Genom:
RNA untai tunggal
Virus memiliki enzim:
Reverse transkriptase
berada dalam virion
Memiliki amplop
Proses replikasi:
Reverse transkriptase
membuat copy DNA dari RNA
genom
DNA (provirus) masuk ke
dalam kromosom seluler
Proses maturasi: virion tumbuh
dari membran plasma
Jenis HIV:
HIV-1 dan HIV-2 HIV-1 lebih "virulen" dan lebih mudah
menular
HIV-1 memiliki 3 kelompok grup (berdasarkan perbedaan
pada envelope) M, N, & O
HIV-1 M paling besar prevalensinya dibagi ke dalam 8
subtipe berdasarkan seluruh genomnya, yang masing-masing
berbeda secara geografis
Subtipe yang paling besar prevalensinya subtipe B (banyak
ditemukan di Afrika dan Asia), subtipe A dan D (banyak
ditemukan di Afrika), dan subtipe C (banyak ditemukan di Afrika
dan Asia)
Spesies Virulensi Infektivitas Prevalensi Asal Mula
HIV-1 Tinggi Tinggi Global Simpanse
HIV-2 Lebih rendah Rendah Afrika Barat Sooty
Mangabey
Tertular Periode HIV + AIDS
Jendela
3 - 6 BULAN 3 - 10 - 15TAHUN 1 - 2 TAHUN
NRTIs and
NNRTI
Golongan obat ARV :
entry inhibitors (CCR5 Inhibitor)
NRTI (Nucleoside Reverse Transcriptase Inhibitors)
NNRTI (Non Nucleoside Reverse Transcriptase Inhibitors)
PI (Protease Inhibitor)
Integrase inhibitor
Antiretroviral therapy (ART) minimal menggunakan kombinasi tiga
obat antiretroviral (ARV), untuk menekan infeksi human
immunodeficiency virus (HIV)
Kombinasi yang umum:
2 nucleoside reverse transcriptase inhibitor
+
1 protease inhibitor / non-nucleoside reverse transcriptase
inhibitor
merupakan analog
nucleoside/nucleotide
Aktif terhadap HIV-2
dan HIV-1
Bekerja melalui
inhibisi kompetitif
reverse transcriptase
HIV-1 dan juga dapat
bergabung dengan
rantai DNA virus
yang sedang tumbuh
agar dapat
menyebabkan
terminasi
Analog nucleoside dan
nucleotide harus
memasuki sel dan
mengalami fosforilasi
untuk membuat substrat
sintetik enzim. Analog
yang mengalami
fosforilasi akan
memblok replikasi
genom virus dengan
menghambat masuknya
nukleotida dan
terminasi elongasi DNA
provirus
Efek Samping
Mual, muntah, anorexia dan diare.
Sindrom akumulasi lemak obesitas, buffalo
hump, cushingoid, kecuali pada atazanavir
Bone loss, osteoporosis, pendarahan pada
pasien hemofilia (masih dalam penyelidikan)
Obat Dosis Dewasa dan Efek Samping Informasi Tambahan
Penggunaan
Indinavir 800mg (3x) atau 400- Indirect hyperbilirubinemia, Baik dikonsumsi saat
IDV 800mg (2x) nephrolithiasis (akibat perut kosong, atau
+ Ritonavir 100mg. kristalisasi obat), blurred dengan makanan low-fat
Dosis disesuaikan pd vision. low-protein.
insufisiensi hati. Trombositopenia, Minum min. 48 ons
aminotransferase, insomnia, air/hari .
dry skin, resistensi insulin
Lopinavir 400mg (2x) dg Ritonavir asthenia, kolesterol & TG, Dikonsumsi bersama
LPV 100mg 800mg dg enzim hati, sakit kepala makanan (
200mg Ritonavir bioavabilitas). Sebaiknya
Peningkatan dosis jika tidak bersamaan dg
dikombinasi dg fasomprenavir, disulfiram,
efavirenz/nevirapin metrodinazol.
ENFUVIRTIDE
Enfuvirtide adalah obat yang
dipakai sebagai bagian dari terapi
antiretroviral (ART). Obat ini juga
dikenal sebagai Fuzeon (nama
merek) atau T-20.
MK : Enfurvitide bekerja dengan cara
mengikat subunit gp41 pada envelop
viral glikoprotein yang menghambat
pembentukan membran viral.
Dosis
Dewasa: 90 mg enfuvirtide (1 mL) dua kali sehari disuntikkan subkutan ke lengan
atas, paha atau perut anterior.
Pediatric : 6 16 tahun 2 mg / kg dua kali sehari sampai dosis maksimum 90 mg
2x kali sehari, area penyuntikan sda
ENFUVIRTIDE
Kontraindikasi
Enfuvirtide dikontraindikasikan pada pasien dengan hipersensitivitas terhadap
enfuvirtide atau salah satu komponennya.
Kondisi khusus
Kehamilan Kategori B : Penelitian pada tikus dan kelinci : tidak ada bukti gangguan
kesuburan atau membahayakan janin karena enfuvirtide. Sebaiknya obat ini harus
digunakan selama kehamilan hanya jika jelas diperlukan.
Ibu Menyusui : ibu yang terinfeksi HIV tidak menyusui bayi mereka untuk
menghindari risiko penularan HIV pascakelahiran.
Geriatrik
hati-hati dalam pemberian serta pemantauan bagi pasien dengan penurunan fungsi
hati, ginjal, atau fungsi jantung, dan penyakit penyerta atau terapi obat lain.
Efek samping:
Reaksi lokal pada tempat injeksi, hipersensitifitas, eosinophilia, peningkatan bakteri
pneumonial
Interaksi obat
Dengan obat2 yang dimetaolisme oleh enzim CYP 450, hasil penelitian secara in vivo
dan in vitro tidak menunjukan interaksi yang signifikan
MARAVIROC
Maraviroc adalah obat pertama dalam golongan antiretroviral (ARV) yang disebut
sebagai attachment inhibitor.
MK: mengikat pada CCR5, salah satu co-reseptor yang diperlukan untuk
pemasukan HIV pada sel CD4+
Indikasi
Diindikasikan untuk pasien
dewasa terinfeksi dengan
hanya CCR5-tropik HIV-1.
Efek samping
batuk, demam, infeksi
saluran pernapasan atas,
ruam, otot pegal, sakit
perut, dan pusing.
Serangan jantung atau
merasa pusing waktu
berdiri secara cepat.
MARAVIROC
Kontra indikasi
Maraviroc tidak boleh digunakan pada pasien dengan gangguan ginjal berat atau
stadium akhir penyakit ginjal (ESRD) (CrCl <30 mL / menit)
Kondisi khusus
Kehamilan kategori B : tidak terjadi gangguan pada hewan percobaan.
Menyusui : hasil penelitian menunjukan bahwa maraviroc secara luas
disekresikan ke dalam susu hewan percobaan.
Pediatric : keamanan untuk pasien usia 16 th belum ditetapkan.
Geriatri : waspada penurunan pungsi hati dan ginjal.
Pasien dg gangguan fungsi ginjal (penurunan fungsi ginjal) Pasien dengan
gangguan fungsi hati
Interaksi
Maraviroc adalah substrat CYP3A dan PGP dan karenanya farmakokinetik yang
cenderung dimodulasi oleh inhibitor dan induser enzim/transporter. Oleh karena itu,
penyesuaian dosis mungkin diperlukan saat maraviroc dipakai bersamaan dengan
obat lain.
Farmkntk : Waktu absorpsi: 1-4 jam setelah obat dikonsumsi, 75 % obat diekskresikan
di feses dan 20 % di urin
MARAVIROC
Dosis:
Untuk pasien dengan fungsi ginjal normal
Terapi ARV pada semua pasien dengan jumlah CD4
(limfosit-T CD4+) <350 sel/mm3 tanpa memandang stadium
klinisnya
Terapi ARV dianjurkan pada semua pasien dengan TB aktif,
ibu hamil dan koinfeksi hepatitis B tanpa memandang
jumlah CD4
Terapi ARV diberikan langsung setelah diagnosis infeksi
ditegakkan, untuk infeksi opportinistik : progresif multifocal
leukoencephalopathy, sarkoma Kaposis, mikrosporidiosis,
cytomegalovirus (CMV), kriptosporidiosis
Terapi ARV diberikan setidaknya 2 minggu setelah pasien
mendapatkan pengobatan infeksi opportunistik : TBC,
pneumocystis pneumonia (PCP), kriptokokosis,
mycobacterium avium complex (MAC)
Obat ARV Lini Pertama :
2 NRTI + 1 NNRTI
Zidovudine + Lamivudine + Nevirapine