Anda di halaman 1dari 33

Asuhan Keperawatan pada

Lansia dengan Gangguan


Eliminasi Urin
TUJUAN PEMBELAJARAN
Tujuan Pembelajaran Umum :
Setelah mengikuti sesi pembelajaran,
Mahasiswa mampu memberikan asuhan
keperawatan kepada lansia dengan
gangguan eliminasi urin.
TUJUAN PEMBELAJARAN
Tujuan Pembelajaran Khusus :
Setelah mengikuti sesi pembelajaran
mahasiswa mampu :
 Membahas fungsi genitourinary
 Menjelaskan perubahan yang terjadi
pada sistem genitourinary
 Menggunakan proses asuhan
keperawatan untuk lansia dengan
gangguan sistem perkemihan
REFERENSI
1. Ebersole P., Hess P., Touhy T., Jett K.
(2005). Gerontological nursing & healthy
aging (2nd ed.). Mosby Inc: St. Louis.
2. Miller C. A. (1995). Nursing care of older
adults: Theory and practice (2nd ed.). J. B.
Lippincott Company: Philadelphia.
3. Annete, G. L. (1996). Gerontologic Nursing.
St. Louis : Mosby.
4. Roach, S. (2006). Introductory
gerontological nursing. Philadelphia:
Lippincot
The Urinary
System
Kidney Anatomy
Perubahan Terkait Usia
Kandung Kemih
 Menurunnya
elastisitas dan
kekuatan
 Hipertropi dinding
kandung kemih
 Sfingter eksternal
melemah
 Relaksasi otot dasar
panggul
http://www.daviddarling.info/encyclopedia/U/urinary_b
ladder.html
Konsekuensi
 Berkurangnya
kapasitas kandung
kemih.
 Urinary stasis
 Retensi urin
 Menurunnya
kemampuan menahan
keinginan miksi
 Meningkatkan resiko
refluks
Perubahan Terkait Usia
Nephron
 Penurunan jumlah
nepron (30%)
 Penurunan massa
 Menipisnya membran
nephron
 Menurunnya laju
filtrasi, ekskresi dan
filtrasi
 Penurunan aliran
darah ke ginjal.
 Penurunan renin dan
aldosteron http://www.carolguze.com/text/102-23-
Excretory%20System.shtmld
Konsekuensi
 Ginjal mudah
trauma
 Anemia
 Ekskresi obat
terganggu
 Nokturia
 Dehidrasi
Hiperplasia Prostat
 Gejala
penyumbatan urin
 Menurunnya
kekuatan aliran
 Bleeding
 Infeksi
 Retensi urin akut

http://pathologyanatomy1.blogspot.com/2009/05/hiperpla
sia-prostat.html
Perubahan lain
 Degenerasi korteks serebri
 Atropi otot pelvis
 Menopause
 Menurunnya fungsi penglihatan
 Menurunnya fungsi mobilisasi
 Menurunnya kemampuan berpikir
komplikasi
 Gangguan metabolisme , homeostasis dan
eliminasi sisa metabolisme
 Gangguan pada sistem eskresi obat-
obatan.
 Inkontinensia
 Masalah psikososial
Jenis inkontinensia

http://www.uspharmacist.com/content/t/urology/c/10310/
Types of Incontinence
 Stress: pengeluaran urin sebagai hasil
peningkatan secara tiba-tiba tekanan
intra-abdominal; disebabkan oleh
kerusakan otot pelvik; dapat terjadi pada
saat latihan, batuk, bersin atau tertawa.
 Urge: terjadi ketika pasien dapat
merasakan kebutuhan untuk buang air
yang tidak dapat ditahan
 Overflow: frekuensi kehilangan urin dari
kandung kemih terjadi karena jumlah urin
melebihi kapasitas kandung kemih
Types of Incontinence
 Functional: pasien tidak dapat
mengidentifikasi kebutuhan buang air
sebagai hasil dari kelemahan fisik atau
kognitif.
 Surgical: terjadi setelah prosedur operasi
seperti hysterectomy, prostatectomy,
lower intestinal surgery, or rectal surgery
 Mixed: Incontinence sebagai hasil dari
kombinasi masalah fisik secara umum
atau masalah fungsinya
Types of Incontinence
STRESS

Deskripsi
 Keluar urine bersamaan dengan
meningkatnya tekanan intraabdominal
 Urine berjumlah sedikit-sedang
Karakteristik
 Terjadi ketika terjaga
Patofisiologi
 Lemahnya sfingter
Penyebab
 Prostatektomi, sfingter lemah/rusak
Urgensi
Deskripsi
 Tidak dapat menahan kemih
 Urine berjumlah sedang-banyak
Karakteristik
 Sering berkemih, nokturia
Patofisiologi
 Instabilitas detrusor
Penyebab
 Kerusakan persarafan karena stroke,
tumor, parkinson, radiasi bladder
Over Flow
Deskripsi
 Keluarnya urine secara periodik atau terus
menerus karena adanya over distensi atau
obstruksi
Karakteristik
 Sulit memulai berkemih
Patofisiologi
 Obstruksi bladder
 Underaktif destruktor
Penyebab
 Obstruksi karena hiperprostat
Fungsional
Definisi
 Keluarnya urine karena
ketidakmampuan atau tidak ada
keinginan mencapai toilet krn
immobilisasi, gg kognitif, lingkungan
Karakteristik
 Komplikasi dgn masalah medis lain
Patofisiologi
 Fungsi bladder normal
Penyebab
 Gg mobilisasi/status kognitif, tidak
tersedia toilet, depresi, marah
Pengkajian
 Interview
faktor resiko, kemampuan fungsional,
tanda disfungsi sitem perkemihan,
inkontinen, psikososial
 Perubahan perilaku
 Observasi lingkungan
 Data laboratorium
Diagnosa keperawatan
 Urinary Incontinence
 Gangguan pola eliminasi
 Defisit kebersihan diri
 Gangguan gambaran diri
 Ketidakberdayaan
 Harga diri rendah
 Isolasi sosial
Intervensi keperawatan
 Meminimalisir faktor resiko
 Mempertahankan homeostasis
 Mengontrol inkontinen
 Modifikasi lingkungan
Pendidikan kesehatan
 Minum 8-10 gelas minuman non kafein, dan
dibatasi pada sore dan malam hari
 Jangan bergantung pada rasa haus sebagai
indikasi intake cairan
 Hindari makanan/ minuman beralkohol, kafein,
berkarbonasi terutama sebelum tidur.
 Cegah adanya kemungkinan konstipasi
Mengontrol inkontinensia
 Latihan otot pelvis
 Bladder training
 Mengunakan alat bantu
Penanganan Konservatif
Inkontinensia Urine
Inkontinen Stress Urgensi Fungsional O.Flow

Kegel  

Pengaturan cairan    

Hindari konstipasi    

Berkemih 2x 

Kateterisasi 

Lingkungan  
Modifikasi lingkungan
 Membuat fasilitas mudah dilihat
 Pencahayaan yang adekuat
 Meningkatkan kemampuan
menggunakan toilet pada
waktunya
 Tempat tidur dan kursi yang
sesuai, handrail, jalan ke toilet
aman
 Meningkatkan kemampuan
menggunakan toilet
 Pakaian yang mudah dibuka,
gunakan toilet yang tinggi,
pegangan di toilet, luas ruangan
toilet cukup
Latihan Pelvic Muscle Exercise (PME)
 Tujuan
Menguatkan otot dasar
panggul untuk
mengontrol berkemih
 Frekuensi
Minimum 60 kali sehari
selama 6 minggu
 Posisi
Berdiri, duduk,
berbaring
Latihan PME
 kontraksikan otot yang dapat menyetop
aliran urin.

 Wanita: berbaring, masukan satu jari ke


vagina. Kontraksikan dinding vagina
sehingga terasa tekanan pada jari

 Pria: Berdiri di depan cermin, buat penis


bergerak ke atas dan ke bawah tanpa
menggerakkan bagian tubuh yang lain
Latihan PME
 Kencangkan otot
pubococcygeal dan
tahan selama 3 detik.
 Relaksasi untuk waktu
yang sama
 Ulangi beberapa kali
 Bernafas normal saat
berlatih. Jangan
gunakan otot yang lain.
 Variasikan posisi
 Secara bertahap
tingkatkan waktu
kontraksi dan relaksasi
Bladder Training
 Catat waktu berkemih
 Bantu untuk membuat jadwal berkemih
 Buat jadwal spesifik waktu berkemih
 Perhatikan privasi klien selama berkemih
 Jarak antara berkemih tidak lebih dari 1,5 -2 jam
 Motivasi klien untuk dapat menahan urin sampai
waktu berkemih
 Tingkatkan jarak waktu berkemih sesuai
kemampuan mengontrol dan peningkatan
kapasitas bladder
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai