Anda di halaman 1dari 29

Pura

Pura Kehen
Kehen
- Bali
INSIDE THE GUIDE
TOPICS :
1. Latar Belakang - PURA DI BALI
Pada masa kini, dalam pariwisata PURA KAWITAN
dunia terdapat kecenderungan Yaitu sarana pemujaan bagi mereka yang memiliki kesamaan keluarga atau
munculnya kesadaran bagi para klan.
wisatawan untuk memahami cultural
heritage di daerah yang
dikunjunginya. Keberadaannya yang
tangible maupun intangible dianggap

4 JENIS PURA DI BALI


sebagai simbol identitas atau jati diri
dari wilayah tersebut. Khususnya di Bali, PURA KAHYANGAN DESA
arsitektur menjadi salah satu Yaitu pura yang digunakan oleh mereka yang berada di suatu desa pakraman
arau desa adat.
komponen budaya yang diminati.
Contohnya Pura.

Pura adalah istilah untuk


tempat ibadah agama Hindu di
Indonesia. Kata pura berasal dari PURA SWAGINA
kata Sanskerta yang berarti kota atau Yaitu pura sebagai sarana pemujaan bagi mereka yang memiliki kesamaan
profesi.
benteng, artinya tempat yang dibuat
khusus dengan dipagari tembok
untuk mengadakan kontak dengan
kekuatan suci. Tempat khusus ini di
Bali disebut dengan nama pura yang
berfungsi sebagai tempat suci untuk PURA KAHYANGAN JAGAT
pemujaan Hyang Widi beserta Yaitu pura pemujaan untuk umum dengan tidak membeda – bedakan asal
manifestasinya dan roh suci leluhur. keluarga, asal desa, maupun profesinya
2. ABOUT
ABOUT PURA
PURA KEHEN
KEHEN

Salah satu pura yang menjadi cagar budaya di Bali


adalah Pura Kehen yang merupakan Pura Bali Kuno dan
memiliki nilai historis sebagai salah satu peninggalan
Kerajaan Bangli yang terletak di Desa Pakraman,
Cempaga, Bangli Bali.

Keberadaan dan eksistensi pura Kehen di Bali termasuk di


Desa Pakraman Cempaga menjadi salah satu daya tarik
bagi para wisatawan yang berkunjung ke Bali. 1. Sebagai tempat pemujaan bagi umat Hindu
2. Sebagai tempat wisata
3. Sebagai tempat belajar sejarah.
4. Menyimpan nilai- nilai historis dan jejak sejarah, yang
bisa dijadikan sebagai sumber belajar sejarah
3. History
History of
of Pura
Pura Kehen
Kehen
Asal- usul nama
Kehen itu sendiri berdasarkan
prasasti ketiga yang berangka tahun
1204 Masehi disebutkan beberapa
pura yang mempunyai hubungan
kesatuan meliputi Hyang Matu,
Hyang Kedaton, Hyang Paha Bangli,
Hyang Pende, Hyang Wukir, Hyang
Tegal, Hyang Waringin, Hyang
Pahumbukan, Hyang Buh itan, Hyang
Peken Lor, Hyang Peken Kidul, dan
Hyang Kehen.

Kehen sendiri diperkirakan


berasal dari kata keren (tempat api),
bila dihubungkan dengan prasasti
pertama yang berbahasa Sansekerta,

Pura Kehen sudah ada pada akhir abad PLANNED TOURS


IX atau permulaan abad X Masehi. Dari
data prasasti itu kiranya dapat
diambil suatu petunjuk bahwa Hyang
Api dalam prasasti I berubah nama
menjadi Hyang Kehen. Dalam
prasasti III dimana Kehen = keren =
anglo = tempat api. Dengan demikian
dapat dikatakan bahwa pada abad IX
pura tersebut didirikan dan kemudian
pada abad XIII masih tetap mendapat
perhatian raja.
LALU APA YANG HARUS DILAKUKAN UNTUK

MELESTARIKAN PURA KEHEN


DENGAN MEMPERHATIKAN

?
1. SIGNIFICANCY
2. AUTHHENTICITY
3. USE

Berdasarkan The Burra Charter, terdapat 7 tahapan


untuk melakukan konservasi terhadap suatu objek
heritage.

Tahap pertama Understand the Place, dipahami


melalui sejarah singkat Pura Kehen dan letak
lokasinya.

Tahap kedua, Assess Cultural Significance,


merupakan tahapan menilai pentingnya budaya
yang mengharuskan sebuah konservasi.
4. ASSESS CULTURAL
SIGNIFICANCE
Berdasarkan The Burrra Charter, Assess Cultural Significance merupakan salah satu tahap
sebelum melakukan kegiatan konservasi. Dimana, harus bisa memahami nilai – nilai yang
terkadung di dalam objek konservasi dengan memperhatikan Significancy, Authenticity, dan
Pemanfaatnya.

Pada bagian setelah ini, akan dijelaskan mengenai 3 aspek dari Assess Cultural Significance
pada Pura Kehen, Bali.
WHY DO
WHY DO WE
WE HAVE
HAVE TO
TO DO
DO
CONSERVATION FOR
CONSERVATION FOR PURA
PURA KEHEN
KEHEN ??
(MENGAPA KITA HARUS MELAKUKAN KONSERVASI UNTUK PURA KEHEN?)
Nilai signifikansi atau nilai kepentingan terhadap suatu cagar budaya menjadi jawaban mengapa
sebuah objek harus dikonservasi. Pada Pura Kehen terdapat beberapa nilai yang menunjukkan
nilai signifikansi :

HISTORY ( SEJARAH ) 1
Places of cultural significance enrich people’s lives,
often providing a deep and inspirational sense of
connection to community and landscape, to the
past and to lived experiences. They are
irreplaceable and precious (THE BURRA CHARTER,
2013).

Berdasarkan tiga buah prasasti tembaga yang terdapat dan tersimpan menyangkut keberadaan Pura Kehen,
bertarikh Saka 1126 (1204 Masehi). Prasasti ini memuat nama raja Sri Dhanadhiraja beserta permaisurinya
Bhatara Sri Dhanadewi. Raja Sri Dhanadhiraja adalah putra raja Bhatara Parameswara dan ibu raja Bhatara
Parameswara adalah Bhatara Guru Sri Adhikunti.Menurut A.J Bernert Kempers dalam bukunya “Bali Purbakala”
(terjemahan Drs.R.Soekarmono) yang mengatakan bahwa di Bali ada Pura yang sangat tersohor bernama
Pura Kehen dan nama itu diambilkan dari nama Pura kecil yang berda didepannya. Mungkin nama Hyang Api
dalam prasati pertama berybah menjadi Hyang Kehen dalam prasasti ketiga (kehen =keren=tempat api).
Untuk menelusuri lebih jauh kapan kira-kira Pura Kehen didirikan, kita dapat menghubungkannya dengan dua
buah prasasti lainnya lagi yang lebih tua.
WHY
WHY DO
DO WE
WE HAVE
HAVE TO
TO DO
DO CONSERVATION
CONSERVATION FOR
FOR PURA
PURA KEHEN
KEHEN ??

CULTURAL VALUES (NILAI – NILAI BUDAYA) 2


Cultural significance means aesthetic, historic,
scientific, social or spiritual value for past,
EDUCATION VALUE present or future generations. Cultural
(Nilai Pendidikan) significance is embodied in the place itself, its
fabric, setting, use, associations, meanings,
- Pura Kehen sebagai
records, related places and related objects.
tempat pendidikan (THE BURRA CHARTER, 2013)
khususnya bidang
keagamaan dan
melaksanakan dharma
wacana.

CULTURAL VALUE
SPIRITUAL VALUE (Nilai Budaya)
- Pura Kehen sebagai tempat - Pura Kehen menjadi
persembahyangan bagi umat Hindu. tempat atraksi budaya
Seperti pura lainnya, pada hari pertunjukan kesenian
tertentu Pura Kehen dibersihkan atau yang ditampilkan saat
yang sering disebut piodalan. upacara piodalan.
SOCIAL VALUE Selain itu terdapat acara
- Pura Kehen sebagai tempat seni lain seperti seni
berhubungan social antar umat dan suara, seni tari, dan seni
lingkungan sekitar. tabuh.
3 INDIGENOUS PLACE ( KEASLIAN TEMPAT )

Place has a broad scope and includes natural PRASASTI


and cultural features. Place can be large or ELEMENT
small: for example, a memorial, a tree, ab OBJECT
individual building or group of building, the SPACES
location of historical event, a stone VIEW
arrangement, etc. TANGIBLE AND INTANGIBLE DIMENSION

Pura Kehen berusia sangat tua namun


belum diketahui kapan pastinya pura ini
dibangun. Sumber sejarah pembangunan
Pura Kehen ada pada tiga prasasti yang
bertarikh abad ke-9 hingga 12 masehi.

Berdasarkan angka yang tertulis pada PINTU MASUK PURA KEHEN


prasasti Kehen, Pura Kehen sudah berusia dipenuhi ukiran dengan motif
floral dan dewa. Material pura
800 tahun dan berkaitan erat dengan ini berupa batu alam.
sejarah berdirinya desa – desa di Bangli.

Pada pelataran pura, terdapat


38 anak tangga yang di kanan
dan kirinya terdapat patung –
patung tokoh Ramayana.

Kompleks Pura Kehen terdapat


beberapa bangunan lain seperti
Candi Bentar dan Meru.
3 ELEMEN ASLI DARI PURA KEHEN

Meru Tower KUIL PADMASANA DETAIL PINTU

Berada di timur laut pojok Pura Merupakan kuil yang Menggambarkan Dewa WISNU
Kehen sebagai monument suci dipersembahakan untuk dewa yang sedang mengendarai
yang disebut padmasana. Wisnu, Brahma, dan Siwa. elang gunung Garuda
Merupakan bangunan melawan raksasa.
pemujaan yang didesikasikan
untuk 3 dewa, Brahma, Wisnu,
dan Siwa. Strukturnya dipenuhi
relief dan bermaterial batu
3
PATUNG &
PATUNG &
ORNAMEN
ORNAMEN
Ornamen atau ukiran yang
ada di Pura Kehen terbuat darii
batu andesit dan pasir melela.

Selain keunikan dan keindahan


yang begitu mempesona di Pura ini juga
terdapat nuansa magis tentang pohon
beringin yang mitosnya jika batang
pohon beringin tersebut ada yang patah
maka akan terjadi grubug (musibah).
Mitosnya letak bagian yang patah juga
diyakini sebagai pertanda musibah
tertentu akan melanda orang tertentu.

POHON BERINGIN
USE OR FUNCTION OF THE PLACE (FUNGSI) 2
Salah satu alasan mengapa Pura Kehen harus dilestarikan karena Use means the functions of a place, including
memiliki fungsi yang digunakan sebagai upacara adat, prosesi adat, the activities and traditional and customary
dan persembahyangan. Kegiatan tersebut turun – temurun dan terus practices that may occur at the place or are
ada hingga saat ini. dependent on the place (THE BURRA CHARTER,
2013).
PROSESI TAWUR PANCA WALI KRAMA

Proses Tawur Panca Wali Krama bertujuan untuk membersihkan alam semesta dan
disaksikan ribuan warga bebanuan gebug domas. Prosesi ini dipercaya untuk
mencapai kesejahteraan hidup dan kebahagiaan dunia akhirat.

Sembahyang di Pura Kehen pada


malam Sirawati bertujuan untuk
mengendalikan hawa nafsu dan
tidak terjerumus pada tujuh
kegelapan.

UPACARA ADAT MELASTI SEMBAHYANG HARI RAYA KUNINGAN


DI PURA KEHEN

Upacara adat peresmian baju


bali bertujuan untuk
Melestarikan baju dan budaya
Upacara adat melasti merupakan upacara bali. Dan digunakan ketika
yang digelar untuk menyudikan Pratima dan sembahyang di Pura Kehen.
pralinggan. Upacara ini diadakan di Pura
Kehen lalu turun ke daerah laut dengan UPACARA ADAT PERESMIAN
tujuan menyucikan segara. BAJU BALI
AUTHENTICITY
(KEASLIAN)
Keaslian pada suatu objek konservasi terletak pada

1 STRUKTUR PURA KEHEN


Mandala ini merupakan lambing alam bawah (bhur loka) dan bagian paling
NISTA MANDALA / JABA SISI tidak suci. Di dalam areal Nista Mandala terdapat beberapa bangunan
pelingih (bangunan suci) yakni Bali Gong, Pelinggih Batu Keramat, Bale Agung,
(HALAMAN LUAR) Bale Kulkul

terdapat beberapa bangunan pelinggih (bangunan suci) yakni


sebagai berikut. Bale Pasangkepan, Bale Wayang, Bale Semar Pegulingan,
Pelinggih Batara Sakti Ratu Mas Subandar. Areal Perantenan, bangunan ini
MADYA MANDALA / JABA TENGAN
berada di sebelah barat daya madya mandala di areal perantenan.
(HALAMAN TENGAH) Perantenan berfungsi sebagai tempat untuk mempersiapkan sesaji
upacara dan mempersiapkan makanan bagi penangkil maupun
pengayah yang ngaturang ayah ke Pura Kehen. Bale pewaregan, Bale
Pewaregan sendiri berfungsi sebagai tempat bagi pengayah,
pemedek, ataupun penangkil mengambil makanan dan minuman
yang disediakan oleh panitia pura karena kebanyakan dari mereka
tempat tinggalnya jauh dari lokasi pura.

Mandala ketiga disebut utama mandala atau sering disebut jeroan. Bagian ini
UTAMA MANDALA / JEROAN merupakan palingsuci (sakral). Bangunan pelinggih(bangunan suci) yang
(HALAMAN UTAMA) terdapat di areal utama mandala yakni. Bale Penglipuran (pelinggih batara
sakti dahaning gunung ), Pelinggih Batara Sakti Pasek Majambul, dan Pelinggih
lainnya
2 PENATAAN LANDSCAPE PURA KEHEN

AREA
UTAMA MANDALA

AREA
MADYA MANDALA

AREA
NISTA MANDALA

Penataan halaman pada Pura Kehen berdasarkan kepada hierarki kesucian.


Area Utama Mandala merupakan area yang paling suci.
Convenience (Pemanfaatan)
PURA KEHEN

CULTURAL
SPIRITUAL KNOWLEDGE TOURISM
EVENT
5. IDENTIFY ALL FACTORS
AND ISSUES
Menurut The Burra Charter, tahapan selanjutnya setelah understand the place
(memahami tempat) dan assess cultural signifincance (menilai kepentingan
kebudayaan), adalah identify all factors and issues (mengindentifikasi factor
dan isu – isu). Dimana, pada tahapan identify all factors and issues merupakan
tahap untuk mengindentifikasi kewajiban yang harus dilakukan dari hasil analisa
kepentingan budyaya seperti kebutuhan, sumber, kesempatan yang dapat di
kembangkan pada objek observasi, dan kondisi.

FAKTOR APA SAJA YANG HARUS DI KONSERVASI DARI PURA


KEHEN ?
1. Material Bangunan Pura Kehen
2. Kebersihan dan Kesucian Tempat
3. Nilai – nilai Budaya
4. Fungsi Bangunan Pura Kehen
5. Mitigasi Bencana
6. Peraturan pelestarian (dasar hukum)
6.
CONSERVATION MANAGEMENT PLAN

PADA BAGIAN INI, MERUPAKAN


TAHAPAN KE – 5 PADA THE BURRA
CHARTER SETELAH MEMAHAMI FAKTOR
YANG HARUS DILESTARIKAN DAN DASAR
HUKUM YANG BERLAKU. SEHINGGA,
DIBUAT RENCANA PELESTARIAN
UNTUK PURA KEHEN AGAR
EKSISTENSINYA TETAP ADA.
Setelah memahami nilai signifikansi, keaslian (authenticity), dan pemanfaatan (use) pada Pura Kehen. Maka
diperlukan rencana konservasi untuk mempertahankan keberadaan budaya Pura Kehen sebagai saksi
sejarah salah satu kerajaan di Jawa.

1. 2. 3.

4. 5. 6.

7. 8. 9.
1 MANAGING CHANGE
(Mengelola Perubahan) yang terjadi di Pura Kehen

PEMUGARAN RUTIN
Pemugaran rutin dapat dilakukan dengan 3D kaser dengan tujuan
untuk mengukur kembali ukuran Pura Kehen. Mengamati apakah
ada perubahan atau kerusakan.

PENGUKURAN DENGAN
3D LASER
BATU – BATU PADA ORNAMEN DAN
PATUNG PURA YANG BERLUMUT

Pada kondisi lembab di musim hujan, lumut akan mudah


berkembang pada batuan Pura. Dan apabila dibiarkan, di musim
kemarau lumut tersebut akan berkembang biak.

PERBERSIHAN LUMUT SECARA MANUAL DAN PENYEMPROTAN AIR


BERTEKANAN TINGGI
Penggunaan air bertekanan khusus untuk batu – batu polos,
sedangkan untuk batu yang ada relief/ornament menggunakan
alat manual seperti sikat dari ijuk, sapu lidi pendek, atau kuas.
2 Disaster Mitigation
Mitigasi Bencana di Pura Kehen

Gempa yang berpusat di 8.88 LS, 115.24 BT, 23 Km tenggara Denpasar dan kedalaman
117 km ini mengakibatkan kerusakan di beberapa daerah dan bangunan di Bali. Salah
satunya di Pura Kehen di Bangli. Bagian atas Candi Bentar jaba sisi Pura Kehen
mengalami kerusakan dengan nilai kerugian sekitar Rp 10 juta.

PENTINGNYA MITIGASI BENCANA


Nilai sejarah yang ada menjadi salah satu faktor utama
pentingnya manajemen di cagar budaya Bali. Kerusakan cagar budaya
dengan nilai sejarah tinggi tentunya tidak mudah untuk dikembalikan.
Selain itu, dampak psikologis pada masyarakat karena rusak atau
hilangnya warisan budaya yang terkait erat, tidak dapat diremehkan.

RENCANA MITIGASI DI PURA KEHEN


Pemangku kepentingan di Bali merumuskan rencana
pengelolaan risiko bencana komprehensif yang menentukan
langkah-langkah mitigasi, kesiapsiagaan, respons dan
pemulihan, sebelum, selama dan setelah situasi bencana.
Record and Documentation 3
(Rekaman dan Dokumentasi)

MELAKUKAN
PENDOKUMENTASIAN
RUTIN

Pendokumentasian rutin harus


dilakukan sebagai arsip dan
mengamati perubahan yang
terjadi pada Pura Kehen.

Dokumentasi dapat berupa


video, foto, dan dokumen
tertulis

Dokumentasi digunakan
sebagai kelanjutan dari catatan
sejarah tentang Pura Kehen
yang harus dilestarikan oleh
generasi penerus.
Minimum Intervention 4
(Intervensi Minimum) pada Pura Kehen

Melakukan pelestarian pada material bangunan Pura Kehen dengan tidak terlalu banyak
1 menggunakan cairan kimia yang merusak badan bangunan.

Tidak melakukan perubahan – perubahan bentuk ataupun penambahan elemen lain (missal
2 dengan tujuan menarik wisatawan pada area Pura Kehen.
Friendly Enviroment 5
Menciptakan Lingkungan yang Ramah di Pura Kehen

Lingkungan yang ramah diciptakan dengan pengelolaan terhadap pengunjung yang ramah
1 sehingga pengunjung ikut merawat dan menjaga kelestarian kebersihan di Pura Kehen.

Memberikan fasilitas pengunjung namun tetap terpisah dari area suci demi kenyamanan
2 pengunjung seperti cafeteria dan toilet.
6 Community Involvement
Menciptakan keterlibatan masyarakat untuk melestarikan Pura Kehen

Memberikan akses pada masyarakat Bali yang ingin membantu pelestarian di Pura Kehen
1 contohnya pada acara pembersihan candi dan pura.

Melibatkan masyarakat pada berbagai acara di Pura Kehen sehingga memiliki kesadaran
2 akan nilai penting melestarikan cagar budaya Pura Kehen.
7 Education and Training
Edukasi dan Pelatihan untuk pengelola Pura Kehen dan masyarakat Bangli

1 PENYULUHAN DARI BALAI KONSERVASI

Balai Konservasi Cagar Budaya Bali melakukan penyuluhan


rutin kepada masyarakat Bali tentang pentingnya eksistensi
Pura Kehen sebagai warisan budaya Nasional.

2 PELATIHAN PERAWATAN PURA


KEHEN

Pelatihan perawatan seperti tata cara membersihan lumut


dari badan candi atau pura kepada masyarakat
merupakan wujud untuk menyadarkan masyarakat akan
pentingnya Pura Kehen sebagai tempat ibadah.
8 REVERSIBLE
Lingkungan yang Sustainable diterapkan pada Pura Kehen

Penggunaan Bahan khusus yang tidak merusak bangunan 1

Menanam tanaman di sekitar area Pura Kehen untuk menjaga 2


kualitas udara dan mengurangi kelembapan.

REPAIR AND REPLACEMENT 9


Perbaikan dan Peminadahan pada Pura Kehen
Mengganti Material yang rusak pada candi atau Pura Kehen
1
dengan bahan alami atau sustainable

2 Memindahkan benda – benda peninggalan yang penting seperti


prasasti supaya tidak dicuri atau dirusak oleh orang yang datang
ke Pura Kehen.
Lingkup Pelestarian
DAFTAR PUSTAKA
1. Burra Charter
2. Nara charter (charter ttg authenticity)
3. UU No 11 tahun 2010
4. Materi dari Balai Konservasi Borobudur
5. https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JJPS/article/view/1016/883
6. http://jurnal.unmas.ac.id/index.php/JSP/article/view/60/36
7. https://www.researchgate.net/profile/Thomas_Reuter4/publication/325733989_
Custodians_of_the_sacred_mountains_the_ritual_domains_of_highland_Bali/links
/5b7ad384299bf1d5a718151d/Custodians-of-the-sacred-mountains-the-ritual-
domains-of-highland-Bali.pdf
8. http://javaisbeautiful.com/2019/03/27/pictures-pura-kehen-temple-of-bali-
indonesia/
9. https://www.thenotsoinnocentsabroad.com/blog/pura-kehen-the-fire-temple-
of-bali

Anda mungkin juga menyukai