Anda di halaman 1dari 70

Laporan kasus

Hiperbilirubinemia
Elsya Melinda
Dibimbing oleh: dr Endang Prasetyowati SpA
PENDAHULUAN

Hiperbilirubinemia merupakan salah satu fenomena klinis


yang paling sering ditemukan pada bayi baru lahir.Lebih dari
85% bayi cukup bulan yang kembali dirawat dalam minggu
pertama kehidupan disebabkan oleh keadaan ini.

Hiperbilirubinemia menyebabkan bayi terlihat berwarna


kuning, keadaan ini timbul akibat akumulasi pigmen
bilirubin yang berwarna ikterus pada sclera dan kulit.

Dengan demikian, setiap bayi yang mengalami kuning, harus


dibedakan apakah ikterus yang terjadi merupakan keadaan
yang fisiologis atau patologis, serta dimonitor apakah
mempunyai kecenderungan untuk berkembang menjadi
hiperbilirubinemia yang berat.
Status Pasien

 Nama : By. Ny. R


 Umur : 0 bulan 12 hari
 Jenis kelamin : Laki-laki
 Alamat : Gondoriyo bregas
 Nama Ayah : Tn. M
 Pendidikan Ayah : SMP
 Nama Ibu : Ny. R
 Pendidikan Ibu : SMP
 Tanggal Masuk RS : 15 May 2019
 Tanggal Keluar RS : 21 May 2019
Keluhan Utama:
Kuning seluruh tubuh

Sekitar 1 minggu lebih SMRS, Ibu OS mengatakan


seluruh badan OS menjadi kuning namun mereka
berpikir akan menghilang sehingga tidak ada
perhatian khusus.

Saat OS kontrol ke dokter dan diperiksa,


dokter kemudian menganjurkan untuk
memeriksakan kadar bilirubinnya. Hasilnya
bilirubin total OS meningkat dari nilai normal,
dan OS dianjurkan untuk rawat inap .
Ibu OS mengatakan tidak ada demam, batuk, pilek, muntah. OS juga
masih minum ASI dengan baik . BAB dan BAK normal. Riwayat
masalah dalam kehamilan dan persalinan, trauma persalinan, sakit
hepatitis selama kehamilan,dan riwayat penggunaan obat-obatan saat
hamil disangkal Ibu OS.
Riwayat Penyakit
Dahulu • OS belum pernah mengalami ini sebelumnya

• Di dalam keluarga, tidak ada anggota keluarga


Riwayat Penyakit atau saudara kandung OS yang sedang
Keluarga mengalami hal seperti ini. Ibu OS tidak sakit
hepatitis.

Riwayat Sosial
Personal ( Social • Keadaan ekonomi OS cukup . OS tinggal
– Personal History bersama ayah, ibu, dan kakaknya di rumahnya.
)
Anamnesis Sistem
 Sistem Cerebrospinal
 kejang (-), keluhan kaku kuduk (-), nyeri kepala (-), muntah (-
).
 Sistem Kardiovaskular
 Bengkak pada tungkai (-), kebiruan (-), dada berdebar (-)
 Sistem Respirasi
 Suara serak (-), sesak (-), sulit bernapas (-), suara ngik-ngik (-
), mengorok(-), pilek (+),
 Sistem Gastrointestinal
 BAB normal, nyeri tekan (-), kembung (-), mual (-), muntah (-
), nyeri telan (-).
 Sistem Muskuloskeletal
 Gerak aktif (+), gerak tidak terbatas, bengkak jari (-).
 Sistem Integumentum
 Tampak kekuningan pada seluruh bagian tubuh pasien.
 Sistem Urogenital
 BAK berwarna kuning jernih, menangis saat BAK (-)
 Sistem Vestibular
 Nyeri pada telinga (-), bising pada telinga (-), cairan (-)
Riwayat kehamilan
Riwayat pertumbuhan - perkembangan

 Belum dapat dinilai


Riwayat Imunisasi
Riwayat Nutrisi
 Susu : ASI, > 5 x /hari
 Makanan padat : -
 Makanan sekarang : Minum ASI . Nafsu makan baik
Genogram
Pemeriksaan Fisik
 Keadaan umum : Aktif
 Kesadaran : Compos Mentis
 Nadi : 140x/menit, regular, isi cukup
 Respirasi : 46 x/menit,
 SpO2 : 99%
 Suhu : 37,4ºC
 Berat Badan : 2800 kg
 Panjang Badan : 47 cm
Status Gizi
 BB/U : gizi baik
 PB/U : Normoheight
 BB/PB : Normal
Status Generalis
 Kelainan mukosa kulit/subkutan yang menyeluruh:
 Ikterik (+), Pucat (-), Sianosis (-), Perdarahan (-), Oedem (-), Turgor cukup,
Lemak bawah kulit cukup
 Kepala :
 Normocephalic, Cephal hematom (-), Caput succedenemum (-), rambut
hitam terdistribusi merata, ubun-ubun besar terbuka cekung
 Mata :
 Kedudukan simetris, Konjungtiva anemis -/- ,sklera ikterik +/+
 Telinga :
 Bentuk normal, liang telinga lapang, sekret tidak ada.
 Hidung :
 Bentuk normal, deviasi septum tidak ada.
 Mulut :
 Bentuk normal, bibir lembab
 Leher :
 KGB tidak teraba membesar, kel.tiroid tidak teraba membesar di leher,
ikterik (+)
 Thorax
 Inspeksi : Tampak simetris, tidak ada retraksi sela iga, pulsasi
ictus cordis terlihat, ikterik (+), retraksi (-)
 Palpasi : Sela iga normal, tidak melebar maupun mengecil,
tidak teraba massa
 Perkusi :
 Pulmo : Tidak dilakukan
 Cor : Tidak dilakukan
 Auskultasi :
 Pulmo : Suara nafas vesikuler +/+, ronkhi -/- wheezing -/-
 Cor : BJ I-II murni reguler, murmur (-), gallop (-)
 Abdomen
 Inspeksi : Tampak buncit, tidak tampak benjolan,
ikterik (+)
 Palpasi : Supel, turgor kulit baik
 Hepar : Tidak teraba membesar
 Lien : Tidak teraba membesar
 Perkusi : Timpani
 Auskultasi : Bising usus (+)
 Anus dan Rektum : Ada, tidak ada kelainan
 Genitalia : Tidak ditemukan kelainan
 Kulit : Warna kuning seluruh badan,
kramer 5

 Extremitas (lengan & tungkai):


 Tonus: hipotonus/hipertonus/normotonus
 Massa: hipotrofi/hipertrofi/normal
 Sendi: bergerak aktif
 Skor Kramer :V
Pemeriksaan neurologis
 Refleks primitif :
 Refleks Moro :+
 Refleks Rooting :+
 Reflex Sucking :+
 Refleks Palmar Grasping :+
 Refleks Plantar :+
Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan penunjang
 Hasil Foto Thorax :
 -Bentuk dan letak jantung normal
 -Cenderung gambaran neonatal pneumonia

 Hasil USG Abdomen:


 -tak tampak contracted gallbladder saat ini
 -tak tampak pelebaran ductus biliary

Diagnosis Akhir
 Hiperbilirubinemia ec Inkompatibilitas ABO
Tata laksana
 -Foto terapi 3x24 jam
 -ASI eksklusif
Prognosis
 Ad Vitam : dubia ad bonam
 Ad Sanationam : dubia ad bonam
 Ad fungsionam : dubia ad bonam
DEFINISI
Ikterus adalah deskolorasi kuning pada kulit,
membran mukosa, dan sklera akibat
peningkatan kadar bilirubin dalam darah.

•Dewasa : serum bilirubin > 2 mg/dl


(> 17 mol/L)
•Neonatus : serum bilirubin > 5 mg/dl
(> 86 mol/L)

Hiperbilirubinemia:
1. Ikterus neonatorum + Lab. ( serum bilirubin)
2. Kadar bilirubin yang dapat menimbulkan efek
patologik
Fisiologis Bilirubin
Klasifikasi
 Hiperbilirubinemia fisiologis
 Umumnya terjadi pada bayi baru lahir, kadar bilirubin tak
terkonjungasi pada minggu pertama > 2 mg/dL.
 Pada bayi cukup bulan yang mendapat susu formula kadar
bilirubin akan mencapai puncaknya sekitar 6-8 mg/dL pada
hari ke 3 kehidupan dan kemudian akan menurun cepat
selama 2-3 hari diikuti dengan pewarnaan yang lambat
sebesar 1 mg/dL selama 1-2 minggu.
 Bisa terjadi dalam waktu 2-4 minggu , bahkan dapat
mencapai waktu 6 minggu.
Faktor yang berhubungan dengan ikterus
fisiologis :
1. Peningkatan bilirubin
 Peningkatan produksi bilirubin
 Peningkatan sel darah merah
 Penurunan umur sel darah merah
 Peningkatan early bilirubin
 Peningkatan resirkulasi melalui enterohepatik shunt
 Peningkatan aktifitas β-glukoronidase
 Tidak adanya flora bakteri
 Pengeluaran mekonium yang terlambat
2. Penurunan bilirubin clearance
 Penurunan clearance dari plasma
3.Defisiensi protein karier
 Penurunan metabolisme hepatic
4.Penurunan aktifitas UDPGT
Ciri ikterik fisiologis:
1) Ikterik yang muncul pada hari kedua-ketiga.
2) Kadar bilirubin indirek < 12 mg/dL pada bayi aterm dan
< 10 mg/dL pada bayi preterm.
3) Kecepatan peningkatan kadar bilirubin serum total < 5
mg/dL/24 jam.
4) Kadar bilirubin direk kurang dari 1 mg/dL.
5) Gejala ikterik akan menghilang secara bertahap pada
sepuluh hari pertama kehidupan.
6) Tidak terbukti disebabkan atau berkaitan dengan
keadaan patologis tertentu.
Ikterus Patologis
 Terjadinya peningkatan kadar bilirubin serum total dengan kecepatan
lebih dari 0,5 mg/dL/jam.
 Ikterik dengan kadar bilirubin serum total melebihi 12 mg/dL pada
bayi aterm dan 10 mg/dL pada bayi preterm.
 Ikterik dengan kadar bilirubin terkonjugasi > 1 mg/dL jika bilirubin
serum total < 5 mg/dL atau > 20% bilirubin total jika kadar bilirubin
serum total > 5 mg/dL.
 ikterik yang terjadi sebelum usia bayi mencapai 24 jam atau ikterik
yang terjadi setelah usia 3 minggu pada bayi aterm.
 Setiap peningkatan kadar bilirubin serum yang memerlukan foto
terapi yang ditentukan berdasarkan nomogram dalam panduan
fototerapi berdasarkan usia kehamilan yang dikeluarkan oleh American
Academy of Pediatric (AAP).
 Adanya tanda-tanda penyakit yang menjadi dasar kondisi ikterik pada
bayi yang telah diketahui, seperti proses hemolitik, trauma atau infeksi.
 Ikterik yang menetap setelah 14 hari pada bayi preterm atau setelah 8
hari pada bayi aterm.
Faktor ikterik patologis
 Faktor maternal
 Ras atau kelompok etnis tertentu (Asia, Native american,
Yunani)
 Penyakit saat kehamilan (TORCH, DM)
 Komplikasi kehamilan (inkompatibilitas ABO dan Rhesus)
 Penggunaan infus oksitosin dalam larutan hipotonik
 ASI
 Faktor perinatal
 Trauma lahir (sefalhematom, ekimosis)
 Infeksi (bakteri, virus, protozoa)
 Faktor Neonatus
 Prematuritas
 Faktor genetik
 Polisitemia
 Obat (streptomisin, kloramfenikol, benzyl-alkohol, sulfisoxazol)
 Rendahnya asupan ASI
 Hipoglikemia
 Hipoalbuminemia
Hiperbilirubinemia karena ASI
 Breastfeeding jaundice
 Breastfeeding jaundice adalah ikterus yang disebabkan oleh
kekurangan asupan ASI.
 Asupan kalori yang kurang akibat kesulitan menyusui, baik dari
pihak ibu maupun dari pihak bayi, juga dapat meningkatkan
kadar bilirubin indirek serum.
 Pada keadaan breastfeeding jaundice, keadaan “lapar” pada bayi
menyebabkan peningkatan aktivitas sirkulasi enterohepatik,
sehingga meningkatkan absorpsi biliburin di saluran intestinal.
 Breastfeeding jaundice muncul pada 5 hari pertama kehidupan,
disebabkan oleh gangguan menyusui.
 kadar bilirubin total melebihi 18-20 mg/dL
 Breast-milk jaundice
 Breast-milk jaundice adalah ikterus yang disebabkan oleh air
susu ibu (ASI). Insidens pada bayi cukup bulan berkisar 2-4%.
 Pada bayi yang mendapatkan asupan ASI sejak hari-hari pertama
kehidupannya, dapat terjadi pemanjangan kondisi ikterik fisiologis
hingga minggu ke-3 pasca kelahiran.
 Bila ASI dihentikan, bilirubin akan turun secara drastis dalam 48
jam. Bila ASI diberikan kembali, maka bilirubin akan kembali naik
tetapi umumnya tidak akan setinggi sebelumnya.
 diduga timbul akibat terhambatnya uridine diphosphoglucuronic
acidglucuronyl transferase (UDGPA) oleh hasil metabolisme
progesteron, yaitu pregnane-3-alpha 2-beta-diol yang ada di
dalam ASI sebagian ibu.
 Pada kasus breastmilk jaundice dengan kadar bilirubin total > 25
mg/dL
Epidemiologi
 Hiperbilirubinemia merupakan kondisi yang umum
ditemukan di seluruh dunia.

Di Indonesia,data epidemiologi yang ada


menunjukkan bahwa kurang dari 50% bayi baru
lahir menderita hiperbilirubinemia yang dapat di
deteksi secara klinis dalam minggu pertama
kehidupannya.
Etiologi
1.Pembentukan bilirubin berlebihan karena hemolisis
 Disebabkan penyakit hemolitik atau peningkatan destruksi
eritrosit karena:
 Hb dan eritrosit abnormal (Hb S pada anemia sel sabit)
 Inkompatibilitas ABO dan Rh
 Defisiensi G6PD
 Sepsis
 Obat-obatan seperti oksitosin
 Pemotongan tali pusat yang lambat
 Polisitemia
 Hemoragi ekstravasasi dalam tubuh seperti
cephalhematoma, memar
2. Gangguan transport bilirubin yang dipengaruhi oleh:
hipoalbuminemia, prematuritas, obat-obatan seperti
sulfonamide, salisilat, diuretic dan FFA (Free Fatty Acid) yang
berkompetisi dengan albumin, hypoxia, asidosis, dan
hipotermi.
3. Gangguan uptake bilirubin
4. Gangguan konjugasi bilirubin karena :
 Defisiensi enzim glukoronil transferasi dan imaturitas
hepar
 Ikterus persisten pada bayi yang diberi minum ASI
 Hipoksia dan hipoglikemia
5. Penurunan ekskresi bilirubin karena adanya sumbatan
hepar
6. Gangguan eliminasi bilirubin
 Pemberian ASI yang lambat
 Pengeluaran mekonium yang lambat
 Obstruksi mekanik4
Manifestasi klinis
 Ikterik merupakan gambaran klinis dari kondisi
hiperbilirubinemia (> 5 mg/dl). Untuk memastikan
tampilan warna ikterik perlu dilakukan penilaian dengan
menekan kulit dibawah pencahayaan yang baik, diutamakan
menggunakan cahaya alami pada siang hari
Diagnosa
 faktor risiko
 onset ikterik
 gejala klinis
 Pemeriksaan fisik :
 usia kehamilan
 aktifitas/cukup minum
 derajat ikterus
 Pucat
 Hepatosplenomegali
 hematoma sefal
 pemeriksaan bilirubin
Ada Hemolitik Tidak Ada hemolitik
Tipe
hiperbilirubinemia
Penyebab Umum: Penyebab Umum:
1. Inkompabilitas darah 1. Breast milk associated
fetomaternal (ABO, rh, jaundice
antigen minor) 2. Ikterus fisiologis
2. Infeksi 3. Polisitemia
4. Bayi dengan ibu DM
Hiperbilirubinemi 5. Perdarahan internal
a Indirek
Penyebab yang lebih jarang: Penyebab yang lebih jarang:
1. Hemoglobinopati thalasemia 1. Hipotiroidisme
2. Defek enzim G6PD, defisiensi 2. Stenosis piloric
piruvat kinase 3. Immune thrombocytopenia
3. Abnormalitas membran 4. Mutasi pada glucorony
eritrosit, ovalositosis, transferase: sindrom gilbert,
sferositosis sindrom crigler-najar
Tipe Ada Hemolitik
hiperbilirubinemia

Hiperbilirubinemia Penyebab Umum:


Direk 1. Infeksi: TORCH, sepsis, infeksi traktus urinarius
2. Hyperalimentation cholestasis
3. Hepatitis neonatal
4. Atresia biliaris
5. Kistik fibrosis
6. Infark hepatik
7. Kelainan metabolisme bawaan: galaktosemia, tyrosinosis
PEMERIKSAAN PENUNJANG
 Bilirubin serum total. Bilirubin serum direk dianjurkan untuk
diperiksa bila ikterus menetap sampai usia> 2 minggu atau
dicurigai adanya kolestasis.
 Darah perifer lengkap dan gambaran apusan darah tepi untuk
melihat morfologin eritrosit dan ada tidaknya hemolilis. Bila
fasilitas tersedia, lengkap dengan phitung etikulosit.
 Golongan darah, rhesus, dan direct Coombs’ test dari ibu dan bayi
untuk mencari penyakit hemolitik. Bayi dari ibu dengan rhesus
negatif harus menjalani pemeriksaan golongan darah, rhesus dan
direct Coombs’ test segera setelah lahir.
 Kadar enzim G6PD pada eritrosit
 Pada ikterus yang berkepanjangan, lakukan fungsi uji hati,
pemeriksaan urin untuk mencari infeksi saluran kemih, serta
pemeriksaan untuk mencari infeksi kongenital, sepsis, defek
metabolik atau hipotiroid. (PPM)
Tata laksana
 Tujuannya adalah untuk menurunkan frekuensi kasus
hiperbilirubinemia berat dan komplikasinya (ensefalopati
bilirubin dan kernikterus).
 Tindakan fototerapi dan transfusi tukar (exchange
tranfusion) merupakan terapi pilihan untuk kondisi ikterik
yang berat. Indikasi penggunaan kedua terapi ini
berdasarkan plot diagram panduan tindakan fototerapi
dan tindakan transfusi tukar yang dikeluarkan oleh
American Academy of Pediatric.
Berdasarkan usia kehamilan
 Usia Gestasi < 35 minggu
 Bayi dengan usia gestasi < 35 minggu memiliki risiko lebih
tinggi mengalami kerusakan otak yang disebabkan oleh
kadar bilirubin yang tinggi, sehingga ambang batas kadar
bilirubin total untuk inisiasi fototerapi dan transfusi tukar
lebih rendah daripada bayi aterm.
Fototerapi Intensif

Fototerapi intensif adalah terapi radiasi cahaya dengan


panjang gelombang 430-490 nm, dengan daya 30 µW/cm2 per
nm atau lebih. Radiasi cahaya dipancarkan pada area
permukaan tubuh bayi seluas-luasnya untuk hasil yang
optimal.
 faktor yang mempengaruhi optimalisasi fototerapi dalam
penanganan fototerapi adalah:
 Panjang gelombang cahaya yang dipancarkan
 Daya radiasi pada permukaan tubuh bayi
 Area permukaan tubuh bayi yang terekspos fototerapi
 Penyebab jaundice
 Kadar bilirubin total serum pada awal dimulainya fototerapi
 Penurunan kadar bilirubin berkisar antara 0,5-1 mg/dL per jam
dalam 4-8 jam pertama. Penurunan paling signifikan akan terjadi
pada 4-6 jam pertama setelah inisiasi fototerapi. Dengan
peralatan fototerapi standar dapat menurunkan kadar bilirubin
hingga 6-20% pada 24 jam pertama.
 Pada bayi yang dirawat setelah perawatan pertama saat
kelahiran (dengan kadar bilirubin total rata-rata 18 mg/dL),
fototerapi dihentikan bila kadar bilirubin total dibawah 13-14
mg/dL.1
 Pada bayi usia gestasi < 35 minggu dengan hiperbilirubinemia,
fototerapi dihentikan bila kadar bilirubin total 1-2 mg/dL
dibawah kadar saat inisiasi dilakukan.
Terapi Sinar
 Pengaruh sinar terhadap ikterus telah diperkenalkan oleh
Cremer sejak.Teori terbaru mengemukakan bahwa terapi
sinar menyebabkan terjadinya isomerisasi bilirubin.
 Energi sinar mengubah senyawa yang berbentuk 4Z, 15Z-
bilirubin menjadi senyawa berbentuk 4Z, 15E-bilirubin yang
merupakan bentuk isomernya.
 Bentuk isomer ini mudah larut dalam plasma dan lebih
mudah diekskresi oleh hepar ke dalam saluran empedu.
Peningkatan bilirubin isomer dalam empedu menyebabkan
bertambahnya pengeluaran cairan empedu ke dalam usus,
sehingga peristaltik usus meningkat dan bilirubin akan lebih
cepat meninggalkan usus halus
 Agar bayi mendapatkan energi cahaya yang optimal (380-
470 nm) lampu diletakkan pada jarak tertentu dan bagian
bawah kotak lampu dipasang pleksiglass biru yang
berfungsi untuk menahan sinar ultraviolet yang tidak
bermanfaat untuk penyinaran.
 Gantilah lampu setiap 2000 jam atau setelah penggunaan 3
bulan walau lampu masih menyala.
 Gunakan kain pada boks bayi atau inkubator dan pasang
tirai mengelilingi area sekeliling alat tersebut berada untuk
memantulkan kembalisinar sebanyak mungkin ke arah bayi
 terapi dihentikan apabila kadar bilirubin <10 mg/dL (<171
µmol/L). Lamanya penyinaran biasanya tidak melebihi 100
jam.
Efek Samping Penyinaran
 Beberapa efek samping yang perlu diperhatikan antara lain
: enteritis, hipertermia, dehidrasi, kelainan kulit, gangguan
minum, letargi dan iritabilitas.
Transfusi tukar
 Transfusi tukar merupakan tindakan utama yang dapat
menurunkan dengan cepat bilirubin indirek dalam tubuh
selain itu juga bermanfaat dalam mengganti eritrosit yang
telah terhemolisis dan membuang pula antibodi yang
menimbulkan hemolisis.
 Indikasi:
 fototerapi gagal (atau bilirubin meningkat lebih dari 0,5
mg/dl/jam walaupun dengan fototerapi)
 koreksi anemia
 stop hemolisis dan produksi bilirubin dengan cara
menghilangkan antibodi dan sel darah merah yang tersensitisasi
 kadar bilirubin mencapai 20 mg/dl atau cenderung meningkat
mencapai 20 mg/dl

 Darah yang dipilih apabila ibu golongan darah O anak


golongan darah A atau B maka dipilih golongan darah O
titer anti A atau anti B nya rendah. Jumlah darah 80 cc/kg
berat badan (single volume).
Yang dimaksud ada komplikasi apabila :
 Nilai APGAR < 3 pada menit ke 5
 PaO2 < 40 torr selama 1 jam
 pH< 7,15 selama 1 jam
 Suhu rectal <= 350C
 Serum albumin <2,5 g/dL
 Gejala neurologis yang memburuk terbukti
 Terbukti sepsis atau terbukti meningitis
 Anemia hemolitik
 Berat bayi <= 1000g
Farmakologi
 Imunoglobulin intravena digunakan pada bayi dengan Rh yang berat
dan inkompabilitas ABO untuk menekan isoimun dan menurunkan
tindakan transfusi ganti
 Fenobarbital telah memperlihatkan hasil lebih efektif, merangsang
aktifitas dan konsentrasi UPGDT dan ligandin serta dapat
meningkatkan jumlah tempat ikatan bilirubin
 Pencegahan hiperbilirubinemia dengan menggunakan
metalloprotoporphyrin yang merupakan analog sintesis heme. Zat ini
efektif sebagai inhibitor kompetitif dari heme oksigenase, yang
diperlukan untuk katabolisme heme manjadi biliverdin.
 Tin-protoporphyrin (Sn-PP) dan tin-mesoporphyrin (Sn-MP) dapat
menurunkan kadar bilirubin serum.
 Pemberian inhibitor β-glukoronidase pada bayi sehat cukup bulan
yang mendapat ASI dapat meningkatkan pengeluaran bilirubin feses
dan ikterus menjadi berkurang.
Pencegahan Hiperbilirubinemia
 Pencegahan primer :
 Menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya paling sedikit
8-12 kali perhari untuk beberapa hari pertama
 Tidak memberikan cairan tambahan rutin seperti
dekstrose atau air pada bayi yang mendapat ASI dan tidak
mengalami dehidrasi
 Pencegahan sekunder
 Semua wanita hamil harus diperiksa golongan darah ABO dan
rhesus serta penyaringan serum untuk antibodi isoimun yang
tidak biasa.
 Jika golongan darah ibu tidak diketahui atau Rh negatif, dilakukan
pemeriksaan antibodi direk (tes coombs), golongan darah dan tipe
 Jika golongan darah ibu O, Rh positif, terdapat pilihan untuk dilakukan
tes golongan darah dan tes coombs pada darah tali pusat bayi, tetapi
hal itu tidak diperlukan jikan dilakukan pengawasan, penilaian
terhadap resiko sebelum keluar RS dan tindak lanjut yang memadai.
 Harus memastikan bahwa semua bayi secara rutin dimonitor
terhadap timbulnya ikterus dan menetapkan protokol terhadap
penilaian ikterus yang harus dinilai saat memeriksa tanda vital
bayi, tetapi tidak kurang dari setiap 8-12 jam.

Anda mungkin juga menyukai