Anda di halaman 1dari 53

Atikah Rahmadhani

Paishal Mizan

PRESEPTOR
dr.Puti Alia Saus, Sp.THT-KL(K)
kelainan pada hidung dengan gejala
bersin-bersin, rinore, rasa gatal dan
tersumbat setelah mukosa hidung
terpapar allergen yang diperantarai IgE
(WHO ARIA, 2001)
 terjadi pada 15 juta orang per tahun
 Onset  umur 12-15 tahun
 Amerika serikat ± 20 % penderita rhinitis
alergi
 Penelitian :
Rinitis alergi  didiagnosis pada 74-80%
pasien asma(dibanding hanya 5-20% pada
populasi normal). Rinitis mendahului
serangan asma pada 49-64% pasien asma dan
5-15% pasien rhinitis alergi juga menderita
asma (hanya 3-5% pada populasi normal)
 anak dengan rinitis alergi  risiko ↑ 3x untuk
menjadi asma
 anak rinitis alergi dengan riwayat asma pada
keluarganya  resiko ↑ 9,8x
Hidung Bagian Luar
Bentuk hidung dari luar seperti pyramid yang
ditunjang oleh kerangka hidung. Bagian-bagian
hidung luar dari atas ke bawah, yaitua,b :
 Pangkal hidung (bridge), yaitu bagian atas dorsum nasi
yang ditunjang oleh tulang hidung,
 Batang hidung (dorsum nasi),
 Puncak hidung (hip), yaitu ujung bawah yang
membentuk sudut bebas,
 Ala nasi, merupakan bagian-bagian bawah yang
melebar ke samping dimana sisinya melekat pada pipi
dan bibir atas,
 Kolumela dan
 Lubang hidung (nares anterior)
Anatomi hidung bagian luar
Hidung Bagian Dalam

Hidung bagian dalam terdiri dari dua rongga hidung


(cavum nasi) yang dipisahkan oleh septum nasi.
Bentuknya mirip terowongan yang memanjang dari
depan ke belakang. Lubang depan disebut nares
anterior, lubang belakang disebut nares posterior
yang menghubungkan cavum nasi dengan
nasofaring. Bagian depan cavum nasi yang
terlindungi ala nasi disebut vestibulum nasi dan
dilapisi oleh kulit yang banyak mengandung kelenjar
sebasea dan rambut (vibrise)
Anatomi hidung bagian dalam
Rinitis Alergi  alergen
 Alergen inhalan masuk bersama udara
pernafasan
cth : kecoa, serpihan tungau debu (D.pteronyssinus, D.Farinae,
B.Tropicalis), serpihan epitel kulit binatang (kucing,anjing),
rerumputan serta jamur (Aspergillus)
 Alergen ingestan masuk bersama saluran
cerna
Cth : susu, telur, seafood, kacang-kacangan
 Alergen injektan bersama suntikan
Cth : Antibiotik
 Alergen kontaktan kontak kulit atau
mukosa
Cth : kosmetik, perhiasan
1. Anamnesis

 Gejala – gejala rinitis alergi :

• Bersin – bersin ( >5x )

• Rinore (ingus bening encer)

• Hidung tersumbat

 (menetap/berganti-ganti)
 Gatal di hidung, tenggorok, langit-langit/ telinga

 Mata gatal, berair/kemerahan

 Hiposmia/anosmia

 Post nasal drip/batuk kronik

 Variasi diurnal (memburuk pada pagi hari - siang


hari, membaik saat malam hari)
 Frekuensi serangan, beratnya penyakit, lama

sakit, intermitten/persisten

 Pengaruh terhadap kualitas hidup  gangguan

terhadap pekerjaan, sekolah, tidur dan aktifitas

sehari-hari.
Selain itu perlu juga ditanyakan :

 Manifestasi penyakit alergi lain


sebelum/bersamaan dengan rinitis

 Riwayat atopi di keluarga

 Faktor pemicu timbulnya gejala

 Riwayat pengobatan dan hasilnya


 Rinoskopi anterior

 mukosa edema, basah, berwarna pucat/livid, adanya


sekret encer yang banyak.

 Bila gejala persisten, mukosa inferior tampak


hipertrofi
 Pemeriksaan nasoendoskopi

 Adakah gambaran konka bulosa/polip nasi kecil di


meatus medius dan keadaan KOM
 allergic shiner

 bayangan gelap di daerah bawah mata, stasis vena


sekunder, obstruksi hidung

 allergic salute

 menggosok-gosok hidung, gatal, dengan punggung


tangan

 allergic crease

 garis melintang di dorsum nasi 1/3 bawah

 facies adenoid
Invitro :

 IgE total (prist-paper radioimmunosorbent test

 untuk prediksi alergi pada bayi/anak kecil dari suatu


keluarga dengan derajat alergi yang tinggi

 seringkali menunjukkan nilai normal


 IgEspesifik
 dengan RAST / ELISA
 spesifitas tinggi
 memonitor imunoterapi

 Pemeriksaan sitologi hidung


 Ditemukannya eosinofil dalam jumlah banyak alergi
inhalan.
 Jika basofil ( > 5 sel/lapangan pandang) alergi
makanan
 jika ditemukan sel PMN  infeksi bakteri.
In vivo

 tes cukit kulit

 ujiintrakutan/intradermal tunggal / berseri (Skin End-


point Titration/SET)
 SET : untuk alergen inhalan, menyuntikkan allergen
dalam berbagai konsentrasi, bertingkat kepekatannya.
Keuntungan SET selain allergen penyebab, derajat
alergi, dosis inisial desensitisasi dapat diketahui.
 Intracutaneus Provocative Dilutional Food Test
(IPDFT)

 dieteliminasi dan provokasi (Challenge Test).


 sebagai baku emas
 Pada diet eliminasi jenis makanan setiap kali
dihilangkan dari menu makanan  gejala menghilang
dengan meniadakan suatu jenis makanan
 pada Challenge Test, makanan yang dicurigai diberikan
pada pasien setelah berpantang selama 5 hari,
selanjutnya diamati reaksinya

 Alergen ingestan secara tuntas lenyap dari tubuh dalam


waktu 5 hari
 Rinitis infeksi (virus, bakteri / penyebab lain)
 Rinitis karena okupasi /pekerjaan
 Drug Induced Rhinitis
 Rinitis hormonal
 Rinitis karena inhalan
 Rinitis vasomotor
 Rinitis atropi
 Rinitis idiopatik
1. Terapi yang paling ideal menghindari kontak dengan
alergen dan eliminasi alergen.
Dengan cara :

– Membungkus kasur dan dan bantal dengan bahan khusus (yang


tidak tembus mite) mahal.
– Mencuci alas tidur, sarung bantal dan selimut setiap minggu, bila
mungkin dengan air panas (>55o). Atau dengan menjemur di
bawah sinar matahari langsung.
– Menggunakan lantai rumah dengan bahan yang dpt dibersihkan
spt keramik, plastik dan kayu.
– Sedikit mungkin menggunakan perabotan rumah dari bahan kain
atau kain berbulu.
– Menggunakan gorden yang dapat di cuci
– Menggunakan mainan dari dari kain atau kain berbulu yang dapat
di cuci.
– Tidak memelihara binatang di rumah
Tujuan pengobatan rhinitis alergi adalah 2:
 mengurangi gejala
 perbaikan kualitas hidup.
 mengurangi efek samping pengobatan.
 edukasi penderita untuk meningkatkan
ketaatan berobat dan kewaspadaan terhadap
penyakitnya.
 mengobati penyebab.
AH1 oral :Cetirizin, Fexofenadin, Loratadin
AH1 nasal : azelastin
Steroid intra nasal :
beklometason, budesonid, flunisonid, flutikason,
mometason furoat dan triamnisolon.
Dekongestan :
efedrin, pseudoefedrin, phenyleprin dan
phenylpropanolamin
 Jika tidak berhasil di tatalaksana dengan
medikamentosa
 Dpt dilakukan : konkotomi parsial,
konkoplasti atau multiple outfractured,
inferior turbinoplasty .
boleh dilakukan jika :
• Jelas disebabkan oleh adanya IgE
• Jelas ada hubungan klinis antara hasil tes kulit dan
timbulnya gejala.
• Oleh atau atas tanggung jawab dokter
• Pada rinitis alergi yang sedang sampai berat
• bila respon terhadap pengobatan lain kurang
memuaskan.
• tersedia vaksin atau alergen yang terstandarisasi atau
berkualitas.
• KI menggunakan beta bloker, terdapat penyakit
imunologis dan penderita yang tidak taat berobat.
• biaya, jarak dengan fasilitas pengobatan dan pekerjaan
penderita tidak mengganggu pengobatan.
 Polip hidung
 Otitis media
 Sinusitis paranasal
 sulit dipastikan

 Kesan klinis  gejala berkurang dengan


bertambahnya usia

 Masalah  penurunan konsentrasi


produktivitas kerja dan kelelahan

Penurunan kualitas hidup


tn. MAK
424201
Laki-laki
16 tahun
Pelajar
KU : Hidung berair sejak 1 minggu yang lalu.
RPS
 Hidung berair sejak 1 minggu yang lalu. Hidung
berair sejak SMP, terjadi pada pagi dan malam
hari terutama pada cuaca dingin.
 Ingus berwarna hijau sejak pagi tadi.
Sebelumnya ingus encer dan banyak.
 Bersin-bersin ada, terutama di pagi hari
 Hidung tersumbat tidak ada.
 Hidung gatal ada, mata gatal tidak ada, dan
mata berair tidak ada.
 Riwayat hidung berdarah setelah mengorek
hidung, keluar keropeng bercampur darah.
 Hidung berbau, dirasakan oleh pasien sendiri tidak ada.
 Penciuman berkurang tidak ada.
 Ingus yang terasa mengalir di tenggorok tidak ada.
 Demam sejak 3 hari yang lalu.
 Nyeri di wajah tidak ada.
 Sakit gigi tidak ada
 Riwayat trauma pada hidung tidak ada
 Gejala tidak mengganggu aktivitas sehari-hari.

RPD : Pasien merasakan keluhan yang sama sejak


SMP. Riwayat Asma tidak ada.
RPK : Ibu pasien juga memiliki riwayat alergi dan
hidur berair.
R Pekerjaan, Sosial, ekonomi : Pasien adalah
seorang pelajar, tinggal di dataran tinggi.
Keadaan Umum Baik Kepala Tidak ada kelainan

Kesadaran CMC Mata Konjungtiva : tidak anemis


Sklera : tidak ikterik
Tekanan Darah 120/80 Toraks Dalam batas normal

Nadi 88x/menit Jantung Dalam batas normal

Nafas 20x/menit Abdoment Dalam batas normal

Suhu Afebris Ekstremitas Dalam batas normal


 Telinga
Pemeriksaan Kelainan Dekstra Sinistra
Kel. Kongenital - -
Trauma - -
Radang - -
Daun Telinga
Kel. Metabolik - -
Nyeri tarik - -
Nyeri tekan - -
Cukup lapang Cukup lapang Cukup lapang
(N)
Liang &
Sempit - -
Dinding
Hiperemi - -
Telinga
Edema - -
Massa - -
Bau - -
Sekret / Warna - -
Serumen Jumlah - -
Jenis - -
Membran Timpani
Warna Putih mengkilat Putih mengkilat
Refleks cahaya + arah jam 5 + arah jam 7,
Utuh Bulging - -
Retraksi - -
Atrofi - -
Jumlah perforasi - -
Jenis - -
Perforasi
Kuadran - -
Pinggir - -

Gambar

Tanda radang - -
Fistel - -
Mastoid Sikatrik - -
Nyeri tekan - -
Nyeri ketok - -
Rinne + +
Schwabach Sama dengan Sama dengan
Tes Garpu tala pemeriksa pemeriksa
Weber Tidak ada lateralisasi
Kesimpulan Pendengaran normal
Audiometri Tidak dilakukan
Hidung : Alergi salute (+), Alergi shiner (-), alergi crease (-)

Pemeriksaan Kelainan Dekstra Sinistra

Deformitas - -
Kelainan - -
kongenital
Hidung luar
Trauma - +
Radang - -
Massa - -

Sinus Para Nasal


Pemeriksaan Dextra Sinistra

Nyeri tekan - -
Nyeri ketok - -
Rinoskopi Anterior
Vestibulum Vibrise + +
Radang - -
Kavum nasi Cukup lapang (N) Cukup lapang Cukup lapang
Sempit - -
Lapang
Sekret Lokasi Di cavum nasi Di cavum nasi
Jenis mukoid mukoid
Jumlah sedikit sedikit
Bau - -
Konka inferior Ukuran Eutrofi Eutrofi
Warna Merah muda Merah muda
Permukaan Licin Licin
Edema - -
Konka media Ukuran Eutrofi Eutrofi
Warna Merah Merah
Permukaan Licin Licin
Edema - -
Septum Cukup Cukup lurus
lurus/deviasi
Permukaan Licin Licin
Warna Merah muda Merah Muda
Spina - -
Krista - -
Abses - -
Perforasi - -
Massa Lokasi - -
Bentuk - -
Ukuran - -
Permukaan - -
Warna - -
Konsistensi - -
Jenis - -
Pengaruh - -
vasokonstriktor

Gambar
Rinoskopi Posterior
Pemeriksaan Kelainan Dekstra Sinistra
Cukup lapang (N) Cukup Lapang Cukup Lapang
Koana Sempit
Lapang
Warna Merah muda Merah muda
Edema - -
Mukosa
Jaringan - -
granulasi
Ukuran Sukar dinilai Sukar dinilai
Warna
Konkha superior
Permukaan
Edema
Adenoid Ada/tidak Tidak ada Tidak ada
Muara tuba Tertutup secret Tidak terlihat Tidak terlihat
eustachius Edema mukosa - -
Lokasi - -
Ukuran - -
Massa
Bentuk - -
Permukaan - -
Ada/tidak Tidak ada Tidak ada
Post Nasal Drip
Jenis
Orofaring dan rongga mulut

Pemeriksaan Kelainan Dekstra Sinistra


Palatum mole + Simetris/tidak Simetris
Arkus faring Warna Merah muda
Edema -
Bercak/eksudat -
Dinding Faring Warna Merah muda
Permukaan Licin
Tonsil Ukuran T1 T1
Warna Merah muda Merah muda
Permukaan Rata Rata
Muara kripti Tidak melebar Tidak
melebar
Detritus - -
Eksudat - -
Perlengketan dg - -
pilar
Peritonsil Warna Merah muda Merah
muda
Edema - -
Abses - -
Tumor Lokasi - -
Bentuk - -
Ukuran - -
Permukaan - -
Konsistensi - -
Karies/radiks - -
Gigi
Kesan Higiene gigi dan mulut baik
Warna Merah muda
Bentuk Normal
Lidah
Deviasi -
Massa -

Gambar
 Laringoskopi indirek : tidak dilakukan

Pemeriksaan Kelenjar Getah Bening Leher


 Pada inspeksi tidak terlihat pembesaran
kelenjar getah bening leher.
 Pada palpasi tidak teraba pembesaran
kelenjar getah bening leher.
Anamnesis :
 Hidung berair sejak 1 minggu yang lalu,
terjadi pada pagi dan malam hari, terutama
saat cuaca dingin. Ingus berwarna hijau sejak
pagi ini. Sebelumnya ingus encer, bening dan
banyak.
 Riwayat bersin-bersin di pagi hari ada.
 Demam sejak 3 hari yang lalu.
 Hidung gatal ada.
 Gejala tidak mengangu aktivitas sehari-hari.
Keadaan Umum Baik Kepala Tidak ada kelainan

Kesadaran CMC Mata Konjungtiva : tidak


anemis
Tekanan Darah 120/80 Sklera : tidak ikterik
Toraks Dalam batas normal
Nadi 88x/menit
Jantung Dalam batas normal
Nafas 20x/menit
Abdoment Dalam batas normal
Suhu Afebris
Ekstremitas Dalam batas normal
 Telinga : Dalam batas normal
 Hidung : Hidung luar sinistra: trauma (+)
Cavum nasi dekstra-sinistra cukup lapang,
Konka inferior dekstra-sinistra hiperemis,
permukaan licin, edema tidak ada.
Alergi sallute (+)
 Tenggorok : Dalam batas normal
 Diagnosis Kerja : Rhinitis Alergi Intermitten
Ringan
 Diagnosis Tambahan :
 Diagnosis Banding : Rhinosinusitis Akut
 Pemeriksaan Anjuran : Uji Prick test
Mikrobiologi : kultur swab hidung
Foto Rontgen: Posisi Waters, P-A,
dan lateral
 Terapi: Cuci hidung 2 x 1 hari
Cetirizine 10 mg 1 x 1 hari
Oxymetazoline HCl 0,05%
Prognosis:
 Quo ad Vitam : bonam
 Quo ad Sanam : bonam
Edukasi:
 Hindari faktor pencetus, seperti:
 Mandi pakai air hangat
 Hindari minum es
 Pada cuaca dingin pakai jaquet.
 Selimut tidak boleh yang berbulu
 Telah dilaporkan seorang laki-laki usia 16 tahun
dengan diagnosis kerja Rhinitis Alergi Intermitten
derajat ringan
 Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala klinis yaitu
seragan bersin berulang dengan keluarnya ingus yang
encer dan banyak, hidung dan mata gatal.
 Keluhan ini timbul pada pagi hari dan cuaca dingin
 Keadaan ini timbul karena histamin akan merangsang
reseptor H1 pada ujung saraf vidianus sehingga
menimbulkan rasa gatal pada hidung dan bersin-
bersin
 Histamin juga akan menyebabakan kelenjar mukosa
dan sel goblet mengalami hipersekresi dan
peningkatan permeabilitas kapiler sehingga terjadi
rinore
 Dari riwayat penyakit keluarga juga diketahui
bahwa Ibu pasien juga menderita penyakit
dengan gejala yang sama
 Berdasarkan klasifikasi rhinitis alergi menurut
WHO tahun 2000, pasien digolongkan pada rinitis
alergi intermitten Ringan karena gejala yang
timbul kurang dari 4 hari/minggu, sedangkan
untuk tingkat berat ringan penyakitnya
digolongkan pada derajat ringan karena keadaan
ini tidak mengganggu aktivitas harian,
berolahraga, sekolah, belajar dan hal-hal lain.
 Pada pemeriksaan hidung luar ditemukan trauma
pada hidung luar dan juga ditemukan adanya
alergi sallute
 Pada pemeriksaan hidung luar ditemukan
trauma pada hidung luar dan juga ditemukan
adanya alergi sallute
 Pada pemeriksaan rhinoskopi anterior
didapatkan konkha inferior dan media
dekstra dan sinistra berwarna hiperemis akan
tetapi masih dalam ukuran normal
 Ditemukan sekret pada meatus media
dekstra dan sinistra bersifat mukoid
 Penatalaksanaan pada pasien ini adalah dengan
memberikan antihistamin H1, yang bekerja secara
inhibitor kompetitif pada reseptor H1 sel target.
 Antihistamin berguna untuk mengatasi gejala pada
respon cepat seperti rinore, bersin dan gatal
 Selain itu juga diberikan kortikosteroid untuk
mengatasi inflamasi.
 Selain itu pasien disarankan untuk menghindari
faktor-faktor pencetus dan menjaga daya tahan
tubuh
 Pasien dianjurkan untuk melakukan tes alergi untuk
mengetahui faktor penyebab rhinitis alerginya
sehingga penanganan pasien dapat lebih terarah.

Anda mungkin juga menyukai