Anda di halaman 1dari 9

BAB VI

IKLAN DAN PERNYATAAN PUBLIK


Agus Salim
Muhammad Izharuddin
Tania Hanny G

I. Pendahuluan
Saat ini, penyebaran iklan dan informasi sangat mudah dilakukan dengan biaya
yang lebih murah dan lebih cepat, yakni melalui media sosial. Hal ini juga
berdampak pada praktik profesional seorang psikolog. Semakin mudahnya
informasi serta semakin banyaknya pelaku bisnis di bidang psikologi membuat
jasa psikologi seolah olah tidak lagi murni sebagai jasa yang berorientasi sosial.
Namun di sisi lain, apabila seorang psikolog hanya mengandalkan praktik
konvensional, maka akan sulit bagi seorang psikolog untuk berkembang.

II. Iklan dan Pernyataan Publik


Kode Etik Psikologi Indonesia (HIMPSI): Pasal 28-32
Code of Conduct (APA): Pasal 5.01 5.06
Beriklan dapat dilakukan seorang Psikolog terhadap jasa, produk, maupun publikasi
profesional yang dilakukan, baik pada media yang berbayar maupun tidak berbayar
(HIMPSI, 2010, Pasal 28). Namun demikian, perlu diperhatikan hal hal berikut

1. Psikolog dan ilmuan psikologi dalam memberikan pernyataan kepada masyarakat


melalui berbagai jalur media baik lisan maupun tulisan mencerminkan keilmuan
sehingga masyarakat dapat menerima dan memahami secara benar. Iklan dan
pernyataan publik yang dibuat seorang psikolog atau ilmuan psikologi harus
memenuhi hal hal berikut.
Bijaksana, jujur, teliti, hati hati.
Lebih mendasarkan kepentingan umum daripada pribadi dan golongan.
Berpedoman pada dasar ilmiah dan sesuai dengan keahlian
Tidak bertentangan dengan kode etik.
2. Selain itu Psikolog dan/atau ilmuan Psikologi juga harus mencantumkan gelar atau
identitas keahlian pada karya di bidang psikologi yang dipublikasikan sesuai dengan
gelar yang diperoleh, atau mencantumkan sebutan psikolog sesuai sertifikat yang
diperoleh.

III. Melibatkan Pihak Lain Untuk Mempromosikan Jasa Psikologi


Kode Etik Psikologi Indonesia (HIMPSI) : Pasal 29-31
Code of Conduct (APA): Pasa; 5.02, 5.05 5.06
Meminta testimoni atau kesaksian dari klien yang pernah menggunakan jasa
psikologi dari psikolog adalah salah satu bentuk promosi yang sering dilakukan.
Himawan (2016) menjabarkan bahwa bentuk testimoni adalah sebagai berikut.
1. Meminta klien untuk mengekspresikan kesan dan pengalamannya tentang jasa
psikologi yang diberikan psikolog.
2. Meminta pihak pihak tertentu, seperti media, untuk menyebarkan informasi
positif tentang jasa psikologi yang dilakukan.
3. Menjadi narasumber dalam artikel atau ulasan di media tentang hal hal yang
releban dengan pengalaman praktiknya.

Beriklan dengan cara demikian masih dianggap etis, namun ada batasan batasan
yang perlu diperhatikan (HIMPSI, 2010).
1. Psikolog dan ilmuan psikologi bertanggung jawab profesional atas pernyataan
promosi yang melibatkan orang lain
2. Psikolog dan ilmuan psikologi berusaha mencegah orang atau pihak lain yang
dapat mereka kendalikan dari membuat pernyataan yang dikategorikan sebagai
penipuan
3. Tidak memberikan kompensasi pada karyawan pers.

Koocher, 2006 (dalam Himawan, 2016) menyimpulkan beberapa hal penting terkait
dengan iklan dan pernyataan publik dalam praktik psikologi sebagai berikut:
1. Psikolog sangat boleh mempromosikan jasanya melalui iklan, namun materi iklan
sangat penting untuk ditelaah agar tidak menyesatkan, namun tetap dapat
memberikan informasi bagi merea yang membutuhkan.
2. Penggunaan gelar akademis, afiliasi dengan institusi, dan sebagainya harus
sangat diperhatikan agar tidak membuat publik salah paham atau tertipu.
3. Walau sebelumnya sempat ditentang, meminta testimoni dari klien yang puas
dengan jasa psikolog boleh dilakukan sepanjang klien tersebut bukan sedang
menggunakan jasa psikologi saat itu dan tidak dipengaruhi oleh psikolog dalam
memberikan testimoninya.
4. Biaya jasa dapat disertakan dalam iklan, namun harus masuk akal dan tetap
memperhatikan kode etik psikologi.
5. Psikolog perlu memperhatikan caranya untuk mempresentasikan diri dan
membuat pernyataan publik dengan hati hati, sekalipun bukan dalam rangka
beriklan.

IV. BIAYA JASA


Kode Etik Psikologi Indonesia (HIMPSI): Pasal 33-36
Code of Conduct (APA): Pasal 6.04 6.07
Psikolog dan/atau ilmuwan Psikologi dalam memberikan jasa, perlu dihargai dengan
imbalan sesuai dengan profesionalitas dan kompetensinya (HIMPSI, 2010). Psikolog
dan/atau ilmuwan Psikologi perlu menjelaskan biaya layanan sebelum kontrak
layanan dilakukan. Untuk mendapatkan imbalan, psikolog dapat menggunakan
berbagai cara termasuk tindakan hukum. Namun, harus ada pemberitahuan terlebih
dahulu kepada pihak yang bersangkutan. Dan dalam memberikan jasa, psikolog
dilarang untuk memenuhi permintaan layanan psikologi yang bertangan dengan
Kode Etik.

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai