Anda di halaman 1dari 44

PB 2: ISU DAN KECENDRUNGAN MASALAH

KESEHATAN KELOMPOK LANSIA

Ns. Hairuddin Safaat


Alasan perhatian pada lanjut usia
• Booming Usila (negara maju & berkemb)
• Peningkatan umur harapan hidup Usila
• Masa Pensiun dan masalahnya
• Peningkatan Kematian mendadak (jantung stroke)
• Kewajiban pemerintah pd kelompok Usila
• Perkemb. ilmu; Gerontologi & Geriatri
• Tahun Usila internasional 1 Okt 1999
• Program PBB
• Kurangnya jumlah tempat tidur di RS
• Mahalnya obat-obatan
DEMOGRAFI
• Penduduk Indonesia selama kurun waktu 40
tahun sejak tahun 1970 telah mengalami
perubahan struktur.
• Seiring dengan membaiknya kondisi
kesehatan, struktur umur penduduk Indonesia
juga mengalami peningkatan sebagai dampak
meningkatnya angka harapan hidup. Hal ini
mempengaruhi jumlah dan persentase
penduduk lanjut usia yang terus meningkat
• Berdasarkan kelompok umur, persentase penduduk
lansia relatif kecil dibandingkan dengan penduduk usia
dibawah 15 tahun (29,06 %), penduduk usia 15-35
tahun (34,53 %), maupun penduduk dewasa usia 36-59
tahun (28,04 %), penduduk lansia mencapai 19,32 juta
(8,37 %) dari keseluruhan penduduk. (Komnas
Lansia;2010)
• Meskipun persentasenya relatif kecil dibandingkan
kelompok umur lainnya, namun secara umum jumlah
penduduk lansia mengalami peningkatan setiap
tahunnya.
• Menurut Badan Koordinasi Keluarga Berencana
Nasional (BKKBN), pada 2050 akan terjadi perubahan
struktur umur yang akan didominasi oleh mereka yang
berusia 60 tahun ke atas.
• Indonesia saat ini berada dalam transisi demografi
dengan persentase kaum lansia diproyeksikan menjadi
11,34% pada 2020 mendatang
• Dengan jumlah lansia sekarang telah mencapai 15 juta
lebih penduduk, ia memperkirakan, persentase
kenaikannya pada 20 tahun lagi menjadi makin besar
dibanding negara lain.
• Prof R Boedho Darmojo mengutip data
demografi penduduk internasional yang
dikeluarkan Bureau of the Cencus, 1993,
bahwa Indonesia pada 1990-2025 mengalami
peningkatan jumlah lansia sebesar 414%.
''Suatu angka yang paling tinggi di seluruh
dunia, bandingkan dengan yang terjadi di
negara Kenya sebanyak 347%, Brasil 255%,
India 242%, China 220%, Jepang 129%, Jerman
66%, dan Swedia 33%.
• Suatu wilayah disebut berstruktur tua jika
persentase lanjut usianya lebih dari 7 persen :
Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur, Jawa
Tengah, Bali, Sulawesi Selatan, Sumatera
Barat, Sulawesi Utara, Nusa Tenggara Barat,
Jawa Barat dan Nusa Tenggara Timur. (Komnas
Lansia;2010)
• Piramida penduduk Indonesia berubah bentuk
dengan basis lebar (fertilitas tinggi) menjadi
piramida berbentuk bawang yang menunjukan
rendahnya fertilitas dan mortalitas.
• Perubahan struktur ini juga akan mempengaruhi
rasio ketergantungan (Dependency Ratio).
Dengan demikian lapisan kaum lansia dalam
struktur demografi Indonesia menjadi makin
tebal, dan sebaliknya kaum muda menjadi relatif
lebih sedikit. Dengan kata lain, timbul regenerasi
yang bisa membawa akibat negatif
Tahapan regenerasi
• Tahap I
Timbul kesenjangan antar generasi (generation gap), karena kaum muda
secara lebih dinamis mengikuti kemajuan teknologi canggih, sedangkan
kaum lansia acuh, tetap tertinggal dan membiarkan kaum muda berjalan
terus. Keadaan ini belum berbahaya.
• Tahap II
Karena makin tebalnya lapisan lansia dan makin meningkatnya tingkat
kesehatan,mereka pun masih mampu mengimbangi kaum muda dan
menghendaki tetap pada jabatannya, sehingga tidak mau digeser. Pada saat
inilah timbul tekanan pada generasi muda (generation pressure) yang lebih
berbahaya dari keadaan tahap I. Tahapan Indonesia saat ini adalah tahap I
dan mulai memasuki tahap II dengan timbulnya isu peningkatan usia
pensiun.
• Tahap III
Adalah yang paling berbahaya, ditandai dengan timbulnya konflik anyar
generasi (generation conflict). Dalam keadaan ini para lansia yang
jumlahnya makin banyak merasa makin kuat dan terus-menerus menekan
generasi di bawahnya, sedangkan generasi muda bereaksi dan melawan
tekanan-tekanan tersebut sehingga timbul konflik yang berkepanjangan dan
sulit diatasi dengan segera.
• Karena usia harapan hidup perempuan lebih
panjang dibandingkan laki-laki, maka jumlah
penduduk lanjut usia perempuan lebih banyak
dibandingkan laki-laki (11,29 juta jiwa
berbanding 9,26 juta jiwa).
• Oleh karena itu, permasalahan lanjut usia
secara umum di Indonesia, sebenarnya tidak
lain adalah permasalahan yang lebih
didominasi oleh perempuan
Permasalahan umum
• Makin besar jumlah lansia yang berada dibawah
garis kemiskinan
• Makin melemahnya nilai kekerabatan sehinggan
anggota keluaraga yang lanjut usia kurang
diperhatikan, dihargai dan dihormati.
• Lahirnya kelompok masyarakat industry
• Masih rendahnya kuantitas dan kualitas tenaga
profesional pelayanan lanjut usia
• Belum membudaya dan melembaganya kegiatan
pembinaan kesejahteraan lansia
• Masalah globalisasi akan menuntut perkembangan keluarga
yang tadinya berintikan nilai tradisional / keluarga guyub
beralih dan cenderung berkembang menjadi keluarga
individual / patembayan.
• Norma masyarakat juga akan bergeser dan mengarah pada
kehidupan yang egosentris.
• Masalah gender akan berkembang menjadi topik besar,
karena jumlah lansia wanita akan melebihi jumlah prianya
(karena umur harapan hidup wanita memang lebih tinggi),
sedangkan kelompok wanita tua lebih bercirikan
kekurangmampuan/ kemiskinan, kurangnya ketrampilan
yang dimiliki dibandingkan dengan kelompok pria dan
ketidakberdayaan. Di lain pihak, kelompok yang melayani
lansia umumnya terdiri dari para wanita.
• Terbatasnya aksebilitas lansia sehingga mobilitas menjadi
sangat terbatas.
• Terbatasnya hubungan dan komunikasi lanjut usia dan
lingkungannya dan penurunan kesempatan dan produktivitas kerja.
• Terbatasnya kemampuan dalam memanfaatkan dan
mendayagunakan sumber-sumber yang ada.
• Terberantasnya penyakit infeksi yang disebabkan kuman dan
parasit,
• Berkembangnya ilmu kesehatan lingkungan serta keberhasilan
program keluarga berencana menyebabkan meningkatnya angka
harapan hidup dan tentunya dibarengi konsekuensi lainnya yang
lebih kompleks.
• Perkembangan ilmu kesehatan yang berkaitan dengan lansia juga
tumbuh lebih cepat, karena penyakit lanjut usia memiliki
karakteristik tertentu yang jarang didapatkan pada masa anak dan
dewasa muda.
Masalah-masalah yang menyertai lansia

• Ketidakberdayaan fisik yang menyebabkan


ketergantungan pada orang lain
• Ketidakpastian ekonomi sehingga memerlukan
perubahan total dalam pola Hidupnya
• Membuat teman baru untuk mendapatkan ganti
mereka yang telah meninggal atau pindah
• Mengembangkan aktifitas baru untuk mengisi
waktu luang yang bertambah banyak
• Belajar memperlakukan anak-anak yang telah
tumbuh dewasa. Berkaitan dengan perubahan
fisik,
Karakteristik Penyakit Pada Lansia
• Saling berhubungan satu sama lain
• Penyakit sering multiple
• Penyakit bersifat degeneratif
• Berkembang secara perlahan
• Gejala sering tidak jelas
• Sering bersama-sama problem psikologis dan sosial
• Lansia sangat peka terhadap penyakit infeksi akut
• Sering terjadi penyakit iatrogenik (penyakit yang
disebabkan oleh konsumsi obat yang tidak sesuai
dengan dosis)
Morbiditas
• Fungsi tubuh dirasakan menurun: Penglihatan
(76,24 %), Daya ingat (69,39 %), Sexual (58,04%),
Kelenturan (53,23 %).
• Masalah kesehatan yang sering muncul :
Sakit tulang (69,39 %), Sakit kepala (51,15 %),
Daya ingat menurun (38,51 %), Selera makan
menurun (30,08 %), Mual/perut perih (26,66 %),
Sulit tidur (24,88 %) dan sesak nafas (21,28 %).
Morbiditas
• Angka kesakitan (morbidity rates) lansia adalah
proporsi penduduk lansia yang mengalami
masalah kesehatan hingga mengganggu aktivitas
sehari-hari selama satu bulan terakhir.
• Separuh lebih lansia (54,57 persen) mengalami
keluhan kesehatan sebulan terakhir. Persentase
penduduk lansia laki-laki yang mengalami
keluhan kesehatan sebulan terakhir sebesar
54,67 persen dan lansia perempuan 54,49 persen
• Angka kesakitan penduduk lansia tahun 2009
sebesar 30,46 persen, artinya bahwa dari
setiap 100 orang lansia terdapat sekitar 30
orang diantaranya mengalami sakit.
• Angka kesakitan penduduk lansia perkotaan
(27,20 persen) lebih rendah dibandingkan
lansia perdesaan (32,96 persen).
• Jenis keluhan lainnya diantaranya keluhan
yang merupakan efek dari penyakit kronis
seperti asam urat, darah tinggi, rematik, darah
rendah, dan diabetes. Kemudian jenis keluhan
yang juga banyak dialami lansia adalah batuk
(20,53 persen), pilek (14,64 persen), dan
panas (11,42 persen).
Karakteristik Penyakit Lansia Di Indonesia
• Penyakit persendian dan tulang, misalnya rheumatik, osteoporosis,
osteoartritis
• Penyakit Kardiovaskuler. Misalnya: hipertensi, kholesterolemia,
angina, cardiac attack, stroke, trigliserida tinggi, anemia, PJK
• Penyakit Pencernaan yaitu gastritis, ulcus pepticum
• Penyakit Urogenital. Seperti Infeksi Saluran Kemih (ISK), Gagal Ginjal
Akut/Kronis, Benigna Prostat Hiperplasia
• Penyakit Metabolik/endokrin. Misalnya; Diabetes mellitus, obesitas
• Penyakit Pernafasan. Misalnya asma, TB paru
• Penyakit Keganasan, misalnya; carsinoma/ kanker
• Penyakit lainnya. Antara lain; senilis/pikun/dimensia, alzeimer,
parkinson, dsb
Upaya kesehatan lansia
• Pemberikan pelayanan berlandaskan pada
filosofi dan nilai budaya masyarakat Indonesia
yang berasas Three Generation in One Roof
yang mengandung arti yaitu adanya pertautan
yang bernuansa antar 3 generasi, yaitu: anak,
orang tua dan kakek / nenek
Azas
• Menurut WHO (1991) adalah to Add life to the
Years that Have Been Added to life, dengan
prinsip kemerdekaan (independence), partisipasi
(participation), perawatan (care), pemenuhan diri
(self fulfillment), dan kehormatan (dignity).
Azas yang dianut oleh Departemen Kesehatan RI
adalah Add life to the Years, Add Health to Life,
and Add Years to Life, yaitu meningkatkan mutu
kehidupan lanjut usia, meningkatkan kesehatan,
dan memperpanjang usia
Prinsip
1. Prinsip holistik
• Seorang penderita lanjut usia harus dipandang sebagai manusia
seutuhnya (lingkungan psikologik dan sosial ekonomi).
• Sifat holistik mengandung artian baik secara vertikal ataupun
horizontal. Secara vertikal dalam arti pemberian pelayanan di
masyarakat sampai ke pelayanan rujukan tertinggi, yaitu rumah
sakit yang mempunyai pelayanan subspesialis geriatri. Holistik
secara horizontal berarti bahwa pelayanan kesehatan harus
merupakan bagian dari pelayanan kesejahteraan lansia secara
menyeluruh. Oleh karena itu, pelayanan kesehatan harus bekerja
secara lintas sektoral dengan dinas/ lembaga terkait di bidang
kesejahteraan, misalnya agama, pendidikan, dan kebudayaan, serta
dinas sosial
• Pelayanan holistik juga berarti bahwa pelayanan harus mencakup
aspek pencegahan (preventif), promotif, penyembuhan (kuratif),
dan pemulihan (rehabilitatif).
WHO menganjurkan agar diagnosis penyakit pada Lansia harus
meliputi 4 tingkatan penyakit :
1. Disease (penyakit), yaitu diagnosis penyakit pada penderita,
misalnya penyakit jantung iskemik.
2. Impairment (kerusakan/ gangguan), yaitu adanya gangguan atau
kerusakan dari organ akibat penyakit, missal pada MCI akut
ataupun kronis.
3. Disability (ketidakmampuan), yaitu akibat obyektif pada
kemampuan fungsional dari organ atau dari individu tersebut.
Pada kasus di atas misalnya terjadi decompensasi jantung.
4. Handicap (hambatan), yaitu akibat sosial dari penyakit. Pada kasus
tersebut di atas adalah ketidakmampuan penderita untuk
melakukan aktivitas sosial, baik di rumah maupun di lingkungan
sosialnya.
2. Tatakerja dan tatalaksana secara TIM
• Tim geriatrik merupakan bentuk kerjasama
multidisipliner yang bekerja secara inter-
disipliner dalam mencapai tujuan pelayanan
geriatrik yang dilaksanakan.
• Berbagai disiplin ilmu kesehatan yang secara
bersama-sama melakukan penanganan pada
penderita lanjut usia. Komponen utama tim
geriatrik terdiri dari dokter, pekerja sosio
medik, dan perawat
Pendekatan
• Menikmati hasil pembangunan (sharing the benefits of social
development)
• Masing-masing lansia mempunyai keunikan (individuality of aging persons)
• Lansia diusahakan mandiri dalam berbagai hal (nondependence)
• Lansia turut memilih kebijakan (choice)
• Memberikan perawatan di rumah (home care)
• Pelayanan harus dicapai dengan mudah (accessibility)
• Mendorong ikatan akrab antar kelompok/ antar generasi (engaging the
aging)
• Transportasi dan utilitas bangunan yang sesuai dengan lansia (mobility)
• Para lansia dapat terus berguna dalam menghasilkan karya (productivity)
• Lansia beserta keluarga aktif memelihara kesehatan lansia (self help care
and family care) (WHO)
Sarana pelayanan kesehatan
1. Pelayanan Tingkat Masyarakat
Pelayanan yang ditujukan kepada Lanjut Usia, keluarga yang
mempunyai lanjut usia, kelompok lanjut usia atau kelompok
masyarakat seperti :
a. Karang Werdha …. “nursing home”,
Adalah suatu perkumpulan/paguyuban dari para lansia yang
biasanya berasal dari satu lingkungan hunian. Di dalam klub ini,
para lansia yang sehat mandiri dapat mengadakan berbagai
kegiatan fisik, rohani,social-ekonomi secara bersama-sama
b. Posyandu Lansia
c. Day Care
d. Dana Sehat \Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat
(JPKM)
e. Konsultasi geriatri
2. Pelayanan Tingkat Dasar
Pelayanan diselenggarakan oleh berbagai
instansi dan swasta serta organisasi
masyarakat, organisasi profesi dan yayasan
seperti: praktek dokter, praktek dokter gigi,
balai pengobatan dan klinik, Puskesmas, Balai
Kesehatan Masyarakat, Panti Tresna Werdha,
Pusat Pelayanan dan Perawatan Lanjut Usia.
3. Pelayanan Rujukan Tingkat I dan Tingkat II
Pelayanan yang diberikan dapat bersifat sederhana,
sedang, lengkap, dan paripurna : Rumah sakit yang
memiliki : Poliklinik Geriatri / Gerontologi, unit
rehabilitasi, ruang rawat, laboratorium, Day Hospital,
Unit Gawat Darurat, Instalasi Gawat Darurat, Bangsal
Akut. Rumah Sakit Jiwa, Rumah Sakit Khusus (lainnya)
Hospitium : Melalui pelayanan kesehatan yang
dikerjakan terpadu dengan pelayanan keperawatan,
pelayanan sosial, ketenagakerjaan, hukum dan
bidang-bidang lainnya, diharapkan angka kesakitan
(morbiditas), angka kematian (mortalitas)
serta permasalahan lanjut usia semakin menurun
PELAKSANAAN PELAYANAN
KESEHATAN USIA LANJUT
• Tujuannya adalah meningkatkan derajat
kesehatan dan mutu kehidupan untuk
mencapai masa tua yagn bahagia dan berguna
dalam kehidupan keluarga dan masyarakat
sesuai dengan keberadaannya dalam
masyarakat
Pembinaan kesehatan usia 40-45
tahun (masa virilitas)
1. Mengetahui sedini mungkin adanya akibat proses
penuaan (keluhan mudah jatuh, mudah lelah, nyeri
dada, berdebar-debar, sesak nafas waktu beraktivitas.
2. Mengetahui pentingnya pemeriksaan kesehatan
secara berkala.
3. Melakukan latihan kesegaran jasmani.
4. Melakukan diet dengan menu seimbang.
5. Meningkatkan kegiatan sosial di masyarakat.
6. Meningkatkan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha
Esa
Pembinaan kesehatan usia 55-64
tahun (masa presenium)
1. Pemeriksaan kesehatan secara berkala.
2. Perawatan gizi/ diet seimbang
3. Kegiatan olahraga/ kesegaran jasmani.
4. Perlunya berbagai alat bantu untuki tetap
berdaya guna.
5. Pengembangan dan peningkatan hubungan
sosial di masyarakat.
6. Peningkatan ketakwaan kepada Tuhan Yang
Maha Esa.
Pembinaan kesehatan > 65 tahun dan
kelompok resiko tinggi
1. Pembinaan diri sendiri dalam hal pemenuhan
kebutuhan pribadi, aktivitas di dalam rumah
maupun di luar rumah.
2. Pemakaian alat bantu sesuai dengan kebutuhan
dan kemampuan yang ada pada mereka.
3. Pemeriksaan kesehatan secara berkala.
4. Perawatan fisioterapi di RS terdekat.
5. Latihan kesegaran jasmani.
6. Meningkatkan ketakwaan kepada Tuhan Yang
Maha Esa.
1. Promosi kesehatan
• BAHAGIA (Slamet Suyono :RSCM, 1997)
Berat badan berlebihan agar dihindari dan dikurangi
Aturlah makanan hingga seimbang
Hindari faktor risiko penyakit degeneratif
Agar terus berguna dengan mempunyai hobi yang bermanfaat
Gerak badan teratur agar terus dilakukan
Iman dan takwa tingkatkan, hindari dan tangkal situasi yang menegangkan
Awasi kesehatan dengan memeriksakan badan secara periodik
• DEPKES
1. Perkuat ketakwaan pada Tuhan Yang Maha Esa untuk
mengendalikan stress
2. Periksakan kesehatan secara berkala
3. Makan dan minum : kurangi gula, lemak, dan garam, perbanyak
buah, sayur, susu tanpa lemak dan ikan, hindari alkohol,berhenti
merokok, Perbanyak minum air putih 6-8 gelas per hari atau sesuai
anjuran petugas kesehatan
4. Kegiatan fisik dan psikososial : pertahankan berat badan normal,
lakukan kegiatan fisik sesuai kemampuan, lakukan latihan kesegaran
jasmani sesuai kemampuan seperti jalan kaki, senam, berenang,
dan bersepeda tingkatkan silaturahmi, sempatkan rekreasi dan
salurkan hobi secara teratur dan bergairah, gunakan obat-obatan
atas saran petugas kesehatan, pertahankan hubungan harmonis
dalam keluarga tetap melakukan kegiatan seksual dengan pasangan
hidup
2. Upaya pencegahan / Prevention
• Prevensi bukanlah menghindarkan ketuaan
atau proses menjadi tua, melainkan
menghindarkan sejauh mungkin penyakit-
penyakit yang dapat timbul dan
mengusahakan agar fungsi tubuh selama
mungkin dapat dipertahankan
a. Upaya pencegahan primer (Primary prevention).
Ditujukan kepada Lansia yang sehat, mempunyai risiko akan tetapi belum
menderita penyakit. Dapat digolongkan pada upaya peningkatan
b. Upaya pencegahan sekunder (Secondary prevention)
Ditujukan kepada penderita tnpa gejala, yang mengidap faktor risiko.
Upaya ini dilakukan sejak awal penyakit hingga awal timbulnya gejala
atau keluhan.
Menurut DepKes RI 1998, keluhan yang perlu diwaspadai :
- cepat lelah - nyeri pinggang
- nyeri dada - nyeri sendi
- sesak napas - gangguan gerak
- berdebar-debar - kaki bengkak
- sulit tidur - kesemutan
- batuk - sering haus
- gangguan penglihatan - gangguan BAB/ BAK
- gangguan pendengaran - benjolan tidak normal / daging
- gangguan mulut tumbuh
- nafsu makan meningkat atau menurun - keluarnya darah atau cairan
melalui vagina secara terus-menerus
c. Upaya pencegahan tersier (Tertiary prevention)
Ditujukan kepada penderita penyakit dan
penderita cacat, yang telah memperlihatkan
gejala penyakit
•Tahap I : Ketika Lansia dirawat di RS
•Tahap II : Ketika Lansia pada masa rehabilitasi
atau rawat jalan.
Tahap III : Ketika Lansia pada saat pemeliharaan
jangka panjang
TINGKAT PELAYANAN KESEHATAN
1. Pelayanan Kesehatan Lansia di Masyarakat
(Community Based Geriatric Service)
• Semua pelayanan kesehatan harus diintegrasikan
dengan layanan kesejahteraan yang lain dari
dinas sosial, agama, pendidikan, kebudayaan, dll.
Peran serta LSM untuk membentuk layanan
sukarela misalnya dalam pendirian badan yang
memberikan layanan bantu perawatan (home
nursing), kebersihan rumah, atau pemberian
makanan bagi para lansia (meals on wheels) juga
perlu didorong
2. Pelayanan Kesehatan Lansia di Masyarakat Berbasis
Rumah Sakit (Hospital Based Community Geriatric
Service)
• Pada layanan tingkat ini, rumah sakit setempat yang telah
melakukan layanan geriatri bertugas membina Lansia yang
berada di wilayahnya, baik secara langsung atau tidak
langsung melalui pembinaan pada Puskesmas yang
berada di wilayah kerjanya.
• “Transfer of Knowledge” berupa lokakarya, symposium,
ceramah-ceramah, baik kepada tenaga kesehatan ataupun
kepada awam perlu dilaksanakan. Di lain pihak, rumah
sakit harus selalu bersedia bertindak sebagai rujukan dari
layanan kesehatan yang ada di masyarakat
3. Layanan Kesehatan Lansia Berbasis Rumah Sakit (Hospital Based
Geriatric Service)
• Pada layanan ini rumah sakit, tergantung dari jenis layanan yang
ada, menyediakan berbagai layanan bagi para Lansia, sampai pada
layanan yang lebih maju, misalnya bangsal akut, klinik siang
terpadu (day hospital), bangsal kronis, dan atau panti rawat
wredha (nursing homes). Di samping itu, rumah sakit jiwa juga
menyediakan layanan kesehatan jiwa bagi Lansia sengan pola yang
sama.
• Pada tingkat ini, sebaiknya dilaksanakan suatu layanan terkait
(con-joint care) antara unit geriatri rumah sakit umum dengan unit
psikogeriatri suatu rumah sakit jiwa, terutama untuk menangani
penderita penyakit fisik dengan komponen gangguan psikis berat
dan sebaliknya.
Kesimpulan
• Karena jumlah Lansia dari hari ke hari makin meningkat
dengan cepat, dan hal ini dapat menimbulkan
permasalahan yang akan mempengaruhi kelompok
penduduk lain, maka aspek demografi dari kelompok
Lansia ini penting diketahui dan dipahami, sehingga
dapat diambil langkah antisipasi untuk mengatasi
permasalahan yang dapat timbul tadi.
• Dengan kemajuan teknologi dan umur manusia yang
makin panjang, maka terjadi pergeseran sebab-sebab
kematian, dari penyakit infeksi kearah penyakit
degeneratif. Hal ini tentu memerlukan pendekatan
yang berbeda di bidang kesehatan.
• Peranan prevensi/ pencegahan semakin besar, karena jika dilakukan
secara cermat dan terus menerus akan memberikan hasil yang lebih
baik dengan biaya yang lebih murah. Maksud dari prevensi sendiri
adalah menghindarkan sejauh mungkin penyakit-penyakit yang
dapat timbul dan mengusahakan agar fungsi tubuh selama mungkin
dapat dipertahankan
• Karena alasan-alasan di atas, prinsip pelayanan kesehatan pada
Lansia adalah holistik dan bekerja di dalam tim. Sedangkan
pelaksanaannya sendiri melibatkan masyarakat juga Rumah Sakit
dan berada dalam tingkatan-tingkatan. Pelayanannya sendiri
dikelompokkan menjadi 5, promosi, prevensi, diagnosis dini dan
pengobatan, pembatasan kecacatan, dan rehabilitasi. Sebagai
pelengkap adalah pelayanan sosial
44

Anda mungkin juga menyukai