Anda di halaman 1dari 39

MOLAHIDATIDOSA

LAPORAN KASUS
Oleh : Theresia Harum
Anamnesa
Identitas :
 Nama : Ny. S
 No RM : 39.28.84
 Umur : 22 tahun
 Suku bangsa : Kayu Agung Asli
 Pendidikan : SLTA
 Pekerjaan : Ibu Rumah tangga
 Alamat : Mangun Jaya
 MRS : 6 Februari 2018
Pukul19.20 WIB
Riwayat Perkawinan
 Menikah 1 kali, lama 2 tahun
Riwayat Reproduksi
 Menars 13 tahun, lama haid 7 hari, siklus
haid 28 hari teratur, hari pertama haid
terakhir 23 Oktober 2017
Riwayat penyakit dahulu :
 Diabetes melitus(-), hipertensi(-), asma(-)
Keluhan utama : keluar darah segar dari kemaluan
Riwayat perjalanan penyakit :
± 4 hari sebelum masuk rumah sakit os mengeluh
keluar darah segar dari kemaluan. Os mengaku
sedang hamil anak pertama, dengan hasil test
kehamilan positif pada bulan November. Hari
pertama haid terakhir 23 Oktober 2017. Dalam
sehari os mengganti pembalut sebanyak 2-3x.
Riwayat keluar gumpalan seperti mata ikan
disangkal. Os juga mengaku mual dan muntah yang
berlebih yang dirasakan selama kehamilan ini.
Badan bertambah kurus, jantung berdebar-debar
serta sering berkeringat.
Pemeriksaan Fisik
 Keadaan umum : Sedang
 Kesadaran : Kompos mentis
 Tipe badan : Astenikus
 Berat badan : 42 kg
 Tinggi badan : 156 cm
 IMT : 17,25 (BB kurang)
 Tanda Vital
◦ Tekanan darah : 110/70 mmHg
◦ Nadi : 96 x/menit
◦ Pernafasan : 20x/menit
◦ Suhu : 36,80C
 Kepala : Normocefali
 Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera
tidak ikterik
 Hidung : Tidak ada deviasi septum, konka
tidak hiperemis, sekret (-)
 Bibir : Bibir tidak sianosis, mukosa tidak
hiperemis, faring tidak hiperemis,
tonsil T1/T1 tidak hiperemis
 Leher : Tekanan vena jugularis tidak
meningkat, massa tidak ada
 Thorak : Diameter Latero-lateral dan
Antero-posterior 2 : 1
◦ Cor : I : iktus kordis tidak terlihat
P : Iktus kordis tidak teraba
A : BJ I-II Reguler, murmur (-), Gallop (-)
◦ Pulmo : I : Pergerakan dada simetris
P : Fremitus taktil simetris kiri=kanan
P : Sonor pada kedua lapang paru
A :Vesikuler +/+, rh -/-, wh -/-
 Abdomen : Dinding perut cembung,
lemas, pelebaran vena tidak ada, hepar dan
lien sulit dinilai, nyeri tekan tidak ada,
bising usus normal
 Ekstremitas : Edema tidak ada, varises
tidak ada, reflek fisiologis +/+, reflek
patologis -/-
 Pemeriksaan Obstetri
◦ Inspeksi : Abdomen cembung (+), Striae
gravidarum (-), tidak tampak gerakan janin
◦ Palpasi : Tinggi Fundus Uteri 20cm, gerak janin
(-), His (-), Nyeri tekan (-)
◦ Auskultasi : tidak didapatkan DJJ

 Pemeriksaan Inspekulo
◦ Inspeksi : Vulva dan vagina tidak ada
kelainan, darah (+), portio livid, ostium tertutup,
nyeri goyang portio (-)
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium dan USG
(6 Februari 2018)
 Darah rutin
◦ Hb : 11,1 g% (12 – 18 g%)
◦ Eritrosit : 3,5 juta mm3 (4-5juta/mm3)
◦ Leukosit : 12.200 /mm3 (5000 – 10.000 mm3)
◦ Trombosit : 213.000 /mm3(200.000 – 500.000/mm3)
◦ Hematokrit : 27% ( 35-45% )
◦ Golongan Darah :AB
 Plano test : (+)
 USG : Honey Comb Appearance (+),
Janin (-)
Diagnosa Kerja
 G1P0A0 hamil 14 minggu dengan
molahidatidosa
Penatalaksanaan
 Observasi tanda vital ibu dan perdarahan
 IVFD RL gtt XX/menit
 Cek T3, T4, TSH
 Rontgen Thorax PA
 EKG
 Rencana konsul penyakit dalam bila sudah
ada hasil T3,T3,TSH, EKG dan Rontgen
Thorax
 Rencana Dilatasi dan Kuretase
Hasil Serologi (7 Februari 2018)

 T3 : 4,897 ng/dl (0,7-2,04 ng/dl)


 T4 : 15,61 ug/dl (5,5-11,6 ug/dl)
 TSH : 0,01 mIU/L (0,4-4,2 mIU/L)
Konsul Penyakit Dalam
7 Februari 2018
 Hasil :
◦ Serologi: kesan hipertiroid
◦ Saran : PTU 3 x 100mg
: Propanolol 1 x 10mg
: Cairan Lugol 3 x 8 tetes (5 hari)
: Cek ulang T3,T4,TSH
◦ Ro Thorax : Normal Rontgen
◦ EKG : Normal EKG
Follow Up
Tanggal/ Pemeriksaan fisik Diagnosa Terapi
jam

7 Feb 2018 S: Keluar darah dari kemaluan G1P0A0 hamil  Observasi tanda vital
Pkl 07.00 (+) berkurang dibandingkan 14 minggu ibu dan perdarahan
WIB sebelum MRS, badan terasa dengan  IVFD RL gtt XX/menit
kurus, mual (+) molahidatidosa  Cek T3, T4, TSH
St.Presens:  Rontgen Thorax PA
Ku: sedang, sens : CM,  EKG
TD: 100/70 mmHg  Rencana konsul
N : 98 x/m, RR : 20x/m, penyakit dalam bila
T :36,60C sudah ada hasil
St. Obstetri: T3,T3,TS, EKG dan
PL: konjungtiva anemis (-), Rontgen Thorax
FUT setinggi pusar (20 cm)  Rencana Dilatasi dan
Kuretase
Tanggal/ Pemeriksaan fisik Diagnosa Terapi
jam

7 Feb 2018 S: Keluar darah dari kemaluan G1P0A0 hamil  Observasi tanda vital
Pkl 11.00 (+) berkurang dibandingkan 14 minggu ibu dan perdarahan
WIB sebelum MRS, berkeringat dengan  IVFD RL gtt XX/menit
berlebih (+), badan terasa kurus. molahidatidosa Hasil Konsul PDL
St.Presens:  PTU 3 x 100mg
Ku: sedang, sens : CM,  Propanolol 1 x 10mg
TD: 110/70 mmHg  Cairan Lugol 3 x 8
N : 84 x/m, RR : 18x/m, tetes (5 hari)
T :36,90C  Cek ulang T3,T4,TSH
St. Obstetri:  Rencana Dilatasi dan
PL: konjungtiva anemis (-), Kuretase Bila kadar
FUT setinggi pusar (20 cm) serologi T3,T4,TSH
Normal
Tanggal/ Pemeriksaan fisik Diagnosa Terapi
jam

8 Feb 2018 S: Keluar darah dari kemaluan G1P0A0 hamil  Observasi tanda vital
Pkl 07.00 (+) berkurang dibandingkan 14 minggu ibu dan perdarahan
WIB sebelumnya. Malam sulit tidur. dengan  IVFD RL gtt XX/menit
St.Presens: molahidatidosa  PTU 3 x 100mg
Ku: sedang, sens : CM,  Propanolol 1 x 10mg
TD: 100/70 mmHg  Cairan Lugol 3 x 8 tetes
N : 86 x/m, RR : 20x/m, (H+2)
T :36,70C  Cek ulang T3,T4,TSH
St. Obstetri:  Rencana Dilatasi dan
PL: konjungtiva anemis (-), Kuretase Bila kadar
FUT setinggi pusar (20 cm) serologi T3,T4,TSH
Normal
Tanggal/ Pemeriksaan fisik Diagnosa Terapi
jam

9 Feb 2018 S: keringat berlebih (+), nafsu G1P0A0 hamil 14  Observasi tanda vital
Pkl 07.00 makan berkurang. minggu dengan ibu dan perdarahan
WIB St.Presens: molahidatidosa  IVFD RL gtt XX/menit
Ku: sedang, sens : CM,  PTU 3 x 100mg
TD: 110/70 mmHg  Propanolol 1 x 10mg
N : 92 x/m, RR : 16x/m,  Cairan Lugol 3 x 8
T :36,60C tetes (H+3)
St. Obstetri:  Cek ulang T3,T4,TSH
PL: konjungtiva anemis (-),  Rencana Dilatasi dan
FUT setinggi pusar (20 cm) Kuretase Bila kadar
serologi T3,T4,TSH
Normal
Tanggal/ jam Pemeriksaan fisik Diagnosa Terapi

10 Feb 2018 S: tidak nafsu makan (+), G1P0A0 hamil 14  Observasi tanda vital
Pkl 07.00 mual (-) minggu dengan ibu dan perdarahan
WIB St.Presens: molahidatidosa  IVFD RL gtt XX/menit
Ku: sedang, sens : CM,  PTU 3 x 100mg
TD: 110/80 mmHg  Propanolol 1 x 10mg
N : 90 x/m, RR : 20x/m,  Cairan Lugol 3 x 8
T :36,70C tetes (H+4)
St. Obstetri:  Cek ulang T3,T4,TSH
PL: konjungtiva anemis (-),  Rencana Dilatasi dan
FUT setinggi pusar (20 cm) Kuretase Bila kadar
serologi T3,T4,TSH
Normal
Tanggal/ jam Pemeriksaan fisik Diagnosa Terapi

11 Feb 2018 S: - G1P0A0 hamil 14  Observasi tanda vital


Pkl 07.00 St.Presens: minggu dengan ibu dan perdarahan
WIB Ku: sedang, sens : CM, molahidatidosa  IVFD RL gtt XX/menit
TD: 110/70 mmHg  PTU 3 x 100mg
N : 84 x/m, RR : 20x/m,  Propanolol 1 x 10mg
T :36,80C  Cairan Lugol 3 x 8
St. Obstetri: tetes (H+5)
PL: konjungtiva anemis (-),  Cek ulang T3,T4,TSH
FUT setinggi pusar (20 cm)  Rencana Dilatasi dan
Kuretase Bila kadar
serologi T3,T4,TSH
Normal
Tanggal/ Pemeriksaan fisik Diagnosa Terapi
jam

12 Feb S: nafsu makan menurun dan G1P0A0 hamil  Observasi tanda vital
2018 berkeringat berlebih 15 minggu ibu dan perdarahan
Pkl 07.00 St.Presens: dengan  IVFD RL gtt XX/menit
WIB Ku: sedang, sens : CM, molahidatidosa  PTU 3 x 100mg
TD: 120/80 mmHg  Propanolol 1 x 10mg
N : 80 x/m, RR : 20x/m,  Cek ulang T3,T4,TSH
T :36,80C  Rencana Dilatasi dan
St. Obstetri: Kuretase Bila kadar
PL: konjungtiva anemis (-), FUT serologi T3,T4,TSH
setinggi pusar (20 cm) Normal
Tanggal/ jam Pemeriksaan fisik Diagnosa Terapi

13 Feb 2018 S: malam tidak bisa tidur. G1P0A0 hamil  Observasi tanda vital ibu
Pkl 07.00 St.Presens: 15 minggu dan perdarahan
WIB Ku: sedang, sens : CM, dengan  IVFD RL gtt XX/menit
TD: 120/70 mmHg molahidatidosa  PTU 3 x 100mg
N : 84 x/m, RR : 18x/m,  Propanolol 1 x 10mg
T :36,70C  Cek ulang T3,T4,TSH
St. Obstetri:  Rencana Dilatasi dan
PL: konjungtiva anemis (-), Kuretase Bila kadar
FUT setinggi pusar (20 cm) serologi T3,T4,TSH
Normal
Tanggal/ jam Pemeriksaan fisik Diagnosa Terapi

14 Feb 2018 S: - G1P0A0 hamil 15  Observasi tanda vital ibu


Pkl 07.00 St.Presens: minggu dengan dan perdarahan
WIB Ku: sedang, sens : CM, molahidatidosa  IVFD RL gtt XX/menit
TD: 110/80 mmHg  PTU 3 x 100mg
N : 82 x/m, RR : 20x/m,  Propanolol 1 x 10mg
T :36,60C  Cek ulang T3,T4,TSH
St. Obstetri:  Rencana Dilatasi dan
PL: konjungtiva anemis (-), Kuretase Bila kadar
FUT setinggi pusar (20 serologi T3,T4,TSH
cm) Normal
Tanggal/ jam Pemeriksaan fisik Diagnosa Terapi

14 Feb 2018 S: - G1P0A0 hamil  Observasi tanda vital


Pkl 11.00 St.Presens: 15 minggu ibu dan perdarahan
WIB Ku: sedang, sens : CM, dengan  IVFD RL gtt XX/menit
TD: 110/80 mmHg molahidatidosa  PTU 3 x 100mg
N : 82 x/m, RR : 20x/m,  Propanolol 1 x 10mg
T :36,60C  Inform Consent
St. Obstetri: rencana rujuk ke
PL: konjungtiva anemis (-), RSMH Palembang
FUT setinggi pusar (20 cm) Pkl 11.30
Serologi : Keluarga Acc rujuk ke
T3 : 4,477 ng/dl (0,7-2,044 RSMH Palembang
ng/dl)
T4 : 15,64 ug/dl (5,5-11,6
ug/dl)
TSH : 0,01 mIU/ml (0,4-4,2
mIU/ml)
MOLAHIDATIDOSA
Molahidatidosa adalah bagian dari penyakit
trofoblastik gestasional, yang disebabkan
oleh kelainan pada vili koriales berupa
proliferasi dan degenerasi hidropik.
Etiologi
 Penyebab mola hidatidosa tidak diketahui
secara pasti, namun diduga oleh adanya
over-production jaringan yang membentuk
plasenta.
 Dalam keadaan kehamilan normal,
plasenta berfungsi memberikan nutrisi
untuk janin. Namun pada kasus mola
hidatidosa, jaringan berkembang menjadi
suatu massa yang abnormal sehingga tidak
dapat berfungsi secara normal.
Faktor Resiko
Berikut beberapa faktor resiko yang diduga memiliki
peran terjadinya molahidatidosa
 Faktor ovum : ovum memang sudah patologik
sehingga mati, tetapi terlambat dikeluarkan.
 Usia ibu yang terlalu muda atau tua (36-40 tahun)
beresiko 50% terkena penyakit ini.
 Imunoselektif dari sel trofoblast
 keadaan sosioekonomi yang rendah
 paritas tinggi
 defisiensi vitamin A
 kekurangan protein
 infeksi virus dan faktor kromosom yang belum jelas.
Klasifikasi
Gejala Klinis
 Ukuran rahim lebih besar dari kehamilan biasa,
pembesaran rahim yang terkadang diikuti perdarahan,
dan bercak berwarna merah darah beserta keluarnya
materi seperti anggur pada pakaian dalam.
 Terdapat tanda-tanda kehamilan. Mual dan muntah
yang parah yang menyebabkan 10% pasien masuk RS
 Gejala – gejala hipertitoidisme seperti intoleransi
panas, gugup, penurunan BB yang tidak dapat
dijelaskan, tangan gemetar dan berkeringat, kulit
lembab
 Gejala – gejala pre-eklampsi seperti pembengkakan
pada kaki dan tungkai, peningkatan tekanan darah,
proteinuria (terdapat protein pada air seni)
Diagnosis
 Anamnesis
Ada kehamilan disertai gejala dan tanda
kehamilan muda yang berlebihan,
perdarahan pervaginam berulang
cenderung berwarna coklat dan kadang
bergelembung seperti busa.
Tanda-tanda hipertiroid juga kerap
dijumpai pada pasien dengan
molahidatidosa
Pemeriksaan Fisik
Palpasi :
 Uterus membesar tidak sesuai dengan tuanya
kehamilan, teraba lembek
 Tidak teraba bagian-bagian janin dan
ballotement dan gerakan janin. Auskultasi :
tidak terdengar bunyi denyut jantung janin
Pemeriksaan dalam :
 Memastikan besarnya uterus
 Uterus terasa lembek
 Terdapat perdarahan dalam kanalis servikalis
Pemeriksaan Penunjang
LABORATORIUM
 Pemeriksaan kadar B-hCG BetaHCG
urin > 100.000 mlU/ml Beta HCG serum
> 40.000 IU/ml
 Pemeriksaan kadar T3 /T4/TSH
Peningkatan kadar B-hCG mempengaruhi
reseptor thyrotropin, mengakibatkan
aktifitas hormon-hormon tiroid (T3/T4)
meningkat.
Pemeriksaan Penunjang
IMAGING
 Ultrasonografi
◦ Gambaran seperti sarang tawon (Honey comb
appearance) tanpa disertai adanya janin
◦ Ditemukan gambaran snow storm atau
gambaran seperti badai salju.
 Plain foto abdomen-pelvis: tidak
ditemukan tulang janin
Penatalaksanaan
 Perbaiki keadaan umum.
 Bila mola sudah keluar spontan dilakukan kuret
atau kuret isap
 Bila Kanalis servikalis belum terbuka dipasang
laminaria dan 12 jam kemudian dilakukan kuret.
 Memberikan obat-obatan Antibiotik, uterotonika
dan perbaiki keadaan umum penderita.
 7-10 hari setelah kerokan pertama, dilakukan
kerokan kedua untuk membersihkan sisa-sisa
jaringan.
 Histeriktomi total dilakukan pada mola resiko
tinggi usia lebih dari 30 tahun, Paritas 4 atau lebih.
Prognosis
 Dinegara maju, kematian karena mola
hidatidosa hampir tidak ada, mortalitas
akibat mola hidatidosa ini mulai berkurang
oleh karena diagnosis yang lebih dini dan
terapi yang tepat. Akan tetapi di negara
berkembang kematian akibat mola masih
cukup tinggi yaitu berkisar antara 2,2%
dan 5,7%.
 Pada 2-3% kasus mola dapat berkembang
menjadi korio karsinoma.
Pembahasan
 Pada kasus ini diduga adanya kehamilan mola
karena dari anamnesis didapatkan bahwa
terdapat tanda-tanda kehamilan disertai
gejala perdarahan dari jalan lahir dan tanda
kehamilan muda yang berlebihan. Pasien
dengan usia kehamilan 14 minggu dengan
HPHT 23/10/2017, sering mengalami mual
dan muntah yang berlebihan sejak awal
kehamilannya. Hiperemesis ini disebabkan
oleh peningkatan kadar β-HCG pada pasien
mola.
 Pada kasus ini, faktor resiko terjadinya
kehamilan mola kemungkinan dikarenakan
risiko usia ibu yang masih muda dan
sosioekonomi keluarga. Kemungkinan
penyebab lain masih belum dapat
diidentifikasi.
 Hasil pemeriksaan didapatkan status
generalis dalam batas normal.
 Dari USG di dapatkan hasil adanya mola
hidatidosa. Hasil pemeriksaan ini mendukung
diagnosa mola pada pasien.
Kesimpulan
 Diagnosis pada kasus ini adalah Mola Hidatidosa yang
didapatkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik
serta pemeriksaan penunjang.
 Pada pasien ini terdapat gejala hipertiroidisme dimana
berat badan yang berkurang, jantung bedebar-debar
serta keringat berlebih. Hal ini dapat disebabkan oleh
peningkatan kadar beta HCG yang mempengaruhi
reseptor thyrotropin, mengakibatkan aktifitas
hormon-hormon tiroid (T3/T4) meningkat.
 Penatalaksanaan di RSUD Kayu Agung yang dilakukan
pada pasien ini sudah tepat yaitu dengan melakukan
evaluasi hasil serologi T3, T4, dan TSH sebelum
dilakukan tindakan dilatasi dan kuretase.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai