Anda di halaman 1dari 47

TEKNIK ANESTESI

KELOMPOK O 32
Pembimbing:
dr. Martin Yudi Adnanto Sp.An

SMF ANESTESI RS BHAYANGKARA KEDIRI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2019
ANESTESI UMUM
DEFINISI

Suatu keadaan tidak sadar yang diikuti oleh hilangnya rasa nyeri di seluruh tubuh
akibat pemberian obat anestesi yang bersifat sementara (reversibel). (Mangku, 2017)

Hipnotik

Trias Anestesia Analgesia

Muscle relaxan
1. Evaluasi Pra Anestesi

Evaluasi Pra Anestesia

• Anamnesis  riwayat pasien sebelumnya, untuk mengetahui hal-hal yang perlu


perhatian khusus (riwayat penyakit sistemik, riwayat penggunaan obat-obatan,
riwayat operasi/anestesia, riwayat alergi, kebiasaan buruk)

• Pemeriksaan fisik  pemeriksaan keadaan umum (TTV), pemeriksaan mulut untuk


mengetahui ada penyulit pada tindakan intubasi atau tidak

• Pemeriksaan penunjang laboratorium, radiologi dan lainnya

• Konsultasi dan koreksi terhadap kelainan fungsi organ vital

• Menentukan prognosis pasien


Klasifikasi Status Fisik
Kelas Klasifikasi status fisik preoperasi menurut ASA
Kelas I Fit dan sehat
Kelas II Penyakit sistemik ringan
Kelas III Penyakit sistemik berat yang tidak terkontrol
Kelas IV Penyakit sistemik tidak terkontrol yang selalu mengancam
nyawa
Kelas V Mengancam nyawa-tidak diharapkan dapat bertahan >24 jam
tanpa pembedahan
*ASA (American Society of Anesthesiologist)

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil evaluasi pre-operatif tersebut maka dapat disimpulkan stastus fisik pasien ASA .... (sesuai kelas)
Bila tindakan pembedahan dilakukan secara darurat, dicantumkan tanda E (Emergency), misal ASA 1E
2. Persiapan Pra Anestesi

1. Persiapan Psikis
2. Persiapan Fisik
3. Mengharuskan pasien didampingi keluarga/kerabat saat persiapan, selama dan
sesuadah pembedahan
4. Membuat surat persetujuan tindakan medis
3. Premedikasi

Tujuan

• Mengurangi kecemasan

• Mengurangi rasa nyeri

• Memudahkan induksi

• Mengurangi jumlah obat anetesi

• Mengurangi sekresi saluran pencernaan

• Menekan reflex yang tidak diinginkan


Jenis obat-obat yang digunakan premedikasi

Pemberian:
IM diberikan 30-45mnt sebelum induksi anestesi
IV diberikan 5-10mnt sebelum induksi anestesi
4. Induksi
Tujuan  tindakan untuk membuat pasien dari sadar menjadi tidak sadar. Sehingga memungkinkan
dimulainya tindakan operasi

Persiapan Scope Stetoscope, laryngoscope (lampu harus terang)

Tube Pipa trakea. Pilih sesuai usia. Usia <5thn tanpa balon; >5thn dengan balon
(cuffed).
Airway Guedel  menahan lidah  agar tidak menyumbat jalan nafas
STATICS

Tape Plaster untuk fiksasi (Hipafix, handsaplast)

Introducer Madrin atau stilet yang mudah dibengkokan, memudahkan pipa trakea
dimasukkan
Connector Penyambung antara pipa dengan peralatan anestesia

Suction Penyedot lendir, saliva dll


5. Pemantauan Intra Operatif

Standar pemantauan

Standar I: tenaga anestesia yang berkualifikasi harus berada diruang operasi selama pemberian
anestesia

Standar II: Selama pemberian anestesia , jalan nafas, oksigenasi, ventilasi dan sirkulasi pasien harus
dievaluasi secara teratur dan kontinu

Pemantauan
Oksigenasi Ventilasi Sirkulasi Suhu tubuh
jalan napas
6. Tatalaksana Pasca Operatif

Tujuan perawatan di ruang pulih:


• Memantau secara kontinu dan mengobati secara cepat dan tepat masalah sirkulasi dan respirasi
• Mempertahankan kestabilan sistem respirasi dan sirkulasi
• Memantau perdarahan luka operasi
• Mengatasi/mengobati masalah nyeri pasca bedah

Pasien yang tidak perlu dirawat di ruang pulih:


• Pasien dengan anestesia lokal yang kondisinya normal
• Pasien dengan resiko tinggi tertular infeksi sedangkan tidak ada ruang isolasi pada ruang pulih
• Pasien yang memerlukan terai intensif  ICU
Modifikasi Skor Aldrete
TEKNIK ANESTESI UMUM
OBAT ANESTESI INTRAVENA

Thiopental (konsentrasi 2,5%) efek sedasi, dosis: 3-6mg/KgBB

Propofol efek sedasi, dosis: 2-2,5mg/KgBB

Ketamine efek analgesi, dosis: 1-2mg/KgBB


TEKNIK INDUKSI INTRAVENA
OBAT ANESTESI INHALASI
• N2O (dinitrogen monoksida)  bentuk gas, tak berwarna, tidak iritan. Pemberian harus disertai O2 minimal
25%. Pada anetesi inhalasi jarang digunakan sendirian biasanya dikombinasikan dengan halotan.

• Halotan  kelebihan dosis menyebabkan depresi napas, hipotensi, bradikardi, vasodilatasi perifer.

• Enflurane  efek depresi napas lebih kuat dan lebih iritatif dari pada halotan.

• Isoflurane  efek depresi jantung dan curah jantung minimal

• Deslurane  mudah menguap berisfat simptomimetik menyebabkan takikardi dan hipertensi. Efek depresi
napas.

• Sevoflurane  induksi dan pulih dari anetesi lebih cepat dibandingkan isoflurane. Baunya tidak menyengat dan
tidak merangsang jalan napas.
TEKNIK INDUKSI INHALASI
1. Sungkup Wajah

• Mengantar udara / gas anestesi dari alat resusitasi atau system anestesi ke jalan napas pasien.

• Bentuknya dibuat sedemikian rupa sehingga ketika digunakan untuk bernapas spontan atau dengan
tekanan positif tidak bocor dan gas masuk semua ke trakea lewat mulut atau hidung.
2. Laryngeal mask
3. Intubasi endotracheal tube (ETT)
TEKNIK ANESTESI REGIONAL
TEKNIK ANESTESI REGIONAL

Anestesi regional adalah hambatan impuls nyeri suatu bagian tubuh sementara pada
impuls saraf sensorik, sehingga impuls nyeri dari satu bagian tubuh diblokir untuk sementara
(reversibel). Fungsi motorik dapat terpengaruh sebagian atau seluruhnya. Tetapi pasien tetap sadar.

Blok sentral
Blok perifer
(blok Meliputi anestesi
meliputi blok spinal, (blok saraf)
neuroaksial) topikal, infiltrasi lokal,
epidural, dan kaudal. blok lapangan, dan
Tindakan ini sering analgesia regional
dikerjakan. intravena.
TEKNIK ANESTESI REGIONAL

Keuntungan Kerugian
• Alat minim dan teknik relatif sederhana, • Tidak semua penderita mau dilakukan anestesi
sehingga biaya relatif lebih murah. secara regional.
• Relatif aman untuk pasien yang tidak puasa • Membutuhkan kerjasama pasien yang
(operasi emergency, lambung penuh) karena kooperatif.
penderita sadar. • Sulit diterapkan pada anak-anak.
• Tidak ada komplikasi jalan nafas dan respirasi. • Tidak semua ahli bedah menyukai anestesi
• Tidak ada polusi kamar operasi oleh gas regional.
anestesi. • Terdapat kemungkinan kegagalan pada teknik
• Perawatan post operasi lebih ringan. anestesi regional.
BLOK SENTRAL
1. Anestesi Spinal
Anestesi spinal ialah pemberian obat anestetik lokal ke dalam ruang subarachnoid. Anestesi
spinal diperoleh dengan cara menyuntikkan anestetik lokal ke dalam ruang subarachnoid. Anestesi
spinal/subaraknoid disebut juga sebagai analgesi/blok spinal intradural atau blok intratekal.

Untuk mencapai cairan serebrospinal,


maka jarum suntik akan menembus
kutis  subkutis  Lig. Supraspinosum
 Lig. Interspinosum  Lig. Flavum 
ruang epidural  durameter  ruang
subarachnoid
Indikasi Kontraindikasi
1. Bedah ekstremitas bawah 1. Pasien menolak
2. Bedah panggul 2. Infeksi pada tempat suntikan
3. Tindakan sekitar rektum perineum 3. Hipovolemia berat, syok
4. Bedah obstetrik-ginekologi 4. Koagulapati atau mendapat terapi koagulan
5. Bedah urologi 5. Tekanan intrakranial meningkat
6. Bedah abdomen bawah 6. Fasilitas resusitasi minim
7. Pada bedah abdomen atas dan bawah pediatrik 7. SDM terbatas
biasanya dikombinasikan dengan anestesi umum
ringan
Persiapan analgesia spinal

Pada dasarnya persiapan untuk analgesia spinal seperti persiapan pada anastesia
umum. Daerah sekitar tempat tusukan diteliti apakah akan menimbulkan kesulitan, misalnya
ada kelainan anatomis tulang punggung atau pasien gemuk sekali sehingga tak teraba
tonjolan prosesus spinosus. Selain itu perlu diperhatikan hal-hal di bawah ini:

1. Informed consent: Kita tidak boleh memaksa pasien untuk menyetujui anestesia spinal
2. Pemeriksaan fisik: Tidak dijumpai kelainan spesifik seperti kelainan tulang punggung
3. Pemeriksaan laboratorium anjuran: Hb, Hct, PT (Prothrombine Time), PTT (Partial
Thromboplastine Time)
Peralatan analgesia spinal

Peralatan analgesia spinal


1. Peralatan monitor: tekanan darah, nadi,
saturasi oksigen, dll.
2. Peralatan resusitasi
3. Jarum spinal: Jarum spinal dengan ujung
tajam (ujung bambu
runcing/quinckebacock) atau jarum
spinal dengan ujung pinsil (pencil point
whitecare)
OBAT ANESTESI SPINAL

Bupivakaine (markaine) 0.5% dlm air: berat jenis 1.005, sifat isobarik, dosis 5-20mg (1-4ml)

Bupivakaine (markaine) 0.5% dlm dextrose 8.25%: berat jenis 1.027, sifat hiperbarik, dosis 5-15mg (1-3ml)

Lidokaine (xylocain, lignokain) 2%: berat jenis 1.006, sifat isobarik, dosis 20-100mg (2-5ml)

Lidokaine (xylocain,lignokain) 5% dalam dextrose 7.5%: berat jenis 1.033, sifat hyperbarik, dosis 20-50 mg (1-2ml)
Teknik analgesia spinal
Komplikasi

• Hipotensi

• Bradikardia

• Hipoventilasi

• Trauma saraf

• Mual-muntah

• Nyeri punggung

• Retensio urine
2. Anestesia Epidural
Anestesia epidural adalah blokade saraf dengan menempatkan obat di ruang epidural. Ruang ini berada di
antara ligamentum flavum dan duramater. Kedalaman ruang ini rata-rata 5 mm dan di bagian posterior kedalaman
maksimal pada daerah lumbal.

Obat anestetik lokal di ruang epidural bekerja


langsung pada akar saraf spinal yang terletak di lateral.
Awal kerja anestesi epidural lebih lambat dibanding
anestesi spinal, sedangkan kualitas blokade sensorik-
motorik juga lebih lemah.
Keuntungan epidural dibandingkan spinal : Komplikasi anestesi epidural :
- Bisa segmental 1. Blok tidak merata
- Tidak terjadi headache post op 2. Depresi kardiovaskular (hipotensi)
- Hipotensi lambat terjadi 3. Hipoventilasi (hati-hati keracunan obat)
4. Mual – muntah

Kerugian epidural dibandingkan spinal :


- Teknik lebih sulit
- Jumlah obat anestesi lokal lebih besar
- Reaksi sistemis 
Teknik anestesia epidural

Pengenalan ruang epidural lebih sulit dibanding


dengan ruang subarakhnoid.

Posisi pasien saat tusukan seperti pada analgesia


spinal.

Tusukan jarum epidural biasanya dilakukan pada


ketinggian L3-4.

Jarum yang digunakan ada 2 macam, yaitu:

- jarum ujung tajam (Crawford)

- jarum ujung khusus (Tuohy)


Teknik anestesia epidural
1. Teknik hilangnya resistensi (loss of resistance)

Teknik ini menggunakan semprit kaca atau semprit plastik rendah resistensi yang diisi oleh udara atau
NaCl sebanyak ± 3ml. Setelah diberikan anestetik lokal pada tempat suntikan, jarum epidural ditusuk sedalam 1-2
cm. Kemudian udara atau NaCl disuntikkan perlahan dan terputus-putus. Sembari mendorong jarum epidural
sampai terasa menembus jaringan keras (ligamentum flavum) yang disusul hilangnya resistensi. Setelah yakin
ujung jarum berada dalam ruang epidural, lakukan uji dosis (test dose)

2. Teknik tetes tergantung (hanging drop)

Persiapan sama seperti teknik hilangnya resistensi, tetapi pada teknik ini menggunakan jarum epidural
yang diisi NaCl sampai terlihat ada tetes Nacl yang menggantung. Dengan mendorong jarum epidural perlahan
secara lembut sampai terasa menembus jaringan keras yang kemudian disusul oleh tersedotnya tetes NaCl ke
ruang epidural. Setelah yakin, lakukan uji dosis (test dose)
Cara penyuntikan: setelah yakin posisi jarum atau kateter benar, suntikkan anestetik lokal secara
bertahap setiap 3-5 menit sampai tercapai dosis total. Suntikan terlalu cepat menyebabkan tekanan
dalam ruang epidural mendadak tinggi, sehingga menimbulkan peninggian tekanan intrakranial, nyeri
kepala dan gangguan sirkulasi pembuluh darah epidural.

Dosis:

• Maksimal dewasa muda sehat: 1,6 ml/segmen (bergantung pada konsentrasi obat)

• Manula dan neonatus dosis dikurangi sampai 50%

• Wanita hamil dikurangi sampai 30% akibat pengaruh hormon dan mengecilnya ruang epidural akibat
ramainya vaskularisasi darah dalam ruang epidural.
Uji keberhasilan epidural
Keberhasilan analgesia epidural :

• blok simpatis  perubahan suhu. Skala Bromage


• blok sensorik  uji tusuk jarum. Melipat Lutut Melipat Jari
• blok motorik  skala bromage Blok tak ada ++ ++
Blok parsial + ++
Blok hampir lengkap - +
Blok lengkap - -
OBAT ANESTESI EPIDURAL
3. Anestesia Kaudal
Anestesi kaudal sebenarnya sama dengan anestesi epidural, karena kanalis kaudalis adalah kepanjangan
dari ruang epidural dan obat ditempatkan di ruang kaudal melalui hiatus sakralis. Hiatus sakralis ditutup oleh
ligamentum sakrokoksigeal tanpa tulang yang analog dengan gabungan antara ligamentum supraspinosum,
ligamentum interspinosum, dan ligamentum flavum. Ruang kaudal berisi saraf sakral, pleksus venosus, felum
terminale dan kantong dura.

Indikasi : Bedah daerah sekitar perineum/anorektal (mis: hemoroid, fistula paraanal)

Kontra indikasi : Seperti analgesia spinal dan analgesia epidural.


Teknik anestesia kaudal
BLOK PERIFER
1. Anestesi Lokal

Anestesi lokal adalah obat yang menghambat hantaran saraf bila digunakan secara lokal
pada jaringan saraf dengan kadar yang cukup. Obat bius lokal bekerja pada tiap bagian susunan saraf.

Anestesi lokal ialah obat yang menghasilkan blokade konduksi atau blokade lorong natrium
pada dinding saraf secara sementara terhadap rangsang transmisi sepanjang saraf, jika digunakan
pada saraf sentral atau perifer.

Anestetik lokal setelah keluar dari saraf diikuti oleh pulihnya konduksi saraf secara spontan
dan lengkap tanpa diikuti oleh kerusakan struktur saraf.
Persyaratan obat yang boleh digunakan sebagai anestesi lokal

• Tidak mengiritasi dan tidak merusak jaringan saraf secara permanen

• Batas keamanan harus lebar

• Efektif dengan pemberian secara injeksi atau penggunaan setempat pada membran mukosa

• Mulai kerjanya harus sesingkat mungkin dan bertahan untuk jangka waktu yang yang cukup lama

• Dapat larut air dan menghasilkan larutan yang stabil, juga stabil terhadap pemanasan.
OBAT ANESTESI LOKAL

Kokain  dalam bentuk topikal semprot 4% untuk mukosa jalan nafas atas. Lama kerja 2-30 menit.

Prokain  untuk infiltrasi larutan: 0,25-0,5%, blok saraf: 1-2%, dosis 15mg/kgBB dan lama kerja 30-60
menit.

Lidokain  konsentrasi efektif minimal 0,25%, infiltrasi, mula kerja 10 menit, relaksasi otot cukup baik.
Kerja sekitar 1-1,5 jam tergantung konsentrasi larutan.

Bupivakain  konsentrasi efektif minimal 0,125%, mula kerja lebih lambat dibanding lidokain, tetapi
lama kerja sampai 8 jam.
Mekanisme kerja
Obat bekerja pada reseptor spesifik pada saluran natrium (sodium-channel), mencegah peningkatan
permeabilitas sel saraf terhadap ion natrium dan kalium sehingga tidak terjadi depolarisasi pada selaput saraf dan
hasilnya, tidak terjadi konduksi saraf.

Potensi dipengaruhi oleh kelarutan dalam lemak, makin larut makin poten. Ikatan dengan protein (protein binding)
mempengaruhi lama kerja dan konstanta dissosiasi (pKa) menentukan awal kerja.

Konsentrasi minimal anestetika lokal dipengaruhi oleh:

- Ukuran, jenis dan mielinisasi saraf

- pH (asidosis menghambat blokade saraf)

- Frekuensi stimulasi saraf


Komplikasi

Komplikasi lokal Komplikasi sistemik


1. Terjadi ditempat suntikan berupa edema, abses, 1. Manifestasi klinis umumnya berupa reaksi
nekrosis dan gangrene. neurologis dan kardiovaskuler.
2. Komplikasi infeksi hampir selalu disebabkan 2. Pengaruh pada korteks serebri dan pusat yang
kelainan tindakan asepsis dan antisepsis. lebih tinggi adalah berupa perangsangan
3. Iskemia jaringan dan nekrosis karena penambahan sedangkan pengaruh pada pons dan batang otak
vasokonstriktor yang disuntikkan pada daerah berupa depresi.
dengan end-artery. 3. Pengaruh kardiovaskuler adalah berupa penurunan
tekanan darah dan depresi miokardium serta
gangguan hantaran listrik jantung.
Macam - Macam Blok perifer

Infiltrasi Lokal

• Penyuntikan larutan analgetik lokal langsung diarahkan sekitar tempat lesi

Blok Lapangan (Field Block)

• Infiltrasi sekitar lapangan operasi (contoh, untuk ekstirpasi tumor kecil)

Analgesia Permukaan (Topikal)

• Obat analgetika lokal dioles atau disemprot di atas selaput mukosa

Anda mungkin juga menyukai