Sekretaris
Anggota
:
:
SASARAN BELAJAR
LO.2.1. Memahami dan menjelaskan definisi Anopheles LO.2.2. Memahami dan menjelaskan klasifikasi Anopheles LO.2.3. Memahami dan menjelaskan morfologi Anopheles LO.2.4. Memahami dan menjelaskan siklus hidup Anopheles LO.2.5. Memahami dan menjelaskan penyebaran nyamuk Anopheles
LO.3.1. Memahami dan menjelaskan definisi malaria LO.3.2. Memahami dan menjelaskan klasifikasi malaria LO.3.3. Memahami dan menjelaskan etiologi malaria LO.3.4. Memahami dan menjelaskan manifestasi klinis malaria LO.3.5. Memahami dan menjelaskan patofisiologis dan patogenesis malaria LO.3.6. Memahami dan menjelaskan diagnosis malaria LO.3.7. Memahami dan menjelaskan tatalaksana malaria LO.3.8. Memahami dan menjelaskan komplikasi malaria LO.3.9. Memahami dan menjelaskan epidemiologi malaria LO.3.10. Memahami dan menjelaskan prognosis malaria
SKENARIO 3
Seorang laki-laki, umur 35 tahun datang ke poliklinik dengan keluhan utama demam sejak satu minggu lalu. Demam dirasakan setiap dua hari sekali. Tetapi sekali demam didahului menggigil dan diakhiri berkeringat. Setelah demam hilang tubuhnya terasa bugar kembali. Beliau baru kembali dari melakukan studi lapangan di Sumatera Selatan selama dua minggu. Setelah melakukan pemeriksaan sediaan hapus darah tepi, dokter mengatakan beliau terinfeksi Plasmodium vivax.
LI.1. Memahami dan menjelaskan Plasmodium LO.1.1. Memahami dan menjelaskan definisi Plasmodium
Plasmodium
Merupakan genus sporozoa famili plasmodiidae yang bersifat parasitik pada eritrosit hewan dan manusia, dapat menyebabkan empat jenis malaria spesifik pada manusia. Memiliki dua inang dalam siklus hidupnya, yaitu: vector nyamuk dan vertebrata.
Sifat Diagnostik
Plasmodium vivax 8 hari 10.000 45 mikron 48 jam dan Retikulosit normosit ++ Schuffner Kuning tengguli 12 18
Daur praeritrosit
Jumlah hati
merozoit 40.000 60 mikron 48 jam yang Muda normosit Maurer Hitam merozoit 8 24
Skizon hati Daur eritrosit Eritrosit dihinggapi Pembesaran eritrosit Titik-titik eritrosit Pigmen Jumlah eritrosit
dan Retikulosit dan Normosit normosit muda + Schuffner (James) Tengguli tua 8 10 Ziemann Tengguli hitam 8
8 9 hari
12 14 hari
26 28 hari
1.
Plasmodium vivax
2. Plasmodium falciparum
3. Plasmodium malariae
4. Plasmodium ovale
LI.2. Memahami dan menjelaskan Anopheles LO.2.1. Memahami dan menjelaskan definisi Anopheles
Anopheles
genus nyamuk yang terpenting dalam subfamili Anopheline karena merupakan satu-satunya vektor penular malaria pada manusia. Terdapat sekitar 30 spesies Anopheles yang dapat menjadi vektor penular malaria.
Vektor
An. sundaicus
2 An. Aconitus
NO.
Vektor
3.
An. subpictus
Kumpulan air yang permanan/ sementara, celah tanah bekas kaki bnatang, tambak ikan dan bekas galian di pantai (pantai utara pulau jawa) Sawah dan saluran irigasi, kolam, rawa, mata air, sumur dan lain- lain
4.
An. barbirostis
5.
An. balanbacensis
Bekas roda yang tergenang air, air, bekas jejak kaki binatang yang berlumpur yang berair, tepi sungai pada musim kemarau, kolam atau kali yang berbatu di hutan atau daerah pedalaman
Antropofilik < zoofilik endofilik mengigit malam Tit: di luar rumah (di sekitar kandang)
No.
Vektor
6.
An. letifer
Air tergenang (tahan hidup ditempat asam) terutama dataran pinggir pantai
Kebun kangkung, kolam, genangan air dalam perahu, genangan air hujan, rawarawa dan saluran air
7.
An. farauti
8.
An. punctulatus
Air di tempat terbuka dan terkena sinar matahari, pantai (pada musim penghujan), tepi sungai
No.
Vektor
9.
10.
An. lodlowi
An. koliensis
11.
An. nigerrimus
No. 9.
TEMPAT PERINDUKAN LARVA Sawah, kolam dan rawa yang ada tanaman air
PERILAKU NYAMUK DEWASA Zoofilik > antropofilik Mengigit pada senja- malam Tit: di luar rumah (kandang) Zoofilik > antropofilik Tit: belum ada laporan Zoofilik > antropofilik Tit: di luar rumah
10.
An. flavirostis
Sungai dan mata air terutama apabila bagian tepinya berumput Air tawar yang jernih yang terkena sinar matahari, di daerah pergunungan
11.
An. karwari
No.
Vektor
9.
An. maculatus
Mata air dan sungai dengan air jernih yang mengalir lambat di daerah pergunungan dan perkebunan teh (di jawa) Danau dangan tumbuhan bakung, air rawa yang tergenang dan rawa dengan tumbuhan pakis
Di pinggir sungai yang terlindung dengan air yang mengalir lambat dekat hutan di dataran tinggi
Zoofilik > antropofilik Mengigit malam Tit: di luar rumah (sekitar kandang) Zoofilik > antropofilik Tit: belum jelas
Bionomiknya belum banyak dipelajari antropofiliknya
10.
An. bancrofti
11.
An. barbumbrosus
Nyamuk jantan bisa hidup sampai dengan seminggu, sedangkan nyamuk betina bisa mencapai sebulan larva Anopheles dapat ditemukan di air tawar maupun rawa-rawa berair payau, rawa mangrove (bakau), sawah, selokan yang tertutup rumput, di tepian sungai, demikian pula genangan air (sementara) akibat hujan, pantai dan hutan
Perilaku mencari darah nyamuk dapat ditinjau dari beberapa segi yaitu:
Perilaku mencari darah dikaitkan dengan waktu. Perilaku mencari darah dikaitkan dengan tempat Perilaku mencari darah dikaitkan dengan sumber darah.
Frekuensi menusuk
LI.3. Memahami dan menjelaskan malaria LO.3.1. Memahami dan menjelaskan definisi malaria
MALARIA
suatu penyakit berpotensial fatal yang disebabkan oleh infeksi parasit Plasmodium. Plasmodium ini ditularkan ke manusia melalui gigitan nyamuk Anopheles sp. betina yang telah terinfeksi dengan parasit tersebut
Limpa membesar (spenomegali), konsistensi lembek dan mulai teraba pada minggu kedua.
Demam menjadi teratur dengan periodisitas 48 jam. Suhu badan dapat mencapai 40,6C atau lebih. Mual, muntah pusing dan mengantuk P. vivax dibagi atas tropical strain dan temperate strain. Plasmodium vivax tropical strain akan relaps dalam waktu jangka pendek (setelah 35 hari) dan frekuensi relaps lebih sering dibandingkan temperate strain
Sumber: www.medicastore.com
Malaria Ovale
Gejala klinis malaria ovale mirip malaria vivaks. Serangan sama hebat tetapi penyembuhan sering secara spontan dan relapsnya lebih jarang. Parasite sering tetap berada dalam darah (periode laten) dan mudah ditekan oleh spesies lain yang lebih virulen.
Masa tunas intrinsic malaria falciparum berlangsung 9-14 hari. Penyakitnya mulai dengan nyeri kepala, punggung, dan ekstremitas, perasaan dingin, mual, muntah dan diare ringan. Demam mungkin tidak ada atau ringan, Nyeri kepala, punggung, dan ekstremitas lebih hebat dan keadaan umum memburuk. Limpa membesar dan lembek pada perabaan. Hati membesar dan tampak icterus ringan. Kadang-kadang dalam urin ditemukan albumin dan torak hialin atau torak granular. Ada anemia ringan dan leukopenia dengan monisitosis serta trombositopenia P. falciparum dapat memodifikasi permukaan eritrosit yang terinfeksi sehingga stadium aseksual dan gametosit dapat melekat ke endotel kapiler alat dalam dan plasenta.
P. falciparum akan diliputi dengan tonjolan yang merupakan tempat parasite melekat pada sel hospes.
Secara garis besar eritrosit yang terinfeksi dapat menimbulkan 3 jenis gangguan yaitu:
Perubahan hemodinamik
Perubahan imunologik
Perubahan metabolic
Hipoksia jaringan
Plasmodium vivax, inkubasi 12-16 hari Plasmodium falciparum, inkubasi 10-13 Plasmodium malariae, inkubasi 27-37 hari Plasmodium ovale, inkubasi 12-16 hari
beberapa serangan demam dengan interval tertentu (gejala), yang diselingi oleh suatu periode (periode laten dimana si penderita bebas sama sekali dari demam) lemah, sakit kepala, tidak ada nafsu makan, mual atau muntah Splenomegali hepatomegali Trias malaria:
Stadium dingin (cold stage)/ Stadium Frigoris Stadium demam (hot stage)/ Stadium Akme Stadium berkeringat (sweating stage)/ Stadium Sudoris
Gejala klinis
Anamnesis demam lebih dari 2 hari, menggigil dan berkeringat. apakah pernah bepergian dan bermalam di daerah endemic malaria dalam satu bulan terakhir.apakah pernah tinggal didaerah endemik, apakah pernah mendapat transfusi darah
Pemeriksaan penunjang bertujuan untuk mengetahui kondisi umum penderita , meliputi pemeriksaan umum kadar Hb, jumlah leukosit, eritrosit dan trombosit. Bisa juga dilakukan pemeriksaan kimia darah (gula darah, SGOT,SGPT, tes fungsi ginjal) serta pemeriksaan foto torax, EKG dan pemeriksaan lainnya sesuai indikasi
Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan mikroskopis, meliputi pemeriksaan darah Tes diagnostic cepat (RDT, rapid diagnostic test)
LO.3.7. Memahami dan menjelaskan tatalaksana malaria Berdasarkan suseptibilitas berbagai stadium parasit malaria, maka obat malaria dibagi dalam 5 golongan:
Skizontosida jaringan primer : proguanil, pirimerin, dapat membasmi parasit praeritrosit sehingga mencegah masuknya parasit kedalm eritrosit; dapat digunakan sebagai profilaksis kasual. Skizontosida jaringan sekunder : primakuin, dapat membasmi parasit daur eritrosit atau stadium jaringan. P.vivax dan P.ovale digunakan untuk pengobatan radikal sebagai obat anti relaps. Skizontosida darah: membasmi parasit stadium eritrosit, yang berhubungan dengan penyakit akut disertai gejala klinis. SKizontosida darah juga mengeleminasi stadium seksual di eritrosit P.vivax, P.ovale dan P.malariae, tetapi tidak efektif terhadap gametosit P.falciparum yang matang. Skizontosida darah yang ampuh adalah kina, amodikuin, halofatrine, golngan artemisisin sedangkan efeknya terbatas adalah proguanil dan pirimetin.
Gametosida: mengeleminasi stadium seksual termasuk gametosit P.falciparum, juga mempengaruhi stadium perkembangan parasit malaria dalam nyamuk Anopheles. Beberapa obat gametosit bersifat sporontosida. Primakuin adlaah gametosisa untuk keempat spesies; sedangkan kina, klorokuin, amodiakuin adalag gemetosida untuk P.vivax, P.malariae, P.ovale. Sporotonsida: mencegah ata menghamabt gametosit dalam darah umtuk memebentuk ookistra dan spororzoit dalam nyamuk Anopheles. Obat ini mencegah transmisi pwnyakit malaria dan disebut juga obat sporogonik. Obat yang termasuk golongan ini adalah: primakuin dan proguanil.
Farmakodinamik:
Aktivitas antimalaria: hanya efektif terhadap parasit dalam fase eritrosit. Efektivitasnya sangat tinggi terhadap plasmodium vivax, plasmodium malariae, plasmodium ovale, dan terhadap strain plasmodium falciparum yang sensitive klorokuin. Demam akan hilang dalam 24 jam dan sediaan hapus darah, umumnya negative dalam waktu 48-72 jam. Mekanisme kerja obat : menghambat aktifitas polymerase heme plasmodia. Resistensi terhadap klorokuin ditemukan pada plasmodium falciparum yang melibatkan berbagai mekanisme genetic yang kompleks
Farmakokinetik:
Absorbsi: setelah pemberian oral terjadi lengkap dan cepat, dan adanya makanan mempercepat absorbsi ini. Kadar puncak dalam plasma dicapai setelah 3-5 jam. Kira-kira 55% dari jumlah obat dalam plasma akan terikat pada non-diffusible plasma constituent. Metabolisme: berlangsung lambat sekali. Ekskresi: metabolit klorokuin (monodesetilklorokuin dan bisdesitilklorokuin) diekskresi melalui urine.
Efek samping:
Sakit kepala ringan, gangguan pencernaan, gangguan penglihatan, dan gatalgatal. Pengobatan kronik sebagai terapi supresi kadang kala menimbulkan sakit kepala, penglihatan kabur, diplopia, erupsi kulit, rambut putih, dan perubahan gambaran EKG. Dosis tinggi parenteral yang diberikan secara cepat dapat menimbulkan toksisitas terutama pada system kardiovaskular berupa hipotensi, vasodilatasi, penekanan fungsi miokard, yang pada akhirnya dapat menyebabkan henti jantung.
Kontra indikasi:
Pada pasien dengan penyakit hati, atau pada pasien dengan gangguan saluran cerna. Tidak dianjurkan dipakai bersama fenilbutazol atau preparat yang mengandung emas karna menyebabkan dermatitis. Tidak dianjurkan dipakai bersama meflokuin karna akan meningkatkan resiko kejang. Tidak dianjurkan dipakain bersama amiodaron atau halofantrin karna akan meningkatkan resiko terjadinya aritmia jantung.
Pirimetamin
Turunan pirimidin yang berbentuk bubuk putih, tidak terasa, tidak larut dalam air, dan hanya sedikit larut dalam asam klorida. Merupakan skizontosid darah yang bekerja lambat. Waktu paruhnya lebih panjang dibanding proguanil. Dalam bentuk kombinasi, pirimetamin dan sulfadoksin digunakan secara luas untuk profilaksis supresi malaria, terutama yang disebabkan oleh strain plasmodium falciparum yang resisten terhadap klorokuin. Mekanisme kerja: pirimetamin menghambat enzim dihidrofolat reduktase plasmodia yang bekerja dalam rangkainan reaksi sintesis purin, sehingga penghambatannya menyebabkan gagallnya pembelahan intipada pertumbuhan skizon dalam hati dan eritrosit. Kombinasi dengan sulfonamide memperlihatkan sinergisme karna keduanya mengganggu sintesis purin pada tahap yang berurutan. Resistensi pada pirimetamin dapat terjadi pada penggunaan yang berlebihan dan jangka lama yang menyebabkan terjadinya mutasi pada gen-gen yang menghasilkan perubahan asam amino sehingga mengakibatkan penurunan afinitas pirimetamin terhadap enzim dihidrofolat reduktase plasmodia .
Farmakodinamik:
Farmakokinetik:
Absorbs: melalui saluran cerna, barlangsung lambat tetapi lengkap. Kadar puncak plasma dicapai dalam waktu 4-6 jam. Ditimbun terutama di ginjal, paru, hati, dan limpa. Ekskresi: lambat dengan waktu paruh kira-kira 4 hari dan metabolitnya diekskresi melalui urine. Dengan dosis besar dapat terjadi anemia makrositik yang serupa dengan yang terjadi pada asam folat.
Efek samping:
Primakuin
Turunan 8-aminokuinolon
Farmakodinamik:
Efek toksisitasnya terutama terlihat pada darah. Aktifitas antimalaria: dalam penyembuhan radikal malaria vivax dan ovale, karna bentuk laten jaringan plasmodia ini dapat dihancurkan oleh primakuin. Golongan 8-aminokuinolon memperlihatkan efek gametosidal terhadap ke4 jenis plasmodium terutama plasmodium falciparum. Mekanisme antimalaria: mungkin primakuiin berubah menjadi elektrolit yang bekerja sebagai mediator oksidasi-reduksi. Aktivitas ini membantu aktivitas anti malaria melalui pembentuka oksigen reaktif atau mempengaruhi transportasi electron parasit.
Farmakokinetik:
Absorbs: setelah pemberian oral, primakuin segera diabsorbsi. Distribusi: luas ke jaringan. Pada pemeriksaan dosis tunggal, konsentrasi plasma mencapai maksimum dalam 3jam dan waktu paruh eliminasinya 6 jam. Metabolism: berlangsung cepat. Metabolism oksidatif primakuin menghasilkan 3 macam metabolit utama pada manusia dan merupakan metabolit yang tidak toksik, sehingga metabolit lain memiliki aktivitas hemolitik yang lebih besar dari primakuin. Ekskresi: hanya sebagian kecil dari dosis yang dberikan yang diekskresi ke urine dalam bentuk asal.
Efek samping:
Yang paling berat adalah anemia hemolitik akut pada pasien yang mengalami defisiensi enzim glukosa 6-fosfat dehidrogenase (g6pd). Dengan dosis yang lebih tinggi dapat timbul spasme usus dan gangguan lambung. Dosis yang lebih tinggi lagi dapat menyebabkan sianosis.
Kontra indikasi:
Pada pasien sistemik yang berat yang cenderung mengalami granulositopenia misalnya arthritis rheumatoid dan lupus eritematosus. Tidak dianjurkan diberikan bersamaan dengan obat lain yang dapat menimbulkan hemolisis dan obat yang dapat menyebabkan depresi sumsum tulang.
Farmakodinamik:
Kina beserta pirimetamin dan sufadoksin masih merupakan regimen terpilih untuk plasmodium falciparum yang resisten terhadap klorokuin. Kina terutama berefek skizontosid darah dan juga berefek gametosid terhadap plasmodium vivax dan plasmodium malariae. Untuk terapi supresi dan serangan klinik, obat ini lebih toksik dan kurang efektif dibanding dengankan dengan klorokuin. Mekanisme kerja : bekerja didalam organel (vakuol makanan) plasmodium falciparum melalui penghambatan aktivitas heme polymerase, sehingga terjadi penumpukan substrat yang bersifat sitotoksik yaitu heme.
Farmakokinetik
Absorbsi: baik terutama melalui usus halus bagian atas. Kadar puncak dalam plasma dicapai dalam 1-3 jam setelah suatu dosis tunggal. Distribusi: luas, terutama ke hati dan melalui sawar uri, tetapi kurang ke paru, ginjal, dan limpa. Metabolism: didalam hati Ekskresi: hanya kira-kira 20% yang di ekskresi dalam bentuk utuh di urine Waktu paruh eliminasi kina pada orang sehat 11 jam, sedangkan pada pasien malariae berat 18 jam.
Efek samping
Dosis terapi kina dapat menyebabkan sinkonisme yang tidak terlalu memerlukan penghentian pengobatan. Gejalanya mirip salsilimus yaitu tinnitus, sakit kepala, gangguan pendengaran, pandangan kabur, diare, dan mual. Pada keracunan yang lebih berat terlihat gangguan gastrointestinal, saraf, kardiovaskular, dan kulit. Lebih lanjut lagi terjadi gangguan ssp, seperti bingung, gelisah, dan delirium. Pernapasan mula-mula dirangsang, lalu dihambat: kulit menjadi dingin dan sianosis: suhu kulit dan tekanan darah menurun: akhirnya pasien meninggal karena henti napas. Pada wanita hamil yang menderita malaria terjadi reaksi hipersensitivitas kina yang menyebabkan black water fever dengan gejala hemolisis berat, hemoglobinemia, dan hemoglobinurin.
Indikasi:
LO.3.8. Memahami dan menjelaskan diagnosis malaria Malaria serebral, derajat kesadaran berdasarkan GCS kurang dari 11. Anemia berat (Hb<5 gr% atau hematokrit <15%) pada keadaan hitung parasit >10.000/l. Gagal ginjal akut (urin kurang dari 400ml/24jam pada orang dewasa atau <12 ml/kgBB pada anak-anak setelah dilakukan rehidrasi, diserta kelainan kreatinin >3mg%. Edema paru. Hipoglikemia: gula darah <40 mg%.
Gagal sirkulasi/syok: tekanan sistolik <70 mmHg disertai keringat dingin atau perbedaan temperature kulit-mukosa >1
Perdarahan spontan dari hidung, gusi, saluran cerna dan atau disertai kelainan laboratorik adanya gangguan koagulasi intravaskuler.
Kejang berulang lebih dari 2 kali/24jam setelah pendinginan pada hipertermis. Asidosis (plasma bikarbonat <15mmol/L). Makroskopik hemaglobinuri oleh karena infeksi malaria akut bukan karena obat antimalaria pada kekurangan Glukosa 6 Phospat Dehidrogenase. Diagnosa post-mortem dengan ditemukannya parasit yang padat pada pembuluh kapiler jaringan otak.
Batas dari penyebaran malaria adalah 64LU (Rusia) dan 32LS (Argentina). Ketinggian yang dimungkinkan adalah 400 meter di bawah permukaan laut (Laut mati dan Kenya) dan 2600 meter di atas permukaan laut (Bolivia). Plasmodium vivax mempunyai distribusi geografis yang paling luas, mulai dari daerah beriklim dingin, subtropik sampai kedaerah tropik
c. waktu
Prognosis untuk malaria nonfallciparum secara umum baik pada penderita yang responsive untuk melakukan terapi. Relaps P. ovale dan P. vivax dapat dihindari dengan terapi yang sesuai. P. malariae dapat ditangani dengan terapi yang baik sehingga tidak ada kontribusi untuk menyebabkan mortalitas dan morbiditas. Prognosis malaria falciparum, terutama untuk nonimun perlu berhati-hati. Kerusakan organ secara multisystem dapat meningkatkan angka morbiditas dan mortalitas yang tinggi Pada infeksi malaria hanya terjadi mortalitas bila mengalami malaria berat. (tergantung pada kecepatan penderita tiba di RS, kecepatan diagnose dan penanganan yang tepat)
LI.4. Memahami dan menjelaskan program pencegahan dan pemberantasaran Malaria Pemberantasan
mengobati penderita malaria. mengusahakan agar tidak terjadi kontak antara nyamuk anophelini dan manusia,yaitu dengan memasang kawat kasa di bagian terbuka rumah(jendela dan pintu)menggunakan kelambu dan repellent. mengadakan penyuluhan tentang sanitasi lingkungan dan pendidikan kesehatan kepada masyarakat yang berkaitan dengan upaya memusnahkan tempat-tempat perindukan nyamuk dan penetapan kandang ternak di antara tempat perindukan dan rumah penduduk.
Pencegahan
Gebrak Malaria
Kemoprofilaksis
1. daerah klorukuin sensitif : 2 tablet klorokuin (250 mg klorokuin diphosphat) tiap minggu 1 minggu sebelum berangkat dan 4 minggu setelah tiba kembali. 2. daerah resisten klokuin : doksisiklin 100 mg/ hari atau mefloquin 250 mg/ minggu atau klorokuin 2 tablet/ minggu ditambah proguanil 200 mg/ hari. 3. Obat baru pencegahan : primakuin dosis 05 mg/kgBB/ hari; Etaquin, atovaquone/ proguanil (malarone) dan Azitromycin.