Anda di halaman 1dari 12

Pengaruh Model Pembelajaran Dan Self-Efficacy Terhadap

Hasil Belajar Matematika Siswa SMA Negeri 1 Parigi

Elis Yunianti1, Maxinus Jaeng dan Mustamin2


yuniantielis@yahoo.co.id
1
(Mahasiswa Magister Pendidikan Sains Program Pascasarjana Universitas Tadulako)
2
(Staf Pengajar Magister Pendidikan Sains Program Pascasarjana Universitas Tadulako)

Abstract
The research aimed to describe the influence of instruction model and self-efficacy to the
student’s mathematics learning achievements. The research used quasi-experiment method with 2 x
2 factorial designs. Population of this research was students at grade XP.Mia SMA Negeri 1 Parigi in
District of South Parigi. Sample of this research was students at Grade XE (28 students) and
students at grade XF (30 students). Data was collcted by simple random sampling technique.
Variable of this research was namely: independent variable was instruction model and self-efficacy
and dependent variable was mathematics learning achievements. The data was collected by
documentation, questionnaire, and learning achievement test. The result of the research was
shown: (1) There was a significant different of student’s mathematics achievements between
students were learning by PBL instruction model and studens were learning by STAD type of
cooperative learning; (2) There was a significant different of student’s mathematic learning
achievements with high self-efficacy and student’s achievements with low self-efficacy; (3) There
was an interaction between teacher instruction model and student self-efficacy; (4) student’s
mathematics achievements with high self-efficacy, who was learning with PBL instruction model
don’t be better than student, who was learning with STAD type of cooperative learning model; (5)
Student’s mathematics learning achievements with low self-efficacy, who was learning with PBL
instruction model were better than student who learning by STAD type of cooperative learning
model; (6) Student’s mathematics learning achievements who were learning with PBL instruction
model, between student with high self-efficacy better than student’s with low self-efficacy; (7)
Student’s mathematics learning achievements who learning with STAD type of cooperative learning
model, between student with high self-efficacy better than student’s with low self-efficacy
Keywords: PBL model, Self-efficacy, STAD type of cooperative learning model, learning
achievement

Keunggulan suatu bangsa tidak hanya dan ketidakpastian sejalan dengan


diukur dan bertumpu semata-mata pada perkembangan lingkungan yang begitu pesat,
kekayaan sumber alam yang melimpah dan seperti teknologi, ilmu pengetahuan, ekonomi
dimiliki oleh suatu bangsa melainkan juga dan sosial budaya, sehingga siswa dituntut
dilihat pada ketersediaan dan keunggulan untuk belajar lebih banyak dan proaktif agar
sumber daya manusia (SDM) yang mereka memiliki pengetahuan dan
berkualitas, yaitu tenaga pendidik yang keterampilan/ keahlian yang memadai. Para
terdidik serta mampu menghadapi tantangan siswa saat ini hidup dalam dunia yang
yang timbul seiring dengan perubahan yang berbeda jauh dan lebih kompleks
terjadi di segala bidang kehidupan manusia, dibandingkan dengan zaman sebelumnya.
khususnya dalam kehidupan era globalisasi. Guru sebagai tenaga kependidikan di
Hosnan (2014) mengatakan bahwa di sekolah, sebagai ujung tombak atau sebagai
Abad 21 ini para siswa menghadapi resiko sosok terdepan di dalam bidang pendidikan,

8
9 e-Jurnal Mitra Sains, Volume 4 Nomor 1, Januari 2016 hlm 8-19 ISSN: 2302-2027

dituntut mampu memberikan pengetahuan, alasan, mengajukan pertanyaan dan


sikap dan perilaku, dan keterampilan melalui menyelesaikan permasalahan matematika
model dan pola pembelajaran yang sesuai masih kurang, (3) siswa memandang
dengan tuntutan perkembangan zaman. matematika sebagai suatu mata pelajaran yang
Penerapan kurikulum 2013 melalui mem-bosankan monoton dan menakutkan.
pendekatan saintifik dan kontekstual, Self-efficacy merupakan suatu keyakinan
merupakan salah satu cara untuk menghadapi yang harus dimiliki siswa agar berhasil dalam
perkembangan zaman. Model pembelajaran proses pembelajaran. Menurut Bandura
yang diterapkan diantaranya: discovery/ (1994) keberhasilan dan kegagalan siswa
inquiri, project based learning, problem yang dialami siswa dapat dipandang sebagai
based learning, dan model-model suatu penga-laman belajar. Pengalaman
pembelajaran lain yang mendukung proses belajar ini akan menghasilkan self-efficacy
pembelajaran dalam pendekatan scientific. dalam menye-lesaikan permasalahan sehingga
Dengan penerapan pembelajaran ini kemampuan belajarnya akan meningkat,
diharapkan siswa memiliki kompetensi yang diperlukan self-efficacy yang positif dalam
seimbang antara attiude (sikap), skill pembelajaran agar siswa dapat mencapai
(keterampilan), dan knowledge (pengetahuan) tujuan pelajarannya dan mencapai prestasi
yang lebih baik, sehingga hasil belajarnya belajar yang maksimal.
diharapkan melahirkan peserta yang Zimmerman (2000) menyatakan bahwa
produktif, kreatif, inovatif melalui penguatan self-efficacy akan membuat siswa termotivasi
ranah sikap, ketrampilan dan pengetahuan untuk belajar melalui penggunaan diri sebagai
yang terintegrasi. proses penetapan tujuan, self-monitoring,
Matematika merupakan salah satu evaluasi diri, dan strategi yang digunakan.
pelajaran yang bertujuan untuk mendidik Hal ini sesuai dengan pendapat Bandura
siswa mampu berfikir logis, analitis, (2000) yang meng-atakan bahwa self-efficacy
sistematis, kritis, serta kreatif memiliki yang merupakan kontruksi sentral yang akan
peranan penting dalam dunia pendidikan. mempengaruhi pengambilan keputusan, dan
Akan tetapi kenyataan masih adanya mempengaruhi tindakan yang akan
anggapan bahwa matematika sebagai salah dilakukannya. Makin besar self-efficacy
satu pelajaran yang menakutkan, sulit seseorang makin besar upaya, ketekunan, dan
dipahami dan kurang menarik bagi siswa pada fleksibilitasnya. Self-efficacy juga
setiap satuan pendidikan menyebabkan mempengaruhi pola pikir dan reaksi
matematika mem-butuhkan perhatian khusus. emosionalnya. Bandura (1994) menyatakan
Kesulitan dalam matematika disebabkan seseorang dengan self-efficacy yang rendah
oleh beberapa faktor diantaranya adalah: (1) akan mudah menyerah, cenderung menjadi
kesulitan mengkomunikasikan ide-ide ke stres, depresi, dan mempunyai visi yang
dalam bahasa matematika pada saat diberikan sempit tentang apa yang terbaik untuk
soal-soal yang ada kaitannya dengan menyelesaikan masalah itu. Sedangkan self-
kehidupan sehari-hari. Dalam penelitiannya efficacy yang tinggi, akan membantu
Kenedy dalam Marlina, dkk. (2014) seseorang dalam menciptakan suatu perasaan
menyatakan bahwa soal-soal yang tenang dalam menghadapi masalah atau
berhubungan dengan bilangan tidak begitu aktivitas yang sukar.
menyulitkan siswa, namun soal-soal yang Mahardikawati (2011) dalam
menggunakan kalimat sangat menyulit-kan penelitiannya menyimpulkan bahwa semakin
siswa dalam menyelesaikannya, (2) keyakinan tinggi self-efficacy semakin tinggi pula
siswa (self efficacy) terhadap kemampuan prestasi belajar yang dicapai siswa dan
yang dimilikinya dalam memberi-kan alasan- semakin rendah self-efficacy semakin rendah
Elis Yunianti, dkk. Pengaruh Model Pembelajaran dan Self-Efficacy terhadap Hasil Belajar ……………………… 10

pula prestasi belajar yang dicapai siswa. menemukan pengetahuan bagi siswa, (3)
Sehingga diharapakan siswa dapat melakukan dapat meningkatkan aktivitas pem-belajaran
pengembangan internal untuk meningkatkan siswa, (4) dapat membantu siswa untuk
self-efficacy yang dimilikinya. Sehingga membentuk pengetahuan mereka untuk me-
sebagai guru diharapkan dapat menciptakan mahami masalah dalam kehidupan nyata, (5)
iklim yang kondusif bagi pengembangan self- dapat membantu siswa untuk mengmbangkan
efficacy. pengetahuan barunya dan bertanggungjawab
Problem-based learning (PBL) termasuk dalam pembelajran yang mereka lakukan, (6)
salah satu model pembelajaran yang sangat dapat mendorong untuk melakukan evaluasi
populer. PBL berorientasi pada proses belajar sendiri baik hasil maupun proses belajarnya,
siswa (student-centered learning), termasuk (7) dapat memperlihatkan kepada siswa
dalam salah satu model pembelajaran yang bahwa setiap mata pelajaran (matematika,
perlu diterapkan dengan menggunakan pen- sejarah dan lain-lain) pada dasarnya cara
dekatan saintifik. PBL juga bisa didefenisikan berfikir dan sesuatu yang harus dimengerti
sebagai lingkungan belajar yang didalamnya oleh siswam bukan hanya sekedar belajar dari
meng-gunakan masalah untuk belajar; guru atau buku-buku saja. (8) PBL dianggap
sebelum mempelajari sesuatu, siswa lebih menyenangkan dan disukai siswa, (9)
diharuskan meng-identifikasi suatu masalah, dapat memberikan kesempatan kepada siswa
baik yang dihadapi secara nyata maupun untuk mengaplikasikan pengetahuan yang
telaah kasus. mereka miliki dalam dunia nyata.
Tujuan secara umum dari model Hasil penelitian Tarmizi dan Bayat
pembelajaran PBL adalah: (1) membantu (2012) dengan membandingkan kinerja
siswa mengembang-kan kemampuan berfikir kelompok PBL dan konvensional
kritis, (2) kemampuan pemecahan masalah, menunjukkan adanya ada perbedaan yang
serta (3) kemampuan intelektual. (4) Belajar signifikan. Kinerja rata-rata dari kelompok
berbagai peran orang dewasa melalui PBL lebih baik dari konvensional. Pusat
keterlibatan siswa dalam pengalaman nyata efektivitas PBL adalah kemampuan siswa
atau simulasi (Putra, 2013), (5) Kemandirian untuk bekerja dalam memecahkan masalah,
belajar dan ketrampilan sosial siswa sehingga PBL dapat dirancang untuk mem-
berkolaboransi untuk meng-identifikasi fasilitasi pembelajaran kolaboratif siswa.
informasi, strategi, dan sumber belajar, yang Demikian juga penelitian dari dari Stanis
relevan untuk menyelesai-kan masalah (2010) yang menunjukkan bahwa model PBL
(Hosnan, 2014). Jadi, PBL merupakan model lebih efektif daripada model cooperative
pembelajaran yang menantang siswa untuk learning tipe jigsaw ditinjau dari aspek
belajar dan bekerja sama secara aktif, baik ketrampilan berfikir tinggi, sikap siswa, self
dengan berpasangan atau berkelompok untuk concept, dan motivasi belajar siswa.
mengembangkan cara berfikir dengan Model pembelajaran yang juga dapat
menemukan masalah, membangun ditempuh guru, adalah mengembangkan pola
pemahaman, serta mencari alternatif pengajaran yang menekankan kerjasama antar
penyelesaian masalah untuk memperoleh siswa. Hal senada dikemukakan Crambs
pengetahuan dan ketrampilan. Menurut dalam Ahmadi (1991) mengatakan bahwa,
Sanjaya (2011) model pembelajaran PBL untuk membentuk individu siswa menjadi
memiliki keunggulan yaitu: (1) PBL manusia yang demokratis, guru menekankan
merupakan model yang cukup bagus untuk prinsip kerjasama atau kerja kelompok,
lebih memahami isi pelajaran, (2) pemecahan dinamakan “group process” atau proses
masalah dapat menantang kemampuan siswa kelompok yaitu cara individu mengadakan
serta memberikan kepuasaan untuk relasi dan kerjasama dengan individu lain
11 e-Jurnal Mitra Sains, Volume 4 Nomor 1, Januari 2016 hlm 8-19 ISSN: 2302-2027

untuk mencapai tujuan kerjasama, atau berkurang; (8) pemahaman yang lebih
dengan kata lain guru menerapkan model mendalam; (9) meningkatkan motivasi lebih
pengajaran kooperatif. Pembelajaran besar.
kooperatif tipe sudent teams achievement Ardana, dkk. (2013) dalam penelitiannya
division (STAD), merupakan salah satu dari tentang studi komperatif penerapan model
pembelajaran model kooperatif. Tipe pembelajaran berbasis masalah dan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD ini sangat pembelajaran kooperatif tipe STAD terhadap
sederhana karena hanya membagi siswa ketrampilan berfikir kritis dan kinerja ilmia
beberapa kelompok kecil (4-5 biologi SMA. Kesimpulan penelitian ini (1)
orang/kelompok) dan merupakan campuran terdapat perbedaan keterampilan berpikir
tingkat kemampuan, jenis kelamin dan suku. kritis dan kinerja ilmiah siswa yang belajar
Model pembelajaran ini pada hakekatnya dengan model pembelajaran berbasis masalah
adalah menggali dan mengem-bangkan di-bandingkan siswa yang belajar dengan
keterlibatan siswa secara aktif dalam proses model pembelajaran kooperatif tipe STAD,
belajar mengajar dan ini sangat baik untuk (2) terdapat perbedaan keterampilan berpikir
diterapkan pada mata pelajaran yang kritis antara siswa yang belajar dengan model
dirasakan guru sangat sulit dipahami siswa pembelajaran berbasis masalah dengan siswa
dan salah satunya adalah mata pelajaran yang belajar dengan model pembelajaran
matematika. kooperatif tipe STAD, dan (3) terdapat
Sriyati, dkk. (2014) menyimpulkan perbedaan kemampuan kinerja ilmiah antara
bahwa prestasi belajar matematika siswa yang siswa yang belajar dengan model
mengikuti model pembelajaran kooperatif tipe pembelajaran berbasis masalah di-bandingkan
STAD lebih baik daripada prestasi belajar siswa yang belajar dengan model
matematika siswa yang mengikuti model pembelajaran kooperatif tipe STAD.
konvensional. Ada interaksi antara model Berdasarkan hasil penelitian terdahulu
pembelajaran dan motivasi belajar terhadap diatas, maka peneliti termotivasi untuk
hasil belajar matematika. Siswa yang melakukan penelitian dengan judul
memiliki motivasi belajar tinggi, prestasi “Pengaruh Model Pembelajaran dan self-
belajar matematika siswa yang mengikuti efficacy terhadap hasil belajar siswa SMA
model kooperatif tipe STAD lebih baik Negeri 1 Parigi”.
daripada yang mengikuti pembelajaran model
konvensional, dan pada siswa yang memiliki METODE
motivasi belajar rendah, prestasi belajar
matematika siswa yang mengikuti model Jenis penelitian ini adalah penelitian
pembelajaran konvensional lebih baik kuantitatif dengan kuasi eksperimen. Desain
daripada prestasi belajar matematika siswa yang digunakan dalam penelitian ini adalah
yang mengikuti pembelajaran model STAD. faktorial 2x2. Desain penelitian yang
Lungren dalam Majid, (2013) digunakan dapat dilihat pada Tabel 1.
menyatakan ada beberapa manfaat
pembelajaran kooperatif bagi siswa, yaitu: Tabel 1 : Rancangan Anava Faktorial 2 × 2
(1) meningkatkan pencurahan waktu pada Model Pembelajaran Kooperatif
tugas; (2) rasa harga diri menjadi tinggi; (3) PBL
tipe
memperbaiki sikap terhadap IPA dan (A1)
Self-efficacy STAD(A2)
sekolah; (4) angka putus sekolah menjadi Self-efficacy Tinggi (B1) (A1,B1) (A2B1)
rendah; (5) penerimaan terhadap perbedaan Self-efficacy Rendah
individu menjadi besar; (6) perilaku meng- (A1,B2) (A2,B2,)
(B2)
ganggu menjadi lebih kecil; (7) sikap apatis
Elis Yunianti, dkk. Pengaruh Model Pembelajaran dan Self-Efficacy terhadap Hasil Belajar ……………………… 12

Keterangan: Uji Normalitas data


A1 adalah kelompok siswa model PBL Uji normalitas dilakukan dengan dasar
A2 adalah kelompok siswa model STAD pengambilan keputusan: (1) Data berdistribusi
B1 adalah kelompok siswa self-efficacy tinggi normal, jika nilai signifikansi  0,05. (2) Data
B2 adalah kelompok siswa self-efficacy rendah berdistribusi tidak normal, jika nilai
A1B1 adalah kelompok hasil belajar atematika signifikansi  0,05. Hasil analisis uji
yang belajar dengan model PBL dan self-
normalitas data menggunakan chi kuadrat
efficacy tinggi
A2B1 adalah kelompok hasil belajar matematika dengan  = 0,05, untuk tes hasil belajar
yang diajarkan dengan model kooperatif matematika siswa pada kelas PBL dan kelas
tipe STAD dan self-efficacy tinggi kooperatif tipe STAD, dapat dilihat pada
A1B2 adalah kelompok hasil belajar matematika Tabel 2.
yang diajarkan dengan model PBL dan self-
efficacy rendah Tabel 2 Uji Normalitas Hasil Belajar
A2B2 adalah kelompok hasil belajar matematika No Kelompok N X2hitung X2tabel Kesimpulan
yang diajarkan dengan model kooperatif sampel
tipe STAD dan self-efficacy rendah 1 Model PBL 28 1,4522 11,070 Normal
2 Model 30 2,5838 11,070 Normal
STAD
Populasi pada penelitian ini adalah
siswa kelas X P-Mia, SMA Negeri 1 Parigi Karena masing-masing kelas PBL dan
tahun ajaran 2014/2015 sebanyak 176 siswa, kooperatif tipe STAD memiliki
terdiri dari 6 kelas. Sampel dalam penelitian
maka dapat disimpulkan bahwa data
diambil dengan teknik simple random
tes hasil belajar matematika pada kelas
sampling sebab pengambilan sampel anggota
model PBL dan model koopertif tipe STAD
populasi dilakukan secara acak, tanpa
berdistribusi normal
memperhatikan strata yang terdapat dalam
populasi tersebut. Siswa pada setiap kelas P-
Mia memiliki kemampuan rata-rata di kelas Uji homogenitas data
Pengujian homogenitas data dengan uji
yang sama atau homogen. Sampel terpilih
kelas XE dengan model PBL (28 siswa) dan F. Dari perhitungan diperoleh
kelas XF (30 siswa) dengan model kooperatif dan 148,230 sehingga
tipe STAD. diperoleh nilai 1,185. Nilai
pada tabel taraf signifikansi 5%, diperoleh
HASIL DAN PEMBAHASAN ( )( ) . Karena lebih
kecil dari maka populasi dalam
Hasil Pengujian Persyaratan Analisis penelitian ini adalah homogen.
Proses pengujian menggunakan statistik
anova dengan mensyaratkan data yang
dianalisis berasal dari populasi berdistribusi
normal dan varian antar kelompok sampel
harus homogen. Uji prasyarat analisis data
yang dilakukan adalah uji normalitas dengan
menggunakan chi-kuadrat dan uji
homogenitas data dengan menggunakan
varians terbesar dibanding varians terkecil.
13 e-Jurnal Mitra Sains, Volume 4 Nomor 1, Januari 2016 hlm 8-19 ISSN: 2302-2027

Pengujian Hipotesis Analisis Variansi Dua dk dalam = 54 untuk taraf signifikansi 5%


Jalur = 4,03. Ini berarti lebih besar dari
(26,84 ) pada taraf signifikansi
Tabel 3 Statistik Deskriptif Anava Dua Jalur 5%. Dengan demikian hipotesis
Model Pembelajaran
(A) diterima, yang menyatakan terdapat
PBL (A1) STAD(A2) Total
perbedaan hasil belajar matematika siswa
Self-efficacy (B)
n = 14 n = 15 n = 29 yang diajar dengan model PBL dan siswa
∑ ∑ ∑ yang diajar dengan model kooperatif tipe
Self-efficacy
∑ ∑ ∑
tinggi (B1) STAD.
̅ ̅ ̅ 2) Uji hipotesis kedua
n = 14 n = 15 n = 29
∑ ∑ ∑
Data perhitungan anava dua jalur tabel
Self-efficacy
rendah (B2)
∑ ∑ ∑ 4 juga menunjukkan, bahwa nilai F antar
̅ ̅ ̅
tingkatan pada self-efficacy, yaitu self-
n = 28 n = 30 n = 58 efficacy tinggi dan self-efficacy rendah,
∑ ∑ ∑
Total ∑ ∑ ∑
diperoleh nilai 29,37
sedangkan harga pada dk A = 1 dan
̅ ̅ ̅
dk dalam = 54 untuk taraf signifikansi 5%
= 4,03. Ini berarti lebih besar dari
Hasil pengolahan data statistika anava
(29,37 ). Dengan demikian
dua jalur dapat dilihat pada Tabel 4.
hipotesis diterima, yang menyatakan
terdapat perbedaan antara hasil belajar
Tabel 4 : Ringkasan Anava Dua Jalur
matematika siswa self-efficacy tinggi dan
Sumber Ftabel
Dk JK MK Fhitung hasil belajar matematika siswa self-efficacy
Variansi 5% rendah.
A 1 2323,678 2323,678 26,84 4,03 3) Uji hipotesis ketiga
B 1 2542,345 2542,345 29,37 4,03
Hasil perhitungan anava dua jalur
pada Tabel 4 menunjukkan bahwa nilai
Inter AB 1 457,274 457,274 5,28 4,03
yaitu interaksi model pembelajaran
Dalam 54 4675,048 4675,048 dan self-efficacy terhadap hasil belajar
Total 47 9998,345 matematika, Sedangkan
Keterangan : harga pada dk A = 1 dan dk dalam =
dk = derajat kebebasan, JK = Jumlah kuadrat, MK 54 untuk taraf signifikansi 5% = 4,03. Ini
= Mean kuadrat berarti lebih besar dari (5,28
).
Hipotesis kesatu, kedua, dan ketiga Hasil analisis deskriptif menunjukkan
pada penelitian ini merupakan main effect bahwa hasil belajar matematika siswa
(efek utama) model pembelajaran dan self- kelompok yang diajar PBL dan self-
efficacy terhadap hasil belajar matematika pad efficacy tinggi ̅ =85,7. Hasil belajar
siswa kelas XE P-Mia dan XF P-Mia SMA matematika siswa kelompok yang diajar
Negeri 1 Parigi. PBL dan self-efficacy rendah ̅ =78,3;
1) Uji hipotesis pertama model kooperatif tipe STAD dan self-
Hasil perhitungan anava dua jalur efficacy tinggi ̅ =78,7; model kooperatif
pada Tabel 4 memperlihatkan bahwa nilai tipe STAD dan self-efficacy rendah
F antar tingkatan model pembelajaran, ̅ =60,0. Hal ini menunjukkan adanya
yaitu pada model PBL dan model interaksi antara model pembelajaran dan
kooperatif tipe STAD (FA hitung= 26,84),
sedangkan harga pada dk A = 1 dan
Elis Yunianti, dkk. Pengaruh Model Pembelajaran dan Self-Efficacy terhadap Hasil Belajar ……………………… 14

self-efficacy terhadap hasil belajar sedangkan nilai pada taraf


matematika siswa. Hipotesis H1 diterima. signifikansi 5% = 2,00. Ini berarti
Hipotesis keempat, kelima, keenam dan lebih besar dari (5,29
ketujuh pada penelitian ini merupakan simple ( )( )= 2,00. Dengan demikian
effect. Pengujian hipotesis menggunakan uji t- hipotesis H1 diterima yang menyatakan
Scheffe. Pengujian simple effect digunakan bahwa hasil belajar matematika siswa self-
uji t-Dunnet. Selanjutnya membandingkan efficacy rendah yang belajar dengan model
hasil thitung dengan t pada tabel untuk dk t = dk PBL lebih baik dari hasil belajar
dalam pada taraf signifikansi 5%. Jika thitung > matematika siswa yang belajar dengan
ttabel berarti H0 ditolak dan H1 diterima, begitu model kooperatif tipe STAD.
sebaliknya jika thitung ttabel berarti H0 6) Uji hipotesis ke enam
diterima dan H1 ditolak. Hipotesis keenam dengan mem-
Harga t pada tabel dengan dk t = dk bandingkan hasil belajar matematika siswa
dalam = 53 pada taraf signifikansi 5% adalah yang diajar dengan model PBL antara
2,00. Jika , maka signifikan. siswa yang memiliki self-efficacy tinggi
Artinya Ho ditolak dan H1 diterima. dan yang me-miliki self-efficacy rendah.
Sebaliknya, Ho diterima dan H1 ditolak. Hasil perhitungan t-dunnet dengan uji
4) Uji hipotesis ke empat beda A1 pada B1 dan B2 diperoleh nilai
Hipotesis keempat dengan mem- sedangkan nilai pada
bandingkan hasil belajar matematika siswa taraf signifikansi 5% = 2,00. Ini berarti
self-efficacy tinggi yang belajar dengan lebih besar dari (2,17
model PBL dan siswa yang belajar dengan =2,00. Dengan demikian
( )( )
model kooperatif tipe STAD. Hasil
hipotesis diterima yang menyatakan
perhitungan t-dunnet dengan uji beda A1
bahwa hasil belajar matematika siswa yang
dan A2 pada baris B1, diperoleh nilai
belajar dengan model PBL antara siswa
,sedangkan nilai dari
yang memiliki self-efficacy tinggi lebih
pada taraf signifikansi 5% = 2,00. baik dari hasil belajar matematika siswa
Ini berarti lebih kecil dari . yang memiliki self-efficacy rendah.
Dengan demikian hipotesis H0 diterima, 7) Hipotesis ke tujuh
yang menyatakan bahwa hasil belajar Hipotesis ketujuh membandingkan
matematika siswa self-efficacy tinggi yang hasil belajar matematika siswa yang diajar
belajar dengan model PBL tidak lebih baik dengan model kooperatif tipe STAD antara
dari hasil belajar matematika siswa yang siswa yang memiliki self-efficacy tinggi
belajar dengan model kooperatif tipe dan siswa yang memiliki self-efficacy
STAD, sebaliknya hipotesis H1, ditolak. rendah. Hasil perhitungan t-dunnet dengan
Walaupun rata-rata model PBL adalah 85,7 uji beda A2 pada B1 dan B2 diperoleh
lebih tinggi daripada nilai rata-rata siswa nilai sedangkan nilai
yang belajar dengan model kooperatif tipe pada taraf signifikansi 5% = 2,00. Ini
STAD yaitu 78,7.
berarti lebih besar dari
5) Uji hipotesis ke lima
(5,52 ( )( )= 2,00. Dengan
Hipotesis kelima dengan mem-
bandingkan hasil belajar matematika siswa demikian hipotesis diterima, yang
self-efficacy rendah yang diajar dengan menyatakan bahwa hasil belajar
model PBL dan yang diajar dengan model matematika siswa yang belajar dengan
kooperatif tipe STAD. Hasil perhitungan model kooperatif tipe STAD antara siswa
t-dunnet dengan uji beda A1 dan A2 pada yang memiliki self-efficacy tinggi lebih
baris B2 diperoleh nilai
15 e-Jurnal Mitra Sains, Volume 4 Nomor 1, Januari 2016 hlm 8-19 ISSN: 2302-2027

baik dari hasil belajar matematika siswa kooperatif tipe STAD 78,7. Perbedaan
yang memiliki self-efficacy rendah. tersebut menunjukkan bahwa model PBL
memberikan pengaruh positif terhadap hasil
Pembahasan belajar siswa dalam pelajaran matematika.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Hal tersebut disebabkan karena keterlibatan
secara keseluruhan hasil belajar matematika penuh siswa dalam proses belajar mengajar
siswa yang mengikuti pembelajaran model dikelas, guru berperan sebagai fasilitator yang
PBL lebih tinggi daripada hasil belajar siswa meng-arahkan dan memberikan bimbingan
yang mengikuti pembelajaran model kepada siswa bagaimana harus berfikir dan
kooperatif tipe STAD. Hal ini sejalan dengan berbuat yang benar sesuai konteks kehidupan
pendapat Tan dalam Rusman (2013) nyata yang dialami oleh siswa. Melalui
menyatakan bahwa pembelajaran berbasis pembelajaran yang demikian, siswa ditantang
masalah merupakan inovasi dalam untuk mengajukan gagasan/ pendapat.
pembelajaran karena dalam PBM, Sehingga muncul berbagai gagasan/ pendapat
kemampuan berpikir siswa betul-betul dan siswa saling memberikan alasan dari
dioptimalisasikan melalui proses kerja gagasan/ pendapat yang diajukan. Hal ini
kelompok atau tim yang sistematis, sehingga sejalan dengan pendapat Sanjaya (2011) yang
siswa dapat memberdayakan, mengasah, mengemukakan bahwa Model PBL
menguji, dan mengembangkan kemampuan merupakan model pembelajaran dengan
berpikirnya secara berkesinambungan. pendekatan kon-struktivis dengan prinsip
Ardana, dkk. (2013) yang menunjukkan utamanya adalah pengetahuan tidak diterima
bahwa hasil belajar siswa untuk kemampuan secara pasif, tetapi dibangun secara aktif oleh
berfikir kritis dan kinerja ilmiah siswa yang siswa .
belajar dengan model PBL memiliki nilai Penerapan model PBL dapat membantu
lebih baik daripada siswa yang belajar dengan siswa untuk ikut berfikir dalam situasi
kooperatif tipe STAD. pembelajaran, belajar untuk bekerjasama
Berdasarkan hasil pengujian yang dalam kelompok untuk mencari solusi bagi
diuraikan terbukti bahwa penerapan model masalah nyata, mengaitkan rasa
pembelajaran PBL dan kooperatif tipe STAD keingintahuan, kemampuan analisis, dan
berpengaruh signifikan terhadap hasil belajar inisiatif siswa terhadap materi pelajaran.
siswa tentang matematika. Siswa yang berkemampuan lebih akan
membantu temannya yang kurang mampu
1) Perbedaan hasil belajar matematika dalam memahami materi yang dipelajari,
siswa diajar dengan model PBL dan demikian juga dengan siswa yang kurang
siswa yang diajar dengan model mampu tidak akan minder atau segan untuk
kooperatif tipe STAD bertanya kepada temannya yang memiliki
Hasil pengujian analisis anova diperoleh pengetahuan lebih. Suasana belajar di pagi
adanya perbedaan nilai hitung dan nilai F hari pun cukup mendukung siswa lebih
tabel, (26,84 ). Artinya terdapat bersemangat dan lebih siap untuk belajar.
pebedaan hasil belajar matematika siswa yang Penerapan model pembelajaran
dbelajar dengan model PBL dan siswa yang kooperatif tipe STAD sebenarnya cukup
belajar denga model kooepratif tipe STAD. efektif juga untuk meningkatkan hasil belajar
Jadi dalam kasus ini dapat disimpulkan bahwa siswa, tetapi kecenderungan siswa yang
model PBL dan model kooperatif tipe STAD memiliki kemampuan tinggi, lebih banyak
berpengaruh secara sig-nifikan terhadap hasil bekerja sendiri dalam kelompoknya. Kurang
belajar matematika siswa. Nilai rata-rata pada membangun komunikasi dengan
kelas PBL yaitu 85,7 dan untuk kelas kelompoknya, sementara siswa yang memiliki
Elis Yunianti, dkk. Pengaruh Model Pembelajaran dan Self-Efficacy terhadap Hasil Belajar ……………………… 16

kemampuan rendah, kurang mampu efficacy semakin rendah prestasi belajar


bersosialisasi dan enggan untuk bertanya, siswa.
hanya menunggu jawaban dari kelompok
mereka. Kompetisi diantara siswa yang 3) Interaksi antara model Pembelajaran
memiliki kemampuan lebih atau diatas rata- dan self-efficacy terhadap hasil belajar
rata terlihat berusaha untuk mendapatkan nilai matematika siswa
terbaik pada saat diberikan kuis oleh guru Uji analisis varians dua jalur pada
yang dikerjakan secara individu, sedangkan penelitian ini memperlihatkan terdapat
siswa dengan ke-mampuan rendah terlihat interaksi antara model pembelajaran dan self-
kurang aktif dalam kelompok, hal ini juga efficacy terhadap hasil belajar matematika.
kemungkinan disebabkan oleh suasana belajar Rerata hasil belajar siswa yang mengikuti
pada jam terakhir di siang hari. Yang pembelajaran model PBL dan self-efficacy
menyebabkan motivasi dan semangat tinggi (A1B1) yaitu 85,7 sedangkan rerata
menurun. hasil belajar siswa yang meng-ikuti model
kooperatif tipe STAD dan self-efficacy tinggi
2) Perbedaan antara hasil belajar (A2B1) yaitu 78,7. Rerata hasil belajar siswa
matematika siswa self-efficacy tinggi yang mengikuti model PBL dan self-efficacy
dan hasil belajar matematika siswa self- rendah (A1B2) yaitu 78,3, dan rerata hasil
efficacy rendah belajar siswa yang mengikuti model
Hasil analisis dan pengujian hipotesis kooperatif tipe STAD dan self-efficacy rendah
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan hasil (A2B2) yaitu 60,0. Hal ini menunjukkan
belajar yang signifikan antara siswa yang bahwa model PBL cocok diterapkan dalam
memiliki self-efficacy tinggi dan siswa yang pembelajaran matematika baik untuk siswa
memiliki self-efficacy rendah. Dari hasil yang memiliki self-efficacy tinggi maupun
pengamatan peneliti bahwa siswa yang siswa yang memiliki self-efficacy rendah. Hal
mempunyai self-efficacy tinggi cenderung ini sejalan dengan pendapat Putra (2013) yang
berprilaku optimis, mampu mengatasi menyatakan bahwa model pembelajaran PBL
kesulitan dan selalu termotivasi untuk mendorong siswa untuk menyusun penge-
mencari jalan keluar dari situasi yang tahuannya sendiri, menumbuhkan
dirasakan menyulitkan bagi dirinya dan ketampilan yang lebih tinggi,, memandirikan
memiliki tanggung jawab yang tinggi. Siswa siswa, dan meningkatkan kepercayaan diri
yang memiliki self-efficacy rendah cenderung sendiri.
berprilaku pesimis, rendah diri, mengganggap
dirinya bodoh dan selalu mengelak dari 4) Hasil Belajar Matematika Siswa self-
tanggung jawab bila diberikan tugas untuk efficacy tinggi yang belajar dengan
mengerjakan soal, sehingga belajar Model PBL tidak lebih baik dari siswa
merupakan beban bagi mereka. Hal ini sejalan yang belajar dengan Model Kooperatif
dengan teori Bandura (1977) siswa yang Tipe STAD
memiliki self- efficacy rendah lebih Hasil analisis data dan pengujian
cenderung menghindari tugas, tetap siswa hipotesis menunjukkan bahwa hasil belajar
yang memiliki self-efficacy tinggi lebih matematika siswa self-efficacy tinggi yang
cenderung berpartisipasi dalam tugas. Hal ini diajarkan dengan model PBL tidak lebih baik
sejalan dengan penelitian dari Hairida dan dari siswa yang belajar dengan model
Astuti (2012) dan Mahardikawati (2011) kooperatif tipe STAD. Dari hasil penelitian
membukti-kan bahwa semakin tinggi self- diperoleh (1,73 ) maka
efficacy, maka semakin tinggi prestasi belajar Ho yang menyatakan bahwa hasil belajar
siswa, sebaliknya semakin rendah self- matematika siswa self-efficacy tinggi yang
17 e-Jurnal Mitra Sains, Volume 4 Nomor 1, Januari 2016 hlm 8-19 ISSN: 2302-2027

belajar dengan model PBL tidak lebih baik Gambaran ini menunjukkan bahwa siswa
dari siswa yang belajar dengan model yang memiliki self-efficacy rendah cenderung
kooperatif tipe STAD, diterima. Sebaliknya, pesimis, rendah diri, cepat putus asa, merasa
hipotesis , ditolak. bodoh, tidak termotivasi untuk mencari jalan
Penelitian ini menunjukkan bahwa siswa keluar dari situasi yang dirasakan
dengan self-efficacy tinggi baik pada kelas menyulitkan dirinya. Hal ini sejalan dengan
PBL dan kelas kooperatif tipe STAD pendapat Bandura (1994) yang menyata-kan
berusaha, tekun dan semangat dalam bahwa seseorang dengan self-efficacy rendah
menyelesaikan tugas-tugas. Hal ini sejalan akan mudah menyerah, cenderung menjadi
dengan teori Bandura (1994) mengemukakan stress, depresi, dan mem-punyai visi yang
bahwa makin besar self-efficacy seseorang sempit tentang apa yang terbaik untuk
makin besar upaya, ketekunan, dan menyelesaikan masalah itu.
fleksibiltasnya. Dengan self-efficacy tinggi Kesimpulannya, bahwa hasil belajar
akan membantu seseorang dalam menciptakan matematika siswa yang diberi model
suatu perasaan tenang dalam menghadapi pembelajaran PBL lebih tinggi dari hasil
masalah atau aktivitas yang sukar. Namun belajar siswa yang diberi model pembelajaran
secara presentase penelitian menunjukkan kooperatif tipe STAD pada kelompok siswa
bahwa pada kelompok self-efficacy tinggi yang memiliki self-efficacy rendah. Kelompok
diperoleh rerata hasil belajar yang diajarkan PBL lebih terbuka dengan teman, lebih
dengan model PBL sebesar 85,7 dan siswa percaya diri dan lebih mampu bersosialisasi
yang diajarkan dengan model koopratif tipe dengan teman kelompoknya atau teman
STAD diperoleh rerata hasil belajar siswa sebangkunya, dibanding dengan kelompok
sebesar 78,7. kooperatif tipe STAD. Hal ini sejalan dengan
pendapat Arends yang menyatakan bahwa hal
5) Hasil Belajar Matematika Siswa self- ini dimungkinkan karena pada model PBL
efficacy rendah yang belajar dengan siswa lebih dapat menumbuhkembangkan
Model PBL lebih baik dari siswa yang ketrampilan siswa, memandirikan siswa dan
belajar dengan Model Kooperatif tipe meningkatkan kepercayaan dirinya, Arends
STAD dalam (Hosnan, 2014). Kemungkinan juga
Hipotesis Ho yang menyatakan bahwa hasil belajar PBL lebih baik dari kooperatif
hasil belajar matematika siswa self-efficacy tipe STAD dipengaruhi oleh waktu belajar
rendah yang belajar model PBL tidak lebih mereka masing-masing.
baik dari siswa yang belajar dengan model
kooperatif tipe STAD, ditolak. Sebaliknya 6) Hasil Belajar Matematika Siswa yang
hipotesis H1 yang menyatakan bahwa hasil diajar dengan Model PBL antara Siswa
belajar matematika siswa self-efficacy rendah yang memiliki self-efficacy Tinggi lebih
yang belajar dengan model PBL lebih baik baik dari Siswa yang memiliki self-
dari siswa yang belajar dengan model efficacy Rendah
kooperatif tipe STAD, diterima. Penelitian ini Hasil perhitungan diperoleh
menemukan untuk siswa yang memiliki self- artinya bahwa hasil belajar
efficacy rendah yang diajarkan dengan model matematika siswa yang diajar dengan model
PBL memiliki ̅ =78,30 lebih tinggi dari PBL, nilai matematika kelompok siswa self-
rerata siswa yang diajarkan dengan model efficacy tinggi lebih baik (lebih tinggi) dari
kooperatif tipe STAD yaitu 60,00. Artinya siswa dengan self-efficacy rendah,
bahwa pada siswa dengan self-efficacy menunjukkan bahwa siswa yang memiliki
rendah, model PBL lebih efektif dari pada self-efficacy rendah cenderung pesimis,
pembelajaran kooperatif tipe STAD. rendah diri, cepat putus asa, merasa bodoh,
Elis Yunianti, dkk. Pengaruh Model Pembelajaran dan Self-Efficacy terhadap Hasil Belajar ……………………… 18

tidak termotivasi untuk mencari jalan keluar 1) Ada perbedaan yang signifikan antara
dari situasi yang dirasakan menyulitkan hasil belajar matematika siswa yang belajar
dirinya. Hal ini sejalan dengan teori Bandura dengan model PBL dan siswa yang belajar
yang me-nyatakan bahwa seseorang dengan dengan model kooperatif tipe STAD,
self-efficacy rendah akan mudah menyerah, siswa.
cenderung menjadi stress, depresi, dan 2) Ada perbedaan yang signifikan antara
mempunyai visi yang sempit tentang apa yang hasil belajar matematika siswa kelompok
terbaik untuk menyelesaikan masalah itu yang memiliki self-efficacy tinggi dan
(Bandura, 1994). Hal ini sejalan dengan siswa yang memiliki self-efficacy rendah
penelitian Mahardikawati (2011) dan pada model PBL dan STAD.
penelitan Hairida dan Astuti (2012) yang 3) Ada interaksi antara model pembelajaran
menyimpulkan bahwa semakin tinggi self- dan Self-efficacy terhadap hasil belajar
efficacy semakin tinggi pula prestasi belajar matematika.
yang dicapai siswa dan semakin rendah self- 4) Hasil belajar matematika siswa self-
efficacy, semakin rendah pula prestasi belajar efficacy tinggi yang belajar dengan model
yang dicapai siswa. PBL tidak lebih baik dari siswa yang
belajar dengan model kooperatif tipe
7) Hasil Belajar Matematika Siswa yang STAD.
belajar dengan model kooperatif tipe 5) Hasil belajar matematika siswa self-
STAD antara Siswa yang memiliki self- efficacy rendah yang belajar dengan model
efficacy Tinggi lebih baik dari Siswa PBL lebih baik dari siswa yang belajar
yang memiliki self-efficacy Rendah dengan model kooperatif terhadap hasil
Hasil perhitungan diperoleh belajar matematika siswa.
. artinya bahwa hasil belajar 6) Hasil belajar matematika siswa yang
matematika siswa yang diajar dengan model belajar dengan model PBL antara siswa
STAD, nilai siswa self-efficacy tinggi lebih dengan self-efficacy tinggi lebih baik dari
baik (lebih tinggi)dari nilai self-efficacy siswa self-efficacy rendah.
rendah. Gambaran ini menunjukkan bahwa 7) Hasil belajar matematika siswa yang
siswa yang memiliki self-efficacy rendah belajar dengan model kooperatif tipe
cenderung pesimis, rendah diri, cepat putus STAD antara siswa dengan self-efficacy
asa, merasa bodoh, tidak termotivasi untuk tinggi, lebih baik dari siswa self-efficacy
mencari jalan keluar dari situasi yang rendah.
dirasakan menyulitkan dirinya. Hal ini sejalan
dengan teori Bandura (1977) yang Rekomendasi
menyatakan bahwa seseorang dengan self- Penulis menyarankan kiranya model
efficacy lemah mudah dikalahkan oleh pembelajaran PBL dapat dipertimbangkan
pengalaman yang sulit. Sedangkan orang untuk diterapkan dalam proses pembelajaran
yang memiliki self-efficacy yang kuat dalam khususnya matematika. Model PBL
kompetensi akan mempertahankan usahanya merupakan model pembelajaran inovatif yang
walaupun mengalami kesulitan. sangat disarankan dalam implementasi
kurikulum 2013, sehingga dianggap perlu
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI menerapkannya dalam proses pembelajaran di
sekolah.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan pada
penelitian ini, maka dapat disimpulkan
sebagai berikut:
19 e-Jurnal Mitra Sains, Volume 4 Nomor 1, Januari 2016 hlm 8-19 ISSN: 2302-2027

UCAPAN TERIMA KASIH Hosnan. 2014. Pendekatan Saintifik dan


Kontekstual dalam Pembelajaran abad
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang 21. Bogor: Ghalia Indonesia.
Maha Esa karena kasih dan pemeliharaannya Marlina, Ikhsan, dan Yusrizal. 2014.
sehingga tulisan ini dapat diselesaikan dengan Peningkatan Kemampuan Komunikasi
baik. Penulis sampaikan ucapan terima kasih dan Self-efficacy Siswa SMP dengan
kepada Prof. Dr. Maxinus Jaeng, M.Pd., dan Menggunakan Pendekatan Diskursif.
Dr. H. Mustamin, M.Si., yang dengan tulus Jurnal didaktik Matematika.vol 1 No.1
ikhlas bersedia meluangkan waktu, pikiran April 2014. ISSN : 2355-4185.
serta memberikan dorongan, bimbingan dan Majid, A. 2013. Strategi Pembelajaran.
arahan dalam penyusunan artikel ini. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Mahardikawati, D. 2011. Hubungan antara
DAFTAR RUJUKAN Self-efficacy dengan Prestasi Belajar
siswa (Studi Deskriptif pada Siswa
Ahmadi. 1991. Pengelolaan Pengajaran. kelas VIII SMP Negeri 2 Sukaraja
Jakarta: Rineka Cipta. Kabupaten Sukabumi tahun Ajaran
Ardana, Arnyana, dan Setiawan (2013). Studi 2011-2012). Skripsi. Psikologi FIP UPI,
Koomparatif Penerapan Model Bandung.
Pembelajaran Berbasis Masalah dan Putra, R. 2013. Desain Belajar Mengajar
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Kreatif berbasis Sains. Jogjakarta: Diva
STAD Terhadap Ketrampilan Berfikir Press (Anggota IKAPI).
Kritis dan Kinerja Ilmiah Biologi SMA. Rusman. 2013. Model-model Pembelajaran.
e-Journal Program Pascasarjana Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada.
Universitas Pendidikan Ganesha Sanjaya, W. 2011. Strategi Pembelajaran
Program Studi IPA.(3) berorientasi Standar Proses
Bandura, A. 1977. Self-Efficacy; Toward in Pendidikan. Jakarta. Kencana Prenada
Unifying Theory of Behavioral Change. Media Group.
Psykological Review. 84 (2): 191 – Sriyati, Dantes dan Candiasa. 2014. e-journal
215. Program Pascasarjana Universitas
Bandura, A. 1994. Self-efficacy. Pendidikan Ganesha. Program Studi
Encyclopedia of human behavior. 4: 71- Penelitian dan Evaluasi Pendidikan
81. (Volume 4 tahun 2014).
Bandura, A. 2000. Exercise of Human Stanis, 2010. Keefektifan pembelajaran
Agency Through Colletive Efficacy, Matematika dengan model Problem
Current Directions in Psychological Based Learning dan Model Cooperative
Science, 9, 75-78. Learning tipe Jigsaw di SMP. Thesis.
Bandura, A. and Dale. 1981. Cultivating UNY.
Competence, Self-efficacy and Intrinsic Zimmerman, B. J. 2000. Self-Efficacy: An
Interest Thugh Proximal Self Essential Motive to Learn.
Motivation, Journal of Personality and Contemporary Educational Psychology
Sosial Psycology. 41 (3). 586 – 598. 25: 82–91,[15/10/2014].
Hairida dan Astuti. 2012. Self Efficacy dan Tarmizi and Bayat. 2012. Collaborative
Prestasi Belajar siswa dalam Problem-Based Learning in
Pembelajarn IPA- Kimia. Jurnal Mathematics:A cognetive load
Pendidikan Matematika dan IPA. Vol Perspective. Procedia-Social and
3.No.1. Januari 2012. Behavioral Science 32:344 – 350.
[02/08/2014].

Anda mungkin juga menyukai