlukan bantuan konselor,
atau siapapun yang memerlukan penguasaan konten tertentu demi pemenuhan
tuntutan perkembangan dan/atau kehidupannya.

c) Konten
Konten merupakan isi layanan penguasaan konten, yaitu satu unit materi yang
menjadi pokok bahasan atau materi latihan yang dikembangkan oleh konselor dan
diikuti atau dijalani oleh individu peserta layanan. Konten penguasaan konten dapat
diangkat dari bidang-bidang pelayanan konseling, yaitu bidang- bidang: a)
Pengembangan kehidupan pribadi; b) Pengembangan kemampuan hubungan sosial; c)
Pengembangan kegiatan belajar; d) Pengembangan dan perencanaan karir; e)
Pengembangkan kehidupan berkeluarga; f) Pengembangan kehidupan beragama.
6. Teknik Layanan Penguasaan Konten
a) High-touch
yaitu sentuhan-sentuhan tingkat tinggi yang mengenai aspekaspek kepribadian
dan kemanusiaan peserta layanan (terutama aspek aspek afektif, semangat, sikap, nilai
dan moral) melalui implementasi oleh konselor berupa (a) Kewibawaan, yang
didasarkan pada kualitas kepribadian dan keilmuan konselor, bukan atas dasar rasa
takut atau adanya sanksi atau hukuman (b) Kasih sayang dan kelembutan (c)
Keteladanan (d) Pemberian penguatan (e) Tindakan tegas yangmendidik, bukan
berupa hukuman.
b) High-tech
Yaitu teknologi tingkat tinggi untuk menjamin kualitas penguasaan konten,
melalui implementasi oleh konselor berupa (a) Materi pembelajaran (dalam hal ini
konten) (b) Metode pembelajaran (c) Alat bantu pem…Penilaian Layanan Penguasaan
KontenSecara umum penilaian terhadap hasil layanan penguasaan konten
diorientasikan kepada diperolehnya UCA (undertanding, comfort, action).
7. Operasional Layanan
Layanan Penguasaan konten terfokus pada dikuasainya konten tertentu oleh
peserta yang memperoleh layanan. Untuk layanan ini perlu direncanakan,
dilaksanakan serta dievaluasi secara tertib dan akurat.
a. Perencanaan
b. Mengorganisasikan unsur-unsur dan sasaran layanan
c. Pelaksanaan
d. Penilaian
e. Tindak Lnjut dan Laporan
SATUAN LAYANAN PENGUASAAN KONTEN

SATUAN LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING (RPP)

a. Topik Permasalahan/ bahasan : kerja sama


b. Bidang Bimbingan : sosial
c. Jenis Layanan : Penguasaan
Konten
d. Fungsi Layanan : Pemahaman
e. Tujuan Layanan/hasil yang ingin dicapai : peserta didik
dapat mempraktekkan,melakukan,dan membiasakan kerja sama yang baik dalam
kehidupan sehari-hari
f. Sasaran Layanan : Peserta didik
kelas 11 SMAN
g. Uraikan kegiatan dan materi kegiatan :

Konselor ;
1. Salam pembuka dan doa
2. Presensi
3. Ice Breaking ( tebak-tebakan kata)
4. Menjelaskan topik bahasan yaitu mengenai kerja sama
5. Tanya jawab mengenai materi
6. Memberi tugas /simulasi kepada siswa mengenai kerja sama
7. Simpulan

Siswa
1. Siswa berpartisipasi dalam kegiatan ice breaking
2. Siswa mendengarkan dan menyimak
3. Siswa memahami mengenai pentingnya kerja sama
4. Siswa dapat mempraktekkan.,melakukan,dan membiasakan arti kerja sama dalam
kehidupan sehari-hari

h. Metode : Ceramah,diskusi
dan tanya jawab
i. Tempat penyelenggaran : Kelas 11
j. Waktu dan tanggal : 1 X 45 dan 27
maret 2023
Semester :I
k. Penyelenggara Layanan : Konselor
l. Pihak yang diikutsertakan : Wali kelas
m. Alat dan perlengkapan :
Buku,pulpen,penghapus dan bahan ajar
n. Rencana penilaian dan tindak lanjut :
1. Rencana penilaian
● Proses Penilaian
- peserta didik mengikuti layanan dengan baik dari awal sampai kelas selesai
-peserta didik aktif dalam pendapat dan tanggapan
- peserta didik mampu mempraktekkan dan mampu memahaminya
2. Tindak lanjut : pembimbing akan terus memantau perkembangan peserta didik dan
mengadakan konseling bagi peserta didik yang membutuhkan konseling
o. Keterkaitan layanan : himpunan data
p. Catatan khusus :-

Mengetahui Konselor
Kepala Sekolah

●Cara Membangun "Teamwork" (Kerja Sama Tim)

Agar dapat membangun sebuah tim yang bagus dan baik, diperlukan lebih dari
sekadar mengumpulkan orang-orang yang tepat. Sebab, ujian utama darileadership
sebenarnya adalah menciptakan lingkungan dimana setiap individu mau bekerja secara
kooperatif dan kolaboratif.

Tips berikut mungkin bisa membantu kita dalam membangun kerja sama tim yang lebih baik:

●Fokus
Jelaskan rencana jangka panjang organisasi dan lakukan follow-up dengan teratur.
Orang-orang sering kali terlalu fokus pada masalah hari ini dan pekerjaan rutinnya, sehingga
kehilangan gambaran dari tujuan utama secara keseluruhan. Jadi, sewaktu anggota lainnya
sedang berkonsentrasi menyelesaikan masalah, anggota lain dapat mendedikasikan lebih
banyak waktunya untuk me-review proses dan mengeliminasi masalah-masalah yang
mungkin muncul di masa depan.

●Definisikan Peran
Garis bawahi dengan jelas tanggung jawab dan peran setiap individu dalam suatu tim.
Hal ini sangat penting untuk menjamin kesuksesan tim. Pemahaman tim terhadap tugas dan
tanggung jawab masing-masing akan sangat membantu dalam pelaksanaan kerja sama tim
secara kolaboratif. Dukunglah tim Anda untuk mendefinisikan fungsi mereka. Para anggota
tim akan mampu mengambil lebih banyak tanggung jawab apabila mereka berada dalam
posisi yang cocok, dan salah satu dari mereka mungkin akan dapat mengeluarkan bakat baru
yang tidak disadari sebelumnya.

●Tetapkan Tujuan
Anggota tim perlu memperhatikan tujuan individu maupun tujuan tim. Dukunglah
mereka untuk menentukan tujuan jangka pendek yang dapat diraih dan dapat diukur, serta
tujuan jangka panjang. Dengan tujuan yang jelas dan kode etik atau aturan tertentu, tim akan
mulai bisa.
Beri waktu dan amati perkembangannya. Sering kali mereka bisa mengatasi
masalahnya sendiri, dan Anda perlu mengawasi dan mengamati saja. Bila hal ini tidak terjadi,
maka beraksilah. Pecat dan hire orang lain bila memang diperlukan. Tidak ada gunanya
menyimpan 'benalu' di dalam tim.

●Dukungan
Setiap anggota tim harus ditantang untuk berkontribusi dalam segala hal. Dorong
mereka untuk ikut training bila memang diperlukan dan beri kesempatan untuk keluar dan
melakukan sendiri tugas-tugasnya. Mereka perlu merasa nyaman dalam melakukan tugas
supaya dapat menemukan potensi unik dalam diri mereka sendiri. Ubahlah tanggung jawab
setiap anggota tim bila memang dianggap perlu. Ketahuilah kekuatan dan kelemahan dari
setiap anggota tim dan berikan dukungan positif terhadap kedua hal itu.
●Tunjukkan Antusiasme
Antusiasme mudah menular. Selalulah bersikap positif dan penuh harap. Bila mereka
melihat Anda mengharapkan sesuatu dari mereka, maka ada peluang mereka akan
memberikan yang terbaik dan berusaha tidak mengecewakan Anda. Fokuslah juga pada hal-
hal yang dikerjakan dengan benar, dan tidak selalu melihat kesalahan orang lain saja.

●Selamat bersenang-senang
Bangun semangat yang ada di dalam tim agar bisa selalu memberikan energi yang
tinggi dan spirit persatuan. Sediakan waktu untuk tertawa bersama dan ciptakan suasana yang
sesantai mungkin. Tidak ada tujuan yang dapat dicapai dengan mudah bila suasananya selalu
tegang.

●Delegasi
Jelaskan apa yang harus dikerjakan dan bagaimana caranya (bila diperlukan), lalu
biarkan. Lebih baik lagi jika Anda dapat menjelaskan masalah yang ada dan seperti apa hasil
yang Anda inginkan. Lalu, biarkan tim. Anda mengembangkan cara mereka sendiri untuk
menyelesaikan tugas tersebut sesuai waktu yang telah ditetapkan. Bila jadwal review hari
Selasa depan, makajangan tanya hasilnya hari ini. Percayakan tim Anda untuk memenuhi
tenggat waktu masing-masing.

●Berikan Penghargaan
Rayakan keberhasilan bersama-sama dan berikan penghargaan kepada anggota tim
tapi tidak secara individual. Dalam setiap tim akan mempunyai individu yang menonjol pada
bidang tertentu. Kenalilah hal ini dengan cepat melalui performance review process dan
gunakan untuk mendukung kerja sama tim. Hindari semua tindakan yang bisa menimbulkan
kecemburuan di antara anggota. Selalu bicara positif tentang anggota tim Anda secara
keseluruhan. Promosikan talenta. usaha. Dedikasi dan kesuksesan mereka.
Terakhir, yang penting adalah terus-menerus memberi inspirasi kepada semua anggota
tim. Bila Anda berbicara tentang hal apa pun yang berhubungan dengan tim, gunakanlah kata
'kita' dan bukan kata 'saya'. Nah, selamat bekerjasama dan sukses untuk Anda semua!
DAFTAR PUSTAKA
Desyafni, H., Firman, dan Ifdil. (2014). Peningkatan Motivasi Siswa Dalam
Menyelesaikan Tugas Melalui Layanan Penguasaan Konten. Konselor, 3(2)
34-40.
Dra. Hallen A. (2005).Bimbingan dan konseling.(Jakarta; Quantum teaching. Hal. 78
Drs. Tohirin.(2007). Bimbingan dan konseling di sekolah dan madrasah.(Jakarta. PT.
RajaGrafindo Persada. Hal. 153
Fenti, H. (2014). Bimbingan dan Konseling. Rajawali Pers.Ghufron Nur M, S.
Risnawati Rini. . Teori-Teori Psikologi. Ar- Ruzz Media
Ibid., Hal 155
Kartadinata, S. (2015). Menguak Tabir Bimbingan dan Konseling sebagai Upaya
Pedagogis. UPI Press.
Khabibah.( 2016). Belajar Menagajar. Budi Utama
Masdudi.( 2015). Bimbingan dan Konseling Perspektif Sekolah. Cirebon: Nurjati
Press
Megaton. (2013). Bimbingan dan Konseling. UPI Press.
Mugiarso, Heru. (2011). Bimbingan dan Konseling. Semarang: Universitas Negeri
Semarang Press.
Nasution, Henni Syafriana & Abdillah.( 2019.) Bimbingan konseling Konsep, Teori
dan Aplikasinya. Medan: Penerbit Buku Umum dan Perguruan Tinggi
Opcit.,Hal. 78
Padang Sukandi.( 2000). Layanan Penempatan dan Penyaluran. (Jakarta; PT Rineka
Cipta. Hal.60
Prayitno. 92017). Dasar-dasar Konseling. Cipta Pustaka Media Perintis.
Prayitno.(1999). Panduan Kegiatan Pengawasan Bimbingan dan Konseling di
Sekolah, (Jakarta: PT. Rineka Cipta.hal.85
Prayitno. (2012) .Jenis Layanan dan Kegiatan Pendukung Konseling. Padang: FIP-
UNP
Prayitno dan Erman Amti.( 2004). Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta:
Rineka Cipta
Prof. DR.H.Pratitno, M.Sc. Ed. Dan Drs. Erman Amti.(2004). cetakan kedua Dasar-
Dasar Bimbingan Dan Koseling: PT Rineka Cipta, Jakarta
Prof.DR.H.Pratitno, M.Sc., Ed.(2012). Jenis Layanan Dan Kegiatan Pendukung
Konseling, Padang
Rantha E., dan Afda, (2018). Peningkatan Disiplin Dalam Menaati Tata Tertib
Dengan Menggunakan Teknik Modelling Melalui Layanan Pengusaan Konten
Di Smp 49 Jakarta Pada Siswa Kelas 8 Tahun Ajaran 2018-2019.Jurnal
Selaras : Kajian Bimbingan dan Konseling serta Psikologi Pendidikan,1(2),
81-95.
Ridwan.(2004). Penanganan Efektif Bimbingan dan Konseling di sekolah.
(Yogyakarta; Pustaka Pelajar. Hal. 21
Utami, M. (2016). Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Rineka Cipta
Winkel, W.S & Hastuti, M. M. S.( Bimbingan dan Konseling di Instuti Pendidikan.
Media Abdi.

Yusuf, Syamsu, L. N & A. Juntika Nurishan.( 2014). Landasan Bimbingan &


Konseling. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
LAYANAN PENEMPATAN DAN PENYALURAN
1. Pengertian Layanan Penempatan dan penyaluran
Layanan penempatan dan penyaluran, yaitu layanan bimbingan dan konseling yang
memungkinkan peserta didik (klien) memperoleh penempatan dan penyaluran yang tepat
(misalnya penempatan dan penyaluran di dalam kelas, kelompok belajar, jurusan/program
studi, program latihan, magang, kegiatan co-ekstrakurikuler) sesuai dengan potensi, bakat dan
minat serta kondisi pribadi.
Layanan penempatan adalah usaha-usaha membantu siswa merencanakan masa
depannya selama masih di sekolah dan madrasah dan sesudah tamat, memilih program studi
lanjutan sebagai persiapan untuk kelak memangku jabatan tertentu.
Individu dalam proses perkembangannya sering dihadapkan pada kondisi yang di satu sisi
serasi atau kondusif mendukung perkembangannya dan di sisi lain kurang serasi atau kurang
mendukung (mismatch). Kondisi mismatch berpotensi menimbulkan masalah pada individu
(siswa). Oleh sebab itu, layanan penempatan dan penyaluran diupayakan untuk membantu
individu yang mengalami mismatch. Layanan ini berusaha meminimalisasi kondisi mismatch
yang terjadi pada individu sehingga individu dapat mengembangkan potensi dirinya secara
optimal. Di tempat yang cocok dan serasi serta kondusif diharapkan individu dapat
mengembangkan diri secara optimal.
Berbagai hal yang menyebabkan potensi, bakat, dan minat yang tidak tersalurkan
secara tepat akan mengakibatkan siswa yang bersangkutan tidak dapat berkembang secara
optimal. Melalui layanan penempatan dan penyaluran ini memberi kemungkinan kepada
siswa berada pada posisi dan pilihan yang tepat, yaitu berkenaan dengan penjurusan,
kelompok belajar, pilihan pekerjaan/karier, kegiatan ekstra kurikuler, program latihan dan
pendidikan yang lebih tinggi sesuai dengan kondisi fisik dan psikisnya
2. Tujuan Layanan Penempatan Dan Penyaluran
Layanan penempatan dan penyaluran memiliki dua tujuan, antara lain :
a. Tujuan umum
Pelaksanaan penempatan dan penyaluran secara umum memiliki tujuan yang hendak
dicapai. Tujuan umum layanan penempatan dan penyaluran adalah diperolehnya tempat yang
sesuai bagi individu untuk pengembangan potensi dirinya. Kesesuaian terhadap tempat
dalam pengembangan diri seperti pada lingkungan sekolah, organisasi, pekerjaan, dan juga
pendidikan lanjut.
b. Tujuan khusus
Tujuan khusus dari layanan penempatan dan penyaluran lebih spesifik mengarahkan
siswa kedalam penguasaan kompetensi yang sesuai dengan bakatnya. Secara khusus tujuan
layanan penempatan dan penyaluran adalah: “Membantu siswa mencapai kematangan dalam
mengembangkan penguasaan ilmu , teknologi, dan seni sesuai dengan program kurikulum
dan persiapan karir atau melanjutkan pendidikan tinggi, serta berperan dalam kehidupan
masyarakat yang luas”. Tercapainya tujuan dari layanan penempatan dan penyaluran
memungkinkan siswa untuk dapat terhindar dari permasalahan pengembangan diri dan juga
siswa akan mampu merancang masa depanya secara realistik.
3. Fungsi Layanan Penempatan Dan Penyaluran
Tujuan layanan penempatan dan penyaluran adalah sebagai berikut:

a. Fungsi Pemahaman
Tujuan layanan penempatan dan penyaluran adalah agar siswa memahami potensi dan
kondisi dirinya sendiri serta kondisi lingkungannya.
b. Fungsi Pencegahan
Tujuan layanan penempatan dan penyaluran adalah untuk mencegah semakin parahnya
masalah, hambatan, dan kerugian yang dialami individu (siswa). Atau mencegah berlarut-
larutnya masalah yang dialami individu.
c. Fungsi Pengentasan
Tujuan layanan penempatan dan penyaluran adalah untuk mengangkat individu dari kondisi
yang tidak baik kepada kondisi yang lebih baik. Fungsi ini berkaitan dengan fungsi
pencegahan di mana layanan ini berupaya mengatasi masalah siswa dengan menempatkannya
pada kondisi yang sesuai (kondusif) dengan kebutuhannya. Apabila upaya ini berhasil, maka
fungsi pencegahan akan terangkatkan.
d. Fungsi Pengembangan Dan Pemeliharaan
Tujuan layanan penempatan dan penyaluran adalah untuk mengembangkan potensi-potensi
individu dan memeliharanya dari hal-hal yang dapat menghambat dan merugikan
perkembangannya.

4. Bentuk-Bentuk Layanan Penempatan Dan Penyaluran


●Penempatan Dalam Kelas
Layanan penempatan di dalam kelas itu merupakan jenis layanan yang paling
sederhana dan mudah dibandingkan dengan penempatan dan penyaluran yang lainnya.
Namun demikian, penyelenggaraannya tidak boleh diabaikan. Penempatan siswa didalam
kelas adalah menempatkan siswa kedalam kelas yang sesuai dengan dirinya.
Bentuk penempatan dalam kelas dapat berupa menempatkan siswa berdasarkan
kemampuan akademis, menenempatkan siswa dalam kelompok belajar, menempatkan siswa
dalam kelompok tugas, dan menempatkan siswa dalam posisi tempat duduk. Keuntungan
penempatan dalam kelas adalah sebagai berikut:Bagi siswa, penempatan kelas yang tepat
memberikan penyesuaian dan pemeliharaan terhadap kondisi diri siswa baik fisik, mental,
maupun sosial. Bagi guru, penempatan kelas yang tepat memungkinkan pengelolaan kelas
yang kondusif yang akan mampu meningkatkan kualitas proses pembelajaran. Dengan
penempatan tempat duduk yang sesuai dengan kondisi siswa, maka kemungkinan terjadinya
hambatan-hamabatan dalam pelaksanaan pembelajaran dikelas dapat lebih diminimalisir.
●Kelompok Belajar
Bagaimana agar siswa yang kurang pintar juga dapat mengikuti proses belajar dengan
baik. Pembentukan kelompok belajar ini mempunyai dua tujuan pokok. Pertama, untuk
memberikan kesempatan kepada siswa untuk maju sesuai dengan kemampuannya masing-
masing. Kedua, untuk wadah belajar bersama.dalam penempatan kelompok belajar ini guru
BK harus mengetahui mana saja siswa yang memiliki prestasi yang baik, maupun siswa yang
kurang berprestasi. Jika sudah diketahui maka tugas guru BK selanjutnya adalah membagi
semua siswa dalam beberapa kelompok belajar yang terdiri dari siswa yang memiliki
kemampuan yang tinggi dan siswa yang memiliki kemampuan yang rendah. Agar semua
siswa dapat mengikuti pelajaran dengan baik, konselor harus mengarahkan kepada siswa
yang berkemampuan baik agar menjadi tutor atau pembimbing teman-temannya yang
memiliki kemampuan kurang.
●Penempatan dan Penyaluran Jurusan yang Tepat Untuk Siswa
Setiap siswa di hadapkan pada pemilihan program studi seperti penjurusan IPA, IPS,
Bahasa bagi mereka yang duduk di bangku SMA. Atau penjurusan untuk anak SMK.
Terkadang, dari banyaknya jurusan yang ditawarkan sekolah membuat siswa kesulitan untuk
memilih jurusan yang sekiranya cocok bagi dirinya. Maka dari itu, merupakan tugas guru
pembimbing untuk memberikan bantuan kepada siswa. Pemberian bantuan itu harus diawali
dengan menyajikan informasi pendidikan dan jabatan yang cukup luas. Informasi tersebut
hendaknya dapat mengarahkan siswa untuk memahami tujuan, isi (kurikulum), sifat,
kesempatan-kesempatan untuk melanjutkan pendidikan dan kesempatan kerja setelah tamat
dari jurusan yang dimaksud. Selain itu, diadakan konsultasi pribadi guna lebih mempermudah
siswa yang bersangkutan.
●Pendidikan Lanjutan
Penempatan dan penyaluran ke dalam pendidikan lanjutan sudah menjadi tugas
konselor untuk membekali para siswanya yang akan keluar dari sekolah yang bersangkutan.
Dan tentunya konselor harus benar-benar membuat rencana yang sistematis untuk
memberikan bantuan dalam pengembangan dan penyusunan rencana berdasarkan
pertimbangan-pertimbangan tentang kekuatan dan kelemahan siswa dari segi-segi yang amat
menentukan keberhasilan studi pada program pendidikan lanjutan tersebut, terutama segi
kemampuan dasar, bakat, dan minat, serta kemampuan keuangan.
Dalam pelaksanaan layanan penempatan siswa ke pendidikan lanjutan, maka perlu
diperhatikan hal berikut :
1) Menyelidiki bakat, minat, kemampuan,siswa
2) Menyediakan informasi lanjutan studi
3) Membantu siswa yang memerlukan bantuan sehubungan dengan kesulitannya
dalam memilih lanjutan studi yang diinginkan
●Bidang Perkerjaan
Penempatan dan penyaluran ke dalam pekerjaan /jabatan Disamping penempatan
dalam pendidikan lanjutan, sekolah juga harus membantu para siswa yang akan memasuki
dunia kerja. Meskipun di sekeliling siswa tersedia banyak lapangan kerja namun tidak semua
lapangan kerja itu cocok dan mudah untuk dimasuki. Sebagaimana halnya dalam dunia
pendidikan, setiap bidang pekerjaan itu memiliki sifat dan ciri-ciri tersendiri. Oleh karena itu,
diperlukan informasi pekerjaan. Selanjutnya, untuk keperluan praktis informasi tersebut di
tuangkan dalam kriteria penerimaan tenaga kerja. Kriteria itu pada umumnya tidak dimiliki
oleh setiap orang, karena individu itu berbeda antara yang satu dengan lain, baik bakat, minat,
kemapuan dan sifat-sifat kepribadian lainnya. Selain itu, penempatan pekerjaan ini tidak
hanya sekedar mendapat kerja, tapi bagaimana siswa yang telah mendapat pekerjaan dapat
dengan baik menyesuaikan diri dalam situasi kerja dan merasakan nilai-nilai sosial dalam
pekerjaan. konselor bertanggung jawab untuk mencari infomasi lowongan pekerjaan yang
diperlukan oleh siswa dan mengkoordinasikan penempatan siswa kedunia kerja yang di
butuhkan.
5. Tekhnik Layanan Penempatan dan Penyaluran
Beberapa hal yang perlu dilakukan pembimbing atau konselor sebelum melaksanakan
layanan penempatan dan penyaluran adalah:
a. Mengkaji potensi dan kondisi diri subjek layanan (siswa),
b. Mengkaji kondisi lingkungan yang paling dekat dan mengacu kepada
permasalahan subjek layanan,
c. Mengkaji kesesuaian antara potensi dan kondisi diri siswa dengan kondisi
lingkungannya serta mengidentifikasi permasalahn yang secara dinamis berkembang
pada diri siswa,
d. Mengkaji kondisi dan prospek lingkungan lain yang mungkin ditempati,
e. Menempatkan subjek ke lingkungan baru
6. Pelaksanaan Layanan Penempatan dan Penyaluran
Prosedur dan langkah-langkah layanan penempatan dan penyaluran adalah sebagai
berikut:
a. Perencanaan yang mencakup :
1) Mengidentifikasi kondisi yang menunjukkan adanya permasalahan pada diri
siswa tertentu.
2) Menetapkan siswa yang akan menjadi sasaran layanan.
3) Menyiapkan prosedur, langkah-langkah dan perangkat serta fasilitas layanan.
4) Menyiapkan kelengkapan administrasi
b. Pelaksanaan yang mencakup :
1) Melakukan analisis terhadap berbagai kondisi yang terkait dengan permasalahan
siswa sesuai prosedur dan langkah-langkah yang telah ditetapkan.
2) Melaksanakan layanan penempatan dan penyaluran.
c. Evaluasi yang mencakup:
1) Menetapkan materi evaluasi, 2) Menetapkan prosedur evaluasi, 3)
Mengaplikasikan instrumen evaluasi, dan, 4) Mengolah hasil aplikasi
instrumentasi.
d. Analisis hasil evaluasi yang mencakup:
1) Menetapkan standar evaluasi, 2) Melakukan analisis, dan 3) Menafsirkan
hasil analisis.
e. Tindak lanjut yang mencakup:
1) Mengidentifikasi masalah yang perlu ditindaklanjuti, 2) Menetapkan jenis
dan arah tindak lanjut, 3) Mengkomunikasikan rencana tindak lanjut kepada siswa
dan kepada pihak-pihak lain yang terkait apabila diperlukan, dan4) Melaksanakan
tindak lanjut.
f. Laporan yang mencakup:
1) Menyusun laporan layanan penempatan dan penyaluran,
2) Menyampaikan laporan kepada pihak terkait (kepala sekolah, atau madrasah)
sebagai penanggung jawab utama layanan bimbingan dan konseling di sekolah atau
madrasah, dan 3) Mendokumentasikan laporan
7. Format Layanan
●Format kolaboratif dilakukan konselor dengan cara menghubungi berbagai
pihak terkait dalam rangka membuka kesempatan dan dukungan ataupun fasilitas bagi
pengembangan lingkungan dengan kondisi yangmenguntungkan subjek layanan. Konselor
memilih dengan cermat arah kondisi lingkungan yang dikemukakanklien dan pihak-pihak
mana yang perlu dihubungi, serta menentukan dukungan atau fasilitas apa yang diharapkan
dari pihak-pihak yang dimaksud.

● Format individu dan/atau kelompok dapat juga digunakan sepanjang


permasalahan klien berada dalam keterkaitan pribadi atau dalam kelompok tertentu. Format
individual dan/atau kelompok itupun setiap kali memerlukan terbinanya hubungan dengan
pihak ketiga (di luar klien dan konselor) di mana konselor melakukan kolaborasi.
LAYANAN PENGUASAAN KONTEN
1. Pengertian Layanan Penguasaan Konten
Layanan penguasaan konten adalah layanan bantuan kepada individu (sendiri-
sendiri ataupun dalam kelompok) untuk menguasai kemampuan atau kompetensi
tertentu melalui kegiatan belajar.Jadi didalam layanan penguasaan konten harus
terdapat suatu konten atau kemampuan atau kompetensi tertentu yang dibelajarkan
kepada siswa dan diharapkan siswa mampu menguasai konten tersebut secara
matang. Kemampuan atau kompetensi yang dipelajari merupakan suatu unit konten
yang didalamnya terkandung fakta dan data, konsep, proses, hukum atau aturan nilai,
persepsi, aeksi, sikap dan tindakan. Dengan penguasaan konten siswa dihharapkan
mampu memenuhi kebutuhannya serta mengatasi masala-masalah yang dialaminya.
Oleh sebab itu,layanan konten juga bermakna suatu bantuan kepada individu agar
menguasai aspek-aspek konten tersebut diatas secara interegensi.
2. Tujuan Penguasaan Konten
Dapat disimpulkan bahwa tujuan layanan penguasaan konten adalah untuk
memahamkan, mengembangkan, dan membelajarkan siswa terhadap suatu konten
tertentu yang disesuaikan dengan kebutuhan siswa. Tujuan layanan penguasaan
konten dalam penelitian ini adalah untuk memahamkan, mengembangkan, dan
membelajarkan siswa terhadap suatu konten atau keterampilan terkait kebiasaan
belajar siswa.
3. Fungsi Layanan Penguasaan Konten
Bahwa fungsi layanan penguasaan konten adalah memelihara dan
mengembangkan potensi yang dimiliki siswa. Penelitian ini akan mengembangkan
kebiasaan belajar siswa, apabila siswa sudah memiliki kebiasaan belajar yang baik
maka perlu dipelihara.
4. Asas-Asas Layanan Penguasaan Konten
Layanan penguasaan konten pada umumnya bersifat terbuka. Asas yang paling
diutamakan adalah asas kegiatan, dalam arti peserta layanan diharapkan benar-benar
aktif mengikuti dan menjalani semua kegiatan yang ada di dalam proses layanan
Asas kegiatan ini dilandasi oleh asas kesukarelaan dan keterbukaan dari
peserta layanan. Peserta yang secara aktif telah mengikuti kegiatan pemberian
layanan, tentunya telah secara suka rela mengikuti pemberian layanan. Keterbukaan
dari peserta layanan juga dibutuhkan agar pelaksanaan layanan berjalan dengan lancar
agar pemecahan masalah dapat ditemukan.
5. Komponen Layanan Penguasaan Konten
Komponen layanan penguasaan konten adalah konselor, individu atau konseli,
dan konten yang menjadi isi layanan.
a) Konselor
b) Individu atau Konseli
c) Konten
6. Teknik Layanan Penguasaan Konten
a) High-touch
yaitu sentuhan-sentuhan tingkat tinggi yang mengenai aspekaspek kepribadian
dan kemanusiaan peserta layanan (terutama aspek aspek afektif, semangat, sikap, nilai
dan moral) melalui implementasi oleh konselor berupa (a) Kewibawaan, yang
didasarkan pada kualitas kepribadian dan keilmuan konselor, bukan atas dasar rasa
takut atau adanya sanksi atau hukuman (b) Kasih sayang dan kelembutan (c)
Keteladanan (d) Pemberian penguatan (e) Tindakan tegas yangmendidik, bukan
berupa hukuman.
b) High-tech
Yaitu teknologi tingkat tinggi untuk menjamin kualitas penguasaan konten,
melalui implementasi oleh konselor berupa (a) Materi pembelajaran (dalam hal ini
konten) (b) Metode pembelajaran (c) Alat bantu pem…Penilaian Layanan Penguasaan
KontenSecara umum penilaian terhadap hasil layanan penguasaan konten
diorientasikan kepada diperolehnya UCA (undertanding, comfort, action).
Secara khusus, penilaian hasil layanan penguasaan konten ditekankan kepada
penguasaan peserta atau konseli atas aspek-aspek konten yang dipelajari. Penilaian
hasil layanan diselenggarakan dalam tiga tahap, yaitu:
a. Penilain segera (laiseg), penilaian yang diadakan segera menjelang diakhirinya
setiap kegiatan layanan.
b. Penilaian jangka pendek (laijapen), penilaian yang diadakan beberapa waktu
(satu minggu sampai satu bulan) setelah kegiatan layanan.
c. Penilaian jangka panjang (laijapang), penilaian yang diadakan setelah satu bulan
atau lebih pasca layanan.
7. Operasional Layanan
Layanan Penguasaan konten terfokus pada dikuasainya konten tertentu oleh
peserta yang memperoleh layanan. Untuk layanan ini perlu direncanakan,
dilaksanakan serta dievaluasi secara tertib dan akurat.
f. Perencanaan
g. Mengorganisasikan unsur-unsur dan sasaran layanan
h. Pelaksanaan
i. Penilaian
j. Tindak Lnjut dan Laporan

SATUAN LAYANAN PENGUASAAN KONTEN

SATUAN LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING (RPP)

o. Topik Permasalahan/ bahasan : kerja sama


p. Bidang Bimbingan : sosial
q. Jenis Layanan : Penguasaan
Konten
r. Fungsi Layanan : Pemahaman
s. Tujuan Layanan/hasil yang ingin dicapai : peserta didik
dapat mempraktekkan,melakukan,dan membiasakan kerja sama yang baik dalam
kehidupan sehari-hari
t. Sasaran Layanan : Peserta didik
kelas 11 SMAN
u. Uraikan kegiatan dan materi kegiatan :

Konselor ;
8. Salam pembuka dan doa
9. Presensi
10. Ice Breaking ( tebak-tebakan kata)
11. Menjelaskan topik bahasan yaitu mengenai kerja sama
12. Tanya jawab mengenai materi
13. Memberi tugas /simulasi kepada siswa mengenai kerja sama
14. Simpulan

Siswa
5. Siswa berpartisipasi dalam kegiatan ice breaking
6. Siswa mendengarkan dan menyimak
7. Siswa memahami mengenai pentingnya kerja sama
8. Siswa dapat mempraktekkan.,melakukan,dan membiasakan arti kerja sama dalam
kehidupan sehari-hari
v. Metode : Ceramah,diskusi
dan tanya jawab
w. Tempat penyelenggaran : Kelas 11
x. Waktu dan tanggal : 1 X 45 dan 27
maret 2023
Semester :I
y. Penyelenggara Layanan : Konselor
z. Pihak yang diikutsertakan : Wali kelas
aa. Alat dan perlengkapan :
Buku,pulpen,penghapus dan bahan ajar
bb. Rencana penilaian dan tindak lanjut :
2. Rencana penilaian
● Proses Penilaian
- peserta didik mengikuti layanan dengan baik dari awal sampai kelas selesai
-peserta didik aktif dalam pendapat dan tanggapan
- peserta didik mampu mempraktekkan dan mampu memahaminya
2. Tindak lanjut : pembimbing akan terus memantau perkembangan peserta didik dan
mengadakan konseling bagi peserta didik yang membutuhkan konseling
o. Keterkaitan layanan : himpunan data
p. Catatan khusus :-

Mengetahui Konselor
Kepala Sekolah
.

DAFTAR PUSTAKA
Desyafni, H., Firman, dan Ifdil. (2014). Peningkatan Motivasi Siswa Dalam
Menyelesaikan Tugas Melalui Layanan Penguasaan Konten. Konselor, 3(2)
34-40.
Dra. Hallen A. (2005).Bimbingan dan konseling.(Jakarta; Quantum teaching. Hal. 78
Drs. Tohirin.(2007). Bimbingan dan konseling di sekolah dan madrasah.(Jakarta. PT.
RajaGrafindo Persada. Hal. 153
Fenti, H. (2014). Bimbingan dan Konseling. Rajawali Pers.Ghufron Nur M, S.
Risnawati Rini. . Teori-Teori Psikologi. Ar- Ruzz Media
Ibid., Hal 155
Kartadinata, S. (2015). Menguak Tabir Bimbingan dan Konseling sebagai Upaya
Pedagogis. UPI Press.
Khabibah.( 2016). Belajar Menagajar. Budi Utama
Masdudi.( 2015). Bimbingan dan Konseling Perspektif Sekolah. Cirebon: Nurjati
Press
Megaton. (2013). Bimbingan dan Konseling. UPI Press.
Mugiarso, Heru. (2011). Bimbingan dan Konseling. Semarang: Universitas Negeri
Semarang Press.
Nasution, Henni Syafriana & Abdillah.( 2019.) Bimbingan konseling Konsep, Teori
dan Aplikasinya. Medan: Penerbit Buku Umum dan Perguruan Tinggi
Opcit.,Hal. 78
Padang Sukandi.( 2000). Layanan Penempatan dan Penyaluran. (Jakarta; PT Rineka
Cipta. Hal.60
Prayitno. 92017). Dasar-dasar Konseling. Cipta Pustaka Media Perintis.
Prayitno.(1999). Panduan Kegiatan Pengawasan Bimbingan dan Konseling di
Sekolah, (Jakarta: PT. Rineka Cipta.hal.85
Prayitno. (2012) .Jenis Layanan dan Kegiatan Pendukung Konseling. Padang: FIP-
UNP
Prayitno dan Erman Amti.( 2004). Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta:
Rineka Cipta
Prof. DR.H.Pratitno, M.Sc. Ed. Dan Drs. Erman Amti.(2004). cetakan kedua Dasar-
Dasar Bimbingan Dan Koseling: PT Rineka Cipta, Jakarta
Prof.DR.H.Pratitno, M.Sc., Ed.(2012). Jenis Layanan Dan Kegiatan Pendukung
Konseling, Padang
Rantha E., dan Afda, (2018). Peningkatan Disiplin Dalam Menaati Tata Tertib
Dengan Menggunakan Teknik Modelling Melalui Layanan Pengusaan Konten
Di Smp 49 Jakarta Pada Siswa Kelas 8 Tahun Ajaran 2018-2019.Jurnal
Selaras : Kajian Bimbingan dan Konseling serta Psikologi Pendidikan,1(2),
81-95

LAYANAN ADVOKASI
A. Pengertian
1. Pengertian
Layanan advokasi adalah layanan BK yang membantu peserta didik untuk memperoleh
kembali hak-hak dirinya yang tidak diperhatikan dan atau mendapatkan perlakuan yang salah
sesuai dengan tuntutan karakter-cerdas dan terpuji.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Layanan advokasi dalam konseling bermaksud mengentaskan klien dari suasana yang
menghimpit dirinya karena hak-hak yang hendak dilaksanakan terhambat dan terkekang
sehingga keberadaan, kehidupan dan perkembangannya, khususnya dalam bidang pendidikan
menjadi tidak lancar, terganggu, atau bahkan terhenti atau terputus. Dengan layanan advokasi
yang berhasil klien akan kembali menikmati hak-haknya, yang dengan demikian klien berada
kembali dalam posisi perkembangan diri (yaitu pengembangan pribadi, sosial, belajar, karier,
keluarga, keagamaan, dan atau kemasyarakatan) secara positif dan progresif.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus layanan advokasi dalam konseling adalah membebaskan klien dari
cengkeraman pihak tertentu yang membatasi atau bahkan menghapus hak klien dan masalah
klien teratasi. Karena konseling adalah profesi dalam bidang pendidikan, maka layanan
advokasi dalam konseling dilakukan berkenaan dengan hak-hak klien dalam bidang
pendidikan. Di luar bidang pendidikan, layanan advokasi dapat dilaksanakan oleh konselor
sepanjang pemasalahan klien masih berada dalam kewenangan konselor menanganinya.
C. Komponen Layanan
Layanan advokasi dalam konseling dapat menyangkut komponen yang lebih
bervariasi, baik berkenaan dengan person-person yang terkait maupun variasi kondisi dan
keluasaan materinya. Segenap person tersebut dan kondisi materi yang ada dimanfaatkan
untuk kepentingan klien.

1. Konselor
Konselor sebagai pelaksana layanan advokasi dituntut untuk mampu berkomunikasi,
melobi dan mengambil manfaat sebesar-besarnya dari hubungan dengan pihak-pihak terkait,
dan juga mengolah kondisi dan materi secara optimal. WPKNS (Wawasan, Pengetahuan,
Keterampilan, Nilai dan Sikap) yang ada pada diri konselor cukup luas dan memadai terkait
dengan pelanggaran hak klien yang dilayani dan pihak-pihak terkait.

2. Korban Pelanggan Hak


Korban pelanggan hak merupakan person atau individu atau klien yang mrnjadi “bintang”
dalam layanan advokasi. Untuk klienlah segenap upaya dilaksanakan. Keputusan atau kondisi
yang menerpa klien diupayakan untuk diangkat sehingga tidak lagi menimpa dan
menghinggapi dirinya. Hak yang dipecundangi itu dikembalikan kepada klien, sedapat-
dapatnya sepenuhnya, sejenis-jenisnya, sebersih-bersihnya. Dari kondisi semula yang
bermasalah sampai dengan kembalinya hak klien untuk selanjutnya klien menjadi individu
yang dapat menikmati haknya untuk sebesar-besarnya kesempatan dirinya
3. Pihak-pihak Terkait
Pihak terkait pertama adalah person yang memiliki kewenangan untuk mempengaruhi
terimplementasikannya hak klien. Pengaruh dari pihak yang berkewenangan itu dapat dalam
kadar yang bervariasi, pengaruhnya cukup ringan atau sampai amat berat atau bahkan bersifat
final. Pada kasus siswa tersebut di atas pengaruh dari pihak yang dimaksudkan itu bersifat
final, yaitu tidak boleh masuk sekolah dan tidak boleh mengikuti UN.
Untuk kasus siswa SMA itu pihak yang berkewenagan tertinggi adalah kepada sekolah
yang membuat keputusan final terhadap siswa tentang kesempatan masuk sekolah dan
keikutsertaan UN. Pengaruh kepada sekolah adalah bersifat final, keputusan tidak berkadar
100%. Di samping itu ada pihak “tingkat (level) dua”, yaitu guru BK (yang tidak ahli BK),
yang melabeli siswa sebagai “gila” yang menjadi alasan bagi kepala sekolah membuat
keputusan final. Pihak lain lagi yaitu guru yang memberi tugas terlalu amat berat sehingga
tidak mungkin dikerjakan oleh siswa, yang membuat siswa seperti “gila” menurut pandangan
guru BK. Pihak lain adalah orang tua siswa, yang menerima dampak paling berat kedua
selain anaknya yang haknya dicabut itu. Selain itu ada dokter yang memeriksa siswa yang
dilabeli gila itu. Konselor dituntut untuk mampu “menganggap” pihak-pihak terkait itu.

D. Materi Layanan
a. Isi atau materi layanan ADVO terfokus pada ak klien yang terkena perlakuan negatif oleh
pihak atau pihak-pihak tertentu sehingga (sangat) merugikan klien. Materi tersebut bervariasi
terutama kalau dilihat dari perlakuan pencederaan hak klien oleh pihak terkait. Dalam kasus
diatas materi puncak ADVO adalah putusan kepala sekolah yang melarang siswa masuk
sekolah dan ikut ujian. Materi terkait dengan guru BK adalah sikap dan label yang diberikan
kepada siswa; materi terkait dengan guru adalah tugas untuk siswa yang terlalu amat berat,
dan materi terkait dengan orang tua adalah beban orang tua terkait keputusan kepala sekolah.
Dalam layanan advokasi konselor menganggap segenap materi tersebut yang mengarah
kepada terselesaikannya hak siswa berkenaan kegiatan pembelajaran di sekolah dan ikut UN.
b. Berkenaan materi karakter-cerdas, konselor setiap kali mengangkat materi karakter-cerdas
pada berbagai aspek layanan agar seluruh kegiatan layanan isinya diwarnai oleh suasana
perilaku/ penampilan dengan prospektif karakter-cerdas.

E. Asas
Asas kesukarelaan dan asas keterbukaan sangat diperlukan berkenaan penggalian
informasi, kesediaan mengubah ataupun memperbaiki konsep/ pandangan dan sikap
berdasarkan nilai-nilai yang lebih rasional, berdasarkan moral dan progresif, serta kemauan
positif bersama untuk memuliakan harkat dan martabat manusia (HMM) yang ada pada diri
klien dapat dikembangkan melalui teraktualisasikannya kedua asas tersebut.
Asas kegiatan pada diri klien tidak banyak dituntut dari klien, karena ia sebagai
korban memang tidak bisa banyak berbuat, kecuali menunggu hasil akhir layanan advokasi.
Asas kerahasiaan diberlakukan dalam bentuk tidak membesar-besarkan permasalahan yang
terjadi yang akan berdampak negatif bagi pihak-pihak terkait, atau yang akan justru
menyulitkan terlaksananya program yang dilakukan melalui layanan advokasi.
F. Pendekatan, Strategi dan Teknik

1. Format Kolaboratif
Karena layanan advokasi menyangkut sejumlah pihak terkait, apalagi pihak-pihak tertentu
itu ada yang berdasarkan pada tingkat (level) tertentu sama atau beda, maka format layanan
adalah kolaboratif. Konselor langsung berkomunikasi dengan pihak-pihak yang dimaksud
untuk menggali informasi, kesempatan dan kemudahan, serta kerjasama hal-hal positif
lainnya demi mengembalikan hak klien yang selama ini kurang atau tidak dinikmati oleh
klien.

2. Strategi BMB3
Dalam hubungan dengan pihak-pihak terkait konselor mengembangkan suasana BMB3
(berfikir, merasa, bersikap, bertindak, dan bertanggung jawab) demi terpecahkannya
permasalahan klien dan diperolehnya solusi yang terbaik sehingga klien kembali memperoleh
hak-haknya.

3. Teknik
a. Teknik wawancara, diskusi dan mempertimbangkan bersama pada umumnya dipakai dalam
hubungan dengan pihak-pihak terkait.
b. Studi dokumentasi ataupun data aktual berkenaan dengan kondisi klien dan hal-hal terkait
dengan permasalahan hak dan implementasinya.
c. Solusi tentang pengembalian hak klien diambil dari pihak berkewenangan dapat dengan
diberlakukannya secara bertingkat ataupun atas hasil musyawarah pihak-pihak terkait.
4. Waktu dan Tempat
Waktu pelaksanaan layanan ADVO mengikuti tahap-tahap kegiatan yang dapat berlanjut
atau kembali ke belakang sesuai dengan kemajuan yang dicapai lamanya waktu tidak dapat
ditetapkan dalam minggu atau hari apalagi jam. Waktu dan tempat kegiatan layanan ADVO
bervariasi disesuaikan dengan kedudukan pihak terkait dan kesempatan yang tepat bagi
konselor melaksanakan tugasnya. Pemanfaatan waktu dan tempat ini merupakan bagian dari
kepiawaian konselor dalam mengaplikasikan pendekatan, strategi dan teknik serta sekaligus
seni konselor dalam menangani masalah klien.

G. Operasionalisasi Layanan (SPO)


Layanan ADVO cukup kompleks dengan pihak-pihak terkait dan materi
pembahasannya yang bervariasi dan dapat berkembang ke berbagai arah. Oleh karenanya,
pelaksanaan layanan akan lebih memakan pemikiran, upaya dan kerjasama semua pihak agar
tercapai hasil yang optimal.
1. Perencanaan
SATLAN layanan ADVO, selain berisi identifikasi klien secara lengkap beserta masalah dan
kondisi awal dirinya, juga secara komprehensif memuat materi dasar dan pengembangannya
dan hubungannya dengan pihak-pihak terkait. Rencana layanan ini juga membuka keyakinan
diselenggarakannya berbagai “sub-layanan” sebagaimana dikemukakan di atas untuk
mengoptimalkan proses dan hasil.
2. Pengorganisasian Unsur-unsur dan Sarana Layanan
Setelah rencana yang bersifat terbuka dan komprehensif dipersiapkan, sebelum layanan
ADVO secara nyata diwujudkan dilapangan terlebih dahulu diatur dan diorganisasikan
segenap unsur materi dan sarana, pihak-pihak terkait dan urusan administrasinya, waktu dan
tempat, serta aspek terkait operasional lainnya secara rapi demi kelancaran pelaksanaan
layanan.
3. Pelaksanaan layanan
Rencana dan sarana awalnya yang telah disiapkan itu dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk
kelancaran dan keberhasilan layanan. Selama layanan berlangsung pengorganisasian dan
pengaturan kembali segala sesuatunya dapat dilakukan.
4. Penilaian
Penilaian terhadap hasil dan proses layanan dilakukan sesuai dengan tahap-tahap
pelaksanaan. Penilaian ini bersifat progresif tahap demi tahap sampai dengan penilaian akhir.
Penilaian diorientasikan pada sampai berapa jauh hak-hak klien yang ditangani melalui
layanan ADVO dapat dikembalikan secara penuh kepada klien.
5. Tindak Lanjut
Tindak lanjut dilakukan sesuai dengan hasil penilaian secara progresif pada setiap tahap
layanan. Demikian pula laporan yang dibuat, dapat dibuat berupa laporan per tahap kegiatan
dan/ atau laporan lengkap pada akhir keseluruhan layanan, sesuai dengan keperluannya.
Kegiatan layanan ADVO diakhiri dengan disusunnya LAPELPROG (Laporan
Pelaksanaan Program) yang disampaikan kepada pihak-pihak tertentu sesuai dengan
keperluannya

SATUAN LAYANAN ADVOKASI

RENCANA PELAKSANAAN LAYANAN BIMBINGAN KONSELING (RPLBK)

1. Jenis Layanan :
2. Pokok Bahasan :
3. Bidang Bimbingan :
4. Tujuan Kegiatan Hasil Yang ingin dicapai :
5. Sasaran Kegiatan :
6. Gambaran ringkas Makalah :
7. Tempat Penyelenggaraan :
8. Waktu/Semester :
9. Pihak-Pihak yang Terkait
1
2
3
10. Kesimpulan/ hasil :

Kepala Sekolah Guru Pembimbing


LAYANAN MEDIASI
A. Pengertian Layanan Mediasi
Istilah “mediasi” terkait dengan istilah “media” yang berasal dari kata “medium” yang
berarti perantara. Dalam literatur Islam istilah “mediasi” sama dengan “wasilah” yang juga
berarti perantara. Berdasarkan arti di atas, mediasi bisa dimaknai sebagai suatu kegiatan yang
mengantarai atau menjadi wasilah atau menghubungkan yang semula terpisah. Juga
bermakna menjalin hubungan antara dua kondisi yang berbeda dan mengadakan kontak
sehingga dua pihak yang semula terpisah menjadi saling terkait.
B. Tujuan
Fokus layanan mediasi adalah perubahan atau kondisi awal menjadi kondisi baru dalam
hubungan antara pihak-pihak yang bermasalah. Tujuan layanan mediasi dibedakan menjadi
tujuan umum dan tujuan khusus, yakni :
1. Tujuan Umum
Layanan mediasi (MED) pada umumnya bertujuan agar tercapai kondisi hubungan
yang positif dan kondusif diantara para klien, yaitu pihak-pihak yang berselisih.
2. Tujuan khusus
Secara Khusus Layanan mediasi bertujuan agar terjadi perubahan atas kondisi awal
yang negative (bertikai atau bermusuhan) menjadi kondisi baru (kondusif dan
bersahabat) dalam hubungan antara dua belah pihak yang bermasalah. Terjadinya perubahan
kondisi awal yang cenderung negatif kepada kondisi yang lebih positif .

C. Komponen
Proses layanan MED melibatkan konselor dank lien, yaitu dua pihak (atau lebih) yang
sedang mengalami masalah berupa ketidakcocokan diantara mereka.
1. Konselor
2. Klien
3. Masalah klien.
D. Asas
Pada dasarnya semua asas konseling perlu mendapat perhatian dan diterapkan dalam
layanan mediasi
1. Asas Kerahasiaan
2. Asas keterbukaan
3. Asas Kesukarelaan
4. Asas kekinian
5. Asas kemandirian.

E. Isi Layanan Mediasi


Masalah atau isi yang dibahas dalam layanan mediasi adalah hal-hal yang berkaitan
dengan hubungan yang terjadi antara individu –individu (para siswa) atau kelompok-
kelompok yang bertikai. Masalah-masalah tersebut dapat mencakup:
a. Pertikaian atas kepemilikan sesuatu
b. Kejadian dadakan (perkelahian) antara siswa atau kelompok siswa
c. Perasaan tersinggung
d. Dendam dan sakit hati
e. Tuntutan atas hak dll.
F. Pendekatan, Strategi dan Teknik
1. Format Kolaboratif
Dalam layanan MED konselor menghubungi orang-orang atau pihak-pihak lain yang
memiliki keterkaitan dengan masalah yang sedang dibahas. Pihak-pihak lain diupayakan
dapat menyumbang kepada pengentasan masalah yang dibahas itu.
2. Pendekatan.
a. Saya oke, kamu juga oke
Hal pertama dan utama yang menjadi perhatian konselor dalam layanan mediasi adalah
hubungan antar orang yang terjadi diantara pihak-pihak yang menjadi peserta layanan. Dalam
hal ini hubungan tersebut hendaknya didasari oleh persepsi dan sikap “saya oke kamu juga
oke” (SOKO) yang merupakan kondisi bagi berkembangnya hubungan yang positif dan
produktif. Melalui penegakan asas-asas, terutama asas kerahasiaan, keterbukaan dan
kesukarelaan, serta berbagai teknik konseling yang diawali oleh teknik penerimaan terhadap
klien dan penstrukturam, suasana SOKO dapat dikembangkan secara bertahap.
b. Komunikasi secara dewasa.
Dapat dibayangkan dalam suasana hubungan yang tidak disadari oleh suasana SOKO,
komunikasi diantara pihak-pihak yang bertikai diwarnai oleh pembicaraan yang kurang
menyenangkan dan tidak dapat diterima oleh pihak lain. Pembicaraan atau pesan-pesan yang
disampaikan bernada penekanan, tuntutan,, ungkapan menyalahkan, menghukum,
memerintah. Appabila kedua pihak yang bertikai itu sudah mampu berbicara secara lugas,
rasional, apa adanya, tidak lagi diwarnai oleh nada nada PES melainkan oleh AES, jalan
damai permasalahn masalah diantara mereka besar kemungkinan dapat terlaksana. Tgas
konselor adallah mengembangkan komunikasi AES diantara para peserta layanan mediasi.
c. Pendekatan komprehensif
Masalah yang terjadi diantara pihak-pihak yang bertikai harus dilihat secara
komprehensif, pemahaman terhadap satu kesatuan yang menyeluruh tidak dilihat dari sudut-
sudut bbagian-bagiannya secara terpisah-pisah.
d. Pendekatan realistic, bermoral dan bertanggungjawab
Pendekatan realistik menekankan pentingnya diperhatikan hal-hal yang menjadi
kenyataan. Sehingga setiap apa saja yang akan dilakukan tidak terlepas dari kenyataan yang
ada, sedangkan tanggung jawab secara khusus Glasser memaknainya sebagai pengendalian
diri, agar apa yang dilakukan tidak merugikan dan tidak pula mengganggu pihak lainnya.
3. Strategi BMB3
Sejak awalkegiatan layanan konselor menegakkan strategi BMB3 untuk mendorong
kedua belah pihak berpikir, merasa, bersikap, bertindak, dan bertanggung jawab sepositif
mungkin dalam menghadapi, membicarakan dan mencari solusi berkenaan dengan masalah
konsulti dan pihak ketiga.
4. Teknik
Penerapan teknik-teknik tertentu dalam konseling layanan mediasi, pada prinsipnya
bertujuan antara lain untuk mengaktifkan peserta layanan (siswa) dalam proses layanan.
Khusus layanan mediasi, semua peserta secara individual didorong untuk secara aktif
berpartisipasi.
Kegiatan pendukung layanan mediasi

1. Aplikasi instrumentasi
Sebelum melakukan aplikasi instrumentasi, terlebih dahulu harus diketahui hal-hal apa
yang perlu diukur dan di ungkap berkenaan dengan permasalahan siswa yang berkasus dan
para anggota kelompok.
2. Himpunan data
Apabila peserta layanan mediasi adalah siswa disekolah, himpunan data yang telah ada
bisa digunakan dalam layanan mediasi. Apapun data yang telah ada dan hendak digunakan,
pengungkapan dan penggunaannya harus disesuaikan dengan kewenangan penggunaannya.
3. Konferensi kasus
Menurut prayitno (2004) layanan mediasi merupakan konferensi kasus mini, karena
dihadiri oleh dua pihak yang berselisih atau bertikai dan dilaksankan oleh konselor. Ada tiga
jenis konferensi kasus mediasi, yaitu
a. Konferensi kasus yang dihadiri oleh peserta layanan mediasi dan pihak-pihak yang lain
yang dianggap dapat membantu penyelesaian masalah yang dibahas dalam layanan mediasi.
b. Konferensi kasus yang dihadiri oleh wakil-wakil pihak lain yang dianggap dapat
membantu penyelesaian masalah yang dibahas dalam layanan mediasi.
c. Konferensi kasus yang dihadiri oleh pihak-pihak lain yang dianggap dapat membantu
penyelesaian masalah yang di bahas dalam layanan mediasi, dan tidak diwakili oleh wakil-
wakil peserta layanan.
4. Kunjungan Rumah
KR umumnya dimaksudkan untuk memperluas data yang diperoleh melalui aplikasi
instrumen yang lain dan membina komitmen anggota keluarga yang dikunjungi dalam rangka
penyelesaian masalah yang dibahas dalam layanan. Khusus dalam layanan mediasi, KR
(kunjungan rumah) juga dapat terarah untuk maksud lain seperti, kunjungan rumah yang
dilakukan untuk menjenguk korban perkelahian, adalah bermaksud untuk menjenguk korban
atau menyampaikan hasil-hasil mediasi.

5. Alih Tangan Kasus.


Bahwa layanan mediasi seperti juga layanan-layanan yang lain, tidak membahas
persoalan siswa yang terkait dengan kriminal, gangguan penyakit baik fisik maupun psikis,
akut dan mistik. Kosnselor tidak boleh menyinggung masalah-masalah diatas. Dengan
perkataan lain, apabila masalah-masalah criminal atau pidana ada tanda-tanda mencuat dalam
proses konseling, konselor harus menghentikan pembahan masalah dan mengalihtangankan
kepada petugas lain yang lebih berwenang (prayitno, 2004).

G. Operasionalisasi Layanan Mediasi


Seperti layanan-layanan yang lain, pelaksanaan layanan mediasi juga melalui proses
atau tahapan-tahapan sebagai berikut
1. Perencanaan
2. Pelaksanaan
3. Evaluasi
4. Analisis Hasil Evaluasi
Analisis hasil evaluasi, pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah penafsiran hasil
evaluasi dalam kaitannya dengan ketuntasan penyelesaian masalah yang dialami oleh pihak-
pihak yang telah mengikuti layanan mediasi.
5. Tindak Lanjut
Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah menyelenggarakan layanan mediasi
lanjutan untuk membicarakan hasil evaluasi dan memantapkan upaya perdamaian diantara
pihak-pihak yang berselisih atau bertikai.
6. Laporan
Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah:
a. Membicarakan laporan yang deperlukan oleh pihatk-pihak peserta layanan mediasi
b. Mendokumentasikan laporan (prayitno, 2004)

SATUAN LAYANAN MEDIASI

FORMAT RPL MEDIASI

1. Identitas :.............................
a.Satuan pendidikan. :.............................
b.Tahun Ajaran :.............................
c. Kelas :.............................
d. Pelaksana dan pihak terkait :...............................

2. Waktu
a.Tanggal :..............................
b. Jam Pelayanan :............................
c. Volume Waktu :.............................
d. Tempat :............................

3. Bidang Bimbingan dan Konseling :............................


4. Materi Layanan
a.Tema. :...........................
b. Sumber materi Pelayanan :..........................

5. Tujuan Layanan :...........................


6. Fungsi Layanan :...........................
7. Metode dan Tekhnik
a.Jenis Layanan :...........................
b. Kegiatan Pendukung :..........................

8. Sarana
a.Media :..........................
b. Instrumen
c. Sumber :...........................

9. Sasaran Mediasi Siswa Asuh. :..........................


10. Langkah Kegiatan :.........................
NO KEGIATAN TAHAP LAYANAN ALOKASI WAKTU
A.TAHAP AWAL 10 Menit

1. Penerimaan
2. Raport (Laporan) dan pesntrukturan
B. TAHAP INTI. 120 Menit
1. Identifikasi Masalah
2. Mengungkap penyebab Masalah
3. Langkah Treatment

C. TAHAP AKHIR 20 Menit

1. Menyimpulkan hasil konseling


2. Mengadakan Evaluasi
3. Menyusun Jadwal pertemuan lanjutan
4. Menutup Konseling

Penilaian Hasil

a. Laiseg
b. Laijapen
c. Laijapang

Mengetahui Guru Bimbingan Konseling


Kepala Sekolah
DAFTAR PUSTAKA
Amti, Erman dan Marjohan.( 1992).Bimbingan dan Konseling. Jakarta : Depdikbud.
Azizah, A. (2017). Studi kepustakaan mengenai landasan teori dan praktik konseling naratif.
State University of Surabaya.
Badiah, L. I. (2017). Peran Guru Bimbingan dan Konseling dalam Mencegah Bullying
terhadap Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) di Sekolah Inklusi. Paper presented at the
Prosiding Seminar Nasional, Jawa Timur.
Brat, M., O’Hara, C., McGhee, C. M., & Chang, C. Y. (2016). Promoting professional
counselor advocacy through professional identity development efforts in counselor education.
Journal of Counselor Leadership and Advocacy, 3(1), 62-70.
Cigrand, D. L., Havlik, S. G., Malott, K. M., & Jones, S. G. (2015). School Counselors
United in Professional Advocacy: A Systems Model. Journal of School Counseling, 13(8), n8
Dr, Tohirin, M.Pd. (2012)..Bimbingan dan konseling.Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Elfi Mu’awana dan Rifa Hidayah.Bimbingan konseling islam disekolah dasar.Jakarta: Sinar
grafika offset.
Galassi, J. P., & Akos, P. (2004). Developmental advocacy: Twenty ‐first century school
counseling. Journal of Counseling & Development, 82(2), 146-157
Gibson, Robert L dan Marianne H. Mitchell. (2014). Bimbingan dan Konseling.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Gysbers, N. C., & Henderson, P. (2014). Developing and managing your school guidance and
counseling program: John Wiley & Sons.
Harahap, A. C. P., & Harahap, S. R. (2019). Implikasi layanan bimbingan dan konseling dalam
mencegah perilaku body shaming. Paper presented at the International seminar and
conference guidance and counseling collaboration departement guidance and counseling
islamic (fitk-uinsu medan) with academy of tarbiyah science al ittihadiyah, Medan.
House, R. M., & Martin, P. J. (1998). Advocating for better futures for all students: A new vision
for school counselors. Education, 119(2), 284-285.
Kiselica, M. S., & Robinson, M. (2001). Bringing advocacy counseling to life: The history, issues,
and human dramas of social justice work in counseling. Journal of Counseling &
Development, 79(4), 387-397.
Komalasari, G., Fitri, S., & Fazny, B. Y. (2017). Model Hipotetik Layanan Advokasi Bimbingan
Dan Konseling Pada Kasus Pelecehan Seksual Kelompok Mikrosistem di SMP Negeri Kota
Bekasi. INSIGHT: Jurnal Bimbingan Konseling, 6(1), 8-26.
Korompot, S. (2015). Analisis Layanan Advokasi pada Bidang Bimbingan dan Konseling untuk
Menangani Dugaan Kekerasan Seksual Anak di Sekolah (Studi Fenomenologi Pelibatan
Guru Bimbingan dan Konseling pada Penanganan Kasus Dugaan Kekerasan Seksual Anak
di SMA “X” di Provinsi Gorontalo) (S-1), Universitas Negeri Makassar, Makassar.
Latipun. (2015). Psikologi Konseling. Malang: Universitas Muhammadiyah
Malang
Lewis, J., & Bradley, L. (2000). Advocacy in Counseling: Counselors, Clients, & Community.
Greensboro, North Carolina: Educational Resources Information Center Counseling and
Student Services Clearinghouse.
Lubis, Namora Lumongga. (2011). Memahami Dasar-Dasar Konseling dalam
Teori dan Praktik. Jakarta: Kencana.

Mulyono, E. S. (2021). Bimbingan dan konseling bagi remaja korban pelecahan seksual di
women crisis center (wcc) kota bengkulu. UIN Fatmawati Sukarno, Bengkul
Prayitno, P. (2012). Jenis Layanan dan Kegiatan Pendukung Konseling. Padang: Universitas
Negeri Padang.
Prayitno, P., Wibowo, M., Marjohan, M., Mugiharso, H., & Ifdil, I. (2014). Pembelajaran melalui
pelayanan BK disatuan pendidikan. Jakarta: FIP UNP
Prayitno dan Erman Amti.( 2008). Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta:
PT Rineka Cipta
Prof, Dr. Prayitno. 2012. Jenis layanan dan kegiatan pendukung konseling. Padang: Foto Coppy
Syafuro, N. A. (2019). Upaya Guru Bimbingan Dan Konseling Dalam Mengatasi Siswa Yang
Berperilaku Membolos Melalui Layanan Advokasi Di SMK Setia Budi Binjai. Universitas
Islam Negeri Sumatera Utara, Medan
Toporek, R. L. (1999). Developing a Common Language and Framework for Understanding
Advocacy in Counseling: University of North Carolina.
Toporek, R. L., Lewis, J. A., & Crethar, H. C. (2009). Promoting systemic change through the
ACA advocacy competencies. Journal of Counseling & Development, 87(3), 260-268
LAYANAN KONSELING INDIVIDU
A. Pengertian Konseling Individu
Konseling individu adalah layanan pemberian bantuan yang dilakukan secara
wawancara tatap muka antara konselor dan konseli dalam rangka pembahasan dan
pengentasan permasalahan pribadi yang dideritanya sehingga klien dapat
menggunakan potensinya untuk mencapai kebahagiaan pribadi maupun sosial.
Konseling individu merupakan suatu layanan konseling yang diselenggarakan oleh
konselor terhadap klien dengan pertemuan yang bersifat individual, artinya pertemuan
tersebut dilakukan secara tatap muka oleh dua orang yang disebut konselor dan klien,
untuk membantu klien menyelesaikan masalahnya serta bertujuan agar klien dapat
mengaktualisasikan dirinya dan ke depannya klien dapat mengatasi masalah yang ada
pada dirinya..
B. Tujuan Konseling Individu
Tujuan umum konseling individu adalah membantu klien menstrukturkan kembali
masalahnya dan menyadari life style serta mengurangi penilaian negatif terhadap
dirinya sendiri serta perasaan-perasaan inferioritasnya. Kemudian membantu dalam
mengoreksi persepsinya terhadap lingkungan, agar klien bisa mengarahkan tingkah
laku serta mengembangkan kembali minat sosialnya.
C. Fungsi Konseling Individu

Menurut Hartono dan Soedarmadji (2014), kegiatan konseling individu atau perorangan
memiliki beberapa fungsi, yaitu sebagai berikut:

1. Fungsi pemahaman. Fungsi pemahaman yaitu fungsi pelayanan konseling individual


yang mengarahkan kepada pemahaman klien baik mengenai dirinya maupun
lingkungannya. Pemahaman tentang diri yang dimaksud meliputi kepribadian, bakat,
minat, dan lain sebagainya. Pemahaman tentang lingkungan mencakup hubungan
sosial, dan pemahaman mengenai informasi lain yang dibutuhkan mencakup
informasi pendidikan, karier, dan lainnya.
2. Fungsi pencegahan. Fungsi pencegahan atau preventive function yaitu fungsi dari
layanan konseling individual8 yang membantu klien agar klien terhindar dari berbagai
permasalahan yang mungkin timbul, yang dapat mengganggu, menghambat, dan
menimbulkan kesulitan bagi konseli.
3. Fungsi pengentasan. Fungsi pengentasan atau Currative function adalah fungsi
konseling individual yang membantu klien dalam upaya memecahkan permasalahan
yang dihadapinya.
4. Fungsi pemeliharaan. Fungsi pemeliharaan adalah fungsi dalam konseling
individual yang membantu klien agar memiliki kemampuan untuk memelihara dan
mengembangkan berbagai potensi yang dimiliki.
5. Fungsi advokasi. Fungsi advokasi adalah fungsi konseling individual yang
menghasilkan kondisi pembelaan terhadap individu atas pengingkaran hak-hak yang
dialami oleh klien

D. Teknik-Teknik Konseling Individu

Menurut Willis (2010), teknik-teknik yang biasa digunakan dalam konseling individu antara
lain adalah sebagai berikut:

1. Attending

Attending merupakan salah satu teknik dalam kegiatan konseling individual. Teknik ini
dilakukan oleh konselor dalam upaya membangun rasa aman dan kenyamanan dalam diri
klien, sehingga memudahkan klien untuk berekspresi secara bebas. Perilaku Attending
meliputi kontak mata, gesture, dan bahasa verbal.

2. Empati

Empati adalah kemampuan konselor untuk merasakan apa yang dirasakan klien, merasa dan
berpikir, bersama klien dan bukan untuk atau tentang klien

.3.Open Question

Open Question adalah suatu bentuk pertanyaan yang mana memerlukan jawaban yang berupa
sebuah penjelasan. Pertanyaan ini digunakan apabila klien merasa kesulitan dalam
mengungkapkan permasalahanya atau ketika konselor menghadapi klien yang tertutup

4.Refleksi

Refleksi adalah keterampilan konselor untuk memantulkan kembali perasaan, pikiran, dan
pengalaman klien berdasarkan pengamatan konselor terhadap bahasa verbal dan nonverbal
dari klien. Refleksi ada tiga yaitu refleksi perasaan, refleksi pengalaman dan refleksi pikiran.

5. Eksplorasi

Eksplorasi adalah suatu keterampilan yang dimiliki oleh konselor yang bertujuan untuk
menggali perasaan, pengalaman dan pikiran klien. Teknik ini penting karena sering kali klien
menyimpan rahasia sehingga menutup diri dan tidak mampu mengemukakan pendapatnya
secara bebas dan terus terang. Teknik eksplorasi dilakukan untuk membantu klien agar klien
dapat berbicara secara bebas, tanpa rasa takut, tertekan, maupun terancam. Eksplorasi ada
tiga macam yaitu eksplorasi perasaan, eksplorasi pengalaman, eksplorasi pikiran.
6. Paraphrasing adalah kemampuan konselor untuk mengemukakan kembali pesan atau
inti pembicaraan yang telah diungkapkan oleh klien. Paraphrasing ini bertujuan untuk
menyamakan persepsi dan pemahaman konselor terhadap apa yang telah diungkapkan
oleh klien. Paraphrasing baiknya diungkapkan dengan bahasa dan kata-kata yang
sederhana serta kalimat yang mudah dipahami oleh klien. Paraphrasing ini merupakan
bentuk ringkasan dari ungkapan yang disampaikan oleh klien, dalam penyampaian
paraphrasing, konselor melihat respon dari klien.

7. Closed Question

Dalam proses konseling individual, tidak hanya memerlukan pertanyaan terbuka, tetapi
penggunaan pertanyaan tertutup pun diperlukan. Pertanyaan tertutup atau closed qestion
merupakan jenis pertanyaan yang mana jawaban dari pertanyaan tersebut tidak harus berupa
penjelasan, artinya jawaban dari pertanyaan tertutup dalam bentuk singkat seperti "ya" dan
"tidak

8. Dorongan Minimal

Dorongan minimal adalah sebuah upaya yang dilakukan oleh konselor agar klien selalu
terlibat dalam pembicaraan. Dorongan minimal dapat berupa sebuah ungkapan pendek dan
singkat yang dilakukan apabila klien akan mengurangi atau menghentikan pembicaraan,
ketika klien kurang memusatkan pembicaraan, dan ketika klien merasa ragu terhadap apa
yang dibicarakan oleh klien

9.. Interpretasi

Interpretasi merupakan upaya yang dilakukan oleh konselor untuk mengulas pemikiran,
perilaku, pengalaman klien dengan merujuk kepada teori-teori. Dalam teknik ini konselor
berupaya memberikan penjelasan kepada klien yang bertujuan agar klien mengerti dan
memiliki pemahaman serta dapat mengubah pandangannya terhadap sesuatu hal berdasarkan
rujukan teori yang dijelaskan oleh konselor.

10. Directing

Directing adalah suatu teknik dalam proses konseling individual yang bertujuan untuk
mengarahkan klien agar klien dapat berpartisipasi secara penuh dalam proses konseling
individual. Dengan kata lain, bahwa dalam teknik ini konselor mengarahkan klien untuk
berbuat sesuatu, misalnya dengan bermain peran dengan konselor atau meminta klien untuk
berimajinasi atau mengkhayalkan sesuatu hal.

11. Summarizing

Summarizing merupakan suatu teknik konseling individual yang dilakukan dengan


menyimpulkan sementara pembicaraan klien dalam waktu tertentu. Mengenai waktu kapan
akan melakukan summarizing hal ini bergantung kepada konselor.
12. Leading

Leading merupakan teknik konseling individual yang dilakukan konselor untuk memimpin
arah pembicaraan dengan klien apabila pembicaraan dan wawancara konseling tidak melantur
atau menyimpang sehingga proses konseling akan mencapai tujuan.

13. Fokus

Dalam proses konseling individual sering kali klien terpecah perhatiannya sehingga arah
pembicaraan klien menjadi melebar. Peran konselor disini harus mampu membuat fokus
dengan perhatiannya agar klien dapat memusatkan perhatian pada pokok pembicaraannya.

14. Konfrontasi

Konfrontasi adalah suatu teknik dalam konseling individual yang mana teknik ini dilakukan
apabila dalam proses konseling individual, konselor menemukan bahwa gesture atau bahasa
tubuh klien tidak sesuai atau tidak konsisten dengan apa yang dikatakan. Misalnya dalam
proses konseling individual, klien mengatakan dalam keadaan sedih , namun ekspresi dari
klien terlihat tersenyum, dalam hal ini konselor akan melakukan teknik konfrontasi.

15. Clarifying

Clarifying adalah suatu teknik dalam konseling individual untuk menjernihkan atau
mengklarifikasi ucapan-ucapan klien yang terdengar samar-samar, kurang jelas, atau agak
meragukan. Tujuan dari teknik clarifying ini adalah untuk meminta agar klien menyatakan
pesannya kembali dengan jelas, dengan ungkapan kata-kata yang tegas, dan dengan alasan-
alasan yang logis serta agar klien menjelaskan, mengulang, dan mengilustrasikan
perasaannya.

16. Faciliating

Faciliating merupakan suatu teknik yang dilakukan untuk membuka komunikasi dengan
klien, agar klien dengan mudah membuka pembicaraannya dengan konselor sehingga klien
dapat menyatakan perasaan, pikiran, dan pengalamannya secara bebas. Teknik ini dilakukan
apabila konselor mendapati klien merasa kesulitan atau keraguan dalam mengungkapkan
perasaan dan pikirannya.

17. Diam

Teknik diam dalam proses konseling individual juga diperlukan. Diam ini tidak berarti bahwa
tidak ada komunikasi yang terjalin antara konselor dengan klien, namun diam merupakan
bahasa nonverbal yang ditunjukkan oleh konselor yang dilakukan dengan tujuan untuk
menanti klien yang sedang berpikir, atau kondisi dimana konselor dalam keadaan sedang
mendengarkan pembicaraan klien. Diam yang paling ideal yang dilakukan oleh konsleor
yakni berkisar antara 5-10 detik. TujuanTeknik Mengambil inisiatif ini dilakukan konselor
apabila mendapati klien kurang bersemangat untuk berbicara, hal ini dapat dilihat dari cara
klien yang sering diam, dan kurang partisipatif dalam proses konseling individual. Dalam hal
ini konselor akan mengucapkan kata-kata yang mengajak klien untuk berinisiatif dalam
menuntaskan diskusi. Tujuan dari teknik ini yakni untuk mengambil inisiatif jika klien
kurang bersemangat untuk mengambil keputusan, dan jika klien merasa kesulitan mengambil
keputusan serta jika klien kehilangan arah pembicaraan.

19. Memberi Nasehat

Pemberian nasehat ini dilakukan oleh konselor apabila klien meminta nasehat kepada
konselor. Namun meskipun demikian konselor sebaiknya mempertimbangkan nasehat yang
diberikan kepada klien merupakan sesuatu hal yang pantas. Hal ini disebabkan karena
pemberian nasehat tetap harus dijaga agar kemandirian yang merupakan tujuan dari konseling
harus tetap dicapai.

20. Pemberian Informasi

dari diam ini adalah untuk menanti klien yang sedang berpikir dan untuk menunjang perilaku
attending dan empati sehingga klien bebas berbicara.

21. Merencanakan

Teknik perencanaan ini dilakukan menjelang akhir sesi konseling individual. Perencanaan
maksudnya adalah konselor membantu klien untuk membuat perencanaan tindakan-tindakan
atau perbuatan dan hal-hal yang harus dilakukan untuk kemajuan dari klien itu sendiri.

22. Menyimpulkan

Menyimpulkan merupakan suatu teknik yang terdapat pada akhir sesi konseling individual.
Dalam teknik ini konselor membantu klien untuk menyimpulkan hasil pembicaraan yang
menyangkut perasaan klien setelah melakukan proses konseling. Selain itu pada tahap akhir
sesi konseling, klien akan memantapkan rencana yang telah dibuat, dan pokok-pokok yang
dibicarakan pada sesi berikutnya apabila sesi konseling individual masih berlanjut
DAFTAR PUSTAKA

Prayitno, E.A. 1994. Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Rineka Cipta.

Willis, Sofyan. 2010. Konseling Individual Teori dan Praktek. Bandung: Alfabeta.

Cg Wren. 2002. Layanan dan Konseling. Surabaya: Unesa University Press.

Sukardi, D.K., dan Kusmawati, Nila. 2008. Proses Bimbingan dan Konseling di
Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.

Yusuf, A.H., Dkk. 2016. Kebutuhan Spiritual (Konsep dan Aplikasi Keperawatan).
Jakarta: Mitra Wacana Media.

Rahman, Hibana. 2003. Bimbingan dan Konseling Pola. Jakarta: Rineka Cipta.

Hartono dan Soedarmadji, Boy. 2012. Psikologi Konseling. Jakarta: Kharisma Putra
Utama.
LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK
A. Pengertian Bimbingan Kelompok
Menurut Romlah(1989) “bimbingan kelompok didefinisikan sebagai proses
pemberian bantuan yang diberikan secara kelompok”. Gazda (Romlah, 1989),
bimbingan kelompok secara umum dilaksanakan di kelas dengan jumlah peserta didik
berkisar antara 20-35 orang. Dalam kegiatan bimbingan kelompok aktifitas yang
dilakukan kebanyakan berupa penyampaian informasi yang sesuai dengan masalah
pendidikan, pekerjaan, pemahaman diri, adaptasi diri, dan hubungan interpersonal.
Kegiatan pemberian informasi disini bertujuan untuk mengembangkan dan
memperluas wawasan peserta didik terhadap hal-hal penting yang akan dan sedang
mereka alami dalam masa perkembangan. Selain itu, pemberian informasi sendiri juga
berperan sebagai fungsi pencegahan supaya peserta didik tidak jatuh ke dalam
masalah. Sedangkan menurut Prayitno (1995),bimbingan kelompok diartikan sebagai
upaya untuk membimbing kelompok-kelompok siswa agar kelompok itu menjadi
besardan mandiri. Semisal, kelompok pecinta alam, OSIS, PMR, dll.
B. Tujuan Bimbingan Kelompok
Pelaksanaan bimbingan yang dilakukan dalam bentuk kelompok tentunya
memiliki tujuan yang tentunya tujuan yang ingin dicapai ini mengutamakan
kepentingan dari peserta yang mengikuti kegiatan bimbingan ini, dan tentunya
akan sangat disayangkan apabila tujuan dari layanan bimbingan maupun
konseling kelompok semata-mata hanya untuk kepentingan konselor saja.
Menurut Gibson (2011), tujuan dari bimbingan kelompok mengacu pada aktifitas-aktifitas
yang berfokus pada penyediaan informasi atau pengalaman lewat aktivitas kelompok secara
terencana dan terorganisasi
C. Fungsi Bimbingan Kelompok

Sebelum secara spesifik memahami fungsi BK kelompok tentunya kita perlu untuk kembali
melihat dan memahami terlebih dahulu fungsi dari bimbingan dan konseling itu sendiri.
Dalam Nursalim (2015) ada beberapa fungsi dari BK diantaramya:
· Fungsi pemahaman, adalah fungsi BK yang mana menumbuhkan pemahaman bagi peserta
didik / siswa baik mengenai lingkungannya dan dirinya secara pribadi.
· Fungsi pencegahan, merupakan fungsi BK yang berupaya mencegah individu agar tidak
menemui atau mengalami masalah yang dapat mengganggu perkembangannya.
· Fungsi perbaikan, ialah fungsi BK yang mana membantu siswa atau peserta didik
mengentaskan permasalahan yang dihadapinya.
· Fungsi pemeliharaan, yakni fungsi BK dalam hal menjaga perilaku peserta didik yang
sudah baik supaya jangan menjadi rusak.
· Fungsi pengembangan, adalah fungsi BK dalam hal mengembangkan potensi maupun
bakat yang dimiliki siswa.
· Fungsi penyaluran, ialah fungsi BK untuk membantu peserta didik untuk memilih dan
memantapkan penguasaan karier yang sesuai dengan minat, bakat, keterampilan dan
kakteristik kepribadian individu.
· Fungsi penyesuaian, adalah fungsi BK dalam membantu peserta didik menemukan
penyesuaian diri dan perkembangannya secara optimal.
· Fungsi adaptasi, yaitu fungsi BK untuk membantu staff sekolah untuk mengadaptasi
program pengajaran dengan minat, kemampuan serta kebutuhan peserta didik.

D. Manfaat Bimbingan Kelompok


Mendiskusikan mengenai manfaat suatu layanan yang diberikan oleh konselor atau
manfaat yang diterima oleh klien, tentunya ditentukan oleh beberapa faktor, baik itu
faktor pribadi konselor, pribadi konseli, proses konseli serta jenis pendekatan yang
digunakan dalam sesi konseling tersebut. Bimbingan dan konseling kelompok
merupakan salah satu pendekatan yang digunakan dalam proses bimbingan dan
konseling untuk menunjang efektifitas manfaat yang diterima oleh klien atau konseli,
berikut pendapat beberapa ahli mengenai manfaat bimbingan kelompok:
a. Menurut Sukardi (Kangean Badri, 2010)
· Menjadi wadah diskusi antar individu membahas masalah yang dihadapi
tiap-tiap anggota kelompok.
· Memberikan pemahaman yang menyeluruh mengenai suatu isu yang
sedang hangat dan perlu untuk didiskusikan.
· Menumbuhkan pemahaman dan penerimaan akan kondisi baik itu diri sendiri,
orang lain, dan lingkungan yang sedang terjadi.
b. Winkel dan Srihastuti (2006) Manfaat Bimbingan kelompok diantaranya:
· Individu mendapat peluang untuk menjalin kontak sosial dengan individu lain dalam
mendiskusikan suatu topik yang menjadi perbicangan hangat.
· Memberikan wawasan kepada siswa-siswa mengenai suatu fenomena yang sedang
terjadi.
· Siswa dapat menyadari dan menentukan langkah yang tepat supaya mereka terhindar
dari suatu masalah..
· Memberi cakrawala pengetahuan yang lebih luas bagi tiap-tiap individu guna
menyusun strategi-strategi untuk mencegah mereka jatuh dalam permasalahan.
· Menumbuhkan sikap penerimaan akan hidup yang mereka terima

DAFTAR PUSTAKA
Gibson, Robert dan Marianne. 2011. Bimbingan dan Konseling. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Nursalim Mochamad. 2015. Pengembangan Profesi Bimbingan dan Konseling. Jakarta:
Erlangga
Prayitno. 1995. Layanan Bimbingan dan Konseling Kelompok (Dasar dan Profil). Jakarta: Ghalia
Indonesia.
Romlah, Titiek. 1989.Teori dan Praktek Bimbingan Kelompok. Jakarta: Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan Direktorat Jendral Perguruan Tinggi.
Winkel W.S, Sri hartini. 2006. Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Yogyakarta: Media
Abadi.

Anda mungkin juga menyukai