TIPE I B
TEKTONIK DAN KAITANNYA DENGAN KEBERADAAN BATUAN
METAMORF DI PULAU TIMOR
Di presentasikan oleh :
TEODOSIO CARDOSO
410013143
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL YOGYAKARTA
JURUSAN TEKNIK GEOLOGI
YOGYAKARTA
27 MEI 2018
OUTLINE :
1. PENDAHULUAN
• Latar Belakang
• Rumusan Masalah
• Lokasi Penelitian
2. MAKSUD DAN TUJUAN
3. METODE PENELITIAN
4. TINJAUAN PUSTAKA
5. HASIL DAN PEMBAHASAN
6. KESIMPULAN
7. DAFTAR PUSTAKA
1. PENDAHULUAN
• Latar Belakang
Tektonisme atau tenaga tektonik adalah tenaga geologi yang berasal dari dalam
bumi dengan arah vertical atau horizontal yang mengakibatkan perubahan letak lapisan
batuan yang membentuk permukaan bumi.Proses ini menghasilkan lipatan dan patahan,baik
dalam ukuran besar maupun ukuran kecil. Berdasarkan kecepatan gerak dan luas
daerahnya,tektonisme dibedakan menjadi dua yaitu gerak epirogenetik dan orogenetik.
Gerak epirogenetik (gerak pembentuk kontinen atau benua) adalah gerakan yang
mengakibatkan turun naiknya lapisan kulit bumi yang relatif lambat dan berlangsung lama
disuatu daerah yang luas dan Gerak orogenetik adalah gerakan kulit bumi yang lebihcepat
dan mencakup wilayah yang lebih sempit.
TUJUAN
Tujuan dari penyusunan seminar ini yaitu:
a. Pegunungan Ramelau,memanjang kuran lebih sepertiga dari Timor-Leste bagian barat. Titik tertinggi dari
pegunungan ini adalah Tatamailau 2963mdpl. Topografi pegunungan Ramelau bergradasi ke arah pegunungan
yang lebih rendah yang dipisahkan oleh bukit dan lembah sungai pada bagian barat dan timur. Puncak ini
terletak 11 kilometer sebelah timur desa Atsabe Gleno.
b. Pegunungan Aileu, memanjang dari distrik Ermera– Aileu hingga Manatuto. Titik tertinggi dari pegunungan
ini adalah Gunung Olopana (1.762 mdpl). Rangkaian pegunungan ini merupakan pegunungan rendah yang
dipisahkan oleh lembah berarah Timur Laut.
Rangkaian pegunungan timur memanjang dari Manatuto hingga bagian Timur pulau.Titik tertinggi pegunungan
ini adalah Gunung Matebian dengan ketinggian 2.315 mdpl.
3) DataranRendah Quelicai
Dataran rendah Quelicai merupakan dataran rendah yang memisahkan system pegunungan Barat dan Timur
dengan jarak 20-30
kilometer.
Gambar Topografi Timor leste ( Sumber : wikipedia geogrsaphie osttimors 2013 )
Menurut Sani dkk. (1995), kawasan Timor Barat dapat dibagi menjadi 3 zona fisiografi 1.
Barisan Perbukitan Utara 2. Cekungan Tengah 3. Barisan Perbukitan Selatan dengan penjabaran
sebagai berikut :
Gambar Peta Tektonik Busur Banda ( Sumber : Darman, 2014; after Smet, 1999 )
Struktur Geologi Regional
Secara regional,struktur geologi yang terdapat di Timor sangat kompleks. Struktur utama yang
ditemukan antara lain adalah lipatan, sesar naik, dan sesar mendatar mengiri. Struktur geologi yang berkembang
secara umum dibentuk oleh tegasan-tegasan utama utama yang berarah barat laut- tenggara (NW-SE).
Gambar Distribusi batuan di Pulau Timor berdasarkan tektofasies dan penampang melintang batuan
di Pulau Timor bagian timur, ( sumber: Standley& Harris, 2009 ).
5. HASIL DAN PEMBAHASAN
Sejarah Geologi dan Tektonik Regional Pulau Timor
Peninjauan terhadap pembentukan Pulau Timor berawal dari pengaruh rifting dan spreading
oleh Paleo-Tethys. Peristiwa ini dimulai pada Awal Permian dimana terjadi pemisahan dataran Sibumasu
dari Bagian utara Gondwana (Gambar 4.2). Pemisahan ini menyebabkan adanya rifting diantara dataran
Sibumasu dan Gondwana. Peristiwa ini kemudian diikuti dengan spreading yang berkembang hingga pada
Akhir dan Pertengahan dari Permian (Gambar 4.2). Spreading tersebut membentuk Meso-Tethys yang
memiliki pengaruh hingga kebagian timur.Pengaruhdari Meso-Tethys ke bagian timur dari Pulau Indonesia
ini mempengaruhi pembentukan Pulau Timor sebelum terjadi Kollisi dengan Lempeng Australia.
Gambar Devonian–Jurassic evolution of northeastern Gambar Jurassicto Tertiary evolution of northeastern Gondwanaland
Gondwanaland
Parit subduksi Banda mulai berkembang antara sekitar 15 hingga 12 Ma dari bagian timur Sunda– Palung
Jawa . untuk membentuk busur vulkanik Banda (Hall 2002). Parit ini telah diasumsikan oleh banyak penulis telah
ditempatkan di Timor Trough selatan dari terumbu karang yang sekarang membentuk Pulau Timor (misalnya
Hamilton 1979; Rangin et al. 1999), meskipun Timor Trough sekarang didasari oleh kerak benua sekitar 26 km
(misalnya Richardson & Blundell 1996; Snyder et al. 1996). Audley-Charles (2004) menunjukkan bagaimana Palung
Banda telah hancur dalam tabrakan tektonik tetapi dia tidak mengenali bagaimana bagian subduksi di bawah busur
depan telah diblokir sebagian oleh kerak benua Australia sekitar 4 Ma.
Gambar Rekonstruksi Lempeng tektonik dari bagian Samudra Hindia, Palung Banda dan NW batas landas
kontinen Australia pada 10 dan 5 Ma berdasarkan Hall (2002), dan Spakman & Hall (2010).
Gambar sketsa Palaeogeographicalpeta bagian timu rpalung Jawa dan
keberlanjutannya sebagai Banda parit selama 5 Ma ( Sumber : Audley-Charles,
2004 )
Batas Tektonik benua Australia dengan busur Asia Banda di Timor dapat didefinisikan sebagai permulaan
ketika kerak benua Australia pertama kali tidak memasuki lintasan subduksi yang ada di bawah busur api vulkanik. Pada
4 Ma kedalaman palung banda sekitar 6 km dan lebar 30 km (Audley-Charles 2004). Setelah koloni, rollback dari
litosfer subduksi dilanjutkan dengan pemisahan kerak benua Australia . Parit yang sebelumnya telah diisi dengan
penumpukan endapandari kerak benua Australia, dan nipple Asia yang didorong ke selatan selama proses rollback, dan
sekarang telah membentuk wilayah dengan ketebalan sekitar 35 km dan panjang 110-150 km dari NW ke SE. penebalan
ini sejak usia 4 Ma yang merupakan proses orogenic.
Gambar Penampang pratabrakan5 MA. Garis putus-putus menunjukkan bawah profil Banda parit setelah
tabrakan tektonik X1X2. ( Sumber : Audley-Charles, 2004 )
Kolisi yang membentuk Pulau Timor
Tektonik kembali terjadi pada Pulau Timur akibat dari pergerakan lempeng Australia dibagian selatan yang
bergerak ke arah utara hingga akhirnya menghasilkan batas divergent berupa kolisi dengan busur kepulauan
Banda.Peristiwa pergerakan lempeng yang menghasilkan batas divergent ini dimulai dengan Kolisi di bagian Tengah
Timor pada Kala Miosen Akhir yang kemudian diikuti oleh Kolisi di bagian Barat daya dari Pulau Timor (Haris,1991).
Kolisi yang dimulai dari Kala Miosen Akhir hingga Pliosen Awal ini merupakan kolisi yang termuda di dunia, sehingga
menghasilkan batuan metamorf yang termuda didunia. Model dari Kolisi yang membentuk Pulau Timur ini masih menjadi
kontroversi, sehingga masih memunculkan banyak teori pembentukannya. Menurut Charlton dan Gandara (2012), terdapat
enam teori yang menjelaskan model tektonik dari pembentukan pulautimor.
Gambar Model Tektonik Duplex( Harris, 1991 dan Charlton et al, 1991)
Tektonik yang membentuk pulau ini adalah struktur– struktur lipatan dan Thrust yang subparallel
dengan orogenic trends. Kolisi yang terjadi diantara Lempeng Australia dan Busur Banda sangat
mempengaruhi struktur– struktur yang berkembang pada Pulau ini. Arah Kolisi dari Australia yang
menunjukkan arah North- South hingga North-North West– South-South West menghasilkan sistem
strikeslip fault dengan arah yang sama (Gambar 4.14)
Gambar Unit Tektonik Pulau Timor (Audley- Charles, 2004; 2011; Haris, 2006)
Batuan Metamorf di Pulau Timor
Pembentukan Formasi Aileu
Pembentukan batuan metamorfik Formasi Aileu terdiri atas tiga tahapan (Prasetyadi & Harris, 1996).
Tahapan pertama adalah pembentukan protolit batuan metamorf pada lingkungan epikontinen-marin yang tenang.
Metamorfism eprogradasi yang berkaitan dengan proses rifting terjadi melalui deformasi yang bersifat penetratif dan
metamorfisme terjadi pada fasies skis hijau. Tahap kedua adalah metamorfisme pada masa tumbukan. Terjadi deformasi
ductile, metamorfisme terjadi pada kondisi P-T sedang atau pada fasies skis hijau-amfibolit. Tahap ketiga adalah
metamorfisme akibat dislokasi dan uplift massa batuan yang mengalami tumbukan. Pada tahap ini
berkembang secara lokal lipatan, patahan ekstensional, dan backthrusting. Terjadi alterasi derajat rendah, rekristalisasi
minor, dan pendinginan.
Gambar Peta geologi umum, nama masing-masing Terrane klippe Banda, dan lintas- Bagian dari Timor Timur.
Bagian bermetamorfosis dari urutan Gondwana sebagai kompleks Aileu. ( sumber: Standley& Harris, 2009 ).
Berdasarkan Prasetyadi &Harris (1996), Lingkungan epi kontinen-marinyang tenang dicerminkan oleh
batuan metasedimen berupa perselingan metapelit dan marmer dalam lapisan yang tebal. Batuan metamorf tersebut
terbentuk pada fasies metamorfik sub-skiss hijau (Prasetyadi & Harris, 1996). Batuan metamorf derajat yang lebih
tinggi pada Formasi Aileu terbentuk secara lokal akibat intrusi batuan mafik (Prasetyadi & Harris,1996). Intrusi batuan
mafik berkaitan dengan terjadinya rifting dengan tidak ditemukannya deformasi lipatan pada skistositas. Batuan
metamorf tersebut terbentuk pada fasies skiss hijau hingga amfibolit (Prasetyadi & Harris, 1996). Batuan metamorf
dengan skistositas yang terlipat terbentuk pada batuan metamorfik derajat yang lebih tinggi (Prasetyadi &Harris, 1996).
Skistositas yang terlipat menunjukkan tektonisme yang bersifat kompresif yang berkaitan dengan proses tumbukan
Zona Subduksi Flores-Wetar dan Lempeng Kontinen Australia.
Formasi Aileu menempati bagian barat daya wilayah Timor Leste, tersusunoleh serpih serta batuan
sedimendangunung api yang termalihkan. Filit dan sekis dijumpai sangat dominan di bagian utara, sementara batus
abak dan serpih dijumpai terutama di bagian selatan, dekat Kota Aileu. Fasies metamorfik berkisar mulai dari amfibolit
di bagian timur laut, sampai sekis hijau bagian bawah di bagian tenggara (Audley-Charles, 1968; Barber dan Audley-
Charles, 1976: Berry dan Grady, 1981). Berdasarkan data paleontologi, Brunschweiler (1977, dalam Charlton,
1992), menyatakan bahwa umur Formasi Aileu berkisar antara Perem sampai Jura Akhir. Namun, mengingat
satuan ini secara stratigrafis relative lebih tua dari Formasi Wailuli (Jura Awal - Jura Tengah), maka umur Formasi
Aileu dapat dipersempit pada kisaran Perem hingga bagian bawah Jura Tengah atauJura Awal. Pentarikhan radiometri
dengan menggunakan horenblenda dan biotit, sebagaimana dilaporkan oleh Berry dan Grady (1981), menunjukkan
bahwa telah terjadi pemalihan progradasi pada Formasi Aileu, yang puncaknya terjadi sebelum 11 juta tahun lalu. Hal
ini berimplikasi bahwa deformasi generasi kedua, dan terkuat, terjadi pada Miosen Akhir. Hasil ini tidak jauh berbeda
dengan pentarikhan radiometri yang dilakukan oleh Utoyo (1994), yang menunjukkan bahwa pemalihan pada Formasi
Aileu terjadi dari 13,4 sampai 7,64 juta tahun (MiosenTengah- Akhir). Umur pemalihan yang muda ini
mengindikasikan adanya hubungan antara pemalihan dengan peristiwa tumbukan.Formasi Aileu sebelumnya telah
ditafsirkan oleh Audley-Charles (1968) sebagai bagian dari alokton yang berasal dari busur luar Bandapra- tumbukan.
Namun, beberapa penelitian berikutnya umumnya menganggap formasi tersebut sebagai bagian dari runtunan
paraotokton dari Australia (Charltondrr., 1991, Charlton, 1992).
Pengamatan Megaskopis pada formasi Aileu
Gambar Singkapan slicken sided serpentinit dalam Formasi Aileu sekitar 12 km barat Manatuto
di jalan Dili-Manatuto.( Sumber : Journal Mineral – Hydrocarbon Database and Bibliography of
the Geology of East Timor, 2002 )
Gambar Singkapan urat kuarsa pada argillite lemah foliated Zona pembentukan
Aileu (Permian) di east Dili ( Sumber : Journal Mineral – Hydrocarbon Database
and Bibliography of the Geology of East Timor, 2002 )
Tektonik FormasiAileu
Keep & Haig (2010), mengutip karya Berry & McDougall (1986) pembentukan Formasi Aileu pada
usia 8Ma, mengklaim 'bahwa tabrakan paling awal dari beberapa bagian dari batas Australia terjadi
sebelum waktu sekarang dan batuan itu tersubduksi, metamorfosis dan terbentuk pada 8 Ma '. Menurut
(Standley & Harris 2009) adalah bahwa metamorfisme Aileu dengan usia pendinginan 8 hingga 4 Ma
menunjukkan batuan ini terbentuk pada kedalaman kurang lebih 35 km di bawah Palung Banda. Artinya
batuan itu terletak di dasar dari depan busur Busur Banda sebelum 8 Ma dan sudah termetamorfosiskan
pada kedalaman tersebut.
Keep & Haig (2010)dari bukti yang disajikan diatas disimpulkan bahwa awal tabrakan terjadi padaa
usia 8 Ma, seperti halnya model Standley & Harris (2009), bahwa kerak benua Australia telah tersubduksi
pada kedalaman kurang lebih 35 km di bawah busur Banda dimana kerak termetamorfosis menjadi kelas
amphibolit antara 8 hingga 4 Ma. Tabrakan tektonik didefinisikan sebagai kontemporer dengan penutupan
kerak benua Australia di palung subduksi di bawah fore arc . Tidak ada bukti bahwa kerak benua
Australia ditunjam dalam sistem Palung Banda, justru sebaliknya, bukti menunjukkan bahwa banyak dari
kerak bagian atas dan bawah tidak bisa dimasukan dalam sistem subduksi. Kerak bagian atas tertumpuk
dan mengisi palung, sementara pengkristalan kerak bumi bagian paling bawah telah didorong ke utara
dari dasar Palung Banda sampai pada lempeng litosfer bagian bawah, dengan kemiringan ke arah
utara,dan menunjam sampai mantel litosfer, sehingga menghalangi sistem subduksi terhadap kerak benua
. Kesimpulan pada 8 Ma tabrakan tektonik di bagian selatan Busur Banda tidak ditemukan bukti dalam
pengamatan lapangan maupun laboratorium.
Gambar penampang Pulau Timor (rujuk Richardson &Blundell 1996,)
Formasi Lolotoi
Pembentukan Formasi Lolotoi
Pembentukan batuan metamorfik Kompleks Mutis-Lolotoi terjadi dalam beberapa tahapan (Standley& Harris,
2009). Tahapan pertama adalah metamorfisme melalui deformasi yang berkaitan dengan tegangan normal. Metamorfisme
tersebut menunjukkan terjadinya dekompresi yang menunjukkan tipe tektonisme ektensional yang ditunjukkan oleh
tegangan maksimum vertikal. Metamorfisme tersebut terjadi pada fasies skiss hijau hingga amfibolit. Tahapan kedua
adalah metamorfisme melalui deformasi yang berkaitan dengan pure shear deformation. Tahapan selanjutnya adalah
metamorfisme akibat tumbukan Zona Subduksi Flores- Wetar. Gaya kompresif menyebabkan deformasi yang
bersifat pemendekan, terbentuk lipatan pada foliasi. Naiknya Lempeng Kontinen Australia dan terlipatnya batuan
penyusun ZonaSubduksi Flores-Wetar menyebabkan deformasi yang mengakibatkan metamorfisme pada batuan kembali
terjadi.
Standley & Harris (2009) menyatakan bahwa metamorfisme akibat tegangan normal ditunjukkan oleh skistositas
yang tidak terlipat pada batuan metamorf derajat rendah. Tegangan normal yang dominan menunjukkan gaya vertikal
sebagai gaya yang dominan menyebabkan batuan mengalami deformasi dan metamorfisme sehingga batuan pada
Kompleks Mutis – Lolotoi mengalami burial deformation (Standley & Harris, 2009). Selain batuan metamorfik derajat
rendah ditemukan batuan metamorf derajat sedang dengan protolit yang batuan beku yang bersifat mafik hingga
intermedier (Standley & Harris, 2009). Hal tersebut menunjukkan bahwa batuan di Kompleks Mutis-Lolotoi mengalami
metamorfisme akibat magmatisme dan burial metamorphism (Standley & Harris, 2009). Analisis unsure mayor dan
unsur jejak pada batuan metamorf menunjukkan bahwa protolit berasal dari magmatisme MORB serta busur gunungapi
kontinental dan kepulauan (Standly & Harris, 2009).
Tekstur milonitik berkembang pada batuan kuarsa – mika skis yang menunjukkan terjadinya metamorfisme akibat
pergeseran bidang yang berkaitan dengan naiknya Lempeng Kontinen Australia ke atas Gondwana Squences.
Gambar Peta Struktur Timor (Sumber : Charlton 2002 )
Stratigrafi Kompleks Lolotoi
Unit metamorf allochtonous ditemukan di Timor
Timur ialah Kompleks Lolotoi (Audley-Charles, 1968).
Dalam tulisan ini nama-nama dari dua kompleks
metamorfik digabungkan bahwa kedua kompleks mewakili
bagian-bagian dari busur yang sama nappe ditemukan pada
tingkat struktural tertinggi dari lipatan Timor dan thrust
belt.
Kompleks Lolotoi / Mutis sebagian besar
terdiri dari schist dan ampibol tingkat rendah sampai
menengah, dengan lokal terbentuknya phyllite, sekis pelitik
dan gneiss, dan blueschist langka dan granulite. Earle
(1981) membagi batuan metamorfik di bagian paling barat
Timor menjadi tiga elemen litotektonik utama: (1)
menengah sampai tinggi, polydeformed dasar dan pelitic
sekis dan gneiss, (2) umumnya kelas rendah hingga
menengah yang terbalik, monometamorphic urutan
Gambar Banda Terrane ( Sumber : Molengraaff (1912) dan metabasit, dan (3) serpentinite dan tektonik peridotit. Unit-
Brouwer (1942).
unit ini selanjutnya akan disebut sebagai (1) schist
polyphase dan gneiss, (2) schist metabasite, dan (3)
peridotit tektonik.
Pengamatan Megaskopis Pada kompleks Lolotoi
Metamorfisme yang terjadi pada Formasi Aileu maupun Kompleks Mutis-Lolotoi merupakan
metamorfisme yang terjadi secara multiphase dimana batuan yang telah termetamorfisme kembali
mengalami metamorfisme (Prasetyadi &Harris, 1996; Standley & Harris, 2009).
Transisi kondisi tektonisme yang pada awalnya merupakan Zona Subduksi Flores-Wetar
menjadi zona tumbukan antara Zona Subduksi Flores-Wetar dan Lempeng Tektonik Australia
merupakan penyebab terjadinya metamorfisme secara multiphase (Prasetyadi & Harris, 1996;
Standley & Harris, 2009). Metamorfisme yang terjadi pada batuandiPulau Timor secara umum berada
pada kondisi tekanan ± 0.4 - 1.0 Gpa dan temperature ±300 - 600 °C (Ota & Kaneko, 2010).
Metamorfisme di Pulau Timor terjadi melalui serangkaian tahapan yang dikontrol oleh
tektonisme. Evolusi tektonisme dari Zona Subduksi Flores-Wetar menjadi zona tumbukan antara
Zona Subduksi Flores-Wetar dan Lempeng Kontinen Australia, membentuk lingkungan tekanan
dan temperature metamorfisme pada fasies skis hijau hingga amfibolit. Produk batuan hasil
metamorfisme pada Formasi Aileu dan Kompleks Mutis-Lolotoi menunjukkan perbedaan protolith.
Batuan metamorf juga ditemukan dalam massa yang kecil pada Kelompok Palelo.
7. DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR PUSTAKA
• Bemmelen, R.W.V. (1949). The Geology of Indonesia, Vol IA, General Geology of Indonesiaand Adjacent
Archipelagoes. TheHague: Martinus Njhoff.
• Harris,R., & T.Long. (2000). TheTimor Ophiolite, Indonesia: Model or Myth?. Geological Society of America
Special Paper, 349,p. 321-330.
• Harris, R. (2006). Riseand Fall of The Eastern GreatI ndonesian Arc Recorded by TheAssembly, Dispersion,
and Accretion of The Banda Terrane, Timor. Gondwana Research, 10, p. 207-231.
• Milsom, J. (2000). Stratigraphic Constraintson Suture Models for Eastern Indonesia. Journal of Asian Earth
Sciences, 18, p. 761-779.
• Ota, T., & Y. Kaneko. (2010). Blueschists, Eclogites, and Subduction Zone Tectonics: Insights from A Review of
Late Miocene Blueschist and Eclogites, and Related Young High Pressure Metamorphic Rocks. Gondwana Research,
18, p. 167-188.
• The structural setting and tectonic significance of the Lolotoi, Laclubar, Aileu metamorphic massif, East Timor
by T. R. Charlton,dkk
• Audley-Charles, M.G., 1968. The Geology of Portuguese Timor. Geol. Soc. Lond., Mem. 4, 76.
• Audley-Charles, M.G., 1981. Geometrical problems and implications of largescale overthrusting in the Banda
Arc–Australian Margin Collision Zone. Geol. Soc. London, Spec. Publ. 9, 407–416.
• Audley-Charles, M.G., Harris, R.A., 1990. Allochthonous terranes of the Southwest Pacific and Indonesia.
Philos. Trans. R. Soc. Lond. 331, 571–587.
• Charlton, T.R., Barber, A.J., Barkham, S.T., 1991. The structural evolution of the Timor collision complex,
eastern Indonesia. J. Struct. Geol. 13, 489–500.
• Australian passive margin sequences accreted to Timor during Late Neogene arc–continent collision, Indonesia.
J. Asian Earth Sci. 18, 47–69.
• Sopaheluwakan, J., 1990. Ophiolite Obduction in the Mutis Complex, Timor, Eastern Indonesia: An Example of
Inverted, Isobaric, Medium-High Pressure metamorphism. [PhD Thesis]: Amsterdam, Free University.
• Standley, C.E., Harris, R.A., in press. Tectonic evolution of the Lolotoi Complex of East Timor: Active accretion
of an Asian forearc terrane to the NW Australian continental margin. Gondwana Res.
TERIMA KASIH