KELOMPOK O 32
Pembimbing:
dr. Martin Yudi Adnanto Sp.An
Suatu keadaan tidak sadar yang diikuti oleh hilangnya rasa nyeri di seluruh tubuh
akibat pemberian obat anestesi yang bersifat sementara (reversibel). (Mangku, 2017)
Hipnotik
Muscle relaxan
1. Evaluasi Pra Anestesi
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil evaluasi pre-operatif tersebut maka dapat disimpulkan stastus fisik pasien ASA .... (sesuai kelas)
Bila tindakan pembedahan dilakukan secara darurat, dicantumkan tanda E (Emergency), misal ASA 1E
2. Persiapan Pra Anestesi
1. Persiapan Psikis
2. Persiapan Fisik
3. Mengharuskan pasien didampingi keluarga/kerabat saat persiapan, selama dan
sesuadah pembedahan
4. Membuat surat persetujuan tindakan medis
3. Premedikasi
Tujuan
• Mengurangi kecemasan
• Memudahkan induksi
Pemberian:
IM diberikan 30-45mnt sebelum induksi anestesi
IV diberikan 5-10mnt sebelum induksi anestesi
4. Induksi
Tujuan tindakan untuk membuat pasien dari sadar menjadi tidak sadar. Sehingga memungkinkan
dimulainya tindakan operasi
Tube Pipa trakea. Pilih sesuai usia. Usia <5thn tanpa balon; >5thn dengan balon
(cuffed).
Airway Guedel menahan lidah agar tidak menyumbat jalan nafas
STATICS
Introducer Madrin atau stilet yang mudah dibengkokan, memudahkan pipa trakea
dimasukkan
Connector Penyambung antara pipa dengan peralatan anestesia
Standar pemantauan
Standar I: tenaga anestesia yang berkualifikasi harus berada diruang operasi selama pemberian
anestesia
Standar II: Selama pemberian anestesia , jalan nafas, oksigenasi, ventilasi dan sirkulasi pasien harus
dievaluasi secara teratur dan kontinu
Pemantauan
Oksigenasi Ventilasi Sirkulasi Suhu tubuh
jalan napas
6. Tatalaksana Pasca Operatif
• Halotan kelebihan dosis menyebabkan depresi napas, hipotensi, bradikardi, vasodilatasi perifer.
• Enflurane efek depresi napas lebih kuat dan lebih iritatif dari pada halotan.
• Deslurane mudah menguap berisfat simptomimetik menyebabkan takikardi dan hipertensi. Efek depresi
napas.
• Sevoflurane induksi dan pulih dari anetesi lebih cepat dibandingkan isoflurane. Baunya tidak menyengat dan
tidak merangsang jalan napas.
TEKNIK INDUKSI INHALASI
1. Sungkup Wajah
• Mengantar udara / gas anestesi dari alat resusitasi atau system anestesi ke jalan napas pasien.
• Bentuknya dibuat sedemikian rupa sehingga ketika digunakan untuk bernapas spontan atau dengan
tekanan positif tidak bocor dan gas masuk semua ke trakea lewat mulut atau hidung.
2. Laryngeal mask
3. Intubasi endotracheal tube (ETT)
TEKNIK ANESTESI REGIONAL
TEKNIK ANESTESI REGIONAL
Anestesi regional adalah hambatan impuls nyeri suatu bagian tubuh sementara pada
impuls saraf sensorik, sehingga impuls nyeri dari satu bagian tubuh diblokir untuk sementara
(reversibel). Fungsi motorik dapat terpengaruh sebagian atau seluruhnya. Tetapi pasien tetap sadar.
Blok sentral
Blok perifer
(blok Meliputi anestesi
meliputi blok spinal, (blok saraf)
neuroaksial) topikal, infiltrasi lokal,
epidural, dan kaudal. blok lapangan, dan
Tindakan ini sering analgesia regional
dikerjakan. intravena.
TEKNIK ANESTESI REGIONAL
Keuntungan Kerugian
• Alat minim dan teknik relatif sederhana, • Tidak semua penderita mau dilakukan anestesi
sehingga biaya relatif lebih murah. secara regional.
• Relatif aman untuk pasien yang tidak puasa • Membutuhkan kerjasama pasien yang
(operasi emergency, lambung penuh) karena kooperatif.
penderita sadar. • Sulit diterapkan pada anak-anak.
• Tidak ada komplikasi jalan nafas dan respirasi. • Tidak semua ahli bedah menyukai anestesi
• Tidak ada polusi kamar operasi oleh gas regional.
anestesi. • Terdapat kemungkinan kegagalan pada teknik
• Perawatan post operasi lebih ringan. anestesi regional.
BLOK SENTRAL
1. Anestesi Spinal
Anestesi spinal ialah pemberian obat anestetik lokal ke dalam ruang subarachnoid. Anestesi
spinal diperoleh dengan cara menyuntikkan anestetik lokal ke dalam ruang subarachnoid. Anestesi
spinal/subaraknoid disebut juga sebagai analgesi/blok spinal intradural atau blok intratekal.
Pada dasarnya persiapan untuk analgesia spinal seperti persiapan pada anastesia
umum. Daerah sekitar tempat tusukan diteliti apakah akan menimbulkan kesulitan, misalnya
ada kelainan anatomis tulang punggung atau pasien gemuk sekali sehingga tak teraba
tonjolan prosesus spinosus. Selain itu perlu diperhatikan hal-hal di bawah ini:
1. Informed consent: Kita tidak boleh memaksa pasien untuk menyetujui anestesia spinal
2. Pemeriksaan fisik: Tidak dijumpai kelainan spesifik seperti kelainan tulang punggung
3. Pemeriksaan laboratorium anjuran: Hb, Hct, PT (Prothrombine Time), PTT (Partial
Thromboplastine Time)
Peralatan analgesia spinal
Bupivakaine (markaine) 0.5% dlm air: berat jenis 1.005, sifat isobarik, dosis 5-20mg (1-4ml)
Bupivakaine (markaine) 0.5% dlm dextrose 8.25%: berat jenis 1.027, sifat hiperbarik, dosis 5-15mg (1-3ml)
Lidokaine (xylocain, lignokain) 2%: berat jenis 1.006, sifat isobarik, dosis 20-100mg (2-5ml)
Lidokaine (xylocain,lignokain) 5% dalam dextrose 7.5%: berat jenis 1.033, sifat hyperbarik, dosis 20-50 mg (1-2ml)
Teknik analgesia spinal
Komplikasi
• Hipotensi
• Bradikardia
• Hipoventilasi
• Trauma saraf
• Mual-muntah
• Nyeri punggung
• Retensio urine
2. Anestesia Epidural
Anestesia epidural adalah blokade saraf dengan menempatkan obat di ruang epidural. Ruang ini berada di
antara ligamentum flavum dan duramater. Kedalaman ruang ini rata-rata 5 mm dan di bagian posterior kedalaman
maksimal pada daerah lumbal.
Teknik ini menggunakan semprit kaca atau semprit plastik rendah resistensi yang diisi oleh udara atau
NaCl sebanyak ± 3ml. Setelah diberikan anestetik lokal pada tempat suntikan, jarum epidural ditusuk sedalam 1-2
cm. Kemudian udara atau NaCl disuntikkan perlahan dan terputus-putus. Sembari mendorong jarum epidural
sampai terasa menembus jaringan keras (ligamentum flavum) yang disusul hilangnya resistensi. Setelah yakin
ujung jarum berada dalam ruang epidural, lakukan uji dosis (test dose)
Persiapan sama seperti teknik hilangnya resistensi, tetapi pada teknik ini menggunakan jarum epidural
yang diisi NaCl sampai terlihat ada tetes Nacl yang menggantung. Dengan mendorong jarum epidural perlahan
secara lembut sampai terasa menembus jaringan keras yang kemudian disusul oleh tersedotnya tetes NaCl ke
ruang epidural. Setelah yakin, lakukan uji dosis (test dose)
Cara penyuntikan: setelah yakin posisi jarum atau kateter benar, suntikkan anestetik lokal secara
bertahap setiap 3-5 menit sampai tercapai dosis total. Suntikan terlalu cepat menyebabkan tekanan
dalam ruang epidural mendadak tinggi, sehingga menimbulkan peninggian tekanan intrakranial, nyeri
kepala dan gangguan sirkulasi pembuluh darah epidural.
Dosis:
• Maksimal dewasa muda sehat: 1,6 ml/segmen (bergantung pada konsentrasi obat)
• Wanita hamil dikurangi sampai 30% akibat pengaruh hormon dan mengecilnya ruang epidural akibat
ramainya vaskularisasi darah dalam ruang epidural.
Uji keberhasilan epidural
Keberhasilan analgesia epidural :
Anestesi lokal adalah obat yang menghambat hantaran saraf bila digunakan secara lokal
pada jaringan saraf dengan kadar yang cukup. Obat bius lokal bekerja pada tiap bagian susunan saraf.
Anestesi lokal ialah obat yang menghasilkan blokade konduksi atau blokade lorong natrium
pada dinding saraf secara sementara terhadap rangsang transmisi sepanjang saraf, jika digunakan
pada saraf sentral atau perifer.
Anestetik lokal setelah keluar dari saraf diikuti oleh pulihnya konduksi saraf secara spontan
dan lengkap tanpa diikuti oleh kerusakan struktur saraf.
Persyaratan obat yang boleh digunakan sebagai anestesi lokal
• Efektif dengan pemberian secara injeksi atau penggunaan setempat pada membran mukosa
• Mulai kerjanya harus sesingkat mungkin dan bertahan untuk jangka waktu yang yang cukup lama
• Dapat larut air dan menghasilkan larutan yang stabil, juga stabil terhadap pemanasan.
OBAT ANESTESI LOKAL
Kokain dalam bentuk topikal semprot 4% untuk mukosa jalan nafas atas. Lama kerja 2-30 menit.
Prokain untuk infiltrasi larutan: 0,25-0,5%, blok saraf: 1-2%, dosis 15mg/kgBB dan lama kerja 30-60
menit.
Lidokain konsentrasi efektif minimal 0,25%, infiltrasi, mula kerja 10 menit, relaksasi otot cukup baik.
Kerja sekitar 1-1,5 jam tergantung konsentrasi larutan.
Bupivakain konsentrasi efektif minimal 0,125%, mula kerja lebih lambat dibanding lidokain, tetapi
lama kerja sampai 8 jam.
Mekanisme kerja
Obat bekerja pada reseptor spesifik pada saluran natrium (sodium-channel), mencegah peningkatan
permeabilitas sel saraf terhadap ion natrium dan kalium sehingga tidak terjadi depolarisasi pada selaput saraf dan
hasilnya, tidak terjadi konduksi saraf.
Potensi dipengaruhi oleh kelarutan dalam lemak, makin larut makin poten. Ikatan dengan protein (protein binding)
mempengaruhi lama kerja dan konstanta dissosiasi (pKa) menentukan awal kerja.
Infiltrasi Lokal