Anda di halaman 1dari 56

SEMINAR GEOLOGI

TIPE I B
TEKTONIK DAN KAITANNYA DENGAN KEBERADAAN BATUAN
METAMORF DI PULAU TIMOR

Di presentasikan oleh :
TEODOSIO CARDOSO
410013143
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL YOGYAKARTA
JURUSAN TEKNIK GEOLOGI
YOGYAKARTA
27 MEI 2018
OUTLINE :

1. PENDAHULUAN
• Latar Belakang
• Rumusan Masalah
• Lokasi Penelitian
2. MAKSUD DAN TUJUAN
3. METODE PENELITIAN
4. TINJAUAN PUSTAKA
5. HASIL DAN PEMBAHASAN
6. KESIMPULAN
7. DAFTAR PUSTAKA
1. PENDAHULUAN
• Latar Belakang
Tektonisme atau tenaga tektonik adalah tenaga geologi yang berasal dari dalam
bumi dengan arah vertical atau horizontal yang mengakibatkan perubahan letak lapisan
batuan yang membentuk permukaan bumi.Proses ini menghasilkan lipatan dan patahan,baik
dalam ukuran besar maupun ukuran kecil. Berdasarkan kecepatan gerak dan luas
daerahnya,tektonisme dibedakan menjadi dua yaitu gerak epirogenetik dan orogenetik.
Gerak epirogenetik (gerak pembentuk kontinen atau benua) adalah gerakan yang
mengakibatkan turun naiknya lapisan kulit bumi yang relatif lambat dan berlangsung lama
disuatu daerah yang luas dan Gerak orogenetik adalah gerakan kulit bumi yang lebihcepat
dan mencakup wilayah yang lebih sempit.

Batuan metamorf merupakan batuan yang langka ditemukan di Zona


Asia Tenggara dalam massa yang besar dan distribusi yang luas. Studi tentang
batuan metamorf di Asia Tenggara hingga saat ini masih jarang dilakukan
dikarenakan terbatasnya batuan metamorf yangt ersingkap. Diantara berbagai zona di
Asia Tenggara, Pulau Timor merupakan salah satu zona dimana ditemukan batuan
metamorf. PulauTimor terletak di sebelah timur Pulau Flores, pulau ini dibatasi oleh
Selat Wetar di utara, Selat Ombai dan Laut Sawu di sebelah barat, Selat Roti dan
Samudra Hindia di sebelah selatan, dan Laut Timor di sebelah timur.
• Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam seminar geologi ini adalah untuk
membuktikan secara langsung permasalahan dari latar belakang, yaitu:
mengetahui tektonik pulau timor, pengaruh tektonik terhadap terdapatnya
berbagai macam batuan metamorf di pulau timor, sehingga dapat diperoleh
genesa geologi pulau timor,dimana analisis ini dilakukan berdasarkan data-
data geologi.
LOKASI PENELITIAN
Pulau Timor adalah sebuah pulau di
bagian selatan Nusantara, terbagi
antara negara merdeka Timor Leste
dan kawasan Timor Barat, bagian dari
provinsi Nusa Tenggara Timur di
Indonesia. Luas Pulau Timor sekitar
30.777 km²

Pulau Timor terletak disebelah timur


Pulau Flores, pulau ini dibatasi oleh
Selat Wetar di utara, Selat Ombai dan
Laut Sawu disebelah barat, Selat Roti
dan Samudra Hindia disebelah selatan,
dan Laut Timor disebelah timur.

Sebelah Barat Pulau Flores


Sebelah Utara di batasi oleh Selat
Wetar
Sebelah Barat di batasi oleh Selat
Ombai dan Laut Sawu
Sebelah Timur dibatasi oleh Laut
Gambar Peta Lokasi Penelitian (Sumber: Badan Informasi Geospasial) Timor
Sebelah Selatan dibatasi oleh Selat
Roti dan Samudra Hindia
Gambar Peta Pulau Timor (sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/Geografi_Timor_Leste )
2. MAKSUD DAN TUJUAN
MAKSUD
Maksud dari penyusunan seminar geologi ini
adalah sebagai salah satu syarat untuk memenuhi kurikulum
tingkat sarjana pada Jurusan Teknik Geologi, Sekolah
Tinggi Teknologi Nasional, Yogyakarta. Selain itu, untuk
mencari dan mengumpulkan informasi serta mempelajari
Tektonik dan dan kaitannya dengan keberadaan Batuan
Metamorf di Pulau Timor

TUJUAN
Tujuan dari penyusunan seminar ini yaitu:

1. Untuk mengetahui Tektonik yang terdapat pada Pulau


Timor.

2. Untuk mengetahui penyebaran dan Genesis Batuan


Metamorf dari pengaruh tektonik pada PulauTimor.
3. METODE PENELITIAN
METODE PENELITIAN
Studi Literatur

Persiapan Peta Dasar

Interpretasi dan Analisis


Data

Tektonik dan Kaitannya


dengan Keberadaan
Batuan Metamorf di
Pulau Timor

Tahapan Metode Penelitian


4. TINJAUAN PUSTAKA
TINJAUAN PUSTAKA
FISIOGRAFI

Gambar : Peta SRTM Pulau Timor ( Sumber : Gispedia NTT )


Secara fisiografi, daerah Timor bagian Timur dibagi menjadi 3 satuan geomorfologi (UNESCAP,
2003) 1. Rangakaian Pegunungan Barat 2. Rangkaian Pegunungan Timur 3. Dataran Rendah Quelicai dengan
penjabaran sebagai berikut :

1) Rangkaian Pegunungan barat

a. Pegunungan Ramelau,memanjang kuran lebih sepertiga dari Timor-Leste bagian barat. Titik tertinggi dari
pegunungan ini adalah Tatamailau 2963mdpl. Topografi pegunungan Ramelau bergradasi ke arah pegunungan
yang lebih rendah yang dipisahkan oleh bukit dan lembah sungai pada bagian barat dan timur. Puncak ini
terletak 11 kilometer sebelah timur desa Atsabe Gleno.

b. Pegunungan Aileu, memanjang dari distrik Ermera– Aileu hingga Manatuto. Titik tertinggi dari pegunungan
ini adalah Gunung Olopana (1.762 mdpl). Rangkaian pegunungan ini merupakan pegunungan rendah yang
dipisahkan oleh lembah berarah Timur Laut.

2) Rangkaian pegunungan Timur (dissected plato)

Rangkaian pegunungan timur memanjang dari Manatuto hingga bagian Timur pulau.Titik tertinggi pegunungan
ini adalah Gunung Matebian dengan ketinggian 2.315 mdpl.

3) DataranRendah Quelicai

Dataran rendah Quelicai merupakan dataran rendah yang memisahkan system pegunungan Barat dan Timur
dengan jarak 20-30

kilometer.
Gambar Topografi Timor leste ( Sumber : wikipedia geogrsaphie osttimors 2013 )
Menurut Sani dkk. (1995), kawasan Timor Barat dapat dibagi menjadi 3 zona fisiografi 1.
Barisan Perbukitan Utara 2. Cekungan Tengah 3. Barisan Perbukitan Selatan dengan penjabaran
sebagai berikut :

1. Barisan Perbukitan Utara (Northern Range)


Zona ini dicirikan oleh barisan perbukitan dengan topografi yang rapat dan keras. Adapun
litologi penyusun dari zona ini adalah batuan dari kompleks mélange serta batuan dari tepi kontinen
Australia yang berumur Paleozoikum-Mesozoikum.

2. Cekungan Tengah (CentralBasin)


Zona ini dicirikan oleh dataran rendah dengan kemiringan landai yang disusun oleh endapan
synorogenik klastik dan karbonat berumur Neogen Akhir.

3. Barisan Perbukitan Selatan (Southern Range)


Zona ini dicirikan oleh barisan perbukitan yang merupakan rangkaian lembar sesar naik (thrust
sheet). Zona ini sendiri disusun oleh batuan berumur Trias-Miosen yang termasuk dalam Sekuen
Kekneno dan Sekuen Kolbano. Zona ini juga terkadang disebut sebagai Perbukitan Kolbano.
Gambar Peta Zona Fisiografi Timor Barat (Sani dkk., 1995)
Stratigrafi Regional Stratigrafi Pulau Timor secara umum terdiri dari stratigrafi batuan
allochthon dan stratigrafi batuan parautochthon (Milsom, 2000).Batuan
allochthon terbentuk pada masa Jurassic Bawah hingga Pliocene.
Golongan batuan parautochthon terbentuk lebih awal dibandingkan
golongan allochthon. Golongan batuan parautochthon terbentuk pada
masa Pre Permian hingga Pliocen.

Gambar Stratigrafi batuan parautochthon di Pulau Timor, sumber: Milsom,2000.


Gambar Stratigrafi batuan allochthon di Pulau Timor, sumber: Milsom,
2000.
Tektonostratigrafi
Proses tektonik yang terdapat di Timor sangatlah kompleks dan sangat Mempengaruhi posisi
stratigrafi batuan penyusunnya. Barber (1981 )membagi Timor menjadi beberapa satuan tektono
stratigrafi yaitu: Paraautochtone dan Allochtone

Gambar Tektonostratigrafi Timor (modifikasi dari Barber, 1981)


TEKTONIK REGIONAL

Gambar Peta Tektonik Busur Banda ( Sumber : Darman, 2014; after Smet, 1999 )
Struktur Geologi Regional
Secara regional,struktur geologi yang terdapat di Timor sangat kompleks. Struktur utama yang
ditemukan antara lain adalah lipatan, sesar naik, dan sesar mendatar mengiri. Struktur geologi yang berkembang
secara umum dibentuk oleh tegasan-tegasan utama utama yang berarah barat laut- tenggara (NW-SE).

Gambar Distribusi batuan di Pulau Timor berdasarkan tektofasies dan penampang melintang batuan
di Pulau Timor bagian timur, ( sumber: Standley& Harris, 2009 ).
5. HASIL DAN PEMBAHASAN
Sejarah Geologi dan Tektonik Regional Pulau Timor
Peninjauan terhadap pembentukan Pulau Timor berawal dari pengaruh rifting dan spreading
oleh Paleo-Tethys. Peristiwa ini dimulai pada Awal Permian dimana terjadi pemisahan dataran Sibumasu
dari Bagian utara Gondwana (Gambar 4.2). Pemisahan ini menyebabkan adanya rifting diantara dataran
Sibumasu dan Gondwana. Peristiwa ini kemudian diikuti dengan spreading yang berkembang hingga pada
Akhir dan Pertengahan dari Permian (Gambar 4.2). Spreading tersebut membentuk Meso-Tethys yang
memiliki pengaruh hingga kebagian timur.Pengaruhdari Meso-Tethys ke bagian timur dari Pulau Indonesia
ini mempengaruhi pembentukan Pulau Timor sebelum terjadi Kollisi dengan Lempeng Australia.

Gambar Devonian–Jurassic evolution of northeastern Gambar Jurassicto Tertiary evolution of northeastern Gondwanaland
Gondwanaland
Parit subduksi Banda mulai berkembang antara sekitar 15 hingga 12 Ma dari bagian timur Sunda– Palung
Jawa . untuk membentuk busur vulkanik Banda (Hall 2002). Parit ini telah diasumsikan oleh banyak penulis telah
ditempatkan di Timor Trough selatan dari terumbu karang yang sekarang membentuk Pulau Timor (misalnya
Hamilton 1979; Rangin et al. 1999), meskipun Timor Trough sekarang didasari oleh kerak benua sekitar 26 km
(misalnya Richardson & Blundell 1996; Snyder et al. 1996). Audley-Charles (2004) menunjukkan bagaimana Palung
Banda telah hancur dalam tabrakan tektonik tetapi dia tidak mengenali bagaimana bagian subduksi di bawah busur
depan telah diblokir sebagian oleh kerak benua Australia sekitar 4 Ma.

Gambar Rekonstruksi Lempeng tektonik dari bagian Samudra Hindia, Palung Banda dan NW batas landas
kontinen Australia pada 10 dan 5 Ma berdasarkan Hall (2002), dan Spakman & Hall (2010).
Gambar sketsa Palaeogeographicalpeta bagian timu rpalung Jawa dan
keberlanjutannya sebagai Banda parit selama 5 Ma ( Sumber : Audley-Charles,
2004 )
Batas Tektonik benua Australia dengan busur Asia Banda di Timor dapat didefinisikan sebagai permulaan
ketika kerak benua Australia pertama kali tidak memasuki lintasan subduksi yang ada di bawah busur api vulkanik. Pada
4 Ma kedalaman palung banda sekitar 6 km dan lebar 30 km (Audley-Charles 2004). Setelah koloni, rollback dari
litosfer subduksi dilanjutkan dengan pemisahan kerak benua Australia . Parit yang sebelumnya telah diisi dengan
penumpukan endapandari kerak benua Australia, dan nipple Asia yang didorong ke selatan selama proses rollback, dan
sekarang telah membentuk wilayah dengan ketebalan sekitar 35 km dan panjang 110-150 km dari NW ke SE. penebalan
ini sejak usia 4 Ma yang merupakan proses orogenic.

Gambar Penampang pratabrakan5 MA. Garis putus-putus menunjukkan bawah profil Banda parit setelah
tabrakan tektonik X1X2. ( Sumber : Audley-Charles, 2004 )
Kolisi yang membentuk Pulau Timor
Tektonik kembali terjadi pada Pulau Timur akibat dari pergerakan lempeng Australia dibagian selatan yang
bergerak ke arah utara hingga akhirnya menghasilkan batas divergent berupa kolisi dengan busur kepulauan
Banda.Peristiwa pergerakan lempeng yang menghasilkan batas divergent ini dimulai dengan Kolisi di bagian Tengah
Timor pada Kala Miosen Akhir yang kemudian diikuti oleh Kolisi di bagian Barat daya dari Pulau Timor (Haris,1991).
Kolisi yang dimulai dari Kala Miosen Akhir hingga Pliosen Awal ini merupakan kolisi yang termuda di dunia, sehingga
menghasilkan batuan metamorf yang termuda didunia. Model dari Kolisi yang membentuk Pulau Timur ini masih menjadi
kontroversi, sehingga masih memunculkan banyak teori pembentukannya. Menurut Charlton dan Gandara (2012), terdapat
enam teori yang menjelaskan model tektonik dari pembentukan pulautimor.

Gambar Model Tektonik Overthrust (Audley – Charles, 1968)

Gambar 4.8 Model Tektonik Rebound (Chamalaun & Grady,1978)


Gambar Model Tektonik Imbrikasi (Hamilton, 1979)

Gambar Model Tektonik Duplex( Harris, 1991 dan Charlton et al, 1991)

Gambar Model Tektonik Overthrusted Margin (Sawyer et al, 1993)

Gambar Model Tektonik Basement involved thrusted (Sawyer et al, 1993)


Pengangkatan Pulau Timor
Proses terakhir deformasi di Busur Luar Banda termasuk Timor adalah pengangkatan Timor secara keseluruhan
karena lempeng benua Australia yang terseret masuk oleh lempeng samudera di depannya yang berada di bawah Pulau
Timor sejak 3 juta tahun yang lalu telah lepas sambungannya (break off)dengan lempeng samudera di depannya. Lempeng
samudera Australia tersebut lalu menekuk dengan curam atau subduksi dengan model rollback. Hal ini mengakibatkan Laut
Banda di utaranya mengalami ekstensi akibat pemekaran.Sementara lempeng benua Australia, sesuai densitasnya yang
ringan (Continental crust) kembali bergerak keatas dan mengangkat Pulau Timor yang berada diatasnya sebagai pasif
margin. Peristiwa ini mengakibatkan tersingkapnya batuan– batuan metamorf ke permukaan.

Gambar Peta Lithotektonik PulauTimor (Harris,


2000)
Tektonik yang Berkembang pada Pulau Timor

Tektonik yang membentuk pulau ini adalah struktur– struktur lipatan dan Thrust yang subparallel
dengan orogenic trends. Kolisi yang terjadi diantara Lempeng Australia dan Busur Banda sangat
mempengaruhi struktur– struktur yang berkembang pada Pulau ini. Arah Kolisi dari Australia yang
menunjukkan arah North- South hingga North-North West– South-South West menghasilkan sistem
strikeslip fault dengan arah yang sama (Gambar 4.14)

Gambar Unit Tektonik Pulau Timor (Audley- Charles, 2004; 2011; Haris, 2006)
Batuan Metamorf di Pulau Timor
Pembentukan Formasi Aileu
Pembentukan batuan metamorfik Formasi Aileu terdiri atas tiga tahapan (Prasetyadi & Harris, 1996).
Tahapan pertama adalah pembentukan protolit batuan metamorf pada lingkungan epikontinen-marin yang tenang.
Metamorfism eprogradasi yang berkaitan dengan proses rifting terjadi melalui deformasi yang bersifat penetratif dan
metamorfisme terjadi pada fasies skis hijau. Tahap kedua adalah metamorfisme pada masa tumbukan. Terjadi deformasi
ductile, metamorfisme terjadi pada kondisi P-T sedang atau pada fasies skis hijau-amfibolit. Tahap ketiga adalah
metamorfisme akibat dislokasi dan uplift massa batuan yang mengalami tumbukan. Pada tahap ini
berkembang secara lokal lipatan, patahan ekstensional, dan backthrusting. Terjadi alterasi derajat rendah, rekristalisasi
minor, dan pendinginan.

Gambar Peta geologi umum, nama masing-masing Terrane klippe Banda, dan lintas- Bagian dari Timor Timur.
Bagian bermetamorfosis dari urutan Gondwana sebagai kompleks Aileu. ( sumber: Standley& Harris, 2009 ).
Berdasarkan Prasetyadi &Harris (1996), Lingkungan epi kontinen-marinyang tenang dicerminkan oleh
batuan metasedimen berupa perselingan metapelit dan marmer dalam lapisan yang tebal. Batuan metamorf tersebut
terbentuk pada fasies metamorfik sub-skiss hijau (Prasetyadi & Harris, 1996). Batuan metamorf derajat yang lebih
tinggi pada Formasi Aileu terbentuk secara lokal akibat intrusi batuan mafik (Prasetyadi & Harris,1996). Intrusi batuan
mafik berkaitan dengan terjadinya rifting dengan tidak ditemukannya deformasi lipatan pada skistositas. Batuan
metamorf tersebut terbentuk pada fasies skiss hijau hingga amfibolit (Prasetyadi & Harris, 1996). Batuan metamorf
dengan skistositas yang terlipat terbentuk pada batuan metamorfik derajat yang lebih tinggi (Prasetyadi &Harris, 1996).
Skistositas yang terlipat menunjukkan tektonisme yang bersifat kompresif yang berkaitan dengan proses tumbukan
Zona Subduksi Flores-Wetar dan Lempeng Kontinen Australia.

Formasi Aileu menempati bagian barat daya wilayah Timor Leste, tersusunoleh serpih serta batuan
sedimendangunung api yang termalihkan. Filit dan sekis dijumpai sangat dominan di bagian utara, sementara batus
abak dan serpih dijumpai terutama di bagian selatan, dekat Kota Aileu. Fasies metamorfik berkisar mulai dari amfibolit
di bagian timur laut, sampai sekis hijau bagian bawah di bagian tenggara (Audley-Charles, 1968; Barber dan Audley-
Charles, 1976: Berry dan Grady, 1981). Berdasarkan data paleontologi, Brunschweiler (1977, dalam Charlton,
1992), menyatakan bahwa umur Formasi Aileu berkisar antara Perem sampai Jura Akhir. Namun, mengingat
satuan ini secara stratigrafis relative lebih tua dari Formasi Wailuli (Jura Awal - Jura Tengah), maka umur Formasi
Aileu dapat dipersempit pada kisaran Perem hingga bagian bawah Jura Tengah atauJura Awal. Pentarikhan radiometri
dengan menggunakan horenblenda dan biotit, sebagaimana dilaporkan oleh Berry dan Grady (1981), menunjukkan
bahwa telah terjadi pemalihan progradasi pada Formasi Aileu, yang puncaknya terjadi sebelum 11 juta tahun lalu. Hal
ini berimplikasi bahwa deformasi generasi kedua, dan terkuat, terjadi pada Miosen Akhir. Hasil ini tidak jauh berbeda
dengan pentarikhan radiometri yang dilakukan oleh Utoyo (1994), yang menunjukkan bahwa pemalihan pada Formasi
Aileu terjadi dari 13,4 sampai 7,64 juta tahun (MiosenTengah- Akhir). Umur pemalihan yang muda ini
mengindikasikan adanya hubungan antara pemalihan dengan peristiwa tumbukan.Formasi Aileu sebelumnya telah
ditafsirkan oleh Audley-Charles (1968) sebagai bagian dari alokton yang berasal dari busur luar Bandapra- tumbukan.
Namun, beberapa penelitian berikutnya umumnya menganggap formasi tersebut sebagai bagian dari runtunan
paraotokton dari Australia (Charltondrr., 1991, Charlton, 1992).
Pengamatan Megaskopis pada formasi Aileu

Gambar Singkapan slicken sided serpentinit dalam Formasi Aileu sekitar 12 km barat Manatuto
di jalan Dili-Manatuto.( Sumber : Journal Mineral – Hydrocarbon Database and Bibliography of
the Geology of East Timor, 2002 )

Gambar .Singkapan argillite dan greywacks FormasiAileu (Permian)


di Dili. ( Sumber : Journal Mineral – Hydrocarbon Database and Bibliography of the Geology
of East Timor, 2002 )
Gambar Singkapan argillite dan sedimen Formasi Aileu dipantai timur kota Dili
( Sumber : Journal Mineral – Hydrocarbon Database and Bibliography of the
Geology of East Timor, 2002 )

Gambar perubahan Khas argillic merah ( Formasi Aileu ).Zona peneyebaran


sekitar 10-20 km di sepanjang jalan Dili-Aileu. ( Sumber : Journal Mineral –
Hydrocarbon Database and Bibliography of the Geology of East Timor, 2002 ).
Gambar struktur gneissic (Formasi Aileu) .Singkapan terletak sekitar 13 km
barat dari distrikManatuto. ( Sumber : Journal Mineral – Hydrocarbon Database
and Bibliography of the Geology of East Timor, 2002 )

Gambar Singkapan urat kuarsa pada argillite lemah foliated Zona pembentukan
Aileu (Permian) di east Dili ( Sumber : Journal Mineral – Hydrocarbon Database
and Bibliography of the Geology of East Timor, 2002 )
Tektonik FormasiAileu
Keep & Haig (2010), mengutip karya Berry & McDougall (1986) pembentukan Formasi Aileu pada
usia 8Ma, mengklaim 'bahwa tabrakan paling awal dari beberapa bagian dari batas Australia terjadi
sebelum waktu sekarang dan batuan itu tersubduksi, metamorfosis dan terbentuk pada 8 Ma '. Menurut
(Standley & Harris 2009) adalah bahwa metamorfisme Aileu dengan usia pendinginan 8 hingga 4 Ma
menunjukkan batuan ini terbentuk pada kedalaman kurang lebih 35 km di bawah Palung Banda. Artinya
batuan itu terletak di dasar dari depan busur Busur Banda sebelum 8 Ma dan sudah termetamorfosiskan
pada kedalaman tersebut.

Keep & Haig (2010)dari bukti yang disajikan diatas disimpulkan bahwa awal tabrakan terjadi padaa
usia 8 Ma, seperti halnya model Standley & Harris (2009), bahwa kerak benua Australia telah tersubduksi
pada kedalaman kurang lebih 35 km di bawah busur Banda dimana kerak termetamorfosis menjadi kelas
amphibolit antara 8 hingga 4 Ma. Tabrakan tektonik didefinisikan sebagai kontemporer dengan penutupan
kerak benua Australia di palung subduksi di bawah fore arc . Tidak ada bukti bahwa kerak benua
Australia ditunjam dalam sistem Palung Banda, justru sebaliknya, bukti menunjukkan bahwa banyak dari
kerak bagian atas dan bawah tidak bisa dimasukan dalam sistem subduksi. Kerak bagian atas tertumpuk
dan mengisi palung, sementara pengkristalan kerak bumi bagian paling bawah telah didorong ke utara
dari dasar Palung Banda sampai pada lempeng litosfer bagian bawah, dengan kemiringan ke arah
utara,dan menunjam sampai mantel litosfer, sehingga menghalangi sistem subduksi terhadap kerak benua
. Kesimpulan pada 8 Ma tabrakan tektonik di bagian selatan Busur Banda tidak ditemukan bukti dalam
pengamatan lapangan maupun laboratorium.
Gambar penampang Pulau Timor (rujuk Richardson &Blundell 1996,)
Formasi Lolotoi
Pembentukan Formasi Lolotoi
Pembentukan batuan metamorfik Kompleks Mutis-Lolotoi terjadi dalam beberapa tahapan (Standley& Harris,
2009). Tahapan pertama adalah metamorfisme melalui deformasi yang berkaitan dengan tegangan normal. Metamorfisme
tersebut menunjukkan terjadinya dekompresi yang menunjukkan tipe tektonisme ektensional yang ditunjukkan oleh
tegangan maksimum vertikal. Metamorfisme tersebut terjadi pada fasies skiss hijau hingga amfibolit. Tahapan kedua
adalah metamorfisme melalui deformasi yang berkaitan dengan pure shear deformation. Tahapan selanjutnya adalah
metamorfisme akibat tumbukan Zona Subduksi Flores- Wetar. Gaya kompresif menyebabkan deformasi yang
bersifat pemendekan, terbentuk lipatan pada foliasi. Naiknya Lempeng Kontinen Australia dan terlipatnya batuan
penyusun ZonaSubduksi Flores-Wetar menyebabkan deformasi yang mengakibatkan metamorfisme pada batuan kembali
terjadi.

Standley & Harris (2009) menyatakan bahwa metamorfisme akibat tegangan normal ditunjukkan oleh skistositas
yang tidak terlipat pada batuan metamorf derajat rendah. Tegangan normal yang dominan menunjukkan gaya vertikal
sebagai gaya yang dominan menyebabkan batuan mengalami deformasi dan metamorfisme sehingga batuan pada
Kompleks Mutis – Lolotoi mengalami burial deformation (Standley & Harris, 2009). Selain batuan metamorfik derajat
rendah ditemukan batuan metamorf derajat sedang dengan protolit yang batuan beku yang bersifat mafik hingga
intermedier (Standley & Harris, 2009). Hal tersebut menunjukkan bahwa batuan di Kompleks Mutis-Lolotoi mengalami
metamorfisme akibat magmatisme dan burial metamorphism (Standley & Harris, 2009). Analisis unsure mayor dan
unsur jejak pada batuan metamorf menunjukkan bahwa protolit berasal dari magmatisme MORB serta busur gunungapi
kontinental dan kepulauan (Standly & Harris, 2009).

Tekstur milonitik berkembang pada batuan kuarsa – mika skis yang menunjukkan terjadinya metamorfisme akibat
pergeseran bidang yang berkaitan dengan naiknya Lempeng Kontinen Australia ke atas Gondwana Squences.
Gambar Peta Struktur Timor (Sumber : Charlton 2002 )
Stratigrafi Kompleks Lolotoi
Unit metamorf allochtonous ditemukan di Timor
Timur ialah Kompleks Lolotoi (Audley-Charles, 1968).
Dalam tulisan ini nama-nama dari dua kompleks
metamorfik digabungkan bahwa kedua kompleks mewakili
bagian-bagian dari busur yang sama nappe ditemukan pada
tingkat struktural tertinggi dari lipatan Timor dan thrust
belt.
Kompleks Lolotoi / Mutis sebagian besar
terdiri dari schist dan ampibol tingkat rendah sampai
menengah, dengan lokal terbentuknya phyllite, sekis pelitik
dan gneiss, dan blueschist langka dan granulite. Earle
(1981) membagi batuan metamorfik di bagian paling barat
Timor menjadi tiga elemen litotektonik utama: (1)
menengah sampai tinggi, polydeformed dasar dan pelitic
sekis dan gneiss, (2) umumnya kelas rendah hingga
menengah yang terbalik, monometamorphic urutan
Gambar Banda Terrane ( Sumber : Molengraaff (1912) dan metabasit, dan (3) serpentinite dan tektonik peridotit. Unit-
Brouwer (1942).
unit ini selanjutnya akan disebut sebagai (1) schist
polyphase dan gneiss, (2) schist metabasite, dan (3)
peridotit tektonik.
Pengamatan Megaskopis Pada kompleks Lolotoi

Gambar foto singkapan dan sayatan


tipis batuan metavolcanic dan gabro
dari daerah Fohorem, menampilkan
beberapa aliran lava, (b)batuan
metavolcanic dengan struktur foliasi
,(c) dan (d) foliated basaltic batu-
Batu metavolcanic dengan
kandungan mineral plagioclase dan
agregat kuarsa, (e) dan (f) foliated
pada batu metavolcanic yang terdiri
dari klorit, biotite, dan kuarsa,(g) dan
(h) gabbro dengan komposisi
plagioclase, hornblende, dan K
feldspar dengan tekstur
hypidiomorphic. Singkatan: Chl
Chlorite; EP, Epidote; CC, kalsit;
KFS, K-feldspar; Hbl, Hornblende;
PL, Plagioclase; Qtz, kuarsa. (
Sumber : Journal of Asian Earth
Sciences · November 2014 )
Gambar Di atas, tepi barat
nappe Bebe Susu. A) basal
konglomerat grup Palelo
atasnya monometamorphic unit
Lolotoikompleks. Batuan beku
dari unit ini terbentuk dari
zaman Jurassic dan Cretaceous
dengan analisis radioaktif U/Pb
Zirkon (Harris, 2006). B) Clay
Bobonaro Melange
mengandung fragmen
metamorphics Lolotoi dan
batu-batuan urutan Gondwana
yang sering ditemukan di dasar
kompleks Lolotoi. ( Sumber :
Journal of Asian Earth
Sciences · November 2014 )
Gambar fasies Greenschist unit
Lolotoi kompleks . A) graphitic batu
marmer dengan isoclinally dilipat
komposit S0-S1-S2- parallel kuarsa
vena. B). greenschist dengan isoclinal
dilipat S2). Batu marmer C). Graphitic
dengan hanya satu terdeteksi lipat acara
serupa dalam orientasi dan lipat asimetri
F3. Pembelahan crenulation S3 paralel
untuk melipat aksial permukaan. D).
dilipat turbidit espelagis pembentukan
Haulasi (D3). E). top kenormal
kesalahan SE pengimbangan dilipat
Haulasi pembentukan unit (D2).
Endapan tanah yang bermil. F). dan
gunung berapi penutup kompleks
Lolotoi Mata Bia Massif. Metan
pembentukan (depan) diwarnai oleh
aliran vulkanik , tuff dan unconformably
atasnya kapur Cablac besar (belakang). (
Sumber : Journal of Asian Earth
Sciences · November 2014 )
Gambar Struktur Foliasi
Kompleks Lolotoi A. relatif
undeformed S1 foliation di
graphitic phyllite dan mendasari
greenschist putih adalah lapisan
dengan kaya kuarsa. B.S1
foliations membentuk skala
kecil crenulation-seperti lipatan.
C lipatan terbuka dengan . skala
kecil dan deformasi S1
foliations pada greenschist. D.
lipatan isoclinal S1 terbentuk
selama D2 deformasi. ( Sumber
: Journal of Asian Earth Science
November 2014 )
Kompleks Mutis

Gambar Lokasi kompleks Mutis ( Sumber : Google Eart )


Penyebaran Kompleks Mutis
Kompleks Mutis meliputi dua daerah yakni disebut
sebagai daerah Masif Mutis dan daerah Masif Miomaffo,
kedua daerah ini menempati bagian tengah dari rangkaian
pegunungan Timor. Bentuk topografi daerah ini kasar dan
terisolir, terdiri atas batuan kristalin, sebagian berupa
batugamping dengan lapisan yang tegak, berada
diantara batuan yang banyak mengandung batulempung
dengan bentuk morfologi bergelombang. Berdasarkan
hasil penelitian yang dilakukan oleh J. Sopaheluwakan
(1989); litologi yangdijumpai di Pulau Timor terbentuk
pada berbagai umur dan cara terjadinya berbeda, serta
diklasifikasikan pada formasi yang bersifat autochton
maupun allochton.
Masif Mutis dan Miomaffo terdiri atas batuan
sedimen yang berumur Mesozoikum dan Tersier, batuan
volkanik, batugamping, peridotit dan gabro dari Kompleks
Mutis berumur Permo-Triassic. Sejumlah batugamping
koral berumur Tersier yang mengalami pengangkatan
dijumpaidi bagian utara Miomaffo yang posisinya tidak
Gambar Daerah Masif Mutis ( sumber : Google Earth ) selaras menutupi Kompleks Bobonaro yang terdiri atas
clay tipe mélange – olistostrom. Kontak antara batuan
kompleks Mutis dan batuan peridotit berupa kontak
tektonik. Kontak kedua batuan tersebut dengan batuan
sedimen disekitarnya adalah tidak selaras.
Stratigrafi Kompleks Mutis Batuan malihan berderajat rendah sampai tinggi yang meliputi
batusabak, filit, sekis, amfibolit, sekis amfibolit, kwarsit, genesa
amfibolit, granulit. Batusabak keabu-abuan, kecoklatan sampai coklat
tua dengan belah sabak sempurna merupakan sebagian kecil singkapan
yang terdapat di Gunung Miomafo dan Mutis.
Filitnya adalah filit serisit, filitarkosa-albit, filit grafit dan filit
kwarsitan. Sekis terdiri dari sekis epidot-klorit-aktinolit, sekiskwarsa-
karbonat-muskovit-klorit dan setempat ditemukan pula sekis
kwarsitan-granat pidmontit. Amfibolit merupakan bagian terbesar di
dalam Komplek Mutis dan terdiri dari amfibolit plagioklas, amfibolit
epidot, sekis amfibolit, genesa granit amfibolit.
Batuan berderajat granulit adalah genesa amfibolit granit,
genesa granit yang mengandung staurolit-kianit dan anortosit
hornblende. Kadang-kadang di dalam amfibolit ditemukan pula batuan
granitan, granodioritan dan dioritan yang termalihkan. Kwarsit filitan
yangtersingkap di bagian hulu sungai Besasi sebelah barat Gunung
Mutis mengandung lensa-lensa dan lapisan tipis kwarsit pejal,
berwarna kemerahan dan sebagian mengandung klorit. Terdapat juga
batu rijang gampingan yang terlipat kuat. Beberapa bongkah gabro dan
gabro dengan mineral-mineral yang terarah ditemukan pula di aliran
sungai (Noil) sebelah timur Gunung Mutis, sedangkan pegmatite
granitan yang terkloritkan tersingkap di kaki Gunung Miomafo.
Komplek Mutis diterobos oleh retas yang bersusunan diabas,
diorite hornblende, diorit kwarsa dan retas tersebut agak termalihkan.
Lokasinya tersingkap bagus dan luas di bagian hulu sungai Besasi
disekitar Gunung Mutis. Singkapannya di Gunung Mutis menunjukkan
bahwa batuan ini menutupi secara tektonik Formasi Aitutu. Kontaknya
dengan Formasi Haulasi dan Formasi Noni yang tak teruraikan
menunjukkan hubungan yang dekat selalu ditandai oleh retas yang
menerobos keduanya. Komplek Mutis ini ditutupi secara tektonik oleh
Formasi Maubisse yang berumur Perem. Umur Komplek Mutis
diperkirakan berkisar dari Perem (Molengraaff, 1915) sampai
PraKarbon (Tappenbeck, 1940). vanWest (1941) dan Audley-Charles
(1968) menduganya berumur PraPerem. Satuan serupa di Timor Timur
dinamakanKomplek Lolotoi(Audley-Charles, 1968).
Gambar Timor allocthon stratigraphy ( Tim Charlton,2009)
Proses Pembentukan Gunung Mutis Empat unit tektonostratigraphic utama dapat dibedakan
dari utara ke selatan dari Timor bagian Barat; (1) FAO, (2) batu
metamorf Timor, dan (3) UCSS dengan ketebalan lebih dari 1 km, yang
terbentuk pada paparan benua Australia. Setiap unit dibatasi oleh sesar
utama, dan ditutupi oleh (4) sedimen molasse dan batugamping terumbu
yang berumur Kuarter (Gambar 5; Kaneko dkk., 2007). FAO menempati
level tertinggi dari bentuk struktural di Timor. Dan terpapar dalam
tubuh batuan ultramafik yang terisolasi, sebagian peridotite Manatuto di
Timor bagian Timur, dan peridotite Atapupu (Helmers et al., 1989),
vulkanik Occusi (Harris, 1992) dan Mutis ophiolite (Sopaheluwakan,
1990) di Timor bagian Barat (Gbr. 5). Penyusun utamnya adalah
serpentinite, dunite, gabbro dan basalt.

UCSS terpapar di bagian tengah Timor, dan terdiri dari


Batuan yang berumur Permian – Paleocene, yaitu rijang, serpihan dan
batupasir (Gbr. 5). endapan Neogenik-Kuarter adalah post-orogenic
(sedimen molase) terbentuk endapan konglomerat turbidit, batupasir,
batu lanau dan mudstone yang berumur Pliosen Akhir-Pleistosen, dan
telah diinterpretasikan sebagai endapan cekungan fore arc (Charlton,
1991). Batupasir karbonatan berumur kuarter tersebar di sepanjang
garis pantai pulau Timor,dan sebagian batu gamping juga ditemukan di
pegunungan dangan ketinggian 1260 mdpl (Rosidi et al., 1979).

Di bagian bawah sampai bagian tengah batuan


metamorf Timor, kontak dengan UCSS, struktur dicirikan oleh (1)
peregangan lineasi dan (2) foliasi mendatar (S plane) yang didefinisikan
sebagai keselarasan dari bidang basalt mineral phyllosilicate, disertai
oleh gerusan mylonitic (C planees) yang mengindikasikan sebuah
pergerakan dari atas ke selatan (Gbr. 5). Sebaliknya, pergeseran tergerus
didefinisikan dengan hubungan dari fabric SC dari atas ke utara atau
NNE di bagian bawah FAO (Gbr. 5). Serangkaian kemiringan N- sudut
Gambar peta geologi pulau Timor (Kanekoetal., lemah sesar normal di sisi utara Timor memisahkan FAO dari dasar
2007), yang disusun setelah Audley- Charles(1968), batuan metamorf Timor. Karena tekstur di dalam batuan menunjukkan
Kenyon (1974), Rosidiet al. (1981), Berry dan Grady kondisi metamorfik serupa, ductile thrusting diduga terdapat di
(1981b) Sopaheluwakan (1990), Charlton (1991) dan sepanjang batas antara UCSS dengan batuan metamorf Timor, dan sudut
Charlton et al. (1991a). AA′ adalah penampang sesar normal menyebar di sepanjang batas antara batuan metamorf
melalui lokasi Gunung Mutis. Timor dan FAO (Kaneko dkk., 2007).
Gambar Fatumnasi – Gunung Mutis dengan bukitmarmer di depannya
( Sumber Valentino Luis, 1995 )
6. KESIMPULAN
Kesimpulan
Pulau Timor merupakan bagian dari Busur Banda atau Banda Suture
karena merupakan zona pertemuan dari tiga lempeng yang berbeda (Hall
&Wilson, 2000). Pulau ini terbentuk akibat dari pertemuan tiga lempeng utama
yaitu Lempeng Indo – Australia, LempengPasifik, dan Lempeng Eurasia
(Hammilton, 1979).

Peninjauan terhadap pembentukan Pulau Timor berawal dari


pengaruh rifting dan spreading oleh Paleo-Tethys. Peristiwa ini dimulai pada
Awal Permian dimana terjadi pemisahan dataran Sibumasu dari Bagian utara
Gondwana (Gambar I.3). Pemisahan ini menyebabkan adanya rifting diantara
dataran Sibumasu dan Gondwana.

Batuan Metamorf padaPulau Timor terdapat pada Formasi Aileu


(Milsom, 2000; Prasetyadi & Harris, 1996) dan Kompleks Mutis-Lolotoi
(Milsom,2000; Harris, 2006; Standley &Harris,2009). Batuan Metamorf pada
Formasi Aileu terdiri atas batuan metasedimen dan metaigneous (Prasetyadi &
Harris,1996). Batuan Metasedimen mencakup slate, filit, skiss, dan marmer,
sedangkan batuan metaigneous meliputi metabasal, metagabbro, batuan
ultramafik yang tersepentisasi (Prasetyadi & Harris, 1996). Batuan metamorf
pada Kompleks Mutis-Lolotoi, terdiri atas batuan skis biru, skis hijau,
amfibolit, filit grafitik,skissmika-kuarsa, gneiss amfibolit, skis amfibolit,
gneiss pelitik garnet dan skis pelitik garnet, serpentinit, serta tektonik peridotit
(Harris, 2006; Standley & Harris, 2009).
Tektonika berkaitan erat dengan pembentukan batuan metamorfik pada Formasi Aileu
danKompleksMutis-Lolotoi (Harris, 2006; Prasetyadi & Harris, 1996; Standley & Harris, 2009).
Proses metamorfisme yang terjadi pada Formasi Aileu dan Kompleks Mutis-Lolotoi telah terjadi
sebelum masa tumbukan Zona Subduksi Flores- Wetar dan Lempeng Kontinen Australia terjadi (Ota
& Kaneko, 2010).

Metamorfisme yang terjadi pada Formasi Aileu maupun Kompleks Mutis-Lolotoi merupakan
metamorfisme yang terjadi secara multiphase dimana batuan yang telah termetamorfisme kembali
mengalami metamorfisme (Prasetyadi &Harris, 1996; Standley & Harris, 2009).

Transisi kondisi tektonisme yang pada awalnya merupakan Zona Subduksi Flores-Wetar
menjadi zona tumbukan antara Zona Subduksi Flores-Wetar dan Lempeng Tektonik Australia
merupakan penyebab terjadinya metamorfisme secara multiphase (Prasetyadi & Harris, 1996;
Standley & Harris, 2009). Metamorfisme yang terjadi pada batuandiPulau Timor secara umum berada
pada kondisi tekanan ± 0.4 - 1.0 Gpa dan temperature ±300 - 600 °C (Ota & Kaneko, 2010).

Metamorfisme di Pulau Timor terjadi melalui serangkaian tahapan yang dikontrol oleh
tektonisme. Evolusi tektonisme dari Zona Subduksi Flores-Wetar menjadi zona tumbukan antara
Zona Subduksi Flores-Wetar dan Lempeng Kontinen Australia, membentuk lingkungan tekanan
dan temperature metamorfisme pada fasies skis hijau hingga amfibolit. Produk batuan hasil
metamorfisme pada Formasi Aileu dan Kompleks Mutis-Lolotoi menunjukkan perbedaan protolith.
Batuan metamorf juga ditemukan dalam massa yang kecil pada Kelompok Palelo.
7. DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR PUSTAKA

• Bemmelen, R.W.V. (1949). The Geology of Indonesia, Vol IA, General Geology of Indonesiaand Adjacent
Archipelagoes. TheHague: Martinus Njhoff.
• Harris,R., & T.Long. (2000). TheTimor Ophiolite, Indonesia: Model or Myth?. Geological Society of America
Special Paper, 349,p. 321-330.
• Harris, R. (2006). Riseand Fall of The Eastern GreatI ndonesian Arc Recorded by TheAssembly, Dispersion,
and Accretion of The Banda Terrane, Timor. Gondwana Research, 10, p. 207-231.
• Milsom, J. (2000). Stratigraphic Constraintson Suture Models for Eastern Indonesia. Journal of Asian Earth
Sciences, 18, p. 761-779.
• Ota, T., & Y. Kaneko. (2010). Blueschists, Eclogites, and Subduction Zone Tectonics: Insights from A Review of
Late Miocene Blueschist and Eclogites, and Related Young High Pressure Metamorphic Rocks. Gondwana Research,
18, p. 167-188.
• The structural setting and tectonic significance of the Lolotoi, Laclubar, Aileu metamorphic massif, East Timor
by T. R. Charlton,dkk
• Audley-Charles, M.G., 1968. The Geology of Portuguese Timor. Geol. Soc. Lond., Mem. 4, 76.
• Audley-Charles, M.G., 1981. Geometrical problems and implications of largescale overthrusting in the Banda
Arc–Australian Margin Collision Zone. Geol. Soc. London, Spec. Publ. 9, 407–416.
• Audley-Charles, M.G., Harris, R.A., 1990. Allochthonous terranes of the Southwest Pacific and Indonesia.
Philos. Trans. R. Soc. Lond. 331, 571–587.
• Charlton, T.R., Barber, A.J., Barkham, S.T., 1991. The structural evolution of the Timor collision complex,
eastern Indonesia. J. Struct. Geol. 13, 489–500.
• Australian passive margin sequences accreted to Timor during Late Neogene arc–continent collision, Indonesia.
J. Asian Earth Sci. 18, 47–69.
• Sopaheluwakan, J., 1990. Ophiolite Obduction in the Mutis Complex, Timor, Eastern Indonesia: An Example of
Inverted, Isobaric, Medium-High Pressure metamorphism. [PhD Thesis]: Amsterdam, Free University.
• Standley, C.E., Harris, R.A., in press. Tectonic evolution of the Lolotoi Complex of East Timor: Active accretion
of an Asian forearc terrane to the NW Australian continental margin. Gondwana Res.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai