TEORI EKSPRESIF
Disusun Oleh :
Kelompok 2
Munira maida (23101006)
Asy Syifa almunawarah (23101007)
Maulida (23101019)
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Karena atas limpahan Karunia, Rahmat,
dan Hidayah-Nya yang berupa kesehatan, sehingga makalah yang berjudul “TEORI EKSPRESIF”
dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Makalah ini disusun sebagai tugas kelompok mata kuliah Teori Sastra. Kami berusaha
menyusun makalah ini dengan segala kemampuan, namun kami menyadari bahwa makalah ini
masih banyak memiliki kekurangan baik dari segi penulisan maupun segi penyusunan. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang bersifat membangun akan kami terima dengan senang hati demi
perbaikan makalah selanjutnya.
Semoga makalah ini bisa memberikan informasi mengenai Teori Strukturalisme, dalam Teori
Sastra dan bermanfaat bagi para pembacanya. Atas perhatian dan kesempatan yang diberikan untuk
membuat makalah ini kami ucapkan terima kasih.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………………………………..i
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………………...ii
BAB I
PENDAHULUAN……………………………………………………………………...…1 .........4
A. Latar Belakang…………………………………………………………………………….1
B. Rumusan Masalah…………………………………………………………………………1
BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………………………………2
A. Kesimpulan………………………………………………..………………………………6
B. Saran………………………………………………………………………………………6
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………………….7
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam teori sastra, dampak teori ekspresif dapat mencakup: Penekanan pada
Pengalaman Subjektif: Teori ekspresif mengakui pentingnya pengalaman pribadi dalam
membaca dan menafsirkan karya sastra. Pembaca diharapkan untuk merespons secara
emosional terhadap karya tersebut.Pemahaman Mendalam tentang Penulis: Teori ini
memungkinkan pembaca untuk lebih memahami penulis melalui karya sastra mereka. Pembaca
dapat melihat karya tersebut sebagai ungkapan dari pemikiran, perasaan, dan pengalaman
personal penulis. Eksplorasi Emosi dan Pengalaman Manusia: Karya sastra yang dibuat dengan
pendekatan ekspresif seringkali mengeksplorasi berbagai emosi dan pengalaman manusia
secara mendalam, sehingga memungkinkan pembaca untuk
merenungkan dan memahami aspek-aspek ini dalam kehidupan mereka sendiri.
Pengaruh pada Pembaca: Karya sastra yang dibuat dengan pendekatan ekspresif dapat
memiliki pengaruh yang kuat pada pembaca, memungkinkan mereka untuk merasakan,
merenungkan, dan berempati dengan pengalaman yang diungkapkan dalam karya tersebut.
Keanekaragaman Ekspresi Sastra: Teori ekspresif memungkinkan penulis untuk
mengekspresikan diri mereka dengan cara yang beragam, tidak terbatas pada struktur atau
konvensi tertentu. Ini memfasilitasi keberagaman dalam bentuk-bentuk sastra yang dihasilkan,
memperkaya panorama sastra secara keseluruhan.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Sejarah Teori ekspresif?
•abad ke-3 M, Longinus, dalam bukunya berjudul Peri Hypsous (Yun. = Tentang Keluhuran)
mengungkapkan bahwa ciri khas dan ukuran seni sastra adalah keluhuran (yang luhur, yang mulia,
yang unggul) sebagai sumber utama pemikiran dan perasaan pengarang, yang bersumber dari daya
wawasan yang agung, emosi atau nafsu (passion) yang mulia, retorika yang unggul, pengungkapan
(diksi) dan penggubahan yang mulia. Unsur terpenting dalam penciptaan seni sastra adalah
kreativitas dalam jiwa pengarang. Sumber-sumber keagungan itu mengilhami dan merasuki
katakata dengan semangat ilahi.
•Pandangan ini tidak banyak mempengaruhi pertumbuhan teori ekspresionisme. Baru sekitar
tahun 1800 (pada jaman Romantik, abad 18-19) teori ekspresivisme mendapat perhatian dan
berkembang dengan pesat.
medium untuk mengungkapkan dan berbagi pengalaman manusia secara mendalam dan
bermakna.
Dalam zaman ini, kritik ekspresif mendapat perhatian utama. Oleh karena karya sastra
dipahami sebagai ekspresi, peluapan, atau ungkapan perasaan pengarangnya, atau sebagai
hasil imajinasi pengarangnya yang menjabarkan pandangan, pemikiran, dan perasaannya,
maka tolok ukur penilaian terhadap karya sastra terutama ditujukan kepada: kesungguhan
hatinya (sincerity), keasliannya (genuineness), dan kememadaiannya (adequacy) dalam
mengungkapkan visi dan pemikiran individual si pengarang itu sendiri. Aspek-aspek itu
seringkali dicari di dalam karya sastra sebagai pembuktian akan watak dan
pengalamanpengalaman khusus pengarang,baik yang disadarinya maupun yang tidak
disadarinya. Kritik semacam ini masih diteruskan dalam tradisi- tradisi kritik sastra
psikoanalitik dan kritik kesadaran (critics of consciousness) dalam mazhab Jenewa.
• Teori Ekspresif Psikologis: Pendekatan ini menyoroti hubungan antara karya sastra dan
psikologi, mengaitkan ekspresi dalam karya sastra dengan aspek psikologis dari penulis.
• Teori Ekspresif Individualis: Teori ini menekankan keunikan dan kreativitas dalam
ekspresi penulis sebagai individu, menganggap karya sastra sebagai cermin dari kehidupan
dan pandangan dunia penulis.
• Teori Ekspresif Romantis: Dalam konteks Romantisisme, teori ini menyoroti ekspresi
emosional yang kuat dalam karya sastra, serta idealisasi kebebasan kreatif penulis.
• Teori Ekspresif Feminis: Pendekatan ini menekankan penggunaan sastra sebagai sarana
ekspresi dan pembebasan bagi perempuan, serta analisis terhadap pengalaman dan
ekspresi perempuan dalam karya sastra. Teori Ekspresif Budaya: Teori ini menyoroti
bagaimana karya sastra dapat menjadi ungkapan dari budaya dan identitas suatu kelompok
atau masyarakat, serta bagaimana ekspresi tersebut berdampak pada pembaca dari latar
belakang budaya yang berbeda.Teori Ekspresif Postkolonial: Dalam konteks
postkolonialisme, teori ini menyoroti bagaimana karya sastra dapat digunakan untuk
mengekspresikan pengalaman, identitas, dan perlawanan terhadap pengaruh kolonialisme
dan penindasan budaya.
A. Kesimpulan
Pandangan-pandangan teoretis mengenai pengarang memiliki kaitan timbal-balik dengan
'semangat jaman' yang berlaku pada suatu kurun waktu tertentu. Ada fase, di mana manusia
dipandang sebagai 'hamba sahaya' yang tidak pantas meniru-niru karya cipta Tuhannya. Ada tahap
lain, di mana orang memandang manusia sebagai ko- kreator 'Sang Pencipta Agung" yang
menggemakan keagungan-Nya Sang Pencipta melalui karya seninya sebagai ekspresi pengalaman
estetiknya berhadapan dengan alam (ilahi).Refleksi-refleksi lebih lanjut menunjukkan bahwa studi
sastra anatomik yang teknis-prosedural dengan mengabaikan faktor manusia, memunculkan
kesadaran baru untuk mendefinisikan kembali kedudukan dan hubungan antara pengarang; dan
karyanya. Dalam penjelasan Eco, ternyata bahwa antara pengarang dan teks, dan antara pembaca
dan teks terdapat diskrepansi yang tak mungkin seluruhnya dijelaskan karena ada dimensi-dimensi
transendental (ghostly) yang terlihat di dalamnya.
B. Saran
Saran dari makalah kami ini, kami berharap para pembaca dan pendengar mampu
memanfaatkannya sebagai sumber belajar untuk menambah ilmu wawasan dan
pengetahuan, dan tak lupa kritik dan sarannya agar kedepannya penulisan makalah kami
menjadi lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
https://ojs.unpkediri.ac.id
https://repository.uhn.ac.id