Pembimbing :
dr. Mulia Rahmansyah, Sp.Rad
Disusun oleh:
WHO → setiap tahun ditemukan sekitar 10 juta kasus baru atau setara sekitar 133
kasus/100.000 penduduk
60%
12%
50% Spinal TB
28%
EP : Extra Pulmonary
TB : Tuberculosis
ETIOLOGI
Terdapat 60 spesies
Mycobacterium TB
Complex
Penyebaran secara
hematogenik fokus
primer
TB : Tuberculosis
PATOFISIOLOGI
PATOFISIOLOGI
PATOFISIOLOGI
• Nyeri punggung
• Deformitas : Kifosis
• Cold abcess
• Paraplegia
PEMERIKSAAN FISIK
• RR meningkat, Rhonki (+)
• Biopsi
• Kultur : terdapatnya sel epiteloid granulomatous,
jaringan nekrosis, adanya infiltrasi limfosit, dan
sebukan sel berinti (multinucleated) dan Langhan’s
giant cells
PEMERIKSAAN PENUNJANG
(Pemeriksaan Laboratorium)
• Polymerase Chain Reaction (PCR)
• LED
• Pemeriksaan imunologi
• CRP
• Spesimen sputum : memberikan hasil positif hanya
jika proses infeksi paru sedang aktif.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
(X-Ray)
• Dapat berguna untuk memandu tindakan biopsi perkutan dan menentukan luas
kerusakan jaringan tulang
PEMERIKSAAN PENUNJANG
(CT-Scan)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
(MRI)
(X-RAY)
METASTASIS
(CT SCAN BREAST CANCER WITH SKELETAL METASTASES)
METASTASIS
Terapi Operatif
TERAPI MEDIKAMENTOSA
● Pengobatan spondilitis TB -> pemberian obat anti TB dikombinasikan dengan
imobilisasi menggunakan korset/penyangga eksternal.
● Pengobatan INH dan rifampisin harus diberikan selama seluruh pengobatan.
Regimen 4 macam obat biasanya termasuk INH, rifampisin, dan pirazinamid
dan etambutol.
● Lama pengobatan masih kontroversial. Banyak ahli lebih memilih durasi
selama 12–24 bulan atau sampai bukti regresi dari penyakit secara patologis
atau radiologis
TERAPI
MEDIKAMENTOSA
Nama Obat Dosis harian Efek Samping
(mg/kgBB/hr)
Isoniazid 5-15 (300 mg) Hepatitis, neuritis
perifer,
hipersensitivitas
Rifampisin 10-20 (600mg) Gastrointestinal, reaksi
kulit, hepatitis,
trombositopenia, cairan
tubuh berwarna orange
Pyrazinamid 15-40 (2) Toksisitas hepar,
artralgia,
gastrointestinal
Ethambutol 15-25 (2,5) Neuritis optic,
PENYANGGA EKSTERNAL
Cervical Collar
• Tujuan : mengurangi pergerakan leher yang berlebihan, mencegah pergerakan tulang
servikal yang patah, mencegah bertambahnya cedera tulang belakang daerah servikal,
dan mengurangi rasa sakit.
• Umumnya cervical collar digunakan selama 1-2 minggu
Lumbo-Sacral Orthosis (LSO)
• LSO : penyangga eksternal yang digunakan di daerah lumbal dan sakral.
• Tujuan penggunaan LSO adalah untuk mengontrol dan menyokong tulang belakang,
mengurangi rasa sakit, mencegah cedera lebih lanjut, dan mendukung proses
penyembuhan.
Jewwet Brace
• Digunakan untuk menyokong daerah torakal dan lumbar dari tulang
belakang dengan cara mencegah terjadinya rotasi dan fleksi.
• Pasien yang menggunakan Jewett tidak boleh melakukan aktivitas fisik
berat yang dapat menimbulkan rotasi ataupun fleksi di daerah tulang
belakang.
• Alat ini digunakan sekitar 6-12 minggu dan harus selalu digunakan oleh
pasien, baik saat mandi, duduk, berjalan, maupun bepergian.
TERAPI OPERATIF
Indikasi Absolut :
• Paraplegi dengan onset yang terjadi selama pengobatan konservatif
• Paraplegia memburuk atau menetap setelah dilakukan pengobatan
konservatif
• Kehilangan kekuatan motorik yang bersifat komplit selama 1 bulan
setelah dilakukan pengobatan konservatif
• Paraplegia spastisitas tidak terkontrol oleh karena suatu keganasan dan
imobilisasi tidak mungkin dilakukan atau adanya risiko terjadi nekrosis
akibat tekanan pada kulit
• Paraplegia yang berat dengan onset yang cepat
• Paraplegia berat lainnya, paraplegia flaksid, paraplegia dalam keadaan
fleksi, kehilangan sensoris yang komplit atau gangguan kekuatan
motoris selama >6 bulan.
TERAPI OPERATIF
Indikasi Relatif :
• Paraplegia berulang yang sering disertai paralisis sehingga serangan
awal sering tidak disadari
• Paraplegia pada usia tua
• Paraplegia yang disertai nyeri yang diakibatkan oleh adanya spasme
atau kompresi akar saraf serta adanya komplikasi seperti batu atau
terjadi infeksi saluran kemih.
Empyema
tuberkulosa
Cedera corda
spinalis (spinal cord
injury
ALGORITME TATALAKSANA
SPONDILITIS TB DENGAN KOMPLIKASI
NEUROLOGI
Algoritme Tata Laksana Spondilitis TB dengan Komplikasi Neurologi
• Gejala yang dapat muncul yaitu benjolan pada tulang belakang yang disertai rasa nyeri,
dan jika sudah berlangsung lama dapat muncul paraplegia
• MRI merupakan gold standard untuk diagnosis infeksi tulang belakang, baik digunakan
bila sudah ada keterlibatan medulla spinalis
21. Kyu YL. Comparison of Pyogenic Spondylitis and Tuberculous Spondylitis. Asian Spine J.
2014 Apr; 8(2): 216–223
22. Sato K, Yamada K, Yokosuka K, et al. Pyogenic Spondylitis: Clinical Features, Diagnosis
and Treatment. Kurume Medical Journal.2018;65(3):83-9
23. Na young J, Won Hee J, Kee Yong H, et al. Discrimination of Tuberculous Spondylitis from
Pyogenic Spondylitis on MRI. American Journal of Roentgenology. 2004;182: 1405-10
24. Kusmiati T, Narendrani H P. Pott’s Disease. Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga.
Jurnal Respirasi. 2016; 2(3) : 107-9
25. Rahyussalim. Spondilitis Tuberkulosis Diagnosis, Penatalaksanaan, dan Rehabilitasi Edisi 1.
Jakarta: Media Aesculapius. 2018 : 66-7
26. Paramarta E, Purniti P S, Subanada I B, Astawa P. Spondilitis Tuberkulosis. Fakultas
Kedokteran Universitas Udayana Rumah Sakit Sanglah Denpasar. Sari Pediatri. 2008;
10(3) : 180-2
27. Shah L, Salzman K. Imaging of Spinal Metastatic Disease. International Journal of Surgical
Oncology. 2011 : 3-5
TERIMA
KASIH