Anda di halaman 1dari 50

Dr.

Dahliah, MKes
Dokter atau dokter gigi dalam melaksanakan praktik kedokteran
mempunyai kewajiban : merujuk pasien ke dokter atau dokter gigi lain yang
mempunyai keahlian atau kemampuan yang lebih baik, apabila tidak
mampu melakukan suatu pemeriksaan atau pengobatan;
(Undang Undang RI Nomor 29 Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran)
 Rujukan adalah pelimpahan wewenang dan
tanggungjawab atas kasus penyakit atau masalah
kesehatan yang diselenggarakan secara timbal balik, baik
secara vertikal dalam arti satu strata sarana pelayanan
kesehatan ke strata sarana pelayanan kesehatan lainnya,
maupun secara horisontal dalam arti antar sarana
pelayanan kesehatan yang sama.
(Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor
128/MENKES/SK/II/2004 Tentang Kebijakan Dasar
Puskesmas )
 Sistem Rujukan pelayanan kesehatan merupakan
penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang mengatur
pelimpahan tugas dan tanggung jawab pelayanan
kesehatan secara timbal balik baik vertikal maupun
horizontal.

(Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 001 Tahun 2012 Tentang


Sistem Rujukan Pelayanan Kesehatan Perorangan )
(1) Pelayanan kesehatan dilaksanakan secara berjenjang,
sesuai kebutuhan medis dimulai dari pelayanan kesehatan
tingkat pertama.
(2) Pelayanan kesehatan tingkat kedua hanya dapat
diberikan atas rujukan dari pelayanan kesehatan tingkat
pertama.
(3) Pelayanan kesehatan tingkat ketiga hanya dapat
diberikan atas rujukan dari pelayanan kesehatan tingkat
kedua atau tingkat pertama.
(4) Bidan dan perawat hanya dapat melakukan rujukan ke
dokter dan/atau dokter gigi pemberi pelayanan kesehatan
tingkat pertama.
(5) Ketentuan dikecualikan pada keadaan gawat darurat,
bencana, kekhususan permasalahan kesehatan pasien, dan
pertimbangan geografis.

(Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 001 Tahun 2012 Tentang Sistem


Rujukan Pelayanan Kesehatan Perorangan)
SKN menjadi acuan dalam penyusunan dan pelaksanaan
pembangunan kesehatan yang dimulai dari kegiatan
perencanaan sampai dengan kegiatan monitoring dan
evaluasi.
(Peraturan Presiden RI No. 72 Th 2012 ttg Sistem Kesehatan
Nasional )
Pengelolaan kesehatan diselenggarakan melalui pengelolaan
administrasi kesehatan, informasi kesehatan, sumber daya
kesehatan, upaya kesehatan, pembiayaan kesehatan, peran
serta dan pemberdayaan masyarakat, ilmu pengetahuan dan
teknologi di bidang kesehatan, serta pengaturan hukum
kesehatan secara terpadu dan saling mendukung guna
menjamin tercapainya derajat kesehatan yang setinggi-
tingginya.
Pengelolaan kesehatan dilakukan secara berjenjang di pusat
dan daerah dengan memperhatikan otonomi daerah dan
otonomi fungsional di bidang kesehatan.
Penyelenggaraan SKN
Terdapat tiga tingkatan upaya, yaitu upaya kesehatan tingkat
pertama/primer, upaya kesehatan tingkat kedua/sekunder,
dan upaya kesehatan tingkat ketiga/tersier.
Upaya kesehatan diselenggarakan secara terpadu,
berkesinambungan, dan paripurna melalui sistem rujukan.
Rujukan di bidang upaya kesehatan perorangan dalam bentuk
pengiriman pasien, spesimen, dan pengetahuan tentang
penyakit dengan memperhatikan kendali mutu dan kendali
biaya, serta rujukan di bidang upaya kesehatan masyarakat
dilaksanakan secara bertanggung jawab oleh tenaga
kesehatan yang kompeten dan berwenang serta sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
Pelayanan Kesehatan Perorangan Primer (PKPP)
Pelayanan kesehatan perorangan primer adalah pelayanan
kesehatan dimana terjadi kontak pertama secara perorangan
sebagai proses awal pelayanan kesehatan.
Pelayanan kesehatan perorangan primer memberikan
penekanan pada pelayanan pengobatan, pemulihan tanpa
mengabaikan upaya peningkatan dan pencegahan, termasuk
di dalamnya pelayanan kebugaran dan gaya hidup sehat
(healthy life style).
- Pelayanan Kesehatan Perorangan Sekunder (PKPS)
Pelayanan kesehatan perorangan sekunder adalah pelayanan
kesehatan spesialistik yang menerima rujukan dari pelayanan
kesehatan perorangan primer, yang meliputi rujukan kasus,
spesimen, dan ilmu pengetahuan serta dapat merujuk
kembali ke fasilitas pelayanan kesehatan yang merujuk.
- Pelayanan kesehatan perorangan sekunder dilaksanakan
oleh dokter spesialis atau dokter yang sudah mendapatkan
pendidikan khusus dan mempunyai izin praktik serta
didukung tenaga kesehatan lainnya yang diperlukan.
- Pelayanan kesehatan perorangan sekunder dilaksanakan di
tempat kerja maupun fasilitas pelayanan kesehatan
perorangan sekunder baik rumah sakit setara kelas C serta
fasilitas pelayanan kesehatan lainnya milik Pemerintah,
Pemerintah Daerah, masyarakat, maupun swasta.
Pelayanan Kesehatan Perorangan Tersier (PKPT)
Pelayanan kesehatan perorangan tersier menerima rujukan
subspesialistik dari pelayanan kesehatan di bawahnya, dan
dapat merujuk kembali ke fasilitas pelayanan kesehatan yang
merujuk.
Pelaksana pelayanan kesehatan perorangan tersier adalah
dokter subspesialis atau dokter spesialis yang telah
mendapatkan pendidikan khusus atau pelatihan dan
mempunyai izin praktik dan didukung oleh tenaga kesehatan
lainnya yang diperlukan.
 Pelayanan kesehatan perorangan tersier dilaksanakan di
rumah sakit umum, rumah sakit khusus setara kelas A dan
B, baik milik Pemerintah, Pemerintah Daerah maupun
swasta yang mampu memberikan pelayanan kesehatan
subspesialistik dan juga termasuk klinik khusus, seperti
pusat radioterapi.
Pelayanan Kesehatan Masyarakat Primer (PKMP)
- Pelayanan kesehatan masyarakat primer adalah pelayanan
peningkatan dan pencegahan tanpa mengabaikan
pengobatan dan pemulihan dengan sasaran keluarga,
kelompok, dan masyarakat.
- Penyelenggaraan pelayanan kesehatan masyarakat primer
menjadi tanggung jawab Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
yang pelaksanaan operasionalnya dapat didelegasikan
kepada Puskesmas, dan/atau fasilitas pelayanan kesehatan
primer lainnya yang diselenggarakan oleh Pemerintah,
Pemerintah Daerah dan/atau masyarakat.
Pelayanan Kesehatan Masyarakat Sekunder (PKMS)
Pelayanan kesehatan masyarakat sekunder menerima
rujukan kesehatan dari pelayanan kesehatan masyarakat
primer dan memberikan fasilitasi dalam bentuk sarana,
teknologi, dan sumber daya manusia kesehatan serta
didukung oleh pelayanan kesehatan masyarakat tersier.
- Penyelenggaraan pelayanan kesehatan masyarakat
sekunder menjadi tanggung jawab Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota dan/atau Provinsi sebagai fungsi teknisnya,
yakni melaksanakan pelayanan kesehatan masyarakat yang
tidak sanggup atau tidak memadai dilakukan pada pelayanan
kesehatan masyarakat primer.
- Dalam penanggulangan penyakit menular yang tidak
terbatas pada suatu batas wilayah administrasi
pemerintahan (lintas kabupaten/ kota), maka tingkat yang
lebih tinggi (provinsi) yang harus menanganinya.
Pelayanan Kesehatan Masyarakat Tersier (PKMT)

- Pelayanan kesehatan masyarakat tersier menerima rujukan


kesehatan dari pelayanan kesehatan masyarakat sekunder
dan memberikan fasilitasi dalam bentuk sarana, teknologi,
sumber daya manusia kesehatan, dan rujukan operasional,
serta melakukan penelitian dan pengembangan bidang
kesehatan masyarakat dan penapisan teknologi dan produk
teknologi yang terkait.
- Pelaksana pelayanan kesehatan masyarakat tersier adalah
Dinas Kesehatan Provinsi, unit kerja terkait di tingkat
provinsi, Kementerian Kesehatan, dan unit kerja terkait di
tingkat nasional.
 PELAYANAN KESEHATAN PERORANGAN

Pelayanan kesehatan perorangan terdiri dari 3 (tiga)


tingkatan yaitu :
a. Pelayanan kesehatan tingkat pertama;
b. Pelayanan kesehatan tingkat kedua; dan
c. Pelayanan kesehatan tingkat ketiga.
(Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 001 Tahun 2012 Tentang Sistem
Rujukan Pelayanan Kesehatan Perorangan)
Pelayanan kesehatan tingkat pertama merupakan pelayanan
kesehatan dasar yang diberikan oleh dokter dan dokter gigi di
puskesmas, puskesmas perawatan, tempat praktik
perorangan, klinik pratama, klinik umum di balai/lembaga
pelayanan kesehatan, dan rumah sakit pratama.
Dalam keadaan tertentu, bidan atau perawat dapat
memberikan pelayanan kesehatan tingkat pertama sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pelayanan kesehatan tingkat kedua merupakan pelayanan
kesehatan spesialistik yang dilakukan oleh dokter spesialis
atau dokter gigi spesialis yang menggunakan pengetahuan
dan teknologi kesehatan spesialistik.
Pelayanan kesehatan tingkat ketiga merupakan pelayanan
kesehatan sub spesialistik yang dilakukan oleh dokter sub
spesialis atau dokter gigi sub spesialis yang menggunakan
pengetahuan dan teknologi kesehatan sub spesialistik.
- Sistem rujukan diwajibkan bagi pasien yang merupakan
peserta jaminan kesehatan atau asuransi kesehatan sosial
dan pemberi pelayanan kesehatan.
- Peserta asuransi kesehatan komersial mengikuti aturan
yang berlaku sesuai dengan ketentuan dalam polis asuransi
dengan tetap mengikuti pelayanan kesehatan yang
berjenjang
- Setiap orang yang bukan peserta jaminan kesehatan atau
asuransi kesehatan sosial, dapat mengikuti sistem rujukan.
Dalam rangka meningkatkan aksesibilitas, pemerataan dan
peningkatan efektifitas pelayanan kesehatan, rujukan
dilakukan ke fasilitas pelayanan kesehatan terdekat yang
memiliki kemampuan pelayanan sesuai kebutuhan pasien.
Azas Rujukan dalam Penyelenggaraan Puskesmas
(Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 128/MENKES/SK/II/2004 Tentang Kebijakan
Dasar Puskesmas )
Penyelenggaraan upaya kesehatan wajib dan upaya
kesehatan pengembangan harus menerapkan azas
penyelenggaraan puskesmas secara terpadu. Azas
penyelenggaraan puskesmas yang dimaksud adalah :
1. Azas pertanggungjawaban wilayah
2. Azas pemberdayaan masyarakat
3. Azas keterpaduan
4. Azas rujukan
Azas rujukan
Sebagai sarana pelayanan kesehatan tingkat pertama,
kemampuan yang dimiliki oleh puskesmas terbatas.
Padahal puskesmas berhadapan langsung dengan
masyarakat dengan berbagai permasalahan kesehatannya.
Untuk membantu puskesmas menyelesaikan berbagai
masalah kesehatan tersebut dan juga untuk meningkatkan
efisiensi, maka penyelenggaraan setiap upaya puskesmas
(wajib, pengembangan dan inovasi) harus ditopang oleh azas
rujukan.
Sesuai dengan jenis upaya kesehatan yang diselenggarakan
oleh puskesmas ada dua macam rujukan yang dikenal, yakni :
a. Rujukan upaya kesehatan perorangan
b. Rujukan upaya kesehatan masyarakat
a. Rujukan upaya kesehatan perorangan
 Cakupan rujukan pelayanan kesehatan perorangan adalah
kasus penyakit. Apabila suatu puskesmas tidak mampu
menanggulangi satu kasus penyakit tertentu, maka
puskesmas tersebut wajib merujuknya ke sarana
pelayanan kesehatan yang lebih mampu (baik horisontal
maupun vertikal). Sebaliknya pasien paska rawat inap
yang hanya memerlukan rawat jalan sederhana, dirujuk ke
puskesmas.
Rujukan upaya kesehatan perorangan dibedakan atas tiga
macam :
1). Rujukan kasus keperluan diagnostik, pengobatan,
tindakan medik (biasanya operasi) dan lain-lain.
2). Rujukan bahan pemeriksaan (spesimen) untuk
pemeriksaan laboratorium yang lebih lengkap.
3). Rujukan ilmu pengetahuan antara lain mendatangkan
tenaga yang lebih kompeten untuk melakukan bimbingan
kepada tenaga puskesmas dan ataupun
menyelenggarakan pelayanan medik di puskesmas.
b. Rujukan upaya kesehatan masyarakat
 Cakupan rujukan pelayanan kesehatan masyarakat adalah
masalah kesehatan masyarakat, misalnya kejadian luar biasa,
pencemaran lingkungan, dan bencana
 Rujukan pelayanan kesehatan masyarakat juga dilakukan
apabila satu puskesmas tidak mampu menyelenggarakan
upaya kesehatan masyarakat wajib dan pengembangan,
padahal upaya kesehatan masyarakat tersebut telah menjadi
kebutuhan masyarakat. Apabila suatu puskesmas tidak mampu
menanggulangi masalah kesehatan masyarakat, maka
puskesmas tersebut wajib merujuknya ke Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota.
Rujukan upaya kesehatan masyarakat dibedakan atas tiga
macam :
 1). Rujukan sarana dan logistik, antara lain peminjaman
peralatan fogging, peminjaman alat laboratorium
kesehatan, peminjaman alat audio visual, bantuan obat,
vaksin, bahan-bahan habis pakai dan bahan makanan.
 2). Rujukan tenaga antara lain dukungan tenaga ahli
untuk penyelidikan kejadian luar biasa, bantuan
penyelesaian masalah hukum kesehatan, penanggulangan
gangguan kesehatan karena bencana alam.
3). Rujukan operasional, yakni menyerahkan sepenuhnya
masalah kesehatan masyarakat dan tanggungjawab
penyelesaian masalah kesehatan masyarakat dan atau
penyelenggaraan upaya kesehatan masyarakat (antara lain
Upaya Kesehatan Sekolah, Upaya Kesehatan Kerja, Upaya
Kesehatan Jiwa, pemeriksaan contoh air bersih) kepada
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Rujukan operasional
diselenggarakan apabila puskesmas tidak mampu.
Tata cara melakukan Rujukan
(Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 001 Tahun 2012 Tentang Sistem Rujukan
Pelayanan Kesehatan Perorangan)
(1) Rujukan dapat dilakukan secara vertikal dan horizontal.
(2) Rujukan vertikal merupakan rujukan antar pelayanan
kesehatan yang berbeda tingkatan.
(3) Rujukan horizontal merupakan rujukan antar pelayanan
kesehatan dalam satu tingkatan.
(4) Rujukan vertikal dapat dilakukan dari tingkatan pelayanan
yang lebih rendah ke tingkatan pelayanan yang lebih tinggi atau
sebaliknya.
(5) Rujukan horizontal dilakukan apabila perujuk tidak dapat
memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan
pasien karena keterbatasan fasilitas, peralatan dan/atau
ketenagaan yang sifatnya sementara atau menetap.
Rujukan vertikal dari tingkatan pelayanan yang lebih rendah
ke tingkatan pelayanan yang lebih tinggi dilakukan apabila:
a. pasien membutuhkan pelayanan kesehatan
spesialistik atau sub spesialistik;
b. perujuk tidak dapat memberikan pelayanan
kesehatan sesuai dengan kebutuhan pasien
karena keterbatasan fasilitas, peralatan dan/atau
ketenagaan.
Rujukan vertikal dari tingkatan pelayanan yang lebih tinggi ke
tingkatan pelayanan yang lebih rendah dilakukan apabila:
a. permasalahan kesehatan pasien dapat ditangani oleh
tingkatan pelayanan kesehatan yang lebih rendah sesuai
dengan kompetensi dan kewenangannya;
b. kompetensi dan kewenangan pelayanan tingkat pertama
atau kedua lebih baik dalam menangani pasien tersebut;
c. pasien membutuhkan pelayanan lanjutan yang dapat
ditangani oleh tingkatan pelayanan kesehatan yang lebih
rendah dan untuk alasan kemudahan, efisiensi dan pelayanan
jangka panjang; dan/atau
d. perujuk tidak dapat memberikan pelayanan kesehatan
sesuai dengan kebutuhan pasien karena keterbatasan
sarana, prasarana, peralatan dan/atau ketenagaan.
- Setiap pemberi pelayanan kesehatan berkewajiban merujuk
pasien bila keadaan penyakit atau permasalahan kesehatan
memerlukannya, kecuali dengan alasan yang sah dan
mendapat persetujuan pasien atau keluarganya.
- Alasan yang sah dimaksud adalah pasien tidak dapat
ditransportasikan atas alasan medis, sumber daya, atau
geografis.
Perujuk sebelum melakukan rujukan harus:
a. melakukan pertolongan pertama dan/atau tindakan
stabilisasi kondisi pasien sesuai indikasi medis serta sesuai
dengan kemampuan untuk tujuan keselamatan pasien
selama pelaksanaan rujukan;
b. melakukan komunikasi dengan penerima rujukan dan
memastikan bahwa penerima rujukan dapat menerima pasien
dalam hal keadaan pasien gawat darurat; dan
c. membuat surat pengantar rujukan untuk disampaikan
kepada penerima rujukan.
Dalam komunikasi sebagaimana dimaksud penerima rujukan
berkewajiban:
a. menginformasikan mengenai ketersediaan sarana dan
prasarana serta kompetensi dan ketersediaan tenaga
kesehatan; dan
b. memberikan pertimbangan medis atas kondisi pasien.
(1) Transportasi untuk rujukan dilakukan sesuai dengan
kondisi pasien dan ketersediaan sarana transportasi.
(2) Pasien yang memerlukan asuhan medis terus menerus
harus dirujuk dengan ambulans dan didampingi oleh tenaga
kesehatan yang kompeten.
(3) Dalam hal tidak tersedia ambulans pada fasilitas
pelayanan kesehatan perujuk, dapat dilakukan dengan
menggunakan alat transportasi lain yang layak.
(1) Rujukan dianggap telah terjadi apabila pasien telah
diterima oleh penerima rujukan.
(2) Penerima rujukan bertanggung jawab untuk melakukan
pelayanan kesehatan lanjutan sejak menerima rujukan.
(3) Penerima rujukan wajib memberikan informasi kepada
perujuk mengenai perkembangan keadaan pasien setelah
selesai memberikan pelayanan.
(1) Pembiayaan rujukan dilaksanakan sesuai ketentuan yang
berlaku pada asuransi kesehatan atau jaminan kesehatan.
(2) Pembiayaan rujukan bagi pasien yang bukan peserta
asuransi kesehatan atau jaminan kesehatan menjadi
tanggung jawab pasien dan/atau keluarganya.
Surat pengantar rujukan sekurang-kurangnya memuat :
a. identitas pasien;
b. hasil pemeriksaan (anamnesis, pemeriksaan fisik
dan pemeriksaan penunjang) yang telah dilakukan;
c. diagnosis kerja;
d. terapi dan/atau tindakan yang telah diberikan;
e. tujuan rujukan; dan
f. nama dan tanda tangan tenaga kesehatan yang
memberikan pelayanan.
(1) Rujukan harus mendapatkan persetujuan dari pasien
dan/atau keluarganya.
(2) Persetujuan diberikan setelah pasien dan/atau keluarganya
mendapatkan penjelasan dari tenaga kesehatan yang berwenang.
(3) Penjelasan sekurang-kurangnya meliputi:
a. diagnosis dan terapi dan/atau tindakan medis yang diperlukan;
b. alasan dan tujuan dilakukan rujukan;
c. risiko yang dapat timbul apabila rujukan tidak dilakukan;
d. transportasi rujukan; dan
e. risiko atau penyulit yang dapat timbul selama dalam perjalanan.
 Kop Surat
 KLINIK PRATAMA ..................................................................................................
 Alamat ...................................................................................
 ________________________________________________________________________________
______________________SURAT PENGANTAR RUJUKAN
 Nomer : .........................
 Kepada Yth.
 ................................................
 ................................................
 Dengan ini kami mengirimkan pasien :
 Nama : ................................................ jenis kelamin :.................................
 tanggal lahir :................................................ pekerjaan :.................................
 alamat :...................................................................................................................
 dengan :
 anamnesis :
...........................................................................................
 pemeriksaan fisik : ...........................................................................................
 pemeriksaan penunjang :
...........................................................................................
 diagnosis kerja : ...........................................................................................
 terapi dan/atau tindakan yang telah diberikan :
.....................................................................................
 tujuan rujukan :
..........................................................................................
 Terimakasih.
 tanggal dan waktu : ................................................
 nama dan tanda tangan tenaga kesehatan
...............................................................................
 Catatan :
 Rujukan telah mendapatkan Persetujuan dari pasien dan/atau keluarganya.
 Persetujuan diberikan setelah pasien dan/atau keluarganya mendapatkan
Penjelasan, meliputi: diagnosis dan terapi dan/atau tindakan medis yang
diperlukan; alasan dan tujuan dilakukan rujukan; risiko yang dapat timbul apabila
rujukan tidak dilakukan; ransportasi rujukan; danrisiko atau penyulit yang dapat
timbul selama dalam perjalanan.
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai