OLEH :
Nama : Uswatun Hasanah
Nim : 0303213159
Kelas : BKPI 2
Layanan orientasi bertujuan untuk membantu peserta didik agar dapat dengan segera
menyesuaikan diri dengan tuntutan-tuntutan yang berlaku pada situasi baru. Isi layanan
orientasi adalah berbagai hal yang berkenaan dengan suasana, keadaan lingkungan fisik serta
objek-objek yang baru bagi peserta didik. Ada hal-hal baru yang perlu diketahui oleh peserta
didik, seperti letak ruang perpustakaan, ruang guru, ruang kepala sekolah, kantin,
musalla,UKS, tidak kalah penting toiletpun harus diketahui di mana letak posisinya.
Secara terperinci dapat dijelaskan bahwa tujuan layanan orientasi sangat berkaitan
dengan fungsi fungsi pelayanan bimbingan konseling. Jika dikaitkan dengan fungsi
pemahaman, maka layanan orientasi dapat memberikan pemahaman pada peserta didik
tentang hal-hal yang baru, di mana hal-hal yang baru tersebut dapat dimanfaatkannya untuk
kegiatan yang menunjang pembelajaran. Dilihat dari fungsi pencegahan, maka layanan
orientasi akan membuat peserta didik tercegah dari hal-hal yang tidak diinginkan yang
membuat mereka terhalang untuk melakukan kegiatan positif. Selanjutnya jika ditinjau dari
fungsi pengembangan, maka sesuatu yang baru yang sudah mereka pahamitersebut dapat
mereka gunakan untuk pengembangan potensi diri.
C. Metode Layanan Orientasi
1. Menjelaskan pengertian, tujuan dan kegunaan kegiatan orientasi studi kepada personal
sekolah, siswa dan orang tua.
2. Menyusun program orientasi studi siswa.
3. Menyiapkan materi dan peralatan yang diperlukan dalam kegiatan orientasi studi siswa
7. Menyusun laporan kegiatan orientasi studi siswa yang telah dilaksanakan dan
menyampaikan kepada pimpinan sekolah.
2. Kurikulum
3. Penyelenggaraan pengajaran
4. Sistem penilaian, ujian, kenaikan kelas
5. Fasilitas dan sumber belajar (ruang kelas, laboratorium IPA, bahasa dan IT, perpustakaan,
ruang Bimbingan Konseling)
6. Fasilitas penunjang (sarana olah raga, UKS, kantin, ruang tata usaha,WC.
Menurut Ridwan (2004), beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam layanan
orientasi adalah sebagai berikut:
1. Prinsip Integrasi Pribadi
Prinsip ini menekankan pada keutuhan pribadi subjek yang dilayani dari segenap sisi
sirinya dan berbagai kontekstualnya. Aktualisasi unsur-unsur hakikat manusia itu seluruhnya
berada dalam pengembangan penca daya (daya takwa, cipta, rasa, karsa dan karya) serta
dalam bingkai kelima dimensi kemanusiaan (dimensi kefitrahan, keindividualan, kesosialan,
kesusilaan, dan keberagaman). Orientasi pelayanan konseling (orientasi, individual,
perkembangan dan permasalahan) sepenuhnya diarahkan bagi terbentuknya pribadi yang
terintegrasikan itu melalui ditegakkannya fungsi-fungsi pemahaman, pemeliharaan dan
pengembangan, pencegahan, pengentasan, dan advokasi
2.Prinsip Kemandirian
Prinsip ini menekankan pengembangan pribadi mandiri subjek yang dilayani. Kelima
ciri kemandirian tersebut menjadi arah pelayanan konseling
3 .Prinsip Sosio Kultural
Prinsip ini menekankan pentingnya subjek yang dilayani berintegritas dengan
lingkungan, yaitu lingkungan yang langsung terkait dengan kehidupannya sehari-hari, serta
berbagai konstektual dalam arti yang seluas-luasnya.
4. Prinsip Pembelajaran
Prinsip ini menekankan bahwa layanan konseling adalah proses pembelajaran. Subjek
yang dilayani menjalani proses pembelajaran untuk memperoleh hasil belajar tertentu yang
berguna dalam rangka terkembangnya subjek
H. Pelaksanaan Layanan Orientasi
Layanan orientasi dapat diselenggarakan melalui berbagai cara seperti ceramah, tanya
jawab, dan diskusi yang selanjutnya dilengkapi dengan peragaan, selebaran, tayangan foto,
atau video atau peninjauan ke tempat yang dimaksud misalnya ruang kelas, laboratorium,
perpustakaan dan lain-lain. Menurut Tohirin (2017), langkah-langkah pelaksanaan layanan
orientasi adalah sebagai berikut:
1. Perencanaan
Pada tahap ini, hal-hal yang dilakukan adalah: Menetapkan objek orientasi yang akan
dijadikan isi layanan. Menetapkan peserta layanan. Menetapkan jenis kegiatan, termasuk
format kegiatan. Menyiapkan fasilitas termasuk penyaji, nara sumber, dan media.
Menyiapkan kelengkapan administrasi
2.Pelaksanaan Pada tahap ini, hal-hal yang dilakukan adalah
5. Tindak lanjut
5).Format Kolaboratif. Selain keempat format di atas, dalam layanan ORIN dapat
ditempuh format atau strategi kolaboratif, dalam arti konselor berupaya menghubungi dan
mengaktifkan pihak-pihak di luar peserta layanan untuk memberikan dukungan dan fasilitas
yang memudahkan pelaksanaan layanan dan menguntungkan para pesertanya. Dengan
strategi ini perencanaan dan persiapan layanan dipermudah dan pelaksanaannya dipelancar,
sehingga hasil-hasil layananan menjadi optimal.
2). Layanan Informasi ( Mengurangi Perilaku Membolos pada Siswa)
A.Layanan Informasi
layanan informasi diartikan sebagai salah satu kegiatan bimbingan konseling yang
mampu mencakup kegiatan lainya. Karena layanan ini memberikan berbagai informasi , baik
informasi pribadi, sosial, karier, maupun belajar. Hal ini secara tidak langsung dapat
menyelesaikan masalah yang dialami siswa secara keseluruhan. Layanan ini dapat menambah
wawasan siswa, mengenali dirinya (konsep diri) dan mampu menata masa depanya sebaik
mungkin.
B. Tujuan layanan informasi adalah membekali
siswa agar mampu merencanakan, dan memutuskan rencana masa sekarang maupun masa
depan dengan mandiri dan bertanggungjawab sesuai dengan bakat, kemampuan dan minatnya
secara positif, objektif dan dinamis. Secara tidak langsung,hal ini dapat menyelesaikan
masalah karier, sosial, belajar, maupun pribadi.
Menurut Prayitno dan Erman Amti pada dasarnya jenis dan jumlah informasi tidak terbatas.
Namun, khususnya dalam rangka pelayan bimbingan dan konseling,hanya kan dibicarakan
tiga jenis informasi, yaitu:
a) Informasi pendidikan
Dalam bidang pendidikan banyak individu yng berstatus siswa atau calon siswa yang
dihadapkan pada kemungkinan timbulnya masalah atau kesulitan. Diantaranya masalah atau
kesulitan tersebut berhubungan dengan (a) pemilihan program studi (b) pemilihan sekolah
fakultas, (c) (d) penyesuaian diri dengan program studi (e) putus sekolah. Mereka
membutuhkan adanya keterangan atau informasi untuk dapat membuat pilihan dan keputusan
yang bijaksana.
b) Informasi jabatan
Saat-saat transisi dari dunia pendidikan kedunia kerja sering merupakan masa yang
sangat sulit bagi banyak orang muda.Kesulitan itu terleta juga dalam penyesuaaian diri
dengan suasana kerja yang baru dimasuki dan engembangan diri selanjutnya.
Hal ini dapat dilakukan melalui penyajian informasi sosial budaya yang meliputi,
mcam-macam suku bangsa, adat istiadat, agama dkepercayaan,bahasa, potensi-potensi daerah
dan kekhisisan masyarakat atau daerah tertentu
C .Format Layanan
Untuk layanan INFO format yang umumnya dipakai adalah format klasikal dengan
jumlah peserta yang terbatas (satu kelas atau gabungan beberapa kelas). Format kelompok
digunakan untuk mendalami hal-hal yang dikemukakan dalam format klasikal. Format jarak
jauh dapat juga dilakukan tetapi dirasakan cukup mahal.
D.Komponen Layanan Informasi
Dalam layanan informasi terlibat tiga komponen pokok, yaitu konselor, peserta, dan
informasi yang menjadi isi layanan :
1).Konselor ( guru pembimbing) Konselor, ahli dalam pelayanan konseling adalah
penyelenggara layana informasi.
2).Peserta
Peserta layanan informasi dapat berasal dari berbagai kalangan, siswa sekolah,
mahasiswa, anggota organisasi pemuda dan sosialpolitik,karyawan instansi dan dunia
usaha/industru,serta anggota-anggota masyarakat lainya baik secara perorangan maupun
kelompok. Layanan informasi di sekolah pesertanya adalah peserta didik. peserta didik,
menurut undang-undang republik indonesia tentang sistem pendidikan nasional adalah
anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan dirinya melalui prosesnya pendidikan
pada jalur, jenjang dan jenis tertentu.
3).Informasi
Jenis, luas dan kedalaman informasi yang menjadi isi layanan informasi sangat
bervariasi. Lebih rinci berbagai informasi dapat digolongkan kedalam:
a)Informasi perkembangan diri b).Informasi hubungan pribdi,sosial, nilai dan moral
c).Informasi pendidikan, kegiatan belajar, dan keilmuan tekhnologi d).Informasi sosial
budaya, politik, dan kewarganegaraan e).Informasi pekerjaan dan ekonomi f).Informasi
kehidupan berkeluarga .g).Informasi kehidupan berkeluarga
Dalam layanan infromasi banyak sekali jenis-jenis informasi yang menjadi isi layanan
ini bervariasi. Demikian juga keluasan dan kedalamannya. Hal itu tergantung kepada
kebutuhan para peserta layanan (tergantung kebutuhan siswa). Informasi yang menjadi isi
layanan harus mencakup seluruh bidang pelayanan bimbingan dan konseling yaitu bidang
bimbingan pribadi, bimbingan sosial, bimbingan belajar, bimbingan karir, bimbingan
kehidupan berkeluarga dan bimbingan kehidupan beragam
F.Asas-asas Layanan Informasi
Layanan informasi pada umumnya merupakan kegiatan yang diikuti oleh sejumlah
peserta dalam suatu forum terbuka. Dalam hal inni layanan informasi perlu memiliki
beberapa asas-asas diantaranya :
1)Asas kegiatan 2)Asas kesukarelaan 3)Asas keterbukaan 4)Asas kerahasiaan
● Pengertian Membolos
Dalam hubungannya dengan pemberian layanan informasi untuk siswa yang bolos
sekolah sebagai seorang pengajar, guru perlu menggunakan metode yang beragam, guru
perlu memberikan petunjuk atau contoh stimulus yang baik kepada siswa yaitu dengan
membiasakan diri untuk mengucapkan salam ketika bertemu dengan guru atau ketika guru
masuk ke dalam kelas, jadi yang pertama adalah bagaimana tatakrama siswa pada saat
bertemu dengan guru dan ini akan terbawa nanti dalam kehidupan sosial kemasyarakatan.
Selanjutnya, Kepala sekolah kembali menambahkan bahwa:Guru juga harus lebih memahami
karakteristik siswa agar guru bisa melakukan pendekatan kepada siswa yang sering
bermasalah di sekolah dengan memberikan motivasi dan menemukan jalan keluar dari
permasalahan yang dihadapi siswa. bimbingan secara perorangan dan kelompok. Ada juga
dengan tatap muka yaitu guru BK masuk ke kelas untuk memberikan motivasi kepada siswa
Selanjutnya peneliti melakukan wawancara dengan Nara sumber yaitu siswa yang sering
bolos sekolah adan jawabannya adalah sebagai berikut:“Pola pembelajaran dan bimbingan
konseling yang diberikan bapak ibu guru sangat baik. Dari situ, dampak yang saya dapat di
sekolah ialah saya yang sering malas sekolah bisa lebih rajin lagi ke sekolah, atau masalah
lain yang tidak bisa diatasi dapat diatasi oleh bapak ibu guru”.
Dari hasil pendekatan guru dengan siswa diketahui bahwa faktor-faktor penyebabnya
adalah faktor internal seperti masalah pribadi, masalah pelajaran dan masalah dengan orang
tua, sementara faktor eksternal dipengaruhi oleh masalah kelompok, masalah sosial, dan
masih banyak permasalahan pada umumnya yang sering dialami oleh siswa sebagai
kelompok muda. Hal ini diperkuat dengan pendapat Kearney bahwa faktor penyebab
terjadinya perilaku membolos di sekolah adalah faktor personal, faktor keluarga, dan faktor
sekolah. Setelah mengetahui faktor penyebab siswa bolos di sekolah, Kepala sekolah, Wali
kelas, Guru BP/BK sesuai perannya masingmasing melakukan bimbingan dan konseling
untuk mengurangi dan mencegah adanya perilaku membolos siswa di sekolah.
Layanan informasi yang diberikan merupakan layanan bimbingan dan konseling yang
memungkinkan siswa menerima dan mamahami berbagai informasi yang dapat dipergunakan
sebagai bahan pertimbangan dan pengambilan keputusan untuk kepentingan siswa. Darihasil
observasi juga diketahui bahwa layanan informasi yang diberikan kepada siswa lebih banyak
berhubungan dengan masalahmasalah yang dihadapi siswa dan berupaya untuk meyakinkan
kepada siswa bahwa yang mereka lakukan selama ini baik pribadi maupun secara kelompok
merugikan diri sendiri, keluarga, dan pihak sekolah. Dalam bimbingan dan konseling yang
dilakukan oleh Guru BP/BK, siswa juga diberi motivasi dengan memberikan contoh-contoh
praktis sehingga mereka dapat memahami dengan baik bahwa masa depan siswa adalah di
tangan siswa itu sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
Kalsum, U. (2016). Referensi Sebagai Layanan, Referensi Sebagai Tempat: Sebuah Tinjauan
Terhadap Layanan Refernsi Di Perpustakaan Perguruan Tinggi. Jurnal Ilmu
Perpustakaan dan Informasi (e-Journal), 10(1): 132–146.
Munte, B.( 2020). Implementasi Tugas Guru Pak Sebagai Gembala Dalam Meningkatkan
Nilai Moral Siswa Smk Gkpi 2 Pematangsiantar. Jurnal Dinamika Pendidikan, 13(1):
19–38.
Nidia, R. (2017). Pelaksanaan Layanan Informasi dalam Mengurangi Perilaku Membolos
Kota Solok. STKIP PGRI Sumatera Barat.
Prayitno, (1999). Panduan Kegiatan Pengawasan Bimbingan dan Konseling di sekolah.
Jakarta: PT Asdi Mahasatya
Pravitasari, T.( 2012). Pengaruh Persepsi Pola Asuh Permisif Orang Tua Terhadap Perilaku
Membolos. Educational Psychology Journal, 1(1).
Putra, A. (2020). Metode Konseling Individu Dalam Mengatasi Bolos Sekolah Siswa Kelas
VIII SMPN 3 Lengayang Sumatera Barat. Jurnal Bimbingan Konseling dan Dakwah
Islam, 16: 112–118
Putri, V.N., Ifdil, I., Yusri, Y. & Yendi, F.M. (2020). Profil Kebermaknaan Hidup Siswa
Membolos. Jurnal Aplikasi IPTEK Indonesia, 4(2): 126–135
Rauf, M. Yunan. (2006). Program Bimbingan Karir untuk Mencapai Kematangan Karir Siswa
SMA. Bandung: PPS UPI Bandung
MATERI LAYANAN PENEMPATAN DAN PENYALURAN
1. Pengertian Layanan Penempatan dan penyaluran
Layanan penempatan dan penyaluran, yaitu layanan bimbingan dan konseling yang
memungkinkan peserta didik (klien) memperoleh penempatan dan penyaluran yang tepat
(misalnya penempatan dan penyaluran di dalam kelas, kelompok belajar, jurusan/program
studi, program latihan, magang, kegiatan co-ekstrakurikuler) sesuai dengan potensi, bakat dan
minat serta kondisi pribadi.
Individu dalam proses perkembangannya sering dihadapkan pada kondisi yang di satu sisi
serasi atau kondusif mendukung perkembangannya dan di sisi lain kurang serasi atau kurang
mendukung (mismatch). Kondisi mismatch berpotensi menimbulkan masalah pada individu
(siswa). Oleh sebab itu, layanan penempatan dan penyaluran diupayakan untuk membantu
individu yang mengalami mismatch. Layanan ini berusaha meminimalisasi kondisi mismatch
yang terjadi pada individu sehingga individu dapat mengembangkan potensi dirinya secara
optimal. Di tempat yang cocok dan serasi serta kondusif diharapkan individu dapat
mengembangkan diri secara optimal.
2. Tujuan Layanan Penempatan Dan Penyaluran
Layanan penempatan dan penyaluran memiliki dua tujuan, antara lain :
a. Tujuan umum
Pelaksanaan penempatan dan penyaluran secara umum memiliki tujuan yang hendak
dicapai. Tujuan umum layanan penempatan dan penyaluran adalah diperolehnya tempat yang
sesuai bagi individu untuk pengembangan potensi dirinya. Kesesuaian terhadap tempat
dalam pengembangan diri seperti pada lingkungan sekolah, organisasi, pekerjaan, dan juga
pendidikan lanjut.
b. Tujuan khusus
Tujuan khusus dari layanan penempatan dan penyaluran lebih spesifik mengarahkan
siswa kedalam penguasaan kompetensi yang sesuai dengan bakatnya. Secara khusus tujuan
layanan penempatan dan penyaluran adalah: “Membantu siswa mencapai kematangan dalam
mengembangkan penguasaan ilmu , teknologi, dan seni sesuai dengan program kurikulum
dan persiapan karir atau melanjutkan pendidikan tinggi, serta berperan dalam kehidupan
masyarakat yang luas”. Tercapainya tujuan dari layanan penempatan dan penyaluran
memungkinkan siswa untuk dapat terhindar dari permasalahan pengembangan diri dan juga
siswa akan mampu merancang masa depanya secara realistik.
3. Fungsi Layanan Penempatan Dan Penyaluran
Tujuan layanan penempatan dan penyaluran adalah sebagai berikut:
a. Fungsi Pemahaman
Tujuan layanan penempatan dan penyaluran adalah agar siswa memahami potensi dan
kondisi dirinya sendiri serta kondisi lingkungannya.
b. Fungsi Pencegahan
Tujuan layanan penempatan dan penyaluran adalah untuk mencegah semakin parahnya
masalah, hambatan, dan kerugian yang dialami individu (siswa). Atau mencegah berlarut-
larutnya masalah yang dialami individu.
c. Fungsi Pengentasan
Tujuan layanan penempatan dan penyaluran adalah untuk mengangkat individu dari kondisi
yang tidak baik kepada kondisi yang lebih baik. Fungsi ini berkaitan dengan fungsi
pencegahan di mana layanan ini berupaya mengatasi masalah siswa dengan menempatkannya
pada kondisi yang sesuai (kondusif) dengan kebutuhannya. Apabila upaya ini berhasil, maka
fungsi pencegahan akan terangkatkan.
d. Fungsi Pengembangan Dan Pemeliharaan
Tujuan layanan penempatan dan penyaluran adalah untuk mengembangkan potensi-potensi
individu dan memeliharanya dari hal-hal yang dapat menghambat dan merugikan
perkembangannya.
c) Konten
Konten merupakan isi layanan penguasaan konten, yaitu satu unit materi yang
menjadi pokok bahasan atau materi latihan yang dikembangkan oleh konselor dan
diikuti atau dijalani oleh individu peserta layanan. Konten penguasaan konten dapat
diangkat dari bidang-bidang pelayanan konseling, yaitu bidang- bidang: a)
Pengembangan kehidupan pribadi; b) Pengembangan kemampuan hubungan sosial; c)
Pengembangan kegiatan belajar; d) Pengembangan dan perencanaan karir; e)
Pengembangkan kehidupan berkeluarga; f) Pengembangan kehidupan beragama.
6. Teknik Layanan Penguasaan Konten
a) High-touch
yaitu sentuhan-sentuhan tingkat tinggi yang mengenai aspekaspek kepribadian
dan kemanusiaan peserta layanan (terutama aspek aspek afektif, semangat, sikap, nilai
dan moral) melalui implementasi oleh konselor berupa (a) Kewibawaan, yang
didasarkan pada kualitas kepribadian dan keilmuan konselor, bukan atas dasar rasa
takut atau adanya sanksi atau hukuman (b) Kasih sayang dan kelembutan (c)
Keteladanan (d) Pemberian penguatan (e) Tindakan tegas yangmendidik, bukan
berupa hukuman.
b) High-tech
Yaitu teknologi tingkat tinggi untuk menjamin kualitas penguasaan konten,
melalui implementasi oleh konselor berupa (a) Materi pembelajaran (dalam hal ini
konten) (b) Metode pembelajaran (c) Alat bantu pem…Penilaian Layanan Penguasaan
KontenSecara umum penilaian terhadap hasil layanan penguasaan konten
diorientasikan kepada diperolehnya UCA (undertanding, comfort, action).
7. Operasional Layanan
Layanan Penguasaan konten terfokus pada dikuasainya konten tertentu oleh
peserta yang memperoleh layanan. Untuk layanan ini perlu direncanakan,
dilaksanakan serta dievaluasi secara tertib dan akurat.
a. Perencanaan
b. Mengorganisasikan unsur-unsur dan sasaran layanan
c. Pelaksanaan
d. Penilaian
e. Tindak Lnjut dan Laporan
SATUAN LAYANAN PENGUASAAN KONTEN
Konselor ;
1. Salam pembuka dan doa
2. Presensi
3. Ice Breaking ( tebak-tebakan kata)
4. Menjelaskan topik bahasan yaitu mengenai kerja sama
5. Tanya jawab mengenai materi
6. Memberi tugas /simulasi kepada siswa mengenai kerja sama
7. Simpulan
Siswa
1. Siswa berpartisipasi dalam kegiatan ice breaking
2. Siswa mendengarkan dan menyimak
3. Siswa memahami mengenai pentingnya kerja sama
4. Siswa dapat mempraktekkan.,melakukan,dan membiasakan arti kerja sama dalam
kehidupan sehari-hari
h. Metode : Ceramah,diskusi
dan tanya jawab
i. Tempat penyelenggaran : Kelas 11
j. Waktu dan tanggal : 1 X 45 dan 27
maret 2023
Semester :I
k. Penyelenggara Layanan : Konselor
l. Pihak yang diikutsertakan : Wali kelas
m. Alat dan perlengkapan :
Buku,pulpen,penghapus dan bahan ajar
n. Rencana penilaian dan tindak lanjut :
1. Rencana penilaian
● Proses Penilaian
- peserta didik mengikuti layanan dengan baik dari awal sampai kelas selesai
-peserta didik aktif dalam pendapat dan tanggapan
- peserta didik mampu mempraktekkan dan mampu memahaminya
2. Tindak lanjut : pembimbing akan terus memantau perkembangan peserta didik dan
mengadakan konseling bagi peserta didik yang membutuhkan konseling
o. Keterkaitan layanan : himpunan data
p. Catatan khusus :-
Mengetahui Konselor
Kepala Sekolah
Agar dapat membangun sebuah tim yang bagus dan baik, diperlukan lebih dari
sekadar mengumpulkan orang-orang yang tepat. Sebab, ujian utama darileadership
sebenarnya adalah menciptakan lingkungan dimana setiap individu mau bekerja secara
kooperatif dan kolaboratif.
Tips berikut mungkin bisa membantu kita dalam membangun kerja sama tim yang lebih baik:
●Fokus
Jelaskan rencana jangka panjang organisasi dan lakukan follow-up dengan teratur.
Orang-orang sering kali terlalu fokus pada masalah hari ini dan pekerjaan rutinnya, sehingga
kehilangan gambaran dari tujuan utama secara keseluruhan. Jadi, sewaktu anggota lainnya
sedang berkonsentrasi menyelesaikan masalah, anggota lain dapat mendedikasikan lebih
banyak waktunya untuk me-review proses dan mengeliminasi masalah-masalah yang
mungkin muncul di masa depan.
●Definisikan Peran
Garis bawahi dengan jelas tanggung jawab dan peran setiap individu dalam suatu tim.
Hal ini sangat penting untuk menjamin kesuksesan tim. Pemahaman tim terhadap tugas dan
tanggung jawab masing-masing akan sangat membantu dalam pelaksanaan kerja sama tim
secara kolaboratif. Dukunglah tim Anda untuk mendefinisikan fungsi mereka. Para anggota
tim akan mampu mengambil lebih banyak tanggung jawab apabila mereka berada dalam
posisi yang cocok, dan salah satu dari mereka mungkin akan dapat mengeluarkan bakat baru
yang tidak disadari sebelumnya.
●Tetapkan Tujuan
Anggota tim perlu memperhatikan tujuan individu maupun tujuan tim. Dukunglah
mereka untuk menentukan tujuan jangka pendek yang dapat diraih dan dapat diukur, serta
tujuan jangka panjang. Dengan tujuan yang jelas dan kode etik atau aturan tertentu, tim akan
mulai bisa.
Beri waktu dan amati perkembangannya. Sering kali mereka bisa mengatasi
masalahnya sendiri, dan Anda perlu mengawasi dan mengamati saja. Bila hal ini tidak terjadi,
maka beraksilah. Pecat dan hire orang lain bila memang diperlukan. Tidak ada gunanya
menyimpan 'benalu' di dalam tim.
●Dukungan
Setiap anggota tim harus ditantang untuk berkontribusi dalam segala hal. Dorong
mereka untuk ikut training bila memang diperlukan dan beri kesempatan untuk keluar dan
melakukan sendiri tugas-tugasnya. Mereka perlu merasa nyaman dalam melakukan tugas
supaya dapat menemukan potensi unik dalam diri mereka sendiri. Ubahlah tanggung jawab
setiap anggota tim bila memang dianggap perlu. Ketahuilah kekuatan dan kelemahan dari
setiap anggota tim dan berikan dukungan positif terhadap kedua hal itu.
●Tunjukkan Antusiasme
Antusiasme mudah menular. Selalulah bersikap positif dan penuh harap. Bila mereka
melihat Anda mengharapkan sesuatu dari mereka, maka ada peluang mereka akan
memberikan yang terbaik dan berusaha tidak mengecewakan Anda. Fokuslah juga pada hal-
hal yang dikerjakan dengan benar, dan tidak selalu melihat kesalahan orang lain saja.
●Selamat bersenang-senang
Bangun semangat yang ada di dalam tim agar bisa selalu memberikan energi yang
tinggi dan spirit persatuan. Sediakan waktu untuk tertawa bersama dan ciptakan suasana yang
sesantai mungkin. Tidak ada tujuan yang dapat dicapai dengan mudah bila suasananya selalu
tegang.
●Delegasi
Jelaskan apa yang harus dikerjakan dan bagaimana caranya (bila diperlukan), lalu
biarkan. Lebih baik lagi jika Anda dapat menjelaskan masalah yang ada dan seperti apa hasil
yang Anda inginkan. Lalu, biarkan tim. Anda mengembangkan cara mereka sendiri untuk
menyelesaikan tugas tersebut sesuai waktu yang telah ditetapkan. Bila jadwal review hari
Selasa depan, makajangan tanya hasilnya hari ini. Percayakan tim Anda untuk memenuhi
tenggat waktu masing-masing.
●Berikan Penghargaan
Rayakan keberhasilan bersama-sama dan berikan penghargaan kepada anggota tim
tapi tidak secara individual. Dalam setiap tim akan mempunyai individu yang menonjol pada
bidang tertentu. Kenalilah hal ini dengan cepat melalui performance review process dan
gunakan untuk mendukung kerja sama tim. Hindari semua tindakan yang bisa menimbulkan
kecemburuan di antara anggota. Selalu bicara positif tentang anggota tim Anda secara
keseluruhan. Promosikan talenta. usaha. Dedikasi dan kesuksesan mereka.
Terakhir, yang penting adalah terus-menerus memberi inspirasi kepada semua anggota
tim. Bila Anda berbicara tentang hal apa pun yang berhubungan dengan tim, gunakanlah kata
'kita' dan bukan kata 'saya'. Nah, selamat bekerjasama dan sukses untuk Anda semua!
DAFTAR PUSTAKA
Desyafni, H., Firman, dan Ifdil. (2014). Peningkatan Motivasi Siswa Dalam
Menyelesaikan Tugas Melalui Layanan Penguasaan Konten. Konselor, 3(2)
34-40.
Dra. Hallen A. (2005).Bimbingan dan konseling.(Jakarta; Quantum teaching. Hal. 78
Drs. Tohirin.(2007). Bimbingan dan konseling di sekolah dan madrasah.(Jakarta. PT.
RajaGrafindo Persada. Hal. 153
Fenti, H. (2014). Bimbingan dan Konseling. Rajawali Pers.Ghufron Nur M, S.
Risnawati Rini. . Teori-Teori Psikologi. Ar- Ruzz Media
Ibid., Hal 155
Kartadinata, S. (2015). Menguak Tabir Bimbingan dan Konseling sebagai Upaya
Pedagogis. UPI Press.
Khabibah.( 2016). Belajar Menagajar. Budi Utama
Masdudi.( 2015). Bimbingan dan Konseling Perspektif Sekolah. Cirebon: Nurjati
Press
Megaton. (2013). Bimbingan dan Konseling. UPI Press.
Mugiarso, Heru. (2011). Bimbingan dan Konseling. Semarang: Universitas Negeri
Semarang Press.
Nasution, Henni Syafriana & Abdillah.( 2019.) Bimbingan konseling Konsep, Teori
dan Aplikasinya. Medan: Penerbit Buku Umum dan Perguruan Tinggi
Opcit.,Hal. 78
Padang Sukandi.( 2000). Layanan Penempatan dan Penyaluran. (Jakarta; PT Rineka
Cipta. Hal.60
Prayitno. 92017). Dasar-dasar Konseling. Cipta Pustaka Media Perintis.
Prayitno.(1999). Panduan Kegiatan Pengawasan Bimbingan dan Konseling di
Sekolah, (Jakarta: PT. Rineka Cipta.hal.85
Prayitno. (2012) .Jenis Layanan dan Kegiatan Pendukung Konseling. Padang: FIP-
UNP
Prayitno dan Erman Amti.( 2004). Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta:
Rineka Cipta
Prof. DR.H.Pratitno, M.Sc. Ed. Dan Drs. Erman Amti.(2004). cetakan kedua Dasar-
Dasar Bimbingan Dan Koseling: PT Rineka Cipta, Jakarta
Prof.DR.H.Pratitno, M.Sc., Ed.(2012). Jenis Layanan Dan Kegiatan Pendukung
Konseling, Padang
Rantha E., dan Afda, (2018). Peningkatan Disiplin Dalam Menaati Tata Tertib
Dengan Menggunakan Teknik Modelling Melalui Layanan Pengusaan Konten
Di Smp 49 Jakarta Pada Siswa Kelas 8 Tahun Ajaran 2018-2019.Jurnal
Selaras : Kajian Bimbingan dan Konseling serta Psikologi Pendidikan,1(2),
81-95.
Ridwan.(2004). Penanganan Efektif Bimbingan dan Konseling di sekolah.
(Yogyakarta; Pustaka Pelajar. Hal. 21
Utami, M. (2016). Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Rineka Cipta
Winkel, W.S & Hastuti, M. M. S.( Bimbingan dan Konseling di Instuti Pendidikan.
Media Abdi.
a. Fungsi Pemahaman
Tujuan layanan penempatan dan penyaluran adalah agar siswa memahami potensi dan
kondisi dirinya sendiri serta kondisi lingkungannya.
b. Fungsi Pencegahan
Tujuan layanan penempatan dan penyaluran adalah untuk mencegah semakin parahnya
masalah, hambatan, dan kerugian yang dialami individu (siswa). Atau mencegah berlarut-
larutnya masalah yang dialami individu.
c. Fungsi Pengentasan
Tujuan layanan penempatan dan penyaluran adalah untuk mengangkat individu dari kondisi
yang tidak baik kepada kondisi yang lebih baik. Fungsi ini berkaitan dengan fungsi
pencegahan di mana layanan ini berupaya mengatasi masalah siswa dengan menempatkannya
pada kondisi yang sesuai (kondusif) dengan kebutuhannya. Apabila upaya ini berhasil, maka
fungsi pencegahan akan terangkatkan.
d. Fungsi Pengembangan Dan Pemeliharaan
Tujuan layanan penempatan dan penyaluran adalah untuk mengembangkan potensi-potensi
individu dan memeliharanya dari hal-hal yang dapat menghambat dan merugikan
perkembangannya.
Konselor ;
8. Salam pembuka dan doa
9. Presensi
10. Ice Breaking ( tebak-tebakan kata)
11. Menjelaskan topik bahasan yaitu mengenai kerja sama
12. Tanya jawab mengenai materi
13. Memberi tugas /simulasi kepada siswa mengenai kerja sama
14. Simpulan
Siswa
5. Siswa berpartisipasi dalam kegiatan ice breaking
6. Siswa mendengarkan dan menyimak
7. Siswa memahami mengenai pentingnya kerja sama
8. Siswa dapat mempraktekkan.,melakukan,dan membiasakan arti kerja sama dalam
kehidupan sehari-hari
v. Metode : Ceramah,diskusi
dan tanya jawab
w. Tempat penyelenggaran : Kelas 11
x. Waktu dan tanggal : 1 X 45 dan 27
maret 2023
Semester :I
y. Penyelenggara Layanan : Konselor
z. Pihak yang diikutsertakan : Wali kelas
aa. Alat dan perlengkapan :
Buku,pulpen,penghapus dan bahan ajar
bb. Rencana penilaian dan tindak lanjut :
2. Rencana penilaian
● Proses Penilaian
- peserta didik mengikuti layanan dengan baik dari awal sampai kelas selesai
-peserta didik aktif dalam pendapat dan tanggapan
- peserta didik mampu mempraktekkan dan mampu memahaminya
2. Tindak lanjut : pembimbing akan terus memantau perkembangan peserta didik dan
mengadakan konseling bagi peserta didik yang membutuhkan konseling
o. Keterkaitan layanan : himpunan data
p. Catatan khusus :-
Mengetahui Konselor
Kepala Sekolah
.
DAFTAR PUSTAKA
Desyafni, H., Firman, dan Ifdil. (2014). Peningkatan Motivasi Siswa Dalam
Menyelesaikan Tugas Melalui Layanan Penguasaan Konten. Konselor, 3(2)
34-40.
Dra. Hallen A. (2005).Bimbingan dan konseling.(Jakarta; Quantum teaching. Hal. 78
Drs. Tohirin.(2007). Bimbingan dan konseling di sekolah dan madrasah.(Jakarta. PT.
RajaGrafindo Persada. Hal. 153
Fenti, H. (2014). Bimbingan dan Konseling. Rajawali Pers.Ghufron Nur M, S.
Risnawati Rini. . Teori-Teori Psikologi. Ar- Ruzz Media
Ibid., Hal 155
Kartadinata, S. (2015). Menguak Tabir Bimbingan dan Konseling sebagai Upaya
Pedagogis. UPI Press.
Khabibah.( 2016). Belajar Menagajar. Budi Utama
Masdudi.( 2015). Bimbingan dan Konseling Perspektif Sekolah. Cirebon: Nurjati
Press
Megaton. (2013). Bimbingan dan Konseling. UPI Press.
Mugiarso, Heru. (2011). Bimbingan dan Konseling. Semarang: Universitas Negeri
Semarang Press.
Nasution, Henni Syafriana & Abdillah.( 2019.) Bimbingan konseling Konsep, Teori
dan Aplikasinya. Medan: Penerbit Buku Umum dan Perguruan Tinggi
Opcit.,Hal. 78
Padang Sukandi.( 2000). Layanan Penempatan dan Penyaluran. (Jakarta; PT Rineka
Cipta. Hal.60
Prayitno. 92017). Dasar-dasar Konseling. Cipta Pustaka Media Perintis.
Prayitno.(1999). Panduan Kegiatan Pengawasan Bimbingan dan Konseling di
Sekolah, (Jakarta: PT. Rineka Cipta.hal.85
Prayitno. (2012) .Jenis Layanan dan Kegiatan Pendukung Konseling. Padang: FIP-
UNP
Prayitno dan Erman Amti.( 2004). Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta:
Rineka Cipta
Prof. DR.H.Pratitno, M.Sc. Ed. Dan Drs. Erman Amti.(2004). cetakan kedua Dasar-
Dasar Bimbingan Dan Koseling: PT Rineka Cipta, Jakarta
Prof.DR.H.Pratitno, M.Sc., Ed.(2012). Jenis Layanan Dan Kegiatan Pendukung
Konseling, Padang
Rantha E., dan Afda, (2018). Peningkatan Disiplin Dalam Menaati Tata Tertib
Dengan Menggunakan Teknik Modelling Melalui Layanan Pengusaan Konten
Di Smp 49 Jakarta Pada Siswa Kelas 8 Tahun Ajaran 2018-2019.Jurnal
Selaras : Kajian Bimbingan dan Konseling serta Psikologi Pendidikan,1(2),
81-95
LAYANAN ADVOKASI
A. Pengertian
1. Pengertian
Layanan advokasi adalah layanan BK yang membantu peserta didik untuk memperoleh
kembali hak-hak dirinya yang tidak diperhatikan dan atau mendapatkan perlakuan yang salah
sesuai dengan tuntutan karakter-cerdas dan terpuji.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Layanan advokasi dalam konseling bermaksud mengentaskan klien dari suasana yang
menghimpit dirinya karena hak-hak yang hendak dilaksanakan terhambat dan terkekang
sehingga keberadaan, kehidupan dan perkembangannya, khususnya dalam bidang pendidikan
menjadi tidak lancar, terganggu, atau bahkan terhenti atau terputus. Dengan layanan advokasi
yang berhasil klien akan kembali menikmati hak-haknya, yang dengan demikian klien berada
kembali dalam posisi perkembangan diri (yaitu pengembangan pribadi, sosial, belajar, karier,
keluarga, keagamaan, dan atau kemasyarakatan) secara positif dan progresif.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus layanan advokasi dalam konseling adalah membebaskan klien dari
cengkeraman pihak tertentu yang membatasi atau bahkan menghapus hak klien dan masalah
klien teratasi. Karena konseling adalah profesi dalam bidang pendidikan, maka layanan
advokasi dalam konseling dilakukan berkenaan dengan hak-hak klien dalam bidang
pendidikan. Di luar bidang pendidikan, layanan advokasi dapat dilaksanakan oleh konselor
sepanjang pemasalahan klien masih berada dalam kewenangan konselor menanganinya.
C. Komponen Layanan
Layanan advokasi dalam konseling dapat menyangkut komponen yang lebih
bervariasi, baik berkenaan dengan person-person yang terkait maupun variasi kondisi dan
keluasaan materinya. Segenap person tersebut dan kondisi materi yang ada dimanfaatkan
untuk kepentingan klien.
1. Konselor
Konselor sebagai pelaksana layanan advokasi dituntut untuk mampu berkomunikasi,
melobi dan mengambil manfaat sebesar-besarnya dari hubungan dengan pihak-pihak terkait,
dan juga mengolah kondisi dan materi secara optimal. WPKNS (Wawasan, Pengetahuan,
Keterampilan, Nilai dan Sikap) yang ada pada diri konselor cukup luas dan memadai terkait
dengan pelanggaran hak klien yang dilayani dan pihak-pihak terkait.
D. Materi Layanan
a. Isi atau materi layanan ADVO terfokus pada ak klien yang terkena perlakuan negatif oleh
pihak atau pihak-pihak tertentu sehingga (sangat) merugikan klien. Materi tersebut bervariasi
terutama kalau dilihat dari perlakuan pencederaan hak klien oleh pihak terkait. Dalam kasus
diatas materi puncak ADVO adalah putusan kepala sekolah yang melarang siswa masuk
sekolah dan ikut ujian. Materi terkait dengan guru BK adalah sikap dan label yang diberikan
kepada siswa; materi terkait dengan guru adalah tugas untuk siswa yang terlalu amat berat,
dan materi terkait dengan orang tua adalah beban orang tua terkait keputusan kepala sekolah.
Dalam layanan advokasi konselor menganggap segenap materi tersebut yang mengarah
kepada terselesaikannya hak siswa berkenaan kegiatan pembelajaran di sekolah dan ikut UN.
b. Berkenaan materi karakter-cerdas, konselor setiap kali mengangkat materi karakter-cerdas
pada berbagai aspek layanan agar seluruh kegiatan layanan isinya diwarnai oleh suasana
perilaku/ penampilan dengan prospektif karakter-cerdas.
E. Asas
Asas kesukarelaan dan asas keterbukaan sangat diperlukan berkenaan penggalian
informasi, kesediaan mengubah ataupun memperbaiki konsep/ pandangan dan sikap
berdasarkan nilai-nilai yang lebih rasional, berdasarkan moral dan progresif, serta kemauan
positif bersama untuk memuliakan harkat dan martabat manusia (HMM) yang ada pada diri
klien dapat dikembangkan melalui teraktualisasikannya kedua asas tersebut.
Asas kegiatan pada diri klien tidak banyak dituntut dari klien, karena ia sebagai
korban memang tidak bisa banyak berbuat, kecuali menunggu hasil akhir layanan advokasi.
Asas kerahasiaan diberlakukan dalam bentuk tidak membesar-besarkan permasalahan yang
terjadi yang akan berdampak negatif bagi pihak-pihak terkait, atau yang akan justru
menyulitkan terlaksananya program yang dilakukan melalui layanan advokasi.
F. Pendekatan, Strategi dan Teknik
1. Format Kolaboratif
Karena layanan advokasi menyangkut sejumlah pihak terkait, apalagi pihak-pihak tertentu
itu ada yang berdasarkan pada tingkat (level) tertentu sama atau beda, maka format layanan
adalah kolaboratif. Konselor langsung berkomunikasi dengan pihak-pihak yang dimaksud
untuk menggali informasi, kesempatan dan kemudahan, serta kerjasama hal-hal positif
lainnya demi mengembalikan hak klien yang selama ini kurang atau tidak dinikmati oleh
klien.
2. Strategi BMB3
Dalam hubungan dengan pihak-pihak terkait konselor mengembangkan suasana BMB3
(berfikir, merasa, bersikap, bertindak, dan bertanggung jawab) demi terpecahkannya
permasalahan klien dan diperolehnya solusi yang terbaik sehingga klien kembali memperoleh
hak-haknya.
3. Teknik
a. Teknik wawancara, diskusi dan mempertimbangkan bersama pada umumnya dipakai dalam
hubungan dengan pihak-pihak terkait.
b. Studi dokumentasi ataupun data aktual berkenaan dengan kondisi klien dan hal-hal terkait
dengan permasalahan hak dan implementasinya.
c. Solusi tentang pengembalian hak klien diambil dari pihak berkewenangan dapat dengan
diberlakukannya secara bertingkat ataupun atas hasil musyawarah pihak-pihak terkait.
4. Waktu dan Tempat
Waktu pelaksanaan layanan ADVO mengikuti tahap-tahap kegiatan yang dapat berlanjut
atau kembali ke belakang sesuai dengan kemajuan yang dicapai lamanya waktu tidak dapat
ditetapkan dalam minggu atau hari apalagi jam. Waktu dan tempat kegiatan layanan ADVO
bervariasi disesuaikan dengan kedudukan pihak terkait dan kesempatan yang tepat bagi
konselor melaksanakan tugasnya. Pemanfaatan waktu dan tempat ini merupakan bagian dari
kepiawaian konselor dalam mengaplikasikan pendekatan, strategi dan teknik serta sekaligus
seni konselor dalam menangani masalah klien.
1. Jenis Layanan :
2. Pokok Bahasan :
3. Bidang Bimbingan :
4. Tujuan Kegiatan Hasil Yang ingin dicapai :
5. Sasaran Kegiatan :
6. Gambaran ringkas Makalah :
7. Tempat Penyelenggaraan :
8. Waktu/Semester :
9. Pihak-Pihak yang Terkait
1
2
3
10. Kesimpulan/ hasil :
C. Komponen
Proses layanan MED melibatkan konselor dank lien, yaitu dua pihak (atau lebih) yang
sedang mengalami masalah berupa ketidakcocokan diantara mereka.
1. Konselor
2. Klien
3. Masalah klien.
D. Asas
Pada dasarnya semua asas konseling perlu mendapat perhatian dan diterapkan dalam
layanan mediasi
1. Asas Kerahasiaan
2. Asas keterbukaan
3. Asas Kesukarelaan
4. Asas kekinian
5. Asas kemandirian.
1. Aplikasi instrumentasi
Sebelum melakukan aplikasi instrumentasi, terlebih dahulu harus diketahui hal-hal apa
yang perlu diukur dan di ungkap berkenaan dengan permasalahan siswa yang berkasus dan
para anggota kelompok.
2. Himpunan data
Apabila peserta layanan mediasi adalah siswa disekolah, himpunan data yang telah ada
bisa digunakan dalam layanan mediasi. Apapun data yang telah ada dan hendak digunakan,
pengungkapan dan penggunaannya harus disesuaikan dengan kewenangan penggunaannya.
3. Konferensi kasus
Menurut prayitno (2004) layanan mediasi merupakan konferensi kasus mini, karena
dihadiri oleh dua pihak yang berselisih atau bertikai dan dilaksankan oleh konselor. Ada tiga
jenis konferensi kasus mediasi, yaitu
a. Konferensi kasus yang dihadiri oleh peserta layanan mediasi dan pihak-pihak yang lain
yang dianggap dapat membantu penyelesaian masalah yang dibahas dalam layanan mediasi.
b. Konferensi kasus yang dihadiri oleh wakil-wakil pihak lain yang dianggap dapat
membantu penyelesaian masalah yang dibahas dalam layanan mediasi.
c. Konferensi kasus yang dihadiri oleh pihak-pihak lain yang dianggap dapat membantu
penyelesaian masalah yang di bahas dalam layanan mediasi, dan tidak diwakili oleh wakil-
wakil peserta layanan.
4. Kunjungan Rumah
KR umumnya dimaksudkan untuk memperluas data yang diperoleh melalui aplikasi
instrumen yang lain dan membina komitmen anggota keluarga yang dikunjungi dalam rangka
penyelesaian masalah yang dibahas dalam layanan. Khusus dalam layanan mediasi, KR
(kunjungan rumah) juga dapat terarah untuk maksud lain seperti, kunjungan rumah yang
dilakukan untuk menjenguk korban perkelahian, adalah bermaksud untuk menjenguk korban
atau menyampaikan hasil-hasil mediasi.
1. Identitas :.............................
a.Satuan pendidikan. :.............................
b.Tahun Ajaran :.............................
c. Kelas :.............................
d. Pelaksana dan pihak terkait :...............................
2. Waktu
a.Tanggal :..............................
b. Jam Pelayanan :............................
c. Volume Waktu :.............................
d. Tempat :............................
8. Sarana
a.Media :..........................
b. Instrumen
c. Sumber :...........................
1. Penerimaan
2. Raport (Laporan) dan pesntrukturan
B. TAHAP INTI. 120 Menit
1. Identifikasi Masalah
2. Mengungkap penyebab Masalah
3. Langkah Treatment
Penilaian Hasil
a. Laiseg
b. Laijapen
c. Laijapang
Mulyono, E. S. (2021). Bimbingan dan konseling bagi remaja korban pelecahan seksual di
women crisis center (wcc) kota bengkulu. UIN Fatmawati Sukarno, Bengkul
Prayitno, P. (2012). Jenis Layanan dan Kegiatan Pendukung Konseling. Padang: Universitas
Negeri Padang.
Prayitno, P., Wibowo, M., Marjohan, M., Mugiharso, H., & Ifdil, I. (2014). Pembelajaran melalui
pelayanan BK disatuan pendidikan. Jakarta: FIP UNP
Prayitno dan Erman Amti.( 2008). Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta:
PT Rineka Cipta
Prof, Dr. Prayitno. 2012. Jenis layanan dan kegiatan pendukung konseling. Padang: Foto Coppy
Syafuro, N. A. (2019). Upaya Guru Bimbingan Dan Konseling Dalam Mengatasi Siswa Yang
Berperilaku Membolos Melalui Layanan Advokasi Di SMK Setia Budi Binjai. Universitas
Islam Negeri Sumatera Utara, Medan
Toporek, R. L. (1999). Developing a Common Language and Framework for Understanding
Advocacy in Counseling: University of North Carolina.
Toporek, R. L., Lewis, J. A., & Crethar, H. C. (2009). Promoting systemic change through the
ACA advocacy competencies. Journal of Counseling & Development, 87(3), 260-268
LAYANAN KONSELING INDIVIDU
A. Pengertian Konseling Individu
Konseling individu adalah layanan pemberian bantuan yang dilakukan secara
wawancara tatap muka antara konselor dan konseli dalam rangka pembahasan dan
pengentasan permasalahan pribadi yang dideritanya sehingga klien dapat
menggunakan potensinya untuk mencapai kebahagiaan pribadi maupun sosial.
Konseling individu merupakan suatu layanan konseling yang diselenggarakan oleh
konselor terhadap klien dengan pertemuan yang bersifat individual, artinya pertemuan
tersebut dilakukan secara tatap muka oleh dua orang yang disebut konselor dan klien,
untuk membantu klien menyelesaikan masalahnya serta bertujuan agar klien dapat
mengaktualisasikan dirinya dan ke depannya klien dapat mengatasi masalah yang ada
pada dirinya..
B. Tujuan Konseling Individu
Tujuan umum konseling individu adalah membantu klien menstrukturkan kembali
masalahnya dan menyadari life style serta mengurangi penilaian negatif terhadap
dirinya sendiri serta perasaan-perasaan inferioritasnya. Kemudian membantu dalam
mengoreksi persepsinya terhadap lingkungan, agar klien bisa mengarahkan tingkah
laku serta mengembangkan kembali minat sosialnya.
C. Fungsi Konseling Individu
Menurut Hartono dan Soedarmadji (2014), kegiatan konseling individu atau perorangan
memiliki beberapa fungsi, yaitu sebagai berikut:
Menurut Willis (2010), teknik-teknik yang biasa digunakan dalam konseling individu antara
lain adalah sebagai berikut:
1. Attending
Attending merupakan salah satu teknik dalam kegiatan konseling individual. Teknik ini
dilakukan oleh konselor dalam upaya membangun rasa aman dan kenyamanan dalam diri
klien, sehingga memudahkan klien untuk berekspresi secara bebas. Perilaku Attending
meliputi kontak mata, gesture, dan bahasa verbal.
2. Empati
Empati adalah kemampuan konselor untuk merasakan apa yang dirasakan klien, merasa dan
berpikir, bersama klien dan bukan untuk atau tentang klien
.3.Open Question
Open Question adalah suatu bentuk pertanyaan yang mana memerlukan jawaban yang berupa
sebuah penjelasan. Pertanyaan ini digunakan apabila klien merasa kesulitan dalam
mengungkapkan permasalahanya atau ketika konselor menghadapi klien yang tertutup
4.Refleksi
Refleksi adalah keterampilan konselor untuk memantulkan kembali perasaan, pikiran, dan
pengalaman klien berdasarkan pengamatan konselor terhadap bahasa verbal dan nonverbal
dari klien. Refleksi ada tiga yaitu refleksi perasaan, refleksi pengalaman dan refleksi pikiran.
5. Eksplorasi
Eksplorasi adalah suatu keterampilan yang dimiliki oleh konselor yang bertujuan untuk
menggali perasaan, pengalaman dan pikiran klien. Teknik ini penting karena sering kali klien
menyimpan rahasia sehingga menutup diri dan tidak mampu mengemukakan pendapatnya
secara bebas dan terus terang. Teknik eksplorasi dilakukan untuk membantu klien agar klien
dapat berbicara secara bebas, tanpa rasa takut, tertekan, maupun terancam. Eksplorasi ada
tiga macam yaitu eksplorasi perasaan, eksplorasi pengalaman, eksplorasi pikiran.
6. Paraphrasing adalah kemampuan konselor untuk mengemukakan kembali pesan atau
inti pembicaraan yang telah diungkapkan oleh klien. Paraphrasing ini bertujuan untuk
menyamakan persepsi dan pemahaman konselor terhadap apa yang telah diungkapkan
oleh klien. Paraphrasing baiknya diungkapkan dengan bahasa dan kata-kata yang
sederhana serta kalimat yang mudah dipahami oleh klien. Paraphrasing ini merupakan
bentuk ringkasan dari ungkapan yang disampaikan oleh klien, dalam penyampaian
paraphrasing, konselor melihat respon dari klien.
7. Closed Question
Dalam proses konseling individual, tidak hanya memerlukan pertanyaan terbuka, tetapi
penggunaan pertanyaan tertutup pun diperlukan. Pertanyaan tertutup atau closed qestion
merupakan jenis pertanyaan yang mana jawaban dari pertanyaan tersebut tidak harus berupa
penjelasan, artinya jawaban dari pertanyaan tertutup dalam bentuk singkat seperti "ya" dan
"tidak
8. Dorongan Minimal
Dorongan minimal adalah sebuah upaya yang dilakukan oleh konselor agar klien selalu
terlibat dalam pembicaraan. Dorongan minimal dapat berupa sebuah ungkapan pendek dan
singkat yang dilakukan apabila klien akan mengurangi atau menghentikan pembicaraan,
ketika klien kurang memusatkan pembicaraan, dan ketika klien merasa ragu terhadap apa
yang dibicarakan oleh klien
9.. Interpretasi
Interpretasi merupakan upaya yang dilakukan oleh konselor untuk mengulas pemikiran,
perilaku, pengalaman klien dengan merujuk kepada teori-teori. Dalam teknik ini konselor
berupaya memberikan penjelasan kepada klien yang bertujuan agar klien mengerti dan
memiliki pemahaman serta dapat mengubah pandangannya terhadap sesuatu hal berdasarkan
rujukan teori yang dijelaskan oleh konselor.
10. Directing
Directing adalah suatu teknik dalam proses konseling individual yang bertujuan untuk
mengarahkan klien agar klien dapat berpartisipasi secara penuh dalam proses konseling
individual. Dengan kata lain, bahwa dalam teknik ini konselor mengarahkan klien untuk
berbuat sesuatu, misalnya dengan bermain peran dengan konselor atau meminta klien untuk
berimajinasi atau mengkhayalkan sesuatu hal.
11. Summarizing
Leading merupakan teknik konseling individual yang dilakukan konselor untuk memimpin
arah pembicaraan dengan klien apabila pembicaraan dan wawancara konseling tidak melantur
atau menyimpang sehingga proses konseling akan mencapai tujuan.
13. Fokus
Dalam proses konseling individual sering kali klien terpecah perhatiannya sehingga arah
pembicaraan klien menjadi melebar. Peran konselor disini harus mampu membuat fokus
dengan perhatiannya agar klien dapat memusatkan perhatian pada pokok pembicaraannya.
14. Konfrontasi
Konfrontasi adalah suatu teknik dalam konseling individual yang mana teknik ini dilakukan
apabila dalam proses konseling individual, konselor menemukan bahwa gesture atau bahasa
tubuh klien tidak sesuai atau tidak konsisten dengan apa yang dikatakan. Misalnya dalam
proses konseling individual, klien mengatakan dalam keadaan sedih , namun ekspresi dari
klien terlihat tersenyum, dalam hal ini konselor akan melakukan teknik konfrontasi.
15. Clarifying
Clarifying adalah suatu teknik dalam konseling individual untuk menjernihkan atau
mengklarifikasi ucapan-ucapan klien yang terdengar samar-samar, kurang jelas, atau agak
meragukan. Tujuan dari teknik clarifying ini adalah untuk meminta agar klien menyatakan
pesannya kembali dengan jelas, dengan ungkapan kata-kata yang tegas, dan dengan alasan-
alasan yang logis serta agar klien menjelaskan, mengulang, dan mengilustrasikan
perasaannya.
16. Faciliating
Faciliating merupakan suatu teknik yang dilakukan untuk membuka komunikasi dengan
klien, agar klien dengan mudah membuka pembicaraannya dengan konselor sehingga klien
dapat menyatakan perasaan, pikiran, dan pengalamannya secara bebas. Teknik ini dilakukan
apabila konselor mendapati klien merasa kesulitan atau keraguan dalam mengungkapkan
perasaan dan pikirannya.
17. Diam
Teknik diam dalam proses konseling individual juga diperlukan. Diam ini tidak berarti bahwa
tidak ada komunikasi yang terjalin antara konselor dengan klien, namun diam merupakan
bahasa nonverbal yang ditunjukkan oleh konselor yang dilakukan dengan tujuan untuk
menanti klien yang sedang berpikir, atau kondisi dimana konselor dalam keadaan sedang
mendengarkan pembicaraan klien. Diam yang paling ideal yang dilakukan oleh konsleor
yakni berkisar antara 5-10 detik. TujuanTeknik Mengambil inisiatif ini dilakukan konselor
apabila mendapati klien kurang bersemangat untuk berbicara, hal ini dapat dilihat dari cara
klien yang sering diam, dan kurang partisipatif dalam proses konseling individual. Dalam hal
ini konselor akan mengucapkan kata-kata yang mengajak klien untuk berinisiatif dalam
menuntaskan diskusi. Tujuan dari teknik ini yakni untuk mengambil inisiatif jika klien
kurang bersemangat untuk mengambil keputusan, dan jika klien merasa kesulitan mengambil
keputusan serta jika klien kehilangan arah pembicaraan.
Pemberian nasehat ini dilakukan oleh konselor apabila klien meminta nasehat kepada
konselor. Namun meskipun demikian konselor sebaiknya mempertimbangkan nasehat yang
diberikan kepada klien merupakan sesuatu hal yang pantas. Hal ini disebabkan karena
pemberian nasehat tetap harus dijaga agar kemandirian yang merupakan tujuan dari konseling
harus tetap dicapai.
dari diam ini adalah untuk menanti klien yang sedang berpikir dan untuk menunjang perilaku
attending dan empati sehingga klien bebas berbicara.
21. Merencanakan
Teknik perencanaan ini dilakukan menjelang akhir sesi konseling individual. Perencanaan
maksudnya adalah konselor membantu klien untuk membuat perencanaan tindakan-tindakan
atau perbuatan dan hal-hal yang harus dilakukan untuk kemajuan dari klien itu sendiri.
22. Menyimpulkan
Menyimpulkan merupakan suatu teknik yang terdapat pada akhir sesi konseling individual.
Dalam teknik ini konselor membantu klien untuk menyimpulkan hasil pembicaraan yang
menyangkut perasaan klien setelah melakukan proses konseling. Selain itu pada tahap akhir
sesi konseling, klien akan memantapkan rencana yang telah dibuat, dan pokok-pokok yang
dibicarakan pada sesi berikutnya apabila sesi konseling individual masih berlanjut
DAFTAR PUSTAKA
Prayitno, E.A. 1994. Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Rineka Cipta.
Willis, Sofyan. 2010. Konseling Individual Teori dan Praktek. Bandung: Alfabeta.
Sukardi, D.K., dan Kusmawati, Nila. 2008. Proses Bimbingan dan Konseling di
Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.
Yusuf, A.H., Dkk. 2016. Kebutuhan Spiritual (Konsep dan Aplikasi Keperawatan).
Jakarta: Mitra Wacana Media.
Rahman, Hibana. 2003. Bimbingan dan Konseling Pola. Jakarta: Rineka Cipta.
Hartono dan Soedarmadji, Boy. 2012. Psikologi Konseling. Jakarta: Kharisma Putra
Utama.
LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK
A. Pengertian Bimbingan Kelompok
Menurut Romlah(1989) “bimbingan kelompok didefinisikan sebagai proses
pemberian bantuan yang diberikan secara kelompok”. Gazda (Romlah, 1989),
bimbingan kelompok secara umum dilaksanakan di kelas dengan jumlah peserta didik
berkisar antara 20-35 orang. Dalam kegiatan bimbingan kelompok aktifitas yang
dilakukan kebanyakan berupa penyampaian informasi yang sesuai dengan masalah
pendidikan, pekerjaan, pemahaman diri, adaptasi diri, dan hubungan interpersonal.
Kegiatan pemberian informasi disini bertujuan untuk mengembangkan dan
memperluas wawasan peserta didik terhadap hal-hal penting yang akan dan sedang
mereka alami dalam masa perkembangan. Selain itu, pemberian informasi sendiri juga
berperan sebagai fungsi pencegahan supaya peserta didik tidak jatuh ke dalam
masalah. Sedangkan menurut Prayitno (1995),bimbingan kelompok diartikan sebagai
upaya untuk membimbing kelompok-kelompok siswa agar kelompok itu menjadi
besardan mandiri. Semisal, kelompok pecinta alam, OSIS, PMR, dll.
B. Tujuan Bimbingan Kelompok
Pelaksanaan bimbingan yang dilakukan dalam bentuk kelompok tentunya
memiliki tujuan yang tentunya tujuan yang ingin dicapai ini mengutamakan
kepentingan dari peserta yang mengikuti kegiatan bimbingan ini, dan tentunya
akan sangat disayangkan apabila tujuan dari layanan bimbingan maupun
konseling kelompok semata-mata hanya untuk kepentingan konselor saja.
Menurut Gibson (2011), tujuan dari bimbingan kelompok mengacu pada aktifitas-aktifitas
yang berfokus pada penyediaan informasi atau pengalaman lewat aktivitas kelompok secara
terencana dan terorganisasi
C. Fungsi Bimbingan Kelompok
Sebelum secara spesifik memahami fungsi BK kelompok tentunya kita perlu untuk kembali
melihat dan memahami terlebih dahulu fungsi dari bimbingan dan konseling itu sendiri.
Dalam Nursalim (2015) ada beberapa fungsi dari BK diantaramya:
· Fungsi pemahaman, adalah fungsi BK yang mana menumbuhkan pemahaman bagi peserta
didik / siswa baik mengenai lingkungannya dan dirinya secara pribadi.
· Fungsi pencegahan, merupakan fungsi BK yang berupaya mencegah individu agar tidak
menemui atau mengalami masalah yang dapat mengganggu perkembangannya.
· Fungsi perbaikan, ialah fungsi BK yang mana membantu siswa atau peserta didik
mengentaskan permasalahan yang dihadapinya.
· Fungsi pemeliharaan, yakni fungsi BK dalam hal menjaga perilaku peserta didik yang
sudah baik supaya jangan menjadi rusak.
· Fungsi pengembangan, adalah fungsi BK dalam hal mengembangkan potensi maupun
bakat yang dimiliki siswa.
· Fungsi penyaluran, ialah fungsi BK untuk membantu peserta didik untuk memilih dan
memantapkan penguasaan karier yang sesuai dengan minat, bakat, keterampilan dan
kakteristik kepribadian individu.
· Fungsi penyesuaian, adalah fungsi BK dalam membantu peserta didik menemukan
penyesuaian diri dan perkembangannya secara optimal.
· Fungsi adaptasi, yaitu fungsi BK untuk membantu staff sekolah untuk mengadaptasi
program pengajaran dengan minat, kemampuan serta kebutuhan peserta didik.
DAFTAR PUSTAKA
Gibson, Robert dan Marianne. 2011. Bimbingan dan Konseling. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Nursalim Mochamad. 2015. Pengembangan Profesi Bimbingan dan Konseling. Jakarta:
Erlangga
Prayitno. 1995. Layanan Bimbingan dan Konseling Kelompok (Dasar dan Profil). Jakarta: Ghalia
Indonesia.
Romlah, Titiek. 1989.Teori dan Praktek Bimbingan Kelompok. Jakarta: Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan Direktorat Jendral Perguruan Tinggi.
Winkel W.S, Sri hartini. 2006. Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Yogyakarta: Media
Abadi.