Anda di halaman 1dari 25

Karina Isti Damayanti

2121210056
Differential Diagnosis
1. Katarak
2. Miopia progresive
3. Glaukoma kronis
4. Retinopati
1. Katarak Senil
 Semua kekeruhan lensa yang terdapat pada usia lanjut,
yaitu usia di atas 50 tahun.
 Prevalensi katarak pada pasien diabetes >60 tahun
78% dengan onset yg lebih cepat cenderung pada ras
Asia.
 Dikenal dalam 4 stadium  insipien, imatur,
intumesen, matur, hipermatur dan morgagni.
Perbedaan Stadium Katarak Senil
Insipien Imatur Matur Hipermatur

Kekeruhan Ringan Sebagian Seluruh Masif

Berkurang (air +
Bertambah (air
Cairan Lensa Normal Normal masa lensa
masuk)
keluar)

Iris Normal Terdorong Normal Tremulans

Bilik Mata
Normal Dangkal Normal Dalam
Depan
Sudut Bilik
Normal Sempit Normal Terbuka
Mata

Shadow Test Negatif Positif Negatif Pseudopos

Uveitis +
Penyulit - Glaukoma -
Glaukoma

Ilyas S, Yulianti SR. Ilmu Penyakit Mata. 4th Ed. Jakarta: Badan Penerbit FKUI;2011.
Patogenesis

Lensa Keruh
Tatalaksana Katarak
 Ekstraksi katarak ekstrakapsular (ECCE) dengan
teknik fakoemulsifikasi
 Ekstraksi Katarak Intrakapsular (ICCE)
 Perbandingan antara ICCE dengan ECCE

ICCE ECCE
Luas Insisi Insisi luas >10 mm Insisi <5mm
Penjahitan Membutuhkan Self-sealing tanpa
jahitan jahitan
Maintenens Koreksi Membutuhkan IOL
kontak lens
Insiden Post-op Insidensi lebih tinggi Insidensi lebih
Retinal Detachment rendah
2. Miopia progresif
 Miopia adalah suatu kelainan refraksi dimana sinar
sejajar yang masuk ke mata jatuh di depan retina pada
mata yang istirahat (tanpa akomodasi). Gambaran
kelainan pemfokusan cahaya di retina pada miopia,
dimana cahaya sejajar difokuskan didepan retina.
 Miopia progresif, yaitu miopia yang bertambah terus
pada usia dewasa akibat bertambah panjangnya bola
mata.
Faktor-faktor yang mempengaruhi
progresifitas miopia antara lain :

 Penyakit pada mata.


 Kerja dekat.
 Intensitas cahaya.
 Posisi tubuh.
 Koreksi miopia dengan kacamata, dapat dilakukan
dengan menggunakan lensa konkaf (cekung/negatif)
karena berkas cahaya yang melewati suatu lensa
cekung akan menyebar
3. GLAUKOMA KRONIK

Definisi
 Glaukoma kronik adalah penyakit mata dengan
gejala peningkatan tekanan bola mata sehingga
terjadi kerusakan anatomi dan fungsi mata yang
permanen.
Etiologi
 Keturunan dalam keluarga, diabetes melitus,
arteriosklerosis, pemakaian kortikosteroid jangka
panjang, miopia tinggi dan progresif.
Manifestasi klinik

 Penampilan bola mata seperti normal dan sebagian


tidak mempunyai keluhan pada stadium dini.
 Pada stadium lanjut keluhannya berupa pasien
sering menabrak karena pandangan gelap, lebih
kabur, lapang pandang sempit, hingga kebutaan
permanen.
Penatalaksanaan

 Pasien diminta datang teratur 6 bulan sekali, dinilai


tekanan bola mata dan lapang pandang.
 Bila lapang pandang semakin memburuk,meskipun
hasil pengukuran tekanan bola mata dalam batas
normal, terapi ditingkatkan.
 Dianjurkan berolahraga dan minum harus sedikit-
sedikit.
PENGOBATAN
1. Miotika
 Pilocarpine 0.5% - 4%
 Carbachol 0.75% - 3%
 Esserine 0.25% - 1%
2. Carbonic-Anhydrase Inhibitors
- Sistemik :
 Acetazolamide : Diamox,glaupax,glaukon
 Methazolamide : Naptazone
 Ethoxzolamide : Cardrase
 Dichlorphenamide : Daramide
- Topikal :
 Brinzolamide 1% (Azopt) 3 kali
 Dorzolamide 2% (Trusopt) 3 kali
3. Symphatomemetic :
 Epinephrine / Adrenaline
 Levo-epinephrine
4. Adrenergic Antagonist
 Non selektif : Timolol Maleat 0.25%- 0.50%
Pemeriksaan Penunjang

 Pemeriksaan tekanan bola mata dengan palpasi dan


tonometri menunjukkan peningkatan. Nilai
dianggap abnormal 21-25 mmHg dan dianggap
patologik diatas 25 mmHg.
 Pada funduskopi ditemukan cekungan papil
menjadi lebih lebar dan dalam, dinding cekungan
bergaung, warna memucat, dan terdapat
perdarahan papil.
 Pemeriksaan lapang pandang menunjukkan lapang
pandang menyempit, depresi bagian nasal,
4. Retinopati Diabetikum
 Kelainan retina (retinopati) pada penderita DM,
berupa  aneurismata, melebarnya vena, perdarahan
dan eksudat lemak.
 Disebabkan oleh kelainan vaskular  iskemi 
terjadinya mikroaneurismata, perdarahan,
neovaskularisasi, dan eksudat (soft).
Klasifikasi Retinopati Diabetikum
 Nonproliferative Diabetic Retinopathy
 Progresif mikroangiopati  ditandai dengan
kerusakan pembuluh darah kecil dan terjadinya
oklusi. Perubahan patologis yang terjadi mula-
mula adalah penebalan basement membrane
kapiler dan penurunan jumlah perisit.
 Proliferative Diabetic Retinopathy (PDR)
 Adanya neovaskularisasi  dapat terjadi di optic
disk (NVD) atau di mana saja di fundus (NVE).
 Advanced Diabetic Eye Diseased
 Akibat retinopati diabetik yang tidak terkontrol 
ditandai oleh tractional retinal detachment,
perdarahan vitreous yang persisten, dan
neovaskular glaukoma.
Tahapan Retinopati Diabetikum
Mild Non-Proliferative Diabetic Retinopathy

Mikroaneurisma, kebocoran vaskular

Moderate Non-Proliferative Diabetic Retinopathy


Oklusi pembuluh darah retina

Severe Non-Proliferative Diabetic Retinopathy


Iskemia retina  VEGF

Proliferative Retinopathy
Neovaskularisasi  perdarahan  kebocoran protein
Tatalaksana Retinopati Diabetikum
 Fotokoagulasi panretinal
 Vitrektomi
 Intravitreal Anti-VEGF/Steroid
 Kontrol gula darah
 Kontrol lingkungan
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai