Anda di halaman 1dari 14

Rizky Dimastyanto

072 11 100

Holosenadalahkaladalamskala waktu
geologiyang berlangsung mulai sekitar
10.000tahun radiokarbon, atau kurang lebih
11.430 130 tahunkalenderyang lalu
(antara 9560 hingga 9300 SM). Holosen
adalah kala keempat dan terakhir
dariperiodeNeogen. Namanya berasal
daribahasa Yunani ("holos") yang berarti
keseluruhan dan ("kai-ne") yang berarti
baru atau terakhir. Kala ini kadang disebut
juga sebagai "Kala Alluvium".

Berdasarkan pembagian/urutan
waktu.
Kala Holosen pernah dibagi-bagi dan terutama berlaku di Eropa
Utara.Pembagiannya terutama didasarkan kepada perubahan
iklim, suatu pembagian berdasarkan endapan gambut di
Scandinavia misalnya membaginya menjadi : pre-Boreal, Boreal,
Atlantik, sub-Boreal, dan sub-Atlantik. Ada juga yang
membaginya berdasarkan analisis serbuk sari seluruh Eropa,
ada juga yang berdasarkan kronologi absolut karbon-14.
Sebenarnya, dengan mengkombinasikan perubahan iklim,
pentarikhan absolut karbon-14, tefrakronologi (kronologi
endapan volkanik klastik), dendrokronologi (kronologi
lingkaran/cincin batang pohon), arkeologi, dan sejarah, maka
kala Holosen dapat dibagi ke dalam bagian-bagian dengan
resolusi sangat tinggi. Misalnya, saat ini diketahui bahwa
perubahan iklim berdurasi 200 tahun dapat dibedakan dan
ekivalen dengan pengendapan satu sekuen gambut.

Keadaan alam serta persebaran binatang serta


manusia purba.

Pada awal kala Holosen, sebagian besar


es di kutub sudah lenyap sehingga air laut
naik lagi. Tanah-tanah rendah di daerah
paparan Sunda dan paparan Sahul
tergenang air dan menjadi laut transgesi.
Sehingga munculah pulau-pulau di
nusantara. Manusia purba lenyap dan
munculah manusia-manusia cerdas
seperti sekarang.

Dari segi iklam Kala Holosen dibagi dalam tiga


tahap. Tahap pertama berlangsung sekitar 10.300
sampai 8.200 tahun yang lalu, saat iklim di bumi lebih
dingin dibanding sekarang tetapi lebih hangat
dibanding kala Pleistosen. Iklim itu terjadi karna
pengaruh langsung dari menyusutnya es. Hujan yang
lebih lebat terjadi di daerah tropika, cekungancekungan rendah mendukung terjadinya danau-danau
besar, serta sungai-sungai seperti Nil dan Amazon
mengalir lebih cepat dibanding sebelumnya.
Berlawanan dengan keadaan hujan yang terjadi di
daerah subtropika, sungai-sungai juga mengalir relatif
lebih pelan.

Pada tahap pertengahan yang terjadi


sekitar 8.200 sampai 5.300 tahun
yang lalu, yang disebut juga iklim
optimum, iklim-iklim daerah
katulistiwa bersuhu lebih tinggi.
Tanah-tanah di daerah tropika
menjadi kurang lembap dan gurungurun makin meluas. Sementara itu,
daerah yang beriklim subtropis
menjadi lebih basah sehingga

Pada tahap terakhir, yang berlangsung 5.300 tahun


yang lalu hingga saat ini secara keseluruhan bumi
cenderung menjadi kering dan dingin. Banyak ahli
meteorologi meramalkan terjadinya kembali jaman
pembentukan es dalam beberapa ribu tahun lagi.
Hingga sekitar 5.000 tahun yang lalu, suhu udara secara
keseluruhan mungkin lebih hangat sekitar 2 sampai 4C
dibanding saat ini. Waktu itu hujan jatuh lebih lebat
dibanding saat ini di Meksiko, Afrika Timur dan Utara,
India, serta Cina. Musim pertumbuhan di daerah
subtropika lebih panjang. Alaska serta Eropa menjadi
lebih basah. Sebaliknya dataran pedalaman di Amerika
Utara lebih kering dibanding keadaannya pada masa ini.

Zaman Bangsa Manusia


Zaman atau Periode Holosen ini kadang disebut juga
sebagai zaman bangsa manusia. Jika dimaknai bahwa
pada masa ini manusia baru muncul, tentu ini adalah
penyataan yang keliru karena manusia modern telah
terlebih dahulu hadir dan telah menyebar ke seluruh
planet bumi ini, justru terjadi sebelum periode Holosen
dimulai. Akan tetapi, jika diterjemahkan dengan
kemunculan peradaban pertama manusia yaitu
dimana manusia telah berhasil mempengaruhi
lingkungan alam secara global yang berbeda dengan
aktivitas yang dilakukan oleh organisme lainnya, maka
sebutan zaman bangsa manusia itu bisa dikatakan
tepat.

Penelitian mengenai manusia


praakara/ manusia purba di
Indonesia telah dilakukan. Para
peneliti tersebut adalah Eugene
Dubois, G.H.R Von Koeningswald, dan
Franz Wedenreich.

1. Meganthropus Palaeojavanicus
Penemu : Von Koeningswald tahun 1941
Lokasi Penemuan : Sangiran, daerah Surakarta

Manusia purba jenis ini memiliki tulang rawan bawah


yang lebih besar dan kuat. Geraham-gerahamnya
menunjukkan corak kemanusiaan namun tetap ada sifat
keranya. Von Koeningswald menganggap manusia purba ini
lebih tua dari Pithecanthropus, sehingga ia memberi nama
ini Meganthropus Palaeojavanicus (Mega berarti besar).
Von koeningswald memberi nama ini karena bentuk tubuh
manusia purba ini lebih besar. Meganthropus
Palaeojavanicus termasuk dalam jenis Pithecanthropus,
namun tingkat kehidupannya lebih primitif.

2. Pithecanthropus Erectus
Penemu : Eugene Dubois tahun 1890
Lokasi Penemuan : Trinil, Kabupaten Ngawi, Jawa Timur

Pithecanthtopus Erectus diambil dari kata pithekos


(kera), anthropus (manusia), dan erectus (berjalan
tegak). Jadi Pithecanthropus Erectus berarti manusia
kera yang berjalan tegak. Jenis manusia purba ini
memiliki kemampuan berfikir rendah karena volume
otaknya hanya 900 cc, sedangkan volume otak
manusia modern 1000 cc. Hidup pada 1 juta 600.000
tahun yang lalu pada zaman Palaeolithikum (zaman
batu tua.

3. Homo Soloensis
Penemu : Ter Haar dan Ir. Openoorth,
tahun 1931-1934
Lokasi penemuan : Desa Ngandong, Solo

Von Koeningswald meneliti bahwa Homo


Soloensis memiliki tingkatan yang lebih
tinggi dari Pithecanthropus. Oleh sebab
itu, ia memberi nama Homo Soloensis
yang artinya manusia dari Solo

4. Homo Wajakensis
Penemu : Eugene Dubois tahun 1889
Lokasi penemuan : Desa wajak dekat
Tulungagung, Jawa Timur

Diberi nama Homo Wajakensis, yang


berarti manusia dari Wajak. Tingkatannya
lebih tinggi dari pada Pithecanthropus
erectus. Homo Wajakensis merupakan
manusia purba termaju dan terakhir di
antara manusia purba yang ada di Indonesia.

Kepunahan Keenam
Beberapa organisme pada periode Holosen ini telah mempengaruhi lebih
banyak dari periode sebelumnya, sebagian besarnya memang telah
mengubah kondisi dunia. Lebih jauh lagi, para ilmuwan berpendapat
bahwa sebanyak 20% jumlah tanaman dan juga hewan pada periode ini
kemungkinan akan punah atau hilang pada tahun 2025 Masehi dan 30%
akan punah pada tahun 2100 Masehi. Informasi ini belum final,
setidaknya perlu lebih banyak lagi informasi untuk menyimpulkan apakah
kepunahan yang akan terjadi nantinya atau yang sekarang sudah terjadi
itu berada dalam kategori alami; sebagai bagian dari pergantian spesies,
atau proses kepunahan ini justru dipercepat karena kegiatan dari
manusia, misalnya; berburu, polusi udara, kebakaran hutan, dan
penebangan liar (deforestasi) karena jika hal ini benar maka apa yang
disebut sebagai kepunahan massal keenam akan benar-benar terjadi.
Yang mencengangkan adalah hal ini seperti menjadi rahasia umum, ya
kita semua tahu bahwa perusakan habitat alami yang dipercaya menjadi
penyebab utama banyaknya kepunahan spesies lain itu disebabkan oleh
ulah satu spesies yang bernama manusia.

Anda mungkin juga menyukai