Anda di halaman 1dari 58

AKUNTANSI PAJAK

PERSEDIAAN
Persediaan
Merupakan Aset :
• Tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha normal (barang
dagang & dan produk jadi)
• Berada dalam proses produksi
• Bahan baku dan bahan pembantu

 Untuk tujuan PPN, pasal 1A bagian (g) UU PPN 2009


menyatakan penyerahan barang kena pajak ke pedagang
perantara dianggap transaksi penyerahan penjualan. Barang
konsinyasi tidak termasuk persediaan consignee.
 Akuntansi persediaan berkaitan dengan sistem pencatatan
dan penilaian. Untuk tujuan perpajakan, pasal 10 ayat (6)
UU PPh menganut Metode FIFO & Harga Pokok Rata-rata.

10/8/20
2
05:11:33 AM
PSAK 14

Persediaan
• Persediaan adalah Aset :
• Tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha normal
• Dalam proses produksi dan atau dalam perjalanan
• Dalam bentuk bahan atau perlengkapan / supplies untuk
digunakan dalam proses produksi atau pemberian jasa

• Persediaan diukur berdasarkan biaya atau nilai realisasi bersih


mana yang lebih rendah (the lower of the cost and net
realizable value)
PSAK 14

Persediaan
• Biaya persediaan meliputi :
• Biaya pembelian
• Biaya konversi
• Biaya lain yang timbul sampai persediaan berada dalam kondisi dan
tempat yagn siap untuk dijual atau dipakai (present location and
condition)

• Biaya pembelian meliputi harga pembelian, bea masuk dan pajak lainnya
kecuali yang dapat ditagih kembali kepada kantor pajak.

• Biaya konversi meliputi biaya yang secara langsung terkait dengan unit
yang diproduksi dan biaya overhead produksi tetap dan variable yang
dialokasikan secara sistematis.
Persediaan
• Biaya yang dikeluarkan dari persediaan :
• Jumlah pemborosan yang tidak normal
• Biaya penyimpanan kecuali biaya tersebut diperlukan dalam proses
produksi sebelum tahap produksi berikutnya
• Biaya administrasi dan umum
• Biaya penjualan
• Teknik pengukuran biaya persediaan Metode biaya standar,
Metode eceran (retail) dapat digunakan bila hasilnya mendekati
biaya historis
• Persediaan yang dibeli dengan pembayaran ditunda tidak boleh
memasukkan unsur bunga.
Rumus Biaya
• Untuk barang yang tidak dapat diganti dengan barang lain (not
interchangeable) serta jasa yang dihasilkan dan dipisahkan untuk
proyek khusus  identifikasi khusus terhadap biaya masing-masing.
• Untuk barang lain dihitung dengan menggunakan rumus biaya :
• Masuk pertama keluar pertama / FIFO
• Rata-rata / Weighted Average
• Entitas harus menggunakan rumus biaya yang sama terhadap semua
persediaan yang memiliki sifat dan kegunaan yang sama.
• Untuk persediaan yang memiliki sifat dan kegunaan yang berbeda,
rumusan biaya yang berbeda diperkenankan.
Nilai Realisasi neto

• Konsisten dengan pendapat: Aset seharusnya tidak dinyatakan


melebihi jumlah yang mungkin dapat direalisasi
• Nilai realisasi neto adalah estimasi harga jual dalam kegiatan
usaha biasa dikurangi estimasi biaya penyelesaian dan estimasi
biaya yang diperlukan untuk membuat penjualan.
Nilai Realisasi neto

• Estimasi nilai realisasi bersih :


• Berdasarkan bukti yang paling andal yang tersedia
• Mempertimbangkan fluktuasi harga atau biaya yang
langsung terkait
• Mempertimbangkan tujuan persediaan
• Nilai realisasi bersih :
• Biaya ganti / replacement cost
• Harga jual dikurangi dengan biaya untuk melakukan
penjualan
Teknik Pengukuran Biaya

• Teknik pengukuran biaya  standar, eceran, laba kotor


• Dapat digunakan jika hasilnya mendekati biaya.
• Biaya standar  harus direview
• Metode eceran  industri eceran  jumlah besar item yang
berubah dengan cepat, dan memiliki marjin yang sama di
mana tidak praktis untuk menggunakan metode lainnya.
Penurunan ke Nilai Realisasi Bersih

• Penurunan dapat dilakukan item per item atau group.


• Penurunan yang terjadi langsung dibebankan beban periode
berjalan / menambah beban persedian.
• Pemulihan nilai akan diakui sebagai pengurang jumlah beban
persediaan
• Nilai realisasi bersih yang telah ditentukan harus ditinjau
kembali pada setiap periode berikutnya.
Pengakuan sebagai Beban
• Jika persediaan dijual, maka nilai tercatat persediaan
tersebut harus diakui sebagai beban pada periode diakuinya
pendapatan.
• Setiap penurunan nilai persediaan di bawah biaya menjadi
nilai realisasi neto dan seluruh kerugian persediaan harus
diakui sebagai beban pada periode terjadinya penurunan atau
kerugian tersebut.
• Setiap pemulihan kembali diakui sebagai pengurangan
terhadap jumlah beban persediaan pada periode terjadinya
pemulihan tersebut.
Pengungkapan

• Kebijakan akuntansi yang digunakan dalam pengukuran persediaan,


termasuk rumus biaya yang digunakan;
• Total jumlah tercatat persediaan dan jumlah nilai tercatat menurut
klasifikasi yang sesuai bagi entitas;
• Jumlah tercatat persediaan yang dicatat dengan nilai wajar dikurangi
biaya untuk menjual;
• Jumlah persediaan yang diakui sebagai beban selama periode berjalan;
• Jumlah setiap penurunan nilai yang diakui sebagai pengurang jumlah
persediaan yang diakui sebagai beban dalam periode berjalan;
• Jumlah dari setiap pemulihan dari setiap penurunan nilai yang diakui
• Kondisi atau peristiwa penyebab terjadinya pemulihan nilai persediaan;
dan
• Nilai tercatat persediaan yang diperuntukkan sebagai jaminan kewajiban.
Ilustrasi – Arus Biaya

PT. Mekar melaporkan transaksi berikut pada 2015:


Tanggal Pembelian Biaya beli
12 Mei 100 unit 1.000
14 Aug 200 unit 2.200
18 Sep 120 unit 1.800
420 unit 5.000
Pada 31 Des, perusahaan memiliki 20 unit di tangan
dan menggunakan sistem persediaan periodik.
Berapa nilai HPP dan persediaan akhir?
Metode Average (Weighted)

Data tersedia:
Tanggal Pembelian Biaya
Mei 12 100 unit 1.000
Aug 14 200 unit 2.200
Sep 18 120 unit 1.800
420 unit 5.000

Langkah:
1. Hitung biaya rata-rata per unit : 5.000/420 = 11.905
2. Aplikasikan biaya rata-rata per unit pada jumlah yang terjual
untuk memperoleh HPP: (420-20) x 11.905 = 4.762
3. Aplikasikan biaya rata-rata per unit pada jumlah yang tersisa di
persediaan untuk menentukan Persediaan Akhir: 20 x 11,91 =
238
Metode FIFO

Data diberikan: HPP (FIFO)


Tanggal Pembelian Biaya 1.000 (100 terjual)
Mei 12 100 unit @ 10 1.000 2.200 (200 terjual)
Aug 14 200 unit @ 11 2.200 1.500 (100 terjual; 20 sisa)
Sep 18 120 unit @ 15 1.800 4.700
420 5.000

Biaya Barang
Siap Jual 4.700
HPP

5,000 Persediaan Akhir 20 * $15 = 300


Penilaian Persediaan
Biaya atau Nilai Realisasi Bersih yang Lebih Kecil
Persediaan Kuantitas Biaya NRV Total Total NRV Lebih
Biaya Kecil

A 400 50 60 20.000 24.000 20.000


B 200 120 100 24.000 20.000 20.000
C 500 70 60 35.000 30.000 30.000
D 300 200 220 60.000 66.000 60.000
TOTAL 139.000 134.000 130.000

NRV: Net Realizable Value = harga jual dikurangi biaya untuk menjual.
Penurunan dihitung secara total = 139.000 – 134.000 = 5.000
Penurunan dihitung tiap produk = 139.000 – 130.000 = 9.000
Jurnal COGS* 9.000
Penyisihan penurunan nilai persediaan 9.000
Jika penurunan nilai sifatnya operasional dapat dimasukkan ke COGS, namun jika sifatnya material dan tidak rutin
dimasukkan dalam beban/pendapatan lain-lain (setelah laba operasi)

16
Koreksi Kesalahan Persediaan

• Koreksi kesalahan atas persediaan akan disajikan sesuai


ketentuan PSAK 25.
• Jika koreksi tersebut terjadi di tahun berjalan akan dilakukan
pembetulan mengoreksi persediaan dan/atau COGS.
• Jika koreksi terjadi pada tahun sebelumnya maka akan
dilakukan penyesuaian atas nilai sebelumnya dan
diperhitungkan dampaknya terhadap saldo laba jika
berpengaruh pada nilai COGS periode sebelumnya.

17
Jenis persediaan
 Biaya Bahan Baku dan Bahan Pelengkap (harga beli + ongkos
angkut + biaya gudang + lain-lain yg berhub dgn penyimpanan)
 Barang dalam Pengolahan (brg yg msh dlm tahap penyelesaian,
untuk menyelesaikan produk tsb, perusahaan masih memerlukan
tambahan pekerjaan shg membutuhkan Biaya Tenaga Kerja dan
biaya tidak langsung lainnya)
 Barang Jadi (produk yang telah selesai diolah dan siap untuk
dijual)
SISTEM PENCATATAN
PERSEDIAAN
 Dalam UU PPh No 36/2008, sistem pencatatan persediaan tidak
diatur secara jelas. Selama sistem dapat menunjukkan kebenaran
pencatatan, konsisten, dan taat asas, ketentuan perpajakan dapat
menerimanya.
 Sistem Pencatatan Periodik
 Sistem Pencatatan Perpetual (UU PPh No.36/2008 menegaskan agar
pencatatan sedapat mungkin dilakukan dengan sistem perpetual
Contoh
• Pada tanggal 4 April 2017, PD. Bintang membeli 100 unit barang
dagang dengan harga Rp 5.000.000 (harga belum termasuk PPN)
secara tunai. PD. Bintang telah dikukuhkan sebagai PKP sejak 31
Januari 2005. Pembukuan persediaan dilakukan dengan sistem
perpetual :

Tanggal Keterangan D K
4-April-’12 Persediaan Barang Dagang 5.000.000 ---
PPN Masukan 500.000 ---
Kas/Bank --- 5.500.000

Harga 1 unit barang adalah Rp 5.000.000 : 100 unit = Rp50.000


• Pada tanggal 30 April 2017, PD. Bintang menjual 30 unit barang
dagang secara tunai dengan harga jual Rp70.000/unit (belum
termasuk PPN)

Tanggal Keterangan D K
30-4-’12 Kas/Bank Rp 2.310.000 ---
PPN Keluaran --- Rp 210.000
Penjualan --- Rp2.100.000
HPP Rp1.500.000 ---
Persediaan Barang Dagang -- Rp1.500.000

Pers brg dgg yg tersisa dan tercatat dlm pembukuan = Rp 50.000 x 70 = Rp 3.500.000
Jika PD. Bintang belum dikukuhkan sbg
PKP
• PD. Bintang tidak dapat mengkreditkan PPN Masukannya
sehingga PPN Masukan dimasukkan sebagai harga perolehan
barang dagang sehingga harga 1 unit barang adagang adalah
Rp5.500.000 : 100 unit = Rp55.000
Tanggal Keterangan D K
4-4-’12 Persediaan barang dagang 5.500.000 ---
Kas/Bank --- 5.500.000

30-4-’12 Kas/Bank 2.100.000 ---


Penjualan -- 2.100.000
HPP 1.650.000 ---
Persediaan barang dagang --- 1.650.000

Karena bukan PKP, maka PD. Bintang tidak memungut PPN Keluaran
Nilai persediaan dalam neraca
• Penilaian persediaan barang didasarkan pada harga
perolehan. Penilaian pemakaian persediaan untuk
penghitungan HPP hanya boleh dilakukan melalui dua
cara menurut ketentuan perpajakan UU PPh No. 36
Tahun 2008 pasal 10 ayat (6), yaitu :
• 1. Metode rata-rata (average) atau
• 2. Metode FIFO
• Pemilihan ke dua metode tersebut harus dilakukan secara
taat asas, artinya sekali WP memilih salah satu cara
penilaian pemakaian persediaan untuk perhitungan HPP,
maka untuk selanjutnya harus digunakan cara yang sama.
Teknik menghitung nilai persediaan
akhir
1. Metode laba bruto (gross profit method), metode ini
biasa digunakan apabila inventarisasi fisik tidak
mungkin dilakukan dan pencatatan perpetual tidak
dilaksanakan
2. Metode harga eceran (retail method), metode ini
sering digunakan oleh pengecer, pasar swalayan dan
toserba untuk menaksir nilai persediaan guna
penyusunan penyusunan laporan perhitungan laba rugi.
UU PPh No.36/2008 dalam menghitung Penghasilan
Kena Pajak harus berdasarkan data yang benar dan
bukan berdasarkan penaksiran.
PENGERTIAN
Dalam SAK-ETAP yg diatur oleh IAI (2009:52) adalah:
• Aset untuk dijual dalam kegiatan usaha normal
• Dlm proses produksi untuk kemudian dijual
• Dlm bentuk bahan atau perlengkapan untk digunakan dlm
proses produksi atau pemberian jasa.
• Jadi persedian merupakan aset yg dimiliki untk dijual dlm
kegiatan usaha normal dlm persh dagang maupun persh
manufaktur yg membutuhkan proses produksi.
PENGELOMPOKAN PERSEDIAAN
1. Perusahaan Dagang, persediaan disebut persediaan barang
dagang yaitu barang dagang yang dimiliki perusahaan dan
sudah langsung dalam bentuk siap untuk dijual dalam
kegiatan bisnis normal perusahaan.
2. Perusahaan Manufaktur, awalnya persediaan belum siap
untuk dijual sehingga perlu diolah terlebih dahulu:
• Bahan Mentah
• Barang Setengah Jadi
• Barang Jadi
KEPEMILIKAN BARANG
Harus ditentukan di awal transaksi jual beli, yaitu berdasarkan
pada perjanjianatau syarat-syarat penjualan yang disepakati.
Menurut Wild dan Kwok (2016:157-158),
biaya angkut dibagi 2:
• FOB Destination
Biaya angkut dibayar oleh penjual dan kepemilikan barang
dagang akan berpindah pada saat barang telah sampai di
gudang pembeli.
• FOB Shipping Point
Biaya angkut dibayar oleh pembeli dan kepemilikan barang
dagang berpindah pada saat barang sampai di pelabuhan atau
barang sampai di perusahaan pengangkutan (carrier)
• Biaya angkut yg dibayar oleh pembeli akan menambah HPP yg
dibeli
• Biaya angkut yg dibayar oleh penjual akan dicatat dalam
“beban operasional” pada Laporan Laba Rugi.
• Bila ada barang yg rusak/tdk sesuai pesanan jika pembeli
mengembalikan maka akan dicatat dalam akun retur pembelian
(purchase return) , sebaliknya penjual akan mencatat dalam
akun retur penjualan (sales return)
• Akun diskon pembelian ( purchase discount) adalah untk
transaksi pembelian yg dilakukan secara kredit dimana pembeli
melakukan pembayaran dlm jangka waktu tertentu sehingga
pembeli mendapatkan potongan harga sehingga penjual dpt
dng segera mengonversi piutang usaha menjadi kas ataupun
bank .
• Akun diskon penjualan ( sales discount) dicatat apabila
potongan penjualan yg diberikan pihak penjual untk
pembayaran yg segera dilakukan oleh pembeli, sebesar nilai
jual yg tertera dlm faktur setelah dikurangi retur.
Merupakan suatu kondisi yang disyaratkan untuk pembayaran
kembali piutang dari para pelanggan. Kebijakan ini diharapkan
dapat mendorong pelanggan untuk segera memenuhi
kewajibannya. Contoh:

2/10 – n/90

Penjual akan memberikan potongan/diskon sebesar 2% bila


pembayaran dilakukan paling lama 10 hari setelah transaksi
dilakukan, dan transaksi ini akan jatuh tempo dalam jangka
waktu 90 hari.
Contoh 1
Perusahaan A melakukan pembelian barang secara kredit dengan
harga barang adalah Rp. 25juta.
Penjual memberikan syarat penjualan kredit

5/5 – n/15

Berapa tagihan yang harus dipenuhi perusahaan A apabila


membayar pada hari ke 3??
Berapa tagihan yang harus dipenuhi perusahaan A apabila
membayar pada hari ke 12??
Jawaban 1
Harga = 25juta

Sebelum hari ke 5:
25.000.000 - (25.000.000 x 0.05)
25.000.000 – 1.250.000
23.750.000

Setelah hari ke 5:
25.000.000
Jenis Persedian:
Pengadaan brg untk usaha dagang dimaksudkan untk dijual
kembali, sedangkan pengadaan untk usaha manufaktur untk
diolah menjadi brg jadi sebelum dijual. Jenis persedian usaha
manufaktur sbb:
1. Bahan baku (raw material) dan bahan pelengkap
Biaya perolehan bahan baku (raw material) terdiri atas
harga pembelian, ongkos angkut, biaya gudang, dan biaya
lain-lain yg berhubungan dng penyimpanan sampai bahan tsb
dipakai dlm produksi. Bahan baku digolongkan : bahan baku
langsung (bahan-bahan yg dpt diidentifikasikan langsung
dlm produk) misal : bahan kayu untk pembuat lemari. dan
bahan pembantu (bahan yg tdk dapat diidentifikasikan
langsung dlm produk) misal: kertas amplas, minyak pelumas
2. Barang dlm pengolahan
Adalah barang yg masih dlm tahap penyelesaian. Untk
menyelesaikan membutuhkan biaya tenaga dan biaya tdk langsung
lainnya,
3. Barang jadi (finished good)
Adalah produk yg telah selesai diolah dan siap untk dijual. Semua
biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan biaya tdk langsung telah
selesai dibebankan.
4. Barang dalam perjalanan (goods in transit)
Adalah barang yg dikirim atas dasar FOB Shipping Point yg masih
berada dlm perjalanan pd akhir periode akan menjadi milik
pembeli dan hrs diperhitungkan pd catatan pembeli.
5. Barang konsinyasi (consigned goods)
Adalah barang yg telah diserahkan kepada consignee ttp
merupakan kepemilikan dari consignor dan dimasukan dlm
persediaan consignor sebesar hrg beli atau biaya produksi .
Pengukuran Persediaan:
Dalam PSAK No. 14, biaya persediaan meliputi semua biaya
pembelian, biaya konversi, dan biaya lain yg timbul sampai
persediaan berada dlm kondisi dan lokasi saat ini.
• Biaya pembelian
meliputi harga beli, bea import, pajak lainnya (kecuali yg
kemudian dpt ditagih kembali oleh entitas kepada otoritas
pajak), biaya pengangkutan, biaya penanganan dan biaya
lainnya yg secara langsung dpt diartibusikan pada perolehan
brg jadi, bahan dan jasa. Diskon dagang, rabat, dan hal lain yg
serupa dikurangkan dlm menentukan biaya pembelian.
• Biaya konversi
Meliputi biaya yg secara lansung terkait dengan unit yg
diproduksi contoh biaya tenaga kerja langsung termasuk juga
alokasi sistematis overhead produksi tetap dan variabel yg
timbul dlm mengonversi bahan menjadi barang jadi.
• Biaya-biaya lain
Hanya dibebankan sebagai biaya persediaan sepanjang timbul,
agar persediaan berada dlm kondisi dan lokasi saat ini.
Sistem Pencatatan persediaan :
1. Sistem Periodik
Setaip pembelian dicatat dalam akun “pembelian” dan
penjualan dicatat dalam akun “penjualan”. Persh menentukan
HPP hanya pada saat akhir periode akuntansi dng rumus:
Persedian Awal + Pembelian (neto) – Persedian Akhir = Harga Pokok
Penjualan

Persedian dihitung dengan melakukan perhitungan fisik pada


setiap akhir periode. Dng sistem ini perhitungan persediaan dpt
dilakukan dng akurat dan benar.
Kelemahannya jika jumlah dan jenis persediannya banyak, cara
ini sangat mahal. Sistem ini tdk bertentangan dbg perpajakan
karena berdasarkan perhitungan yg benar.
2. Sistem Perpetual
Setiap pencatatan dilakukan secara terus menerus dimana
setiap pembelian dan penjualan barang dagangan dicatat
dalam akun “Persediaan”. Persh mencatat secara detail harga
pokok dari setiap persedian barang dagangan yg dijual dan
dibeli.
Perbedaan sistem periodik dan perpetual :
Tgl 2 Nop PT. Z mencatat pembelian brg dagangan sebesar Rp 1.200.000
secara kredit dng syarat 2/10, n/30.

PERIODIK PERPETUAL
Pembelian 1.200.000 Persedian 1.200.000

Utang 1.200.000 Utang Dagang 1.200.000


Dagang

PT. Z mebayar pembelian tgl 2 Nop dlm periode diskon Rp 1.176.000


( 98%X Rp 1.200.000)
PERIODIK PERPETUAL

Pembelian 1.200.000 Utang Dagang 1.200.000


Dis. pembelian 24.000 Persedian 24.000
Kas 1.176.000 kas 1.176.000
PT.Z mengembalikan brg dagangan yg dibeli tgl 2 Nop karena cacat. Biaya
dicatat sebesar perolehan (termasuk diskon) sebesar Rp 300.000 dan mencatat
pengembalian brg tgl 15 Nop.

PERIODIK PERPETUAL
Pembelian 300.000 Utang Dagang 300.000
Retur Pembelian 300.000 Persedian 300.000

PT. Z membayar biaya angkut sebesar Rp 75.000 . Dalam sistem periodik,


biaya ini dicatat ke dalam akun biaya angkut.

PERIODIK PERPETUAL
Biaya Angkut 75.000 Persedian 75.000
Kas 75.000 Kas 75.000
Pd sistem periodik, HPP tdk dicatat dlm setiap penjualan ttp total HPP
dihitung pd akhir periode. Pd tgl 3 Nop. PT.Z mencatat penjualan sebesar Rp
2.400.000 secara kredit dimana HPP sebesar Rp 1.600.000

PERIODIK PERPETUAL
Piutang 2.400.000 Piutang 2.400.000
Penjualan 2.400.000 Penjualan 2.400.000

HPP 1.600.000
Persedian 1.600.000
Tgl 6 Nop, pelanggan mengembalikan brg yg dibeli dari PT. Z pada tgl 3 Nop
dng harga jual Rp 800.000 dan HPP Rp 600.000.

PERIODIK PERPETUAL
Retur Penjualan 800.000 Retur Penjualan 800.000
Piutang 800.000 Piutang 800.000
HPP 600.000
Persedian 600.000
Sistem Penilaian Persedian:
1. Berdasarkan harga Perolehan
a. Metode Identifikasi Khusus
metode ini berasumsi arus barang harus sama dng arus biaya,
sehingga setiap kelompok brg diberi identifikasi dan dibuat
kartu. HP untk setiap brg dpt diketahui, sehingga HPP terdiri
atas HP Brg yg dijual dan sisanya sebagai persedian akhir .
Metode ini digunakan untk persh yg mempunyai persedian
relatif sedikit ttp harga per unitnya besar. Karena itu HPP dan
HP Persedian menggunakan arus harga pokok sebenarnya
(actual) dari persedian.
b. Metode Masuk Pertama Keluar Pertama (First In Firt Out –
FIFO)
metode ini mendasarkan pada asumsi bahwa barang yg
masuk pertama akan dikeluarkan pertama.
c. Masuk Terakhir Keluar pertama (Last In First Out – LIFO )
Cara ini digunakan dng mendasarkan pd asumsi bahwa arus
pembebanan ke Harga Pokok Penjualan berdasarkan pada harga
pembelian terakhir.
d. Metode Rata-rata (Average)
dng metode rata-rata pembebanan ke harga pokok untk brg yg
dijual atau untk persedian akhir menggunakan harga rata-rata.
Metode rata-rata terdiri atas:
- Rata – rata Sederhana (Simple Average), harga rata-rata dihitung
dng cara menjumlahkan harga pokok per unit (tanpa
mengalikan juml barang ) dibagi dng banyaknya harga.
- Rata – rata Bergerak (Moving Average)
seperti pd perhitungan rata-rata tertimbang,Pembebanan ke
harga pokok penjualan dilakukan setiap terjadi pembelian.
Metode ini digunakan pada perpetual.
Contoh rata-rata sederhana:
• 2 Jan Persedian awal 200 unit @ Rp 10.000 = Rp 2.000.000
• 10 Jan Pembelian 400 unit @ Rp 11.500 = Rp 4.600.000
• 18 Jan Pembelian 100 unit @ Rp 12.500 = Rp 1.250.000
• 24 Jan Pembelian 200 unit @ Rp 12.000 = Rp 2.400.000
• Persedian per 31 Januari diketahui sebesar 200 unit.

Rata-rata Persedian =
10.000 + 11.500 + 12.500 +12.000
4
= 46.000/4 = 11.500
Jadi nilai persedian per 31 januari = 200 X Rp 11.500 = Rp
2.300.000
Contoh rata-rata bergerak:

TGL URAIA PEMBELIAN PEMAKAINAN/HPP SALDO


N
unit Rp unit Rp Juml unit Rp Juml

2/1 Saldo 200 10.000 2.000.000

10/1 Beli 400 11.500 600 11.000 6.600.000

15/1 Pakai 300 11.000 3.300.000 300 11.000 3.300.000

18/1 Beli 100 12.500 400 11.375 4.550.000

24/1 Beli 200 12.000 600 11.583 6.950.000

30/1 Pakai 400 11.583 4.633.333 200 11.583 2.316.666


2. Berdasarkan Estimasi
Penetapan besarnya nilai persedian akhir dpt dilakukan dng mendasarkan
estimasi pada:
a. Metode laba Kotor
pd metode ini nilai persedian akhir dihitung mundur dan biasanya
digunakan dlm jeadaan khusus. Con : persh dlm keadaan terbakar,
sehingga sulit menetapkan secara fisik nilai persedian akhir.
Contoh:
Data yg diperoleh dari buku perusahaan:
Total Penjualan Rp 20.000.000
Pembelian Rp 10.000.000
Pers.Awal Barang Rp 16.000.000
Laba Kotor Penjualan 40 % dari harga jual
Besarnya Nilai Persedaian Akhir dihitung sbb:
Total Penjualan Rp 20.000.000
Laba Kotor (40% X 20 jt) Rp 8.000.000
HPP Rp 12.000.000
Brg tersedia unk dijual: (Rp16.000.000+ Rp10.000.000) = Rp26.000.000
Jadi Taksiran Nilai Persedian Akhir Rp 14.000.000 ( Rp 26.000.000 –
Rp 12.000.000 )
b. Metode Eceran (Ritel)
Penetapan nilai persedian akhir berdasarkan pd hrg pasar (market value).
Contoh:
HARGA POKOK HARGA JUAL
Persedian Awal 30.000.000 50.000.000
Pembelian 390.000.000 550.000.000
Barang Tersedia Dijual 420.000.000 600.000.000
Persentase Harga Pokok terhadap Harga Jual (Cost to Retail Ratio) :
( 420.000.000 / 600.000.000 ) X 100% = 70 %
Taksiran Persedian Barang Akhir dpt dihitung sbb:
Brg Tersedia Dijual Rp 600.000.000
Penjualan Rp 520.000.000
Pers. Brg Akhir (Dsr Harg Jual) Rp 80.000.000
Taksiran Pers. Brg Akhir : 70% X Rp 80.000.000 = Rp 56.000.000
Perhitungan Harga Pokok Penjualan:
Pers. Awal Rp 30.000.000
Pembelian Rp 390.000.000
Brg Tewrsedia Dijual Rp 420.000.000
Pers. Akhir Rp 56.000.000
Harga Pokok Penjualan Rp 364.000.000
Metode Penilaian Lainnya:
a. Hrg Terendah antara Hrg Perolehan dan Harga Pasar (Lower of cost or
Market whichever is Lower –LOCOM)
Jika persedian di gudang secara fisik mengalami kerusakan sehingga
manfaatnya tdk lagi sepadan dng harga pokok atau akibat lainnya. Seperti
perubahan tingkat harga. Oleh krn itu pd umumnya persedian dinyatakan
sebesar Hrg Terendah antara Hrg Perolehan dan Harga Pasar nya. Selisih
penurunan tsb diakui sebagai kerugian pd saat terjadinya. Contoh:

Jenis Brg Juml HP Per HP Pasar Total LOCOM


(unit) Unit Per Unit HP H Pasar

1 A 500 10.000 9.000 5.000.000 4.500.000 4.500.000

2 B 400 15.000 20.000 6.000.000 8.000.000 6.000.000

3 C 200 8.000 9.000 1.600.000 1.800.000 1.600.000

4 D 300 12.000 7.000 3.600.000 2.100.000 2.100.000


16.200.000 16.400.000 14.200.000
b. Nilai Jual
terhadap produk yg harga jual dapat ditentukan secara pasti,
ttp harga perolehannya sulit ditetapkan, maka nilai persedian
ditetapkan sebesar harga jual dikurangi taksiran biaya-biaya
penjualan yg dpt terjadi. Metode ini digunakan untuk
menetapkan persedian produk pertanian atau logam mulia.
Perpajakan:
Dalam UU PPh No 36 tahun 2008 Pasal 10 ayat(6):
• sistem pencatatan yg diperkenankan adalah sistem
pencatan perpetual.
• Penilaian pemakaian persedian untk perhitungan
HPP ada dua yaitu metode rata-rata (average) atau
FIFO (First In First out). Pemilihan metode ini
harus taat azas, artinya sekali WP memlilih salah
satu cara penilaian pemakaian persedian untk
perhitunga HPP, maka untk selanjutnya harus
digunakan cara yg sama.
Contoh:
Tgl 3 Maret 2017 PT. B membeli 100 unit brg dagangan dng
harga Rp 5.000.000 (harga belum termasuk PPN ) secara tunai.
PT. B telah dikukuhkan sebagai PKP sejak 31 Januari 2005.
Pembukuan atas persedian dilakukan secara perpetual.
Jurnal untk transaksi tsb:

Tanggal Keterangan Debet Kredit

03/03/12 Persedian barang dagangan 5.000.000


Pajak Masukan 500.000
Kas/Bank 5.500.000
Catatan:
Pajak Masukan : 10% X Rp 5.000.000 = Rp 500.000
Harga 1 unit barang dagangan adalah Rp 5.000.000 : 100 unit = Rp 500.000
Pd tgl 31 Maret 2017, PT. B menjual 30 unit brg dagangan secara
tunai dng harga jual per masing-masing unit sebesar Rp 70.000
(belum termasuk PPN) .
Jurnal transaksi tsb:

Tanggal Keterangan Debet Kredit


31/03/12 Kas/bank 2.310.000
Pajak Keluaran 210.000
Penjualan 2.100.000
Harga Pokok Penjualan 1.500.000
Persedian Barang dagangan 1.500.000
(30 unit X Rp 50.000)
Catatan:
Pajak Keluaran : 10 % X Rp 2.100.000 = Rp 210.000
Persedian brg dagangan yg tersisa dan tercatat dlm pembukuan PT. B per
tanggal 31 Maret 2017 adalah : 70 unit X Rp 50.000 = Rp 3.500.000
Jika PT. B belum dikukuhkan sebagai PKP maka jurnal
pada saat pembelian brg dagangan sbb:
Tanggal Keterangan Debit Kredit

03/03/12 Persedian barang dagangan 5.500.000


Kas/ Bank 5.500.000

PT. B tdk dpt mengkreditkan Pajak Masukannya


sehingga Pajak Masukan dimasukkan sebagai harga
perolehan brg dagangan. Jadi I unit barang dagangan
adalah Rp 5.500.000 : 100 unit = Rp 55.000.
Jurnal transaksi penjualan:

Tanggal Keterangan Debet Kredit


31/03/12 Kas/Bank 2.100.000
Penjualan 2.100.000

Harga Pokok Penjulan 1.650.000


Persedian brg dagangan 1.650.000
(30 unit X Rp 55.000)

Karena bukan PKP maka PT. B tidak memungut Pajak keluarn.


SEKIAN
TUGAS 2
1. Tgl 15 Maret 2018 PT. Star mencatat pembelian barang dagangan
sebesar Rp 12.000.000 secara kredit dng syarat 4/10, n/30.
Tanggal 22 Maret PT. Star melunasi pembelian pada tanggal 15 maret

Buatlah jurnal dengan menggunakan sistem periodik dan perpetual!

2. Tgl 15 Juni 2018 PT. Rainbow membeli 125 unit barang dagangan
dng harga Rp 5.000.000 (harga belum termasuk PPN ) secara tunai.
PT. Rainbow telah dikukuhkan sebagai PKP sejak 31 Januari 2011.
Pembukuan atas persedian dilakukan secara perpetual. Bagaimana
pembukuannya bila PT. Rainbow belum dikukuhkan sebagai PKP?

3. Pd tgl 31 Maret 2018, PT. Laris menjual 26 unit barang dagangan


secara tunai dng harga jual per masing-masing unit sebesar Rp 56.000
(belum termasuk PPN). Buatlah jurnal!

Anda mungkin juga menyukai