Jon Faizal (06101981722068) Roselina Eka Wahyuni (06101281722021) 1. Mengapa telur asin lebih awet dibandingkan telur biasa? 2. Mengapa telur asin selalu menggunakan telur bebek? 3. Bagaimana proses kimiawi pada pengawetan telur asin? 4. Apakah terjadi perubahan kandungan protein pada proses pengolahan telur asin? 5. Apa pengaruh kadar garam pada pengawetan telur asin? 6. Apa pengaruh lama simpan terhadap kandungan protein pada telur asin? 7. Apa peran abu gosok pada pengawetan telur asin? 8. Apakah ada cara lain yang dapat digunakan dalam mengawetkan telur? Garam berfungsi sebagai bahan pengawet dapat mengurangi kelarutan oksigen (oksigen diperlukan oleh bakteri), menghambat kerja enzim proteolitik (enzim perusak protein), dan menyerap air dari dalam telur. Berkurangnya kadar air menyebabkan telur menjadi lebih awet.. Makin lama dibungkus dengan adonan, makin banyak garam yang merembes masuk ke dalamnya, sehingga telur menjadi awet dan asin. 1.Telur bebek memberi lebih banyak minyak pada bagian kuning telur. Ini membuat rasanya lebih gurih. 2.Pori-pori telur bebek lebih besar daripada telur ayam. Ini berpengaruh dalam kemudahan masuknya garam ke telur bebek. 3.Cangkang telur bebek juga lebih tebal. Sehingga tak mudah retak atau pecah dalam proses pengasinan. Jika cangkang terlalu tipis membuatnya mudah pecah. 4.kandungan air yang lebih sedikit dalam telur bebek membuatnya makin awet. 5.Dari segi warna, hasil telur asin dari telur bebek tampak lebih bagus. Warnanya lebih jingga terang dengan aroma khas yang wangi. Garam (NaCl) akan masuk ke dalam telur dengan cara merembes ke pori-pori kulit, menuju ke bagian putih, dan akhirnya ke kuning telur. Garam NaCl mula-mula akan diubah menjadi ion natrium (Na+) dan ion chlor (Cl-). Ion chlor inilah yang sebenarnya berfungsi sebagai bahan pengawet, dengan menghambat pertumbuhan mikroba pada telur. Penambahan garam dapat menyebabkan terjadinya peningkatan kadar garam NaCl dalam telur. Selain itu, interaksi garam dengan protein menyebabkan koagulasi pada isi telur dan secara nyata menurunkan kadar protein yang terkandung pada telur. Hasil penelitian menunjukkan proses pengolahan dan penyimpanan menyebabkan penurunan kadar protein. Pada formula A 25,58%, Formula B 30,62%, dan Formula C 28,04%. Sementara kadar garam NaCl pada tiap formula mengalami peningkatan. Pada Formula A (100 gr, 3 hari) meningkat 2,23%, Formula B (150 gr, 5 hari) 2,27%, dan Formula C (200gr, 7 hari) meningkat hingga2,65%. Formula A pada masa simpan 3 hari merupakan formula yang paling rendah tingkat denaturasi proteinnya dan kadar garam NaCl-nya relatif masih terkendali. Penelitian ini merekomendasikan kepada masyarakat agar mengolah telur asin dengan konsentrasi garam 100 gram dengan masa simpan yang tidak terlalu lama(Amir,2014). Penambahan garam secara berlebihan pada proses pengawetan telur dapat menyebabkan terjadinya denaturasi. Denaturasi terjadi karena adanya gangguan pada struktur sekunder dan tersier protein. Pada struktur protein tersier terdapat empat jenis interaksi yang membentuk ikatan pada rantai samping seperti; ikatan hidrogen, jembatan garam, ikatan disulfida dan interaksi hidrofobik non polar, yang kemungkinan mengalami gangguan. Denaturasi yang umum ditemui adalah proses presipitasi dan koagulasi protein. Partikel abu gosok berbentuk kecil atau halus sehingga jika abu gosok, garam, dan air dicampurkan menjadi satu adonan, maka garam yang telah mengion akan terikat oleh partikel abu gosok. Ukuran partikel abu gosok yang relatif kecil ini akan memungkinkan kontak dengan permukaan kulit telur. Dengan adanya partikel yang kontak dengan kulit telur maka memungkinkan campuran garam dan abu gosok akan terdifusike dalam telur melalui pori- pori kulit telur. 1. Metode pengawetan dengan daun jambu biji. 2. Metode pengawetan dengan minyak kelapa. 3. Metode pengawetan dengan the 4. Penyimpanaan dingin. 5. Metode penutupan pori-pori telur 6. Pengemasan Kering 7. Perendaman telur dalam larutan kapur 8. Perendaman dalam minyak parafin