Anda di halaman 1dari 43

TEKNIK SCANNING RENOGRAM

1.SEKAR AYU W P1337430118024


2.M. FAIZ UMAR FARUQ P1337430118031
3.ARIEF RAHMAN E P1337430118033
PENGERTIAN

 Scanning renogram adalah pemeriksaan dalam bidang


kedokteran nuklir dengan menggunakan radiofarmaka beserta
tracer atau perunut untuk mengevaluasi fungsi fisiologis dari
tractus urinarius dan menegakkan diagnosa.
ANATOMI GINJAL

 Ginjal adalah organ berbentuk seperti kacang


berwarna merah tua,panjangnya sekitar
12,5cm dan tebalnya 2,5cm (kurang lebih
sebesar kepalan tangan).
 Ginjal terletak di area yang tinggi, yaitu pada
dinding abdomen posterior di belakang
peritoneum pada kedua sisi vertebrae
thorakalis ke-12 sampai vertebrae lumbalis
ke-3, melekat langsung pada dinding belakang
abdomen.
FUNGSI GINJAL

Fungsi ginjal antara lain :


 Pengeluaran zat sisa organik.
 Pengaturan konsentrasi ion-ion penting.
 Pengaturan keseimbangan asam basa tubuh.
 Pengaturan produksi sel darah merah.
 Pengaturan tekanan darah.
 Pengendalian terbatas terhadap konsentrasi glukosa darah dan asam amino darah.
 Pengeluaran zat beracun.
ANATOMI URETER

 Ureter adalah perpanjangan tubular


berpasangan dan berotot dari pelvis ginjal
yang merentang hingga kandung kemih.
Setlap ureter panjangnya antara 25 cm sampal
30 cm dan berdiameter 4 mm sampai 6 mm.
3 DAERAH PENYEMPITAN ANATOMIS URETER

 di titik asal ureter di panggul (Uretropelvico junction  renal pelvis – ureter).


 di titik saat melewati pinggul panggul (Pelvic brim  persilangan ureter dg arteri iliaka).
 di titik pertemuannya dengan kandung kemih (Vesicouretro junction  ureter yang masuk
ke vesica urinaria).
ANATOMI KANDUNG KEMIH

 Kandung kemih adalah organ berongga yang


berfungsi sebagal wadah penyimpaņan urin.
 Ukuran organ ini sebesar kacang kenari dan
diletakkan di atas panggul kosong, organ
berbentuk seperti buah pir dan dapat mencapai
umbilikus dalam rongga abdomenopelvis jika
penuh berisi urin.
ANATOMI URETRA

 Uretra mengalirkan urin dari kandung kemih


ke bagian ekstertor tubuh.
 Pada laki-laki, uretra membawa cairan semen
dan urin, tetapi tidak pada waktu yang
bersamaan. Uretra lakl-laki panjangnya
mencapal 20 cm dan melalui kelenjar prostat
dan penis.
 Uretra pada perempuan, berukuran pendek
(3,75 cm).
PROSEDUR
PEMERIKSAAN
SCANNING RENOGRAM KONVENSIONAL

Disebut juga pemeriksaan ginjal dinamik, dengan prinsip pemeriksaan dengan menilai
penangkapan radionuklida oleh ginjal yang dialirkan melalui nefron dan dieksresikan ke
dalam pelvis ginjal dan kemudian melalui ureter sampai dengan kandung kemih. Kurva hasil
pemeriksaannya menunjukkan perubahan aktivitas ginjal terhadap waktu yang
menggambarkan fisiologis ginjal seperti fungsi penangkapan, waktu transit dan efisiensi
outflow.
INDIKASI PEMERIKSAAN

 Untuk mengukur fungsi masing-masing ginjal.


 Mengevaluasi obstruksi nefropati atau uropati.
 Menentukan kelainan vaskuler ginjal karena hipertensi.
 Mengevaluasi pasca transplantasi ginjal.
 Trauma Ginjal.
 Penyakit gagal ginjal (CRF = chronic renal failure) alternatif bagi pasien yang alergi media
kontras.
PERSIAPAN ALAT DAN BAHAN

 Peralatan kameran gamma: kolimator Low Energy High.


 Radiofarmaka : Tc-99m-DTPA2-10Ci diberikn secara intravena
PERSIAPAN PASIEN

 Pasien tidak dalam pengaruh media kontras iodine.


 Pasien membawa hasil imejing kedokteran nuklir sebelumnya bila sudah pernah melakukan
pemeriksaan yang sama.
 Pasien minum air putih sekitar 500 ml, pada 30 menit sebelum dilakukan pemeriksaan.
 Pasien dianjurkan BAK(Buang Air Kecil) terlebih dulu sebelum masuk ruang periksa.
 Pasien membawa hasil laboratorium ureum dan creatinin, bila diperlukan.
PENGATURAN POSISI PASIEN DAN OBJEK

 Posisi Pasien  Posisi Objek


 Pasien diposisikan tidur terlentang di meja  Kedua krista illiaka diposisikan pada
pemeriksaan, kedua kaki dekat dengan kamera pertengahan kamera gamma, atau batas atas
gamma (feet first supine). sekitar 5 cm superior proc. Xypoideus dan
batas bawah pada setinggi simpisis pubis,
lengan yang tidak diinjeksi lurus di samping
tubuh, sedang lengan yang diinjeksi adduksi
lurus/ menjauhi tubuh.
TEKNIK PEMERIKSAAN

 Pengaturan parameter, Kolimator Low Energy High Resolution (LEHR),


 scanning dilakukan 4 tahap,
 pertama spuit penuh (full) sebelum diinjeksikan pada pasien,
 kedua proyeksi posterior - anterior, akuisisi dilakukan dengan pengiriman injeksi intra vena,
dengan protokol feet first supine, dinamik scan, matriks: 128 x 128; 'peak' energi disesuaikan oleh
radiouklida, yaitu 140 keV dengan 'window’: 20%; waktu pemeriksaan 31 menit, pembesaran 1X
untuk dewasa dan 2X untuk pasien anak - anak,
 ketiga tempat injeksi pada vena cubiti,
 keempat spuit kosong (empty) setelah diinjeksikan pada pasien.
PENILAIAN

Kurva normal memperlihatkan adanya tiga fase


yang klasik.
 Fase 1 initial : Terjadi peningkatan secara
cepat setelah penyuntikan radiofarmaka (±2
menit).
 Fase 2 sekresi : Kenaikan lebih lamban &
meningkat secara bertahap (±2 – 5 menit).
 Fase 3 ekskresi : Kurva menurun dengan
cepat setelah mencapai puncak kurva (< 15
menit).
PENILAIAN KURVA ABNORMAL
 Jika ginjal tidak berfungsi maka penangkapan
radioaktivitas akan minimum atau tidak ada
sama sekali.
 Kurva akan berjalan datar/tidak beraturan
karena pada kurva tersebut hanya
menggambarkan aktivitas background saja.
 Pada kasus obstruksi total, vesika urinaria
tidak tampak. Fase kedua akan tampak naik
terus dan tidak terlihat adanya fase ketiga.
HASIL GAMBAR
SCANNING RENOGRAM DIURESIS

Merupakan salah satu metode pemeriksaan kedokteran nuklir pada


pasien dengan dilatasi saluran kemih bagian atas dan follow up
pasien dengan hidronephrosis.
INDIKASI PEMERIKSAAN

 Untuk mengukur fungsi masing-masing ginjal.


 Mengevaluasi obstruksi nefropati atau uropati vaskuler ginjal karena hipertensi.
 Mengevaluasi setelah transplantasi renal.
 Trauma Ginjal
 Menentukan kelainan penyakit ginjal (CRF = Chronic Renal Failure) Alternatif bagi pasien yang alergi
media kontras.
PERSIAPAN ALAT DAN BAHAN

 Peralatan SPECT - CT atau kamera gamma: kolimator Resolusi Tinggi Energi Rendah
(LEHR), atau LEGP atau LEHS.
 Radiofarmaka : Tc-99 m - DTPA 2-10 mCi diberikan secara intra vena.
 Obat diuresis : furosemid 1 ampul diberikan secara intra vena.
PERSIAPAN PASIEN

 Pasien tidak dalam pengaruh media kontras iodine.


 Pasien membawa hasil imejing kedokteran nuklir sebelumnya bila pernah dilakukan
pemeriksaan yang sama.
 Pasien minum air putih 500 ml, pada 30 menit sebelum dilakukan pemeriksaan.
 Pasien dianjurkan BAK terlebih dahulu sebelum masuk ruang pemeriksaan.
 Pasien diukur tinggi dan berat badan.
 Pasien yang membawa hasil laboratorium ureum dan kreatinin, jika diperlukan
PENGATURAN POSISI PASIEN DAN OBJEK

 Posisi Pasien  Posisi Objek


 Pasien diposisikan tidur terlentang di meja  Kedua krista illiaka diposisikan pada
pemeriksaan, kedua kaki dekat dengan kamera pertengahan kamera gamma, atau batas atas
gamma (feet first supine). sekitar 5 cm superior proc. Xypoideus dan
batas bawah pada setinggi simpisis pubis,
lengan yang tidak diinjeksi lurus di samping
tubuh, sedang lengan yang diinjeksi adduksi
lurus/ menjauhi tubuh.
TEKNIK PEMERIKSAAN

 Pengaturan parameter, Kolimator Low Energy High Resolution (LEHR),


 scanning dilakukan 4 tahap,
 pertama spuit penuh (full) sebelum diinjeksikan pada pasien,
 kedua proyeksi posterior - anterior, akuisisi dilakukan dengan pengiriman injeksi intra vena,
dengan protokol feet first supine, dinamik scan, matriks: 128 x 128; 'peak' energi disesuaikan
oleh radiouklida, yaitu 140 keV dengan 'window’: 20%; waktu pemeriksaan 31 menit,
pembesaran 1X untuk dewasa dan 2X untuk pasien anak - anak,
 ketiga tempat injeksi pada vena cubiti,
 keempat spuit kosong (empty) setelah diinjeksikan pada pasien.
 Obat diuresis (furosemid) 1 ampul diinjeksikan pada vena cubiti pada menit ke-15 setelah
injeksi radiofarmaka To-99m DTPA.
EVALUASI

 Pemberian furosemide tidak merubah bentuk


kurva obstruksi (fase III naik terus), gambaran
demikian dikenal sebagai gambaran obstruksi
total.
 Pemberian furosemide menyebabkan
perubahan kurva renogram dengan cepat dan
eksresinya menjadi sangat efektif. Gambaran
ini ditemukan pada hidronephrosis non
obstruksi atau dilatasi hipotonik.
 Pengaruh furosemide pada kurva obstruksi
hanya bersifat parsial, tidak cepat dan
eksresinya lambat. Gambaran demikian
menunjukkan adanya obstruksi atau subtotal.
HASIL GAMBAR
SCANNING RENOGRAM CAPTOPRIL

Merupakan modifikasi dari renografi konvensional yang dapat membantu para


klinisi dapat menegakkan diagnosa hipertensi pada renovaskuler (HTRV)
menggunakan Captopril.
INDIKASI PEMERIKSAAN

 Menentukan kelainan vaskuler renal karena hipertensi.


 Untuk mengukur fungsi masing-masing renal.
 Mengevaluasi obstruksi nefropati atau uropati vaskuler ginjal karena hipertensi.
 Mengevaluasi setelah transplantasi renal.
 Trauma Ginjal
 Menentukan kelainan penyakit ginjal (CRF = Chronic Renal Failure) Alternatif bagi
pasien yang alergi media kontras.
PERSIAPAN ALAT DAN BAHAN

 Peralatan SPECT - CT atau kamera gamma: kolimator Resolusi Tinggi Energi Rendah
(LEHR), atau LEGP atau LEHS.
 Radiofarmaka : Tc-99 m - DTPA 2-10 mCi diberikan secara intra vena.
 Obat hipertensi : captopril 1 tablet 5mg diberikan secara per oral.
PERSIAPAN PASIEN

 Pasien tidak dalam pengaruh media kontras iodine.


 Pasien membawa hasil imejing kedokteran nuklir sebelumnya bila pernah dilakukan pemeriksaan yang
sama.
 Pasien minum air putih 500 ml, pada 30 menit sebelum dilakukan pemeriksaan.
 Pasien dianjurkan BAK terlebih dahulu sebelum masuk ruang pemeriksaan.
 Pasien diukur tinggi dan berat badan.
 Pasien yang membawa hasil laboratorium ureum dan kreatinin, jika diperlukan
PENGATURAN POSISI PASIEN DAN OBJEK

 Posisi Pasien  Posisi Objek


 Pasien diposisikan tidur terlentang di meja  Kedua krista illiaka diposisikan pada
pemeriksaan, kedua kaki dekat dengan kamera pertengahan kamera gamma, atau batas atas
gamma (feet first supine). sekitar 5 cm superior proc. Xypoideus dan
batas bawah pada setinggi simpisis pubis,
lengan yang tidak diinjeksi lurus di samping
tubuh, sedang lengan yang diinjeksi adduksi
lurus/ menjauhi tubuh.
TEKNIK PEMERIKSAAN

 Pengaturan parameter, Kolimator Low Energy High Resolution (LEHR),


 scanning dilakukan 4 tahap,
 pertama spuit penuh (full) sebelum diinjeksikan pada pasien,
 kedua proyeksi posterior - anterior, akuisisi dilakukan dengan pengiriman injeksi intra vena,
dengan protokol feet first supine, dinamik scan, matriks: 128 x 128; 'peak' energi disesuaikan
oleh radiouklida, yaitu 140 keV dengan 'window’: 20%; waktu pemeriksaan 31 menit,
pembesaran 1X untuk dewasa dan 2X untuk pasien anak - anak,
 ketiga tempat injeksi pada vena cubiti,
 keempat spuit kosong (empty) setelah diinjeksikan pada pasien.
 Obat hipertensi (captopril) 1 tablet diminumkan pada pasien pada menit ke-15 sebelum
injeksi radiofarmaka Tc-99m DTPA.
FASE PENILAIAN KURVA NORMAL

 Derajat 0 menunjukkan keadaan normal


 Derajat 1 dapat menunjukkan perlambatan ringan
dari fase sekresi (fase 2) atau penurunan aktivitas
maksimal atau waktu puncak abnormal yaitu sektar
6-11 menit atau fase sekresi turun dengan lamban
 Derajat 2A menunjukkan perlambatan fase sekresi
dan Tmaks, dengan fase ekskresi
 Derajat 2B menunjukkan perlambatan fase sekresi,
Tmaks tanpa fase ekskresi
 Derajat 3 menunjukkan penurunan yang nyata atau
penangkapan radiofarmaka tidak ada sama sekali
SCANNING RENOGRAM TRANSPLANTASI GINJAL

 Modifikasi dari renografi konvensional yang dapat membantu para klinisi


dalam menegakkan diagnosa yang berhubungan dengan transplantasi ginjal.
INDIKASI PEMERIKSAAN

 Follow up pasien pasca operasi transplantasi ginjal.


 Mendeteksi terjadinya resiko komplikasi pada pasien.
 Menilai fungsi ginjal pada calon donor yang sehat (memastikan bahwa ginjal yang akan didonorkan
adalah ginjal yang baik dan tidak akan membahayakan bagi pasien penerimanya).
KOMPLIKASI TRANSPLANTASI GINJAL

 Rejesi (penolakan)
 Acute Tubular Necrosis (ATN)
 Obstruksi Ureter
 Stenosis Arteri Renalis (SAR)
 Thrombosis Vena Renalis
 Infeksi
 Toksisitas Siklosporin
PERSIAPAN ALAT DAN BAHAN

 Kamera gamma dengan kolimator jenis general – purpose atau high sensitivity
 Matriks 64 x 64 pixels
 Akusisi frame 10 – 20 detik
 Lama pemeriksaan 30 – 40 menit
 Radiofarmaka :
 Tc– 99m MAG3 dengan dosis 2,5 mCi
 Tc– 99m DTPA dengan dosis 5 mCi
 I– 123 Hippuran dengan dosis 2 mCi
PERSIAPAN PASIEN

 Menjaga status hidrasi pasien selama pemeriksaan.


Penderita dewasa : minum 400 ml air 20-30 menit sebelum pemeriksaan.
 Penderita anak-anak : diberikan volume cairan sesuai dengan berat badan.
 Tidak dianjurkan melakukan pemeriksaan renogram bersamaan dengan pemeriksaan IVP.
 Penderita harus mengosongkan vesika urinaria sebelum pemeriksaan.
 Pada pemakaian radiofarmaka I-131 Hippuran, penderita sebelumnya diberikan larutan
lugol 10 tetes untuk memblok jaringan tiroid agar tidak menangkap I-131.
PENGATURAN POSISI PASIEN DAN OBYEK

 Posisi Pasien  Posisi Objek


 Pasien diposisikan tidur terlentang di meja  Kamera gamma berada di anterior fossa illiaka
pemeriksaan, kedua kaki dekat dengan kamera di daerah abdomen bagian bawah dan pelvis.
gamma (feet first supine).
TEKNIK PEMERIKSAAN

 Radiofarmaka disuntikkan pada vena mediana kubiti secara bolus.


 Citra diambil pada interval 1 detik setelah radiofarmaka disuntikkan selama 60 detik.
 Selanjutnya dipakai protokol renografi konvensional dengan menggunakan frame 20
detik selama 30 menit.
 Selanjutnya dibuat kurva renografi dengan membuat ROI pada ginjal dan background.
PENILAIAN

 Indeks Perfusi
• Menghitung indeks perfusi ROI dibuat pada
ginjal dan arteri illiaka yang kemudian dibuat
kurva aktivitas terhadap waktu.
• Jika tidak ada aliran darah ke ginjal yang
ditransplantasi maka nilai indeks perfusi akan
meningkat.
 Rasio Ginjal-Aorta
• Menggunakan kurva aktivitas terhadap waktu
dari ginjal dan aorta.
• Nilai rasio akan menurun bila tidak ada perfusi
ke ginjal.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai