Anda di halaman 1dari 41

Vindi Rike Wijaya

Pembimbing: Rani Wahyoe, dr., Sp.PD.


• Uklus peptikum  msalah kesehatan yang penting

• Insidensi cukup tinggi

• Faktor yang mempengaruhi kondisi lambung :

• 1. faktor pertahanan (defense)

• 2. faktor perusak (aggressive)


• Nama : Tn. M. K
• Tanggal lahir/ usia : 16 Desember 1971/ 46 tahun
• Jenis kelamin : Laki-laki
• Pekerjaan : Pegawai
• Agama : Islam
• Suku : Sunda
• Alamat : Kauman RT 02/02 Banata Pamalang
• Status : BPJS
• No. Rekam Medik : SA-181305
• Tanggal masuk IGD : 20 Oktober 2017 16.00
• Ruang rawat : Fajar
• DPJP : Rani Wahyoe Prasanti, dr., Sp.PD.
• Sumber Informasi : autoanamnesis
• Keluhan Utama :
Nyeri Ulu Hati
Nyeri ulu hati sejak 2 hari SMR
rasa panas dan perih, terus menerus, tidak
mereda dengan istirahat
Nyeri dirasakan 1 jam setelah makan
Nyeri tidak menjalar ke punggung

Mual (+), Muntah (+), Demam (+) hilang timbul,


kembung (+), Nafsu makan menurun (+), BB
menurun (-), kuning (-), penurunan kesadaran (-)
BAB hitam dan cair (-), BAK normal

Makan tidak teratur dan telat makan (+)


Sering mkan pedas dan asam (+)
Riwayat minum alkohol, minum the, kopi dan
minum obat anti nyeri jangka panjang (-)
Riwayat Maag kronis (+)
sejak usia muda

Riwayat HT (-)

Riwayat kencing manis (-)

Riwayat Kolesterol (-)

Riwayat ginjal, jantung (-)


Tanda-tanda Vital Status gizi
• Kondisi umum : compos mentis sakit • Berat badan : 50 kg
sedang • Tinggi badan : 160 cm
• Tekanan darah : 110/70 mmHg • BMI : 19.53
• Nadi : 88x/menit, regular, • Kesimpulan : Status gizi baik
ekual, isi cukup
• Respirasi : 22x/menit, regular
• Suhu : 37.60 C
• VAS : 5–6
• Kepala : konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-),
• air mata (+/+), mata cekung (-/-),
• mukosa mulut basah (+), turgor baik.
• Leher : KGB tidak teraba, JVP tidak meningkat
• Dada : simetris, vocal fremitus ka=ki, sonor/sonor, VBS
ka=ki, rhonki -/-, wheezing -/-, bunyi jantung
murni reguler, murmur (-).
• Abdomen : soepel, hepar & lien tidak teraba, nyeri tekan (+)
a/r epigastrium, timpani, bising usus (+) normal
• Ekstremitas : akral hangat, capillary refill time <2”.
• Gastritis kronis
• Suspek ulkus peptikum
Darah Rutin
• Hemoglobin : 15.0 gr/dl
• Hematokrit : 47 %
• Leukosit : 8.900 /mm3
• Trombosit : 202.000 /mm3

Kimia Darah
• GDS : 87 mg/dl
• SGPT : 14 U/L
• Kreatinin : 0.9 mg/dl
EKG Foto thorak PA
Endoskopi Histopatologi
Diagnosis kerja
• Ulkus peptikum
Tatalaksna Umum Tatalaksna Khusus
• Infus Ringered Lactate 30 • Ondancentron 2x1 ampul IV
tetes makro/menit p.r.n
• Pantoprazole 2x1 ampul IV
• Konsul Rani Wahyoe, dr.,
Sp.PD :
• Terapi lanjut
• Sucralfat syr susp 4x10 cc po
• Pantoprazole stop
pumpisel 1x40 mg IV
Sabtu Pagi 21 Oktober 2017 Minggu pagi, 22 Oktober 2017
• Subjective (S) : • Subjective (S) :
Nyeri ulu hati (+), BAB hitam (-), mual (-), muntah Nyeri ulu hati (+), BAB hitam (-), mual (-), muntah
(-) (-)
• Objective (O) : • Objective (O) :
Composmentis, sakit sedang Composmentis, sakit sedang
T: 110/80 mmHg N: 88 REIC R: 20x/menit, S: T: 110/80 mmHg N: 88 REIC R: 20x/menit, S:
36,80 C. 36,80 C.
Abdomen : soepel, nyeri tekan epigastrium (+), Abdomen : soepel, nyeri tekan epigastrium (+),
bising usus (+) normal bising usus (+) normal
• Assessment (A) : ulkus peptikum • Assessment (A) : ulkus peptikum
• Planning (P) : Terapi lanjut • Planning (P) : Terapi lanjut
Senin Pagi, 23 Oktober 2017 Selasa Pagi, 24 Oktober 2017
• Subjective (S) : • Subjective (S) :

Nyeri ulu hati (+), BAB hitam (-), mual (-), muntah (-) Nyeri ulu hati (+), BAB hitam (-), mual (-), muntah (-
)
• Objective (O) :
• Objective (O) :
Composmentis, sakit sedang
Composmentis, sakit sedang
T: 110/80 mmHg N: 88 REIC R: 20x/menit, S:
T: 100/80 mmHg N: 98 REIC R: 21x/menit, S:
36,50C.
36,10C.
Abdomen: soepel, nyeri tekan epigastrium (+), bising
Abdomen: soepel, nyeri tekan epigastrium (+),
usus (+) normal
bising usus (+) normal
• Assessment (A) : ulkus peptikum
• Assessment (A) : ulkus peptikum
• Planning (P) : Terapi lanjut
• Planning (P) : Terapi lanjut
Pumpisel 2x40mg IV
Rabu pagi, 25 oktober 2017 Kamis pagi, 26 Oktober 2017
• Subjective (S) : • Subjective (S) :
Nyeri ulu hati (+), BAB hitam (-), mual Nyeri ulu hati (+), BAB hitam (-), mual
(-), muntah (-) (-), muntah (-)
• Objective (O) : • Objective (O) :
Composmentis, sakit sedang Composmentis, sakit sedang
T: 100/80 mmHg N: 98 REIC R: T: 100/80 mmHg N: 98 REIC R:
21x/menit, S: 36,10C. 21x/menit, S: 36,10C.
Abdomen: soepel, nyeri tekan Abdomen: soepel, nyeri tekan
epigastrium (+), bising usus (+) normal epigastrium (+), bising usus (+) normal
• Assessment (A) : ulkus peptikum • Assessment (A) : ulkus peptikum
• Planning (P) : Terapi lanjut • Planning (P) : Terapi lanjut
Jumat Pagi, 27 Oktober 2017
• Subjective (S) :
Nyeri ulu hati semakin berkurang.
• Objective (O) :
composmentis
TD 110/80, N: 84 REIC, S: 36.5
Nyeri tekan epigastrium (-), Tanda
Murphy (-), mual (-), muntah (-)
• Assessment (A) : ulkus peptikum
• Planning (P) : BLPL
Sucralfat 4x10 cc
Kontrol Poli Dalam (Selasa, 31
Oktober 2017)
• Quo ad vitam : ad bonam
• Quo ad functionam : dubia ad bonam
• Quo ad sanationam : dubia ad bonam
• Penyakit ulkus peptikum adalah putusnya kontinuitas mukosa
lambung yang meluas sampai di bawah epitel.
• Penyakit ulkus peptikum umumnya terjadi di duodenum dan
lambung.
• Penyakit ulkus peptikum terjadi ketika faktor agresif (gastrin,
pepsin) menembus faktor defensif yang melibatkan resistensi
mukosa (mucus, bikarbonat, mikrosirkulasi, prostaglandin,
dinding mukosa) dan dari efek Helicobacter pylori.
• Insidens dan prevalensi dari ulkus peptikum telah menurun pada
tahun terakhir yang sebagian besar dikarenakan ditemukannya
pengobatan eradikasi bakteri H. pylori.
• Meskipun terjadi kemajuan dalam pengobatan ulkus ini,
komplikasi tetap menjadi masalah.
• Penyebaran penggunaan ASA dan NSAIDs kemungkinan
memberikan konstribusi terhadap komplikasi ulkus peptikum.
• Penemuan dari berbagai studi menemukan insiden tiap tahun
dari perdarahan ulkus sekitar 19,4- 57,0 kasus per 100,000
individu dan perforasi sekitar 3,8 – 14 kasus per 100,000
individu.
• Komplikasi ini juga sering dihubungkan dengan peningkatan
terjadinya ulkus rekuren dan mortalitas.
• Mortalitas tinggi terjadi pada pasien dengan komplikasi ulkus
peptikum, khususnya setelah perforasi.
• Prevalensinya sekitar 11-14% pada pria dan 8-11% pada
wanita.
• Lambung terdiri atas 5
bagian :
1. Cardia yang berhubungan
langsung dengan esofagus;
2. Fundus yang menjadi atap
yang merupakan perluasan
dari cardia;
3. Corpus atau badan
lambung;
4. Antrum; dan
5. Pylorus, terdapat sfingter
yang memisahkan lambung
dari duodenum.
Sekresi HCl akibat dihasilkan dalam tiga fase yang
berbeda tergantung sumber rangsangan
Sefalik
Gastrik
 Intestinal
• Umumnya yang berperan besar terjadinya ulkus adalah H.
Pylori dimana penyebab tersering ulkus duodenum dan ulkus
lambung.
• H. Pylori paling banyak terjadi pada orang dengan
sosialekonomi rendah dan bertambah seiring dengan usia.
• Penyebab lain dari ulkus peptikum adalah penggunaan NSAIDs,
kurang dari 1% akibat gastrinoma (Zollinger-Ellison syndrome),
faktor genetic.
• Faktor risiko terjadinya ulkus :
1. herediter (berhubungaan dengan peningkatan jumlah sel
parietal),
2. merokok,
3. hipercalcemia,
4. mastositosis,
5. alkohol, dan
6. stress.
Stres, alkohol, infeksi
H. pylori, obat-
obatan
Luka pada
lambung Peningkatan
Serabut aferan asam lambung
menghantar Vasodilatasi
kan impuls Asam lambung Peningkatan
kapiler dan
nyeri berdifusi ke histamin
permebilitas
mukosa
Nyeri ulu hati kapiler
Penghancuran
Menurunkan sel mukosa Plasma bocor ke
sawar mukosa lumen lambung
Destruksi vena perdarahan
Penurunan dan kapiler
tonus otot dan Ulkus
peristaltik peptikum
Peningkatan
tonus
duodenum
Refluks duodenum ke
Mual dan
lambung lalu ke
muntah
esofagus
• Nyeri ulu hati • Pada ulkus duodenum rasa
• mual, sakit timbul waktu pasien
• muntah, merasa lapar, rasa sakit bisa
membangunkan pasien
• kembung, tengah malam, rasa sakit
• nyeri ulu hati, hilang setelah makan dan
• sendawa, minum obat antasida.
• rasa terbakar, • Pada ulkus lambung rasa
• rasa penuh dan sakit timbul setelah makan,
rasa sakit di rasakan sebelah
• cepat merasa kenyang. kiri, anoreksia, nafsu makan
berkurang, dan kehilangan
berat badan.
1) Anamnesis (dispepsia/ rasa • Hasil biopsi untuk pemeriksaan
kuman H. Pylori.
sakit pada ulu hati);
• Ulkus Duadenum
2) Pemeriksaan penunjang
• Upper Gastrointestinal Endoscopy
• Pemeriksaan (UGIE) atau Upper Gastrointestinal
• Radiologis barium radiografi.
• Ulkus lambung
• Endoskopi
• Upper Gastrointestinal Endoskopi.
• Gastroskopi • Deteksi H. Pylori
• Deteksi antibodi pada serum dan
rapid urease test pada biopsi
antral. Urea breath test umumnya
digunakan untuk mengetahui
eradikasi dari H. Pylori jika perlu
Non medikamentosa Medikamentosa
1. Diet 1. Antasida
2. Menghindari obat – obatan 2. Koloid Bismuth
OAINS 3. Sucralfat
4. Prostaglandin
5. Antagonis Reseptor H2 (
cimetidin, ranitidin, famotidin)
6. PPI (proton Pump Inhibitor) (
omeprazole, lansoprazol,
pantoprazol, rabeprazol,
esomesoprazol)
• Terapi Triple
• Regimen terapi eradikasi yang pertama digunakan adalah:
bismuth, metronidazole, tetrasiklin.
• Regimen triple terapi saat ini :
(PPI 2x1, Amoxicillin 2x1000, klaritromisin 2x500, metronidazole 3x500, tetrasiklin
4x500) dan yang banyak digunakan saat ini:
1. Proton pump inhibitor (PPI) 2x1 + Amoksisilin 2 x 1000 + Klaritromisin 2x500
2. PPI 2x1 + Metronidazol 3x500 + Claritromisin 2x500 (bila alergi penisilin)
3. PPI 2x1 + Metronidazol 3x500 + Amoksisilin 2x 1000
4. PPI 2x1 + Metronidazol 3x500 + Tetrasiklin 4x500 bila alergi terhadap
klaritromisin dan penisilin.
• PPI 2x 1sehari, Bismuth subsalisilat 4x2 tab, metrodinazole
4x250, Tetrasiklin 4x500, bila bismuth tidak tersedia diganti
dengan triple terapi. Bila belum berhasil, dianjurkan kultur dan
tes sensitivitas.
• TINDAKAN OPERASI
• Tindakan operasi dilakukan pada keadaan:
• 1. Elektif (gagal pengobatan/ ulkus refrakter)
• 2. Darurat (komplikasi: perdarahan, perforasi, stenosis pilorik)
• 3. Ulkus lambung dengan keganasan
• Komplikasi yang dapat timbul pada umumnya :

- Perdarahan
- Anemia
- Perforasi
- Gastric Outlet
• Makan dengan porsi sedikit tapi sering.
• jika pasien merasa lapar, jangan langsung minum - minuman yang
mengandung kafein seperti teh, tapi digantikan dengan air putih hangat.
• Bila maag kambuh karena terlambat makan, jangan langsung makan -
makanan berat misalnya nasi, tapi digantikan dengan makanan ringan
seperti crackers.
• Makan secara benar, hindari makan - makanan yang dapat mengiritasi
terutama makanan yang pedas dan asam
• Makan dengan jumlah yang cukup, pada waktunya dan lakukan dengan
santai.
• Mengunyah makanan sampai benar - benar lumat.
• Minum air putih yang banyak atau dapat digantikan dengan minuman ber-
ion.
• Meminum obat sesuai dengan anjuran dokter.
• Menjaga kebersihan lingkungan seperti alat - alat makan, tempat tidur,dll.
• Hindari untuk meminum alkohol,karena alkohol dapat mengiritasi dan
mengikis lapisan mukosa dalam lambung serta dapat mengakibatkan
peradangan dan perdarahan.
• Hindari untuk merokok, karena dapat mengganggu kerja lapisan pelindung
lambung.
• Lakukan olahraga secara teratur, misalnya senam aerobik. Senam aerobik
dapat meningkatkan kecepatan jantung dan pernafasan juga dapat
menstimulasi aktivitas otot usus sehingga membantu mengeluarkan limbah
makanan dari usus secara lebih cepat.
• Menghindari pemakaian aspirin saat merasa tidak enak badan, digantikan
dengan istirahat yang cukup.
• Hindari pemakaian obat gabungan, untuk mengurangi efek negatif obat.
• Hindari stress yang berlebihan.
• Selalu memperhatikan pola makan pasien.
• Membantu mengatasi masalah yang dihadapinya untuk mengurangi rasa
stress.
• Memperhatikan pemakaian obat dan efek sampingnya.
• Prognosis tergantung dari perjalanan penyakit dan komplikasi
yang terjadi. Kebanyakan pasien berhasil diobati dengan
eradikasi infeksi H pylori, menghindari NSAID, dan penggunaan
yang tepat terapi anti sekresi.
1. Del John. Peptic ulcer disease and related disorders. In: Kasper DL, Braunwald E, et al (eds). Harrison’s principles of internal

medicine 16th editions. United States: McGraw-Hill Companies; 2005. p. 1746- 56.

2. Price Sylvia, Wilson Lorraine. Gangguan lambung dan duodenum. Dalam: Glenda Lindseth. Patofisiologi: Konsep klinis proses-

proses penyakit Volume 6. Jakarta: EGC; 2002. hal. 423- 31.

3. Keshav Satish. The gastrointestinal system at a glance 1st ed. British: Blackwell Science Ltd; 2004. p. 20-3; 72-3.

4. Sherwood, Lauralee. Fisiologi Manusia dari sel ke sistem edisi 2. Jakarta: EGC; 1996. Hal. 551- 2; 556-9.

5. Tarigan Pengarapen, Akil HAM. Tukak gaster dan tukak duodenum. Dalam: Sudoyo Aru, Alwi Idrus dkk editor. Buka ajar ilmu

penyakit dalam jilid I edisi V. Jakarta: InternaPublishing; 2009. hal. 513-27.

6. Townsend CM, David R, Mark B, Mattox Kenneth. Sabiston textbook of surgery 17th edition. Philadelphia: Elsevier Saunders;

2004. p. 1279- 96.

7. Aro Pertti. Storstrubb Tom. Peptic ulcer disease in a general adult population. USA: America Journal of Epidemiology; 2006. p. 3-

8.

8. Anand BS. Peptic ulcer disease. [online]. Update: June 20th 2011. [cited October 28th 2011]. Available from URL :

http://emedicine.medscape.com/article/181753overview#showall

9. Burnicardi Charles. Schwartz’s principles of surgery eighty edition. United States: McGraw-Hill companies; 2004. p. 38- 69.

10.Souba Wiley, Fink Mitchell, Jurkovich Gregory. ACS surgery: principles & practice, 2007 edition. UK: WebMD Inc; 2007. p. 5-8.

Anda mungkin juga menyukai