Anda di halaman 1dari 13

KONTEKS TUGAS KONSELOR

Dosen Mata Kuliah : IKKE YULIANI DHIAN P,M.Pd

Disusun oleh:

Reyhan Muhammad Iqbal (2314010078)


Alfindo Gilang Saputra (2314010085)
Dadag Prasukma (2314010101)

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NUSANTARA PGRI
2024/2025
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-
Nya. Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah
membawa umat-Nya menuju jalan yang terang benderang sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini dengan baik.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Konteks Tugas Konselor pada
program studi Bimbingan dan Konseling Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Nusantara PGRI Kediri. Semua ini tidak lepas dari bantuan dan keterlibatan dari berbagai pihak
yang telah mendukung dan memberikan bantuan, baik ide, pikiran maupun tenaga. Kami semua
mengucapkan terimakasih, khususnya kepada anggota kelompok 12 yang sangat berperan penting
dalam penyusunan makalah ini.

Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat untuk kedepannya dan bisa menjadi makalah
penelitian. Untuk selanjutnya kami berharap adanya masukan, baik berupa kritik maupun saran
untuk menyempurnakan makalah ini, terimakasih.

Kediri, 25 maret 2024

Kelompok 12
DAFTAR ISI

BAB I...............................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN...........................................................................................................................................4
1.1 LATAR BELAKANG.......................................................................................................................4
1.2 RUMUSAN MASALAH..................................................................................................................4
1.3 TUJUAN..........................................................................................................................................4
BAB II.............................................................................................................................................................5
ISI.................................................................................................................................................................... 5
2.1 PENGERTIAN KONTEKS TUGAS KONSELOR................................................................................6
2.2 KOMPONEN PENDIDIKAN................................................................................................................6
2.3 KOMPETENSI KONSELOR.................................................................................................................9
2.4 WILAYAH KERJA GURU BK/KONSELOR......................................................................................10
BAB III..........................................................................................................................................................11
PENUTUP.....................................................................................................................................................11
3.1 KESIMPULAN..............................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................................12
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pendidikan adalah proses pengubahan sikap
dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui
upaya pengajaran dan pelatihan.
Menurut Driyakarya, pendidikan adalah pemanusian atau pengembangan manusia muda ke
taraf insani. Sedangkan menurut Ki Hajar Dewantara, pendidikan merupakan tuntutan bagi
pertumbuhan anak-anak. Berdasarkan pengertian tentang pendidikan, dapat di rumuskan bahwa
pendidikan bisa di artikan yaitu, pendidikan mengandung pembinaan kepribadian,
pengembangan kemampuan, atau potensi yang perlu di kembangkan dari yang belum tahu
menjadi tahu.
Keberadaan konselor dalam sistem pendidikan nasional dinyatakan sebagai salah satu
kualifikasi pendidik, sejajar dengan kualifikasi guru, dosen, pamong belajar, tutor, widyaiswara,
fasilitator, dan instruktur (UUNo. 20Tahun 2003 pasal 1 ayat 6). Kesejajaran posisi ini tidaklah
berarti bahwa semua tenaga pendidik itu tanpa keunikan konteks tugas dan ekspestasi kerja.
Demikian juga konselor memiliki keunikan konteks kerja dan ekspektasi kinerja yang tidak
persis sama dengan guru. Hal ini mengandung implikasi bahwa untuk masing-masing kualifikasi
pendidik, termasuk konselor, perlu disusun standar kualifikasi akedemik dan kompetensi
berdasar kepada konteks tugas dan ekspektasi kinerja masing-masing.
Dengan mempertimbangkan berbagai kenyataan serta pemikiranyangtelah dikaji, bisa
ditegaskan bahwa pelayanan ahli bimbingan dan konseling yang dianggap oleh konselor berada
dalam konteks tugas ”kawasan pelayanan yang bertujuan mendirikan individu dalam menavigasi
perjalanan hidupnya melalui pengambilan keputusan tentang pendidikan termasuk yang terkait
dengan keperluan untuk memilih, meraih serta mempertahankan karir untuk mewujudkan
kehidupan yang produktif dan sejahtera, serta untuk menjadi warga masyarakat yang peduli
masalah umum melalui pendidikan”.
Sedangkan ekspektasi kinerja konselor yang mampu pelayanan bimbingan dan konseling
selalu digerakan motif alturistik dalam arti selalu menggunakan penyikapan yang empatik,
menghormati keragaman, serta mengedepankan kemaslahatan pengguna pelayanannya,
dilakukan dengan selalu mencermati kemungkinan dampak jangka panjang dari tindak
pelayanannya itu terhadap pengguna pelayanan, sehingga pengampu pelayanan profesional itu
juga dinamakan ”the reflective practitioner”.

1.2 RUMUSAN MASALAH


Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, berikut ini rumusan masalah makalah:
1. Apa Saja Komponen Pendidikan ?
2. Bagaimana Kompetensi Konselor ?
3. Bagaimana Wilayah Kerja Guru BK/Konselor ?

1.3 TUJUAN
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan, berikut ini tujuanpenulisan makalah:
1. Menjelaskan Apa Saja Komponen Pendidikan.
2. Menjelaskan Apa Saja Kompetensi Yang Harus Dimiliki Konselor.
3. Menjelaskan Wilayah Kerja Guru BK/Konselor.
BAB II
ISI

2.1 PENGERTIAN KONTEKS TUGAS KONSELOR


Konteks tugas konselor adalah untuk membantu peserta didik dalam menumbuh kembangkan
potensinya sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, minat, dan kepribadian peserta didik. Konselor
memiliki tugas untuk mengembangkan peserta didik secara optimal dan mengarahkan siswa ke
dunia kerja. Dalam pendidikan formal di Indonesia, konselor dapat berperan sebagai konselor,
konsultan, koordinator, agen orientasi, agen asesmen, pengembang karir, dan agen pencegahan.

2.2 KOMPONEN PENDIDIKAN


Pendidikan adalah sebuah usaha yang terencana dalam mewujudkan proses pembelajaran
yang efektif. Sehingga anak-anak bisa mengembangkan potensi dirinya dalam hal spiritual,
pengendalian diri, kepribadian dll. Dalam pengertian diatas terlihat bahwa pendidikan dilaksanakan
dengan mewujudkan pembelajaran yang dirancang agar peserta didik dapat mengembangkan
kemampuan dan potensi yang dimiliki.
Banyak hal yang perlu diperhatikan agar tujuan utama suatu pendidikan bisa tercapai.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah penyusunan konsep, perencanaan, pelaksanaan hingga
evaluasi atau penilaian pendidikan. Pendidikan tidak cukup hanya dengan proses pembelajaran saja,
namun dibutuhkan sebuah sistem yang terstruktur sehingga Pendidikan yang ada di setiap instansi
sekolah dapat beraktivitas dan berkelanjutan.
Sistem pendidikan memiliki sebuah komponen-komponen utama yang saling terkait untuk
membangun pendidikan agar mencapai tujuan. PH Coombs (1968) menyebutkan bahwa ada
beberapa komponen Pendidikan yaitu:
1. Tujuan Pendidikan
Tujuan pendidikan merupakan suatu hal yang ingin dicapai olehlembaga pendidikan melalui
suatu kegiatan pendidikan. Tujuan pendidikan ini didasari oleh sifat ilmu pendidikan yang normatif
dan praktis. Ilmu pendidikan sebagai ilmu pengetahuan normatif, ilmu pendidikan merumuskan
kaidah-kaidah, norma-norma dan ukuran tingkah laku manusia. Ilmu pendidikan sebagai ilmu
pengetahuan prkatis, tugas pendidikan dalam hal ini adalah menanamkan system norma tingkah
laku yang dijunjung tinggi oleh lembaga pendidikan dalam masyarakat melalui para pendidik.
Tujuan pendidikan dapat dilihat dalam kurikulum pendidikan yang terjabar mulai dari
a. Tujuan nasional, adalah tujuan yang ingin dicapai oleh bangsa seperti yang dicantumkan pada
pembukaan UUD 1945.
b. Tujuan institusional, adalah tujuan yang ingin dicapai oleh suatu lembaga pendidikan.
c. Tujuan kurikuler, adalah tujuan yang ingin dicapai oleh tiap bidang studi pelajaran/mata kuliah.
d. Tujuan instrukisonal, adalah tujuan yang ingin dicapai oleh suatu standar kompetensi dan
kompetensi dasar. Dengan penjabaran tersebut, dapat terlihat bahwa tujuan pendidik atau guru
dalam pembelajaran dikelas berkaitan dengan tujuan pendidikan nasional yang bersumber pada
Pancasila dan UUD 1945.
2. Peserta Didik
Berkembangnya konsep pendidikan, berpengaruh pada pemikiranmasyarakat terhadap
pengertian peserta didik. Kalau dulu orang berpikir peserta didik terdiri dari anak-anak pada usia
sekolah saja, maka sekarang peserta didik dimungkinkan termasuk juga didalamnya orang dewasa.
Maka dari itu, dapat disimpulkan bahwa peserta didik adalah anggota masyarakat yang
berusaha mengembangkan kemampuan/potensi/bakat yang ada pada diri mereka melalui proses
pembelajaran yang disediakan oleh lembaga pendidikan dan pada jalur, jenjang dan jenis
pendidikan tertentu/sesuai dengan usia mereka. Peserta didik dapat di didik karena mereka memiliki
kemampuan/potensi/bakat yang memungkinkan untuk dikembangkan, mempunyai daya eksplorasi
(penjelajahan dengan tujuan memperoleh pengetahuan yang lebihbanyak), dan dorongan untuk
menjadi manusia yang lebih baik.
3. Pendidik
Salah satu komponen penting dalam pendidikan adalah pendidik. Secara akademis, pendidik
adalah tenaga kependidikan yakni anggota masyarakat yang mengabdikan diri dan diangkat pada
lembaga tertentu yang berkualitas, seperti guru, dosen, tutor, fasilitator, instruktur, dan sebutan lain.
Terdapat beberapa jenis pendidik yang tidak terbatas pada pendidik di sekolah saja. Dilihat
dari lembaga pendidikan, munculah beberapa individu yang tergolong pada pendidik. Pertama guru
sebagai pendidik dalam lembaga sekolah, kedua orang tua sebagai pendidik dalam lingkungan
keluarga, dan ketiga pimpinan masyarakat baik formal maupun nonformal sebagai pendidik
dilingkungan masyarakat. Sehubungan dengan hal tersebut yang termasuk kategori pendidik
adalahsebagai berikut :
a. Orang Dewasa
Orang dewasa sebagai pendidik dilandasi oleh sifat umum kepribadian orang dewasa,
sebagaimana dikemukakan oleh syaifullah yaitu:
Manusia yang memiliki pandangan hidup dan prinsip hidup yang pasti dan tetap. Manusia
yang telah memiliki tujuan hidup atau cita-cita hidup tertentu, termasuk cita-cita untuk mendidik.
Manusia yang cakap mengambil keputusan batin sendiri atau perbuatannya sendiri dan yang akan
dipertanggung jawabkan sendiri. Manusia yang telah cakap menjadi anggota masyarakat secara
konstruktif dan aktif penuh inisiatif, Manusia yang telah mencapai umur kedewasaan, paling rendah
18 tahun, Manusia berbudi luhur dan berbadan sehat, Manusia yang memiliki kepribadian.
b. Orang Tua
Kedudukan orang tua sebagai pendidik, merupakan pendidik yang kodrati dalam lingkungan
keluarga. Artinya orang tua sebagai pendidik utama dan yang pertama yang berlandaskan pada
hubungan kasih sayang bagi keluarga atau anak yang lahir di lingkungan keluarga mereka.
Kedudukan orang tua sebagai pendidik sudah berlangsung lama, bahkan sebelum ada orang yang
memikirkan tentang pendidikan.
c. Guru/ Pendidik di Sekolah
Guru sebagai pendidik di sekolah yang secara langsung maupun tidak langsung mendapat
tugas dari orang tua atau masyarakat untuk melaksanakan pendidikan. Karena itu, kedudukan guru
sebagai pendidik harus memenuhi persyaratan-persyaratan, baik persyaratan pribadi maupun
persyaratan jabatan. Persyaratan pribadi didasarkan pada ketentuan yang terkait dengan nilai dari
tingkah laku yang dianut, kemampuan intelektual, sikap dan emosional. Persyaratan jabatan
(profesi) terkait dengan pengetahuan yang dimiliki, baik yang berhubungan dengan pesan yang
ingin disampaikan, maupun cara penyampainnya.
d. Pemimpin Masyarakat dan Pemimpin Keagamaan Peran pemimpin masyarakat menjadi
pendidik didasarkanpada aktifitas dari pemimpin tersebut dalam mengadakan pembinaan atau
bimbingan kepada anggota masyarakat yang dipimpin. Pemimpin keagamaan sebagai pendidik
tampak pada aktifitas pembinaan atau pengembangan sifat kerohanian manusia, yang didasarkan
pada nilai-nilai keagamaan.

4.Alat dan Fasilitas Pendidikan


Alat dan fasilitas pendidikan sangat dibutuhkan dalam mendukung proses pendidikan. Dengan
adanya fasilitas-fasilitas pendidikan, maka proses pendidikan akan berjalan dengan lancar. Sehingga
tujuan pendidikan akan lebih mudah dicapai. Contoh alat dan fasilitas pendidikan diantaranya
adalah ruang kelas, lapangan upacara, laboratorium lengkap dengan alat-alat percobaannya, internet
di ruang lingkup sekolah, lapangan olahraga, tempat ibadah, perpustakaan, WC sekolah, kantin
sekolah, ruang UKS, dan masih banyak lagi yang lainnya.
5. Metode Pendidikan
Salah satu hal yang harus dilakukan oleh guru adalah dapat menguasai keadaan kelas
sehingga tercipta suasana belajar yangmenyenangkan. Dengan demikian, guru harus menerapkan
metode pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik peserta didiknya.
6. Isi Pendidikan
Isi pendidikan memiliki kaitan yang erat dengan tujuan pendidikan. Untuk mencapai tujuan
pendidikan perlu disampaikan kepada peserta 7 didik isi/ materi yang biasanya disebut kurikulum
dalam Pendidikan formal. Kurikulum adalah perangkat mata pelajaran dan program pendidikan
yang diberikan oleh suatu lembaga penyelenggara Pendidikan yang berisi rancangan pelajaran yang
akan diberikan kepada peserta didikdalam satu periode jenjang pendidikan. Macam-macam
Pendidikan tersebut terdiri dari pendidikan agama, pendidikan sosial, Pendidikan keterampilan,
pendidikan jasman, dll.
7. Lingkungan Pendidikan
Lingkungan pendidikan adalah segala sesuatu yang ada di luar diri anak yang ada di alam
semesta dan yang memberikan pengaruh terhadap perkembangannya. Dengan kata lain lingkungan
pendidikan merupakan latar tempat berlangsungnya proses pendidikan.
Lingkungan pendidikan dapat berupa benda-benda, orang-orang, keadaan-keadaan, dan
peristiwa-peristiwa yang ada di sekitar peserta didik yang bisa memberikan pengaruh terhadap
perkembangannya, baiksecara langsung maupun tidak langsung, baik secara sengaja maupun tidak
disengaja. Terdapat tiga pusat lingkungan pendidikan, dimanalingkungan tersebut meliputi
lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat.
Komponen pendidikan ini semuanya harus terpenuhi dalam pelaksanaan pendidikan. Ketika
salah satu tidak terpenuhi maka akan menghambat komponen yang lain. Contoh pendidik, ketika
komponen ini tidak ada maka bisa dipastikan hal-hal lain seperti fasilitas, teknologi dan peserta
didik tidak akan terpenuhi. Karena aspek pendidikan memerlukan tenaga pendidik. Begitu juga
yang lain, apabila ada salah satu komponen yang tidak terpenuhi maka akan berdampak pada
komponen yang lain karena antar komponen memang saling berkaitan.
Oleh karena itu, kewajiban memenuhi komponen diatas dalam rangka melaksanakan
pendidikan yang baik harus menjadi prioritas yang paling utama. Apalagi dalam penyelenggaraan
pendidikan nasional, kementrian pendidikan dan pihak-pihak terkait perlu memperhatikan setiap
detail dari komponen-komponen sistem pendidikan diatas dan memastikan agar terpenuhi agar
tujuan pendidikan nasional dapat tercapai dengan mudah.

2.3 KOMPETENSI KONSELOR


Sebagaimana lazimnya dalam suatu profesi, sosok utuh kompetensi konselor terdiri atas 2
komponen yang berbeda namun terintegrasi dalam praksis sehingga tidak bisa dipisahkan yaitu
kompetensi akademik dan kompetensi profesional.
1. Kompetensi Akademik Konselor
Sebagaimana layanan ahli pada bidang lain seperti akutansi, notariat dan layanan medik
kompetensi akademik konselor yang utuh diperoleh melalui program S1 Pendidikan Profesional
Konselor Terintegrasi (Kardinata, Sunaryo: 2008.). Ini berarti, untuk menjadi pengampu
pelayanan dibidang pendidikan profesional guru. Kompetensi akademik seorang Konselor
Profesional terdiri atas kemampuan :
a. Mengenal secara mendalam konseli yang hendak dilayani. Sosok kepribadian serta
dunia konseli yang perlu didalami oleh konselor meliputi bukan saja kemampuan
akademik yang selama ini dikenal sebagai intelegensi yang hanya mencakup kemampuan
kebahasaan dan kemampuan numerikal matematika yang lazim dinyatakan sebagai IQ
yang mengedepankan kemampuan berpikir analitik, melainkan juga seyogiyanya melebar
kesegenap spektrum kemampuan intelektual manusia sebagaimana dipaparkan dalam
gagasan intelegensi multipel.
b. Menguasai khasanah teoritik dan prosedural termasuk teknologi dalam bimbingan dan
konseling. Penguasaan kahasanah teoritik dan prosedural serta teknologi dalam
bimbingan dan konseling mencakup kemampuan :
1) Menguasai secara akademik teori, prinsip, teknik dan prosedur dan saran yang
digunakan dalam penyelenggaraan pelayanan bimbingan dan konseling.
2) Mengemas teori, prinsip, prosedur serta sarana bimbingan dan konseling sebagai
pendekatan, prinsip, teknik dan prosedur dalam 9 penyelenggaraan pelayanan bimbingan
dan konseling yang mendirikan.
3) Menyelenggarakan layanan ahli bimbingan dan konseling yang memandirikan. Untuk
menyelenggarakan pelayanan bimbingan dan konseling yang memandirikan. seorang
konselor harus mampu:
a) Merancang kegiatan pelayanan bimbingan dan konseling.
b) Menilai proses dan hasil kegiatan pelayanan bimbingan dan konseling serta melakukan
penyusuaian-penyesuaian sambil jalan (mid-course adjustments) berdasarkan keputusan
transasional selama rentang proses bimbingan dan konseling dalam rangka memandirikan
konseli (mind competence).
c) Mengimplementasikan kegiatan pelayanan bimbingan dan konseling
d) Mengembangkan Profesionalitas sebagai konselor secaraberkelanjutan.
2. Kompetensi Profesional Konselor
Penguasaan Kompetensi Profesional Konselor terbentuk melalui latihan dalam menerapkan
Kompetensi Akademik dalam bidang bimbingan dan konseling yang telah dikuasai itu dalam
konteks otentik disekolah atau arena terapan layanan ahli lain yang relevan melalui Program
Pendidikan Profesi Konselor berupa Program Pengalaman Lapangan (PPL) yang sistematis dan
sungguh-sungguh (rigorous), yang terentang mulai dari observasi dalam rangka pengenalan
lapangan, latihan bimbingan (supervised prctice) yang kemudian terus meningkat menjadi latihan
melalui penguasaan struktur (self-initiated practice) dalam program pemegangan, kesemuanya di
bawah pengawasan Dosen Pembimbing dan Konselor Pamong. (Tohirin: 2007)
Sesuai dengan misinya untuk menumbuhkan kemampuan profesional konselor, maka kriteria
utama keberhasilan dalam keterlibatan mahasiswa dalam Program Pendidikan Profesi Konselor
berupa Program Pengalaman Lapangan itu adalah pertumbuhan kemampuan calon konselor 10
dalam menggunakan rentetan panjang keputusan-keputusan kecil yang di bingkai kearifan dalam
mengorkestrasikan optimasi pemanfaatan dampak layanannya demi ketercapaian kemandirian
konseli dalamkonteks tujuanutuh pendidikan. Oleh karena itu, pertumbuhan kemampuan
mahasiswacalon konselor sebagaimana digambarkan di atas, mencerminkan lintasan dalam
pertumbuhan penguasaan kiat profesional dalam menyelenggarakan pelayanan Bimbingan dan
Konseling yang berdampak menumbuhkan sosok utuh profesional konselor sebagai praktisi yang
aman buat konseli (safe practitioner).
Ini berarti bahwa, asesmen penguasaan kemampuan profesional itu perlu lebih
mengedepankan rekan jejak (track record) dalam penyelenggeraan pengelolaan pelayanan
bimbingan dan konseling dalam kurun waktu tertentu. Demi transparansi, asesmen penguasaan
kompetensi profesional calon konselor itu dilakukan dengan menggunakan penguji luar baik
dosen Bimbingan dan Konseling yang berasal dari LPTK lain, unsur Asosiasi Bimbingan dan
Konseling Indonesia (ABKIN) maupun konselor pamong yang berasal dari sekolah lain.
Mahasiswa yang berhasil dengan baik menguasai kompetensi profesional konselor melalui
Program Pendidikan Profesional Konselor yang berupa Program Pengalaman Lapangan
sebagaimana dipaparkan dalam bagian ini, dianugerahi Sertifikat Konselor dan berhak
mencantumkan singkatan gelar profesi ”Kons” di belakang namanya.
Rumusan Standar Kompetensi Konselor telah dikembangkan dan dirumuskan atas dasar
kerangka pikir yang menegaskan konteks tugas dan ekspektasi kinerja konselor. Namun bila ditata
ke dalam empat kompetensi pendidik sebagaimana tertuang dalam PP 19/2005, maka rumusan
kompetensi akademik dan profesional konselor dapat dipetakan dan dirumuskan ke dalam
kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional. (ABKIN: 2018)
2.4 WILAYAH KERJA GURU BK/KONSELOR
Wilayah kerja guru BK/konselor diatur oleh Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan
Direktorat Jenderal Guru Dan Tenaga Kependidikan Tahun 2016 bahwa pelaksanaan bimbingan dan
konseling di sekolah didasarkan kepada tujuan, prinsip, dan azas bimbingan dan konseling.
Kegiatannya mencakup semua komponen dan bidang layanan melalui layanan langsung, media,
kegiatan administrasi, peminatan peserta didik, serta kegiatan tambahan dan pengembangan
keprofesian berkelanjutan guru bimbingan dan konseling atau konselor.
Layanan langsung, meliputi (1) konseling individual, (2) konseling kelompok, (3) bimbingan
kelompok, (4) bimbingan klasikal, (5) bimbingan kelas besar atau lintas kelas, (6) konsultasi, (7)
kolaborasi, (8) alih tangan kasus, (9) kunjungan rumah, (10) advokasi, (11) konferensi kasus,
dan(12) peminatan.
Layanan melalui media, meliputi (1) papan bimbingan, (2) kotak masalah, (3) leaflet, dan (4)
pengembangan media bimbingan dan konseling. Kegiatan administrasi, meliputi (1) pelaksanaan
dan tindak lanjut asesmen kebutuhan, (2) penyusunan dan pelaporan program kerja, (3) evaluasi
program bimbingan dan konseling, dan (4) pelaksanaan administrasi dan manajemen bimbingan dan
konseling. Kegiatan tugas tambahan, meliputi (1) Kepala/Wakil Kepala Sekolah, Pembina OSIS,
Pembina Ekstrakurikuler, Pembina Pramuka, dan Koordinator BK. Serta pengembangan
keprofesian berkelanjutan konselor/guru bimbingan dan konseling, meliputi (1) seminar, (2)
workshop, (3) pendidikan dan pelatihan, dan (4) studi lanjut.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN

Ada tiga komponen penting yang memungkinkan terjadinya proses pendidikan, diantaranya
peserta didik, pendidik dan materi yang akan diberikan. Komponen lain seperti alat dan fasilitas
pendidikan, metode pendidikan, dan lingkungan pendidikan berperan sebagai komponen
pendukung. Meski tiga komponen utama telah dipenuhi sebagai syarat utama terjadinya proses
pendidikan, namun komponen pendukung lainnya juga perperan penting. Dalam hal ini, antara
komponen yang satu dengan yang lain sangatlah saling berhubungan. Jika sebuah lembaga
pendidikan menginginkan pendidikan di lembaganya berjalan dan berkembang dengan baik,
adanya komponen pendukung ini sangat diperlukan. Karena dengan demikian, pendidik dapat
menyalurkan ilmunya dengan maksimal dan peserta didik pun dapat menerima materi
pembelajaran dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA

Kardinata, Sunaryo. (2008). Penataan Pendidikan Profesional Konselor dan


Layanan Bimbingan dan Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal.
Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Tohirin. (2007). Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (Berbasis


Integrasi). Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Winkel dan Sri Hastuti.
2005. Bimbingan dan Konseling Di Institusi Pendidikan. Yogyakarta:
MEDIA ABADI.

ABKIN. (2018). Kode Etik Bimbingan dan Konseling Indonesia. Yogyakarta:


Pengurus Besar Asosiasi Bimbingan dan Konseling.

Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Guru Dan Tenaga


Kependidikan. 2016. Panduan Operasional Penyelenggaraan Bimbingan
Dan Konseling Sekolah Menengah Atas (SMA). Jakarta: Tim Penyusun
Panduan Bimbingan Dan Konseling Sekolah Dasar , Sekolah Menengah
Pertama, Sekolah Menengah Atas, Dan Sekolah Menengah Kejuruan.

Anda mungkin juga menyukai