Anda di halaman 1dari 36

Interaksi spesies 2:

Predasi
bab 11 interaksi: predasi 1
a. Pendahuluan
b. Model Matematik predasi
c. Pengamatan Predasi di skala Laboratorium
d. Pengamatan Predasi di alam
e. Bagaimana mangsa memelihara populasinya?
f. Evolusi pada sistem predator-mangsa
g. Warna sebagai Peringatan

bab 11 interaksi: predasi 2


Pendahuluan
Interaksi predator dengan mangsanya dapat dianalisis
dengan model sederhana pada saat hanya satu predator dan
satu mangsa.
Pada skala laboratorium jarang sekali dapat
menggambarkan interaksi yang stabil antara predator dan
mangsa.
Predasi dapat dikaji secara numerik, fungsional,
perkembangan, dan agregasi repson predator terhadap
mangsa (sehingga dapat menggambarkan proses predasi).
Bila terdapat banyak predator dan banyak mangsa maka
akan terjadi dinamika yang kompleks (sehingga dapat
menggambarkan evolusi predasi).
bab 11 interaksi: predasi 3
Pendahuluan
Predasi terjadi ketika satu spesies memakan spesies lain, biasanya
dibunuh namun tidak selalu demikian. Seperti manusia
merupakan predator utama dalam ekosistem bumi. Manusia
memakan ikan, ayam, kambing.

Ada lima tipe predasi:


 Herbivori : binatang memakan mangsanya yang berupa tumbuhan,
biji atau buah (seringkali tumbuhan tidak mati, hanya rusak)
 Karnivori : binatang memakan binatang herbivora.
 Karnivori : binatang memakan binatang karnivora
 Parasitis : insekta parasitoid dengan meletakkan telur dekat/pada

serangga inangnya (membunuh dan makan serangga inangnya).


 Parasitis : hewan atau tumbuhan yang mengambil nutrisi dari

inangnya (tidak memakan inangnya).


bab 11 interaksi: predasi 4
Pendahuluan
Predasi adalah proses yang penting karena:
Predasi akan membatasi distribusi atau mengurangi
abundansi mangsa.
Predasi merupakan interaksi utama yang
mempengaruhi organisasi dalam komunitas
Predasi merupakan kekuatan utama penyeleksi seperti
pada adaptasi, co evolusi predator dan mangsanya.

bab 11 interaksi: predasi 5


Pendahuluan
Predator tidak hanya berinteraksi dengan mangsa tetapi juga
berkompetisi dengan pesaing lainnya.
Kompetisi secara langsung terjadi apabila dua spesies
predator (P1 dan P2) memakan spesies mangsa (herbivora,
H) yang sama dan dalam jumlah yang terbatas (Gambar a)
Kompetisi secara tidak langsung terjadi apabila merebutkan
makanan dan tempat untuk memperoleh mangsanya
(Gambar b) .

bab 11 interaksi: predasi 6


Model Matematik Predasi
1. Model interaksi predator dengan mangsa yang memiliki
discrete generation.
Secara musiman insekta parasitoid (predator) dengan
insekta mangsa (sebagai inang) yang memiliki satu generasi
per tahun:
Ketika predator tidak ada, populasi mangsa akan meningkat.
Penambahan jumlah mangsa mengikuti persamaan logistik.
Maka, abundasi mangsa ditentukan oleh predator.
Nt+1 = (1.0 – B zt) Nt
 N1 = ukuran populasi
 t = generasi ke
 B = slop pada kurva reproduksi

 z = (N – N ) = deviasi antara populasi dengan dan tanpa


t 1 eq
predator
bab 11 interaksi: predasi 7
Model Matematik Predasi
Sebaliknya, predator akan memakan mangsa lebih banyak
lagi ketika populasi mangsa berlimpah.
Sehingga populasi predator akan meningkat ketika mangsa
tersedia lebih banyak.
Maka akan terbentuk kurva seperti

Perubahan populasi pada sistem predator-


mangsa pada generasi discrete
bab 11 interaksi: predasi 8
Model Matematik Predasi
2. Model interaksi predator dengan mangsa yang
memiliki continuous generation
Beberapa predator dengan mangsa yang memiliki
generasi yang overlap dengan kelahiran dan kematian
yang terjadi secara terus menerus dan tumpang tindih.
Rezensweig dan Mac Arthur (1963) membuat model
interaksi predator dengan mangsa:

bab 11 interaksi: predasi 9


Model Matematik Predasi
A. Ketika predator
meningkat, populasi
mangsa akan menurun
B. Ketika predator sedikit,
populasi mangsa akan
meningkat
C. Ketika jumlah predator
dan mangsa berimbang,
pertambahan predator
mengakibatkan populasi
mangsa menurun

bab 11 interaksi: predasi 10


Model Matematik Predasi
Peningkatan populasi mangsa diikuti oleh peningkatan
predator.

Tetapi ketika densitas predator tinggi, pertambahan


predator berhenti karena adanya faktor pembatas selain
mangsa seperti teritorial atau tempat berlindung.

Hal ini akan membentuk kondisi isoklin bagi predator

Ternyata isoklin predator tidak selalu akan demikian (bentuk


shape) dan tidak semua predator mempunyai kondisi isoklin
(bentuk shape) yang sama
bab 11 interaksi: predasi 11
Model Matematik Predasi

Kompetisi
intra spesifik
Keterbatasan
sumber daya

Keterbatasan
sumber daya

a. Daerah isoklin predator vertikal. Densitas mangsa tinggi, populasi predator


dapat meningkat (Model Lotka-Volterra);
b. Daerah isoklin predator yg lebih realistis. Pada kondisi jumlah predator
meningkat, akan terjadi kompetisi dg yg lain dalam hal tempat breeding dan
sumber daya yg lain (Model Rosenzweig-Mac Arthur).
bab 11 interaksi: predasi 12
Model Matematik Predasi
Gambar A: ketika mangsa menurun namun predator
meningkat, vektor (C) menuju ke atas .
Gambar B: ketika mangsa meningkat namun predator
malah berkurang (B).
Ketika mangsa dan predator berkurang.
Hal ini terjadi karena predator lebih effisien ketika
populasi mangsa lebih sedikit.,
Sehingga isoklin predator bergerak ke kiri. Ketika isoklin
predator dan mangsa intersect, tidak tercapai
equilibrium.

bab 11 interaksi: predasi 13


Dengan membandingkan 2 daerah isoklin pada 2 gambar grafik
sebelumnya, diperoleh model grafik interaksi predator dan mangsa

Mangsa menurun (lingkaran B), predator meningkat (lingkaran A), maka vektor
(lingkaran C) naik. Isoklin predator intersect dengan isoklin mangsa. Gambar a:
Vektor ada di sekitar titik equilibrium yang stabil untuk predator dan mangsa.
Gambar b: Karena efisiensi predator, walau mangsa menurun ttp predator tetap
hidup (naik), dan isoklin predator bergeser ke sebelah kiri grafik, vektor bisa naik
turun bab 11 interaksi: predasi 14
Pengamatan Predasi di skala Laboratorium
Pada skala laboratorium, dengan asumsi model
pertumbuhan predator dan mangsa membentuk grafik
lebih simple, dan kemudian model ini dapat
digunakan pada kondisi alam.

Gause (1934) yang mengembangkan model hubungan


predator dan mangsa dengan menggunakan
Paramecium caudatum sebagai mangsa dan
Didinium nasutum sebagai predator.

bab 11 interaksi: predasi 15


Pengamatan Predasi di skala Laboratorium
a. Populasi Didinium nasutum selalu terhenti dan mati kelaparan
sehingga terjadi kepunahan.

b. Ketika Paramecium caudatum dikultur pada media dengan


makanan yang lebih banyak, dan jumlah Didinium nasutum
sedikit, ditemukan kondisi tidak stabil untuk keduanya.

c. Dengan menyediakan media untuk bermigrasi bagi Paramecium


caudatum. Maka Didinium nasutum meningkat dengan mencari
Paramecium caudatum di media yang bening. Populasi Didinium
nasutum akan habis karena mati kelaparan.

bab 11 interaksi: predasi 16


Interaksi antara
Paramecium
caudatum
(mangsa) dan
Didinium
nasutum
(predator).
a. Medium oat
tanpa sedimen,
b. Medium oat
dengan sedimen,
c. Medium oat
tanpa sedimen
dengan imigrasi

bab 11 interaksi: predasi 17


Pengamatan Predasi di skala Laboratorium
Pengaruh imigrasi pada interaksi predator dan
mangsa dikaji pada kasus pengendalian hama secara
biologis.

Carl Huffaker (1958) menggunakan mite yang


phytopagous Eotetranychus sexmaculatus sebagai
mangsa yang dibiarkan hidup di jeruk dan
Typhlodromus occidentalis sebagai predator.
Eotetranychus sexmaculatus menginfeksi jeruk. Saat
Typhlodromus occidentalis dimasukkan,
Eotetranychus sexmaculatus dimangsa dan mati.

bab 11 interaksi: predasi 18


Pengamatan Predasi di skala Laboratorium
Kompleksitas kondisi
lingkungan ditambah pada
pembungkusan sebgn
jeruk dgn parafin atau
kertas untuk membatasi
area makan, dan bola
karet sebagai penganti
jeruk.

Kepunahan predator
terjadi pada kondisi
lingkungan dengan
kompleksitas yang sedang
(yaitu pada boks berisi 40
buah jeruk).
bab 11 interaksi: predasi 19
Pengamatan Predasi di skala Laboratorium
Pada percobaan dengan 252 buah jeruk terbentuk
dinamika populasi mangsa yang naik turun seperti grafik
di bawah

Interaksi antara Eotetranychus sexmaculatus (mangsa) dan Typhlodromus


occidentalis (predator)
bab 11 interaksi: predasi 20
Pengamatan Predasi di skala Laboratorium
Dinamika populasi predator dan mangsa dipelajari
dengan menimbang 4 aspek:
Banyak spesies mangsa akan dimakan oleh banyak
spesies predator
Tempat pengungsi untuk mangsa
Kondisi heterogenitas habitat yang mendukung
kehidupan keduanya (predator dan mangsa).
Predator dan mangsa mengalami evolusi karakter
Predator mempunyai peranan yang kuat terhadap
kelimpahan mangsa

bab 11 interaksi: predasi 21


Pengamatan Predasi di alam
Pengamatan populasi rusa hutan yang menurun di Amerika
Utara terutama di wilayah perbatasan dengan Canada. Hal ini
karena hilangnya habitat yang berdampak pada :
keterbatasan pakan
meningkatnya populasi predator yaitu srigala dan beruang .

Grafik pengaruh predator srigala


terhadap jumlah rusa hutan.
Pukaskwa National Park (2000 km2),
hutan boreal, sistem predator mangsa
yang lengkap (rusa hutan, rusa besar,
serigala, beruang hitam, lynx), density 0,06
rusa hutan/km2.
Slate Islands (36 km2), tidak ada predator
rusa hutan, density rusa hutan 100 kali dr
Pukaskwa NP, rusa hutan hanya dibatasi
oleh ketersediaan pakan.
Predator mrpk penyebab utama
penurunan mangsa. bab 11 interaksi: predasi 22
Pengamatan Predasi di alam
Diharapkan densitas rusa hutan yang menurun akan
meningkat laju pertumbuhan populasinya ketika predator
berkurang.
Namun hal ini tidak terjadi, karena pada populasi kecil akan
mengalami efek allee (allee effect)
Mekanisme respon terhadap allee effect terlihat pada
populasi rusa hutan ketika predator serigala meningkat.
Serigala sangat tergantung pada tikus, dan rusa merupakan
mangsa keduanya.
Populasi rusa hutan menurun karena jumlah tikus sebagai
mangsa utamanya serigala berkurang

bab 11 interaksi: predasi 23


Pengamatan Predasi di alam

Gambar 1. Rata-rata laju peningkatan 15 populasi rusa hutan karibu di British


Columbia dari tahun 1992 hingga 2002 terhadap ukuran populasi tahun
2002, pada populasi yang lebih kecil, laju pertumbuhan populasi
meningkat menjadi lebih besar.
Gambar 2. Allee effect untuk populasi ukuran kecil. Pada populasi dengan densitas
rendah, dengan laju pertumbuhan populasi negatif, populasi bisa
menuju kepunahan
bab 11 interaksi: predasi 24
Pengamatan Predasi di alam
 Di alam, abudansi predator tidak selalu berdampak pada
abundasi mangsa.
 Bagaimana predator mengendalikan populasi mangsanya?.
 Pertanyaan ini dianalisis oleh Solomon (1949) yang
membuktikan ada 2 komponen yang membedakan respon
predasi yaitu:
Respon fungsional: respon secara rata-rata populasi predator
terhadap abudansi mangsanya. Pertanyaan: apakah individual
predator makan mangsa lbh banyak ketika mangsa melimpah ?
Respon numerical: respon populasi predator terhadap
perubahan densitas mangsanya. Pertanyaan: apakah densitas
predator akan berubah dengan meningkatnya jumlah mangsa ?
bab 11 interaksi: predasi 25
Pengamatan Predasi di alam
Respon fungsional: Perubahan tingkat eksploitasi mangsa oleh individu
predator sebagai akibat dari perubahan dalam densitas mangsa.
Tiga (3) tipe respon fungsional predator:
Tipe 1: terbentuk ketika konsumsi
mangsa oleh predator dalam jumlah
yang konstan
Tipe 2: konsumsi meningkat ketika
jumlah mangsa meningkat
Tipe 3: pada saatnya, penambahan
mangsa tidak diikuti oleh penambahan
konsumsi mangsanya. Predator tidak
mau memangsa lagi,

bab 11 interaksi: predasi 26


Pengamatan Predasi di alam
Respon numerik: perubahan kepadatan populasi pemangsa pada
kepadatan populasi mangsa yang berlainan.

Ketika abundansi kelinci (hare)


meningkat, jumlah kucing
(lynx) juga meningkat.
Respons perubahan numerical
densitas lynx per 100 km2
terhadap perubahan densitas
hare per 100 ha, terlihat
berputar ke kiri dari tahun 1987
sampai 1995.

bab 11 interaksi: predasi 27


Pengamatan Predasi di alam
Respon numerical predator terhadap densitas mangsa
terjadi karena reproduksi predator dan agregasi
perpindahan predator ke area yang densitas mangsanya
tinggi.

Predator biasanya berpindah menuju ke lokasi yang


banyak mangsanya.

bab 11 interaksi: predasi 28


Bagaimana mangsa memelihara populasinya?
1. Mangsa memelihara populasinya dengan mengungsi
(refuge) dalam skala waktu dan tempat.
 Berpindah ke tempat yang tidak terjangkau oleh predator,
 Mengatur aktivitas harian atau musiman ketika predator tidak bisa

efektif mencari mangsa.


2. Predator mengganti mangsanya ke spesies lain ketika
mangsa utamanya dengan abundansi rendah.
Tingkah laku predator dalam memilih mangsa merupakan
bagian dari teori pencarian makan yang optimal (optimal
foraging theory).
Situasi di alam, predator memiliki dua atau lebih mangsa
dan dapat diklasifikasi menjadi: mangsa utama (primary
prey) dan mangsa kedua (secondary prey)
bab 11 interaksi: predasi 29
Bagaimana mangsa memelihara populasinya?
Predator dapat dibedakan:
Generalist: predator yang memakan berbagai macam
mangsa dan tidak bergantung pada satu spesies. Predator
generalist cenderung menjaga stabilitas jumlah mangsa.

Specialist: predator yang memakan hanya satu atau dua
spesies. Predator specialist cenderung menyebabkan jumlah
mangsa tidak stabil.

bab 11 interaksi: predasi 30


Evolusi sistem predator - mangsa
Perubahan evolusional pada dua atau lebih spesies yang
berinteraksi disebut co-evolution.
Bila satu predator mampu menangkap mangsa lebih baik
dari predator lainnya, maka predator yang pertama
populasinya akan mengantisipasi generasi predator .
Oleh karena itu predator harus terus mencari cara yang lebih
efektif dalam memilih mangsanya.
Masalah akan timbul bila predator dalam memilih
mangsanya terlalu efektif sehingga kelaparan.
Mangsapun akan menghindari predator
Perubahan tujuan predator dan mangsa menggambarkan
evolusi predator - mangsa seperti arms race
bab 11 interaksi: predasi 31
Arms-Race Co-evolution

Selection by Predator
on Prey

Defensive
Exploitative Ability Ability of Prey
of Predator

Selection by Prey
on Predator
Lima komponen hubungan antara predator dan
mangsa (predator-prey coevolution):
1. Kepadatan mangsa
2. Kepadatan predator
3. Keadaan lingkungan, seperti adanya makanan
alternatif
4. Sifat mangsa, misalnya mekanisme
mempertahankan diri dari serangan pemangsa
5. Sifat predator, misalnya cara menyerang
mangsa.

bab 11 interaksi: predasi 33


Warna Sebagai Peringatan
Beberapa binatang memiliki warna yang menarik dan
mudah terlihat oleh predatornya.
Binatang ini memiliki bahan kimia yang beracun untuk
bertahan dari predator, atau dengan menggunakan warna
untuk peringatan (warning colour).
Sebagai contoh, kupu kupu dan insekta dengan warna cerah
akan memiliki racun yang tidak terdeteksi rasanya oleh
predator.
Teori peringatan (aposematic).
Mekanisme pertahanan mangsa menggunakan warna
sebagai peringatan terkait pula peluang survive.
Karena racun yang tidak berasa, membuat predator harus
mencoba dan kemudian menghindar mangsa yang berwarna
sama bab 11 interaksi: predasi 34
Warna Sebagai Peringatan

http://www.learner.org/jnorth/tm/monar
ch/LarvaFacts.html

bab 11 interaksi: predasi 35


Warna Sebagai Peringatan
Di Amerika bagian tropis
terdapat 120 spesies ular
batu dengan berwarna
merah kuning cerah dan
strip hitam yang beracun.

Ular yang tidak beracun


melakukan Batesian
mimicry dengan meniru
pola warna ular yang Satu dari lima spesies yang beracun,
beracun empat yang lainnya melakukan
mimicri meniru pola strip warna ular
yang beracun
bab 11 interaksi: predasi 36

Anda mungkin juga menyukai