Management Transformation,
Stakeholder Theory, Agency Theory
& GCG Concepts
Dosen Pengampu
MOCHAMMAD ROSUL, Ph.D
MAGISTER AKUNTANSI
UNIVERSITAS MERCU BUANA
JAKARTA
2018
Tatap
Fakultas Program Studi Kode MK Disusun Oleh
Maya
Fakultas Program 07 55005 Mochammad Rosul, Ph.D,
Ekonomi dan Studi M.Ec.Dev., SE
Bisnis AkuntansiMagister
Abstract Kompetensi
Management Transformation Mahasiswa diharapkan dapat
berorientasi pada pengembangan memahami secara umum hal yang
organisasi/manajemen, sedangkan terkait dengan Management
Transformation, Stakeholder Theory,
stakeholder theory berfokus agar Agency Theory dan Konsep dari
perusahaan lebih memerhatikan Good Corporate Governance, dan
seluruh pemangku kepentingan bagaimana implementasi agar good
yang ada dan tidak terbatas hanya corporate governance dapat
kepada pemegang saham. Agency terwujud.
theory berfokus kepada hubungan
dan tujuan ketidaksesuaian antara
manajer dan pemegang saham dan
menjadi landasan teori Corporate
Governcance. GCG concept
diperlukan untuk mendorong
terciptanya pasar yang efisien,
transparan dan konsisten dengan
peraturan perundang-undangan.
2018 Kewirausahaan dan Etika Bisnis Pusat Bahan Ajar dan eLearning
2 Oleh: Mochammad Rosul, Ph.D., M.Ec.Dev., http://www.mercubuana.ac.id
SE
Management Transformation, Stakeholder Theory, Agency Theory, Good Coorporate
Governance Concepts
2018 Kewirausahaan dan Etika Bisnis Pusat Bahan Ajar dan eLearning
3 Oleh: Mochammad Rosul, Ph.D., M.Ec.Dev., http://www.mercubuana.ac.id
SE
Manajemen transformasi lebih dari pengembangan keterampilan, dan lebih dari sebuah
strategi baru, dan pengembangan dan strategi keterampilan perubahan. Manajemen
transformasi berjalan lebih dalam termasuk kesadaran baru pilihan kepemimpinan Anda,
pemikiran dan keputusan, termasuk mengubah budaya untuk mempertahankan jenis
pendekatan yang menuntut hari ini - dan yang bisa mengubah besok.
Manajemen transformasional adalah sebuah pendekatan bagi pimpinan perusahaan
yang mana manajemen mengarahkan organisasi melalui transformasi kearah, proses
atau elemen-elemen penting lainnya dalam operasional perusahaan
2018 Kewirausahaan dan Etika Bisnis Pusat Bahan Ajar dan eLearning
4 Oleh: Mochammad Rosul, Ph.D., M.Ec.Dev., http://www.mercubuana.ac.id
SE
Tujuan
Sifat inti lain dari manajer transformasional adalah fokus pada tujuan perusahaan.
Mereka biasanya berorientasi pada tujuan dan tidak hanya menetapkan tujuan, tetapi
perubahan bantuan lembaga departemen dan peran yang meningkatkan kerja semua
karyawan untuk membantu mencapai tujuan tersebut. Beberapa transformasi
melibatkan perubahan besar dalam alur kerja atau pelaporan hubungan karyawan.
Perubahan ini sering bertemu dengan perlawanan tetapi pemimpin transformasional
dapat membantu menjelaskan perlunya perubahan dan bagaimana membuat mereka
bekerja.
Manajemen transformasi mencakup kemampuan yang lebih tangkas untuk terus
menilai dan mengarahkan sesuai kebutuhan, manfaat dari pelajaran dari masa lalu,
dan tidak terbawa oleh metode masa lalu.
Pelaksanaan lebih baik dari kemampuan kepemimpinan baru, data baru dan strategi
baru. Cara yang disempurnakan melihat berbagai tantangan, pilihan dan kesempatan
yang menjadi komitmen untuk kepemimpinan otentik, untuk menyadari ambivalensi
pemimpin, dan memilah-milah bahwa untuk melakukan wawasan yang akan
diterapkan. Hal ini menjadi masih cukup untuk memungkinkan inovasi, dengan ide
besar dari anggota staf, kemampuan untuk terlibat dalam perselisihan dan perbedaab
persepsi serta menciptakan solusi yang memenuhi keprihatinan perberdebatan dan
perbedaan tersebut. Semua karyawan bergerak ke arah yang sama, kesepakatan
adalah mencari solusi terbaik dalam mengembangkan tingkat kepercayaan, dan
kemudian melakukan pembaharuan secara teratur yang pada akhirnya akan
mengubah manajer untuk menjadi perhatian, otentik dan akuntabel, seluruh organisasi
berubah juga.
Untuk mencapai keberhasilan transformasi manajemen, yang melakukan perubahan
dalam sebuah organisasi,diperlukan beberapa hal :
Pemimpin Authentic;
Keterampilan Manajemen;
Proses Team;
Tujuan yang jelas yang seimbang dengan kelincahan
Membangun kekuatan organisasi dengan cara ini meliputi pengembangan eksekutif
tim, serta mengembangkan manajemen dan keterampilan pengawasan di seluruh
organisasi.
Manajer harus lebih terampil dan mampu membangun kelompok agar lebih efektif,
dengan manajemen yang efektif mengurangi sumber kehilangan produktivitas.
2018 Kewirausahaan dan Etika Bisnis Pusat Bahan Ajar dan eLearning
5 Oleh: Mochammad Rosul, Ph.D., M.Ec.Dev., http://www.mercubuana.ac.id
SE
Penyebab kehilangan produktivitas komunikasi yang buruk, ketakutan, ambiguitas,
kurangnya arah atau akuntabilitas yang jelas.
Eksekutif harus mampu membangun kelompok yang menghasilkan hasil yang berarti
bagi perusahaan, klien mereka, dan untuk karyawan dalam bisnis.
Dalam manajemen transformasi, para pemimpin dapat melakukan upaya-upaya
pembaharuan dan pengemgangan dalam rencana, implementasi untun mencapai
sasaran seperti :
1. Strategi dan Inovasi
Perusahaan harus hari ini menghadapi perubahan besar dalam ekosistem mereka.
bentuk-bentuk baru dari kompetisi yang muncul, siklus hidup penawaran produk dan
layanan mereka adalah mempercepat dan model ekonomi distribusi menjadi lebih
beragam.
Dalam konteks ini, mereka harus terus-menerus menyesuaikan strategi mereka dan
kembali berpikir-proses mereka untuk berinovasi dan mengelola portofolio layanan.
Jadi apa akibatnya bagi perusahaan? Mereka melibatkan sejumlah transformasi yang
dipimpin oleh manajemen senior dan dilakukan oleh semua departemen strategis dan
operasional. Mereka menyajikan beberapa tantangan :
Kemampuan terhadap lingkungan seseorang selama tahap-tahap pengembangan
strategi: inisiatif kolaboratif dengan pelanggan dan / atau coopetition - kompetitif
kerjasama - inisiatif dengan pemain lain;
Panggilan dipertanyakan model ekonomi tradisional dalam rangka untuk
mempromosikan penawaran kemitraan dan beradaptasi dengan "permintaan"
model konsumsi;
Pelaksanaan lintas sektoral, "lincah dan industri" proses manajemen inovasi dan
alat-alat;
Pengenalan budaya inovasi nyata dalam perusahaaN
2. Transformasi digital
Transformasi digital menantang batas tradisional organisasi 'dan benchmark. Hal ini
mendorong fungsi bisnis - marketing, digital, IS - untuk bekerja sama lebih, dalam
rangka menciptakan nilai dan memungkinkan perusahaan untuk berdiri keluar.
Memang, era digital memberikan akses ke pasar yang luas yang melibatkan
pelanggan baru dan mitra, konsumsi berbasis penggunaan dan keinginan untuk
layanan terpadu dan personal. Namun, untuk perusahaan, itu juga berarti harus
berurusan dengan ketidakpastian, kemerosotan pasar, permintaan pelanggan untuk
kedekatan, dan kedatangan pesaing baru.
2018 Kewirausahaan dan Etika Bisnis Pusat Bahan Ajar dan eLearning
6 Oleh: Mochammad Rosul, Ph.D., M.Ec.Dev., http://www.mercubuana.ac.id
SE
Inovasi dan menjadi reaktif sehingga dapat menangkap atau menghasilkan bisnis
baru;
Transformasi untuk menawarkan pengalaman pelanggan pribadi yang homogen
antara saluran kontak yang berbeda;
Membawa perubahan dalam budaya perusahaan serta mengembangkan lintas
sektoral, metode kolaboratif bekerja dan keterampilan untuk membantu desain
dan menyebarkan layanan baru
Hal ini dapat dicapai berkat pendekatan berdasarkan rekan kreativitas, melibatkan
umpan balik dari pengguna akhir (Desain Berpikir). Hal ini juga dapat dibentuk melalui
proses inovasi terbuka atau dengan menggunakan praktek-praktek manajerial
alternatif dimaksudkan untuk menciptakan lingkungan koperasi, stabil dan
berkelanjutan mendukung pemenuhan manusia (manajemen lambat).
3. Manajemen kinerja
Sebagai perusahaan tumbuh semakin lebih kompleks, dan lingkungan mereka
semakin tidak pasti, ditandai dengan tekanan kompetitif sengit dan cepat,
transformasi penataan, perusahaan-perusahaan harus berpikir ke depan dan
bertindak yang lebih cepat.
Untuk mengelola kinerja mereka, mereka harus memastikan bahwa dalam hal
tindakan operasional strategi mereka secara efektif digunakan, dan bahwa tujuan set
sepatutnya dicapai.
Menyampaikan lintas sektor dan visi bersama dari strategi perusahaan;
Mengembangkan model kemudi dan indikator sesuai dengan organisasi dan
model bisnis di tempat;
Membuat berbagai pihak bertanggung jawab sehubungan dengan tujuan yang
ditetapkan;
Tentukan kegiatan dan sumber daya yang akan dilaksanakan;
Menanamkan budaya kemudi dalam organisasi
Kemudian kinerja perusahaan itu telah menjadi bagian dari sebuah pendekatan
menyeluruh yang bertujuan lebih mempromosikan perbaikan berkelanjutan dari pada
monitoring.
Keyrus membantu departemen fungsional dan bisnis dalam mendefinisikan dan
meletakkan di tempat model dan dashboard menggabungkan kinerja keuangan dan
operasional - misalnya, melalui "Balanced Scorecard" pendekatan -jenis.
Keyrus ini data Intelijen pengetahuan memungkinkan untuk mengambil keuntungan
dari teknologi baru sehingga dapat dimasukkan ke dalam tempat lincah dan solusi
steering lintas sektoral.
2018 Kewirausahaan dan Etika Bisnis Pusat Bahan Ajar dan eLearning
7 Oleh: Mochammad Rosul, Ph.D., M.Ec.Dev., http://www.mercubuana.ac.id
SE
4. Support Project
Perusahaan saat ini mengalami era transformasi besar untuk menyesuaikan diri
dengan perubahan dalam lingkungan mereka: reposisi strategis, perpanjangan
wilayah, drive untuk daya saing, integrasi digital
Akibatnya, peningkatan jumlah proyek strategis atau operasional sedang dikejar pada
waktu yang sama dan memobilisasi sumber daya yang substansial dan sarana.
Seperti proyek-proyek ini merupakan bagian dari visi keseluruhan didukung oleh
manajemen, mereka hanya akan berhasil jika masalah transformasi yang terkait dan
dampaknya diperhitungkan :
Visi yang dikembangkan oleh manajemen perlu dibagi dan disesuaikan dengan
menciptakan benang merah menyampaikan rasa transformasi;
Rantai manajemen dan berbeda pemangku kepentingan harus dilibatkan untuk
membawa transformasi ke depan langsung dari tahap hulu proyek;
Harus ada bentuk pemerintahan memastikan, dari waktu ke waktu, keseimbangan
yang tepat antara ambisi, berarti dialokasikan dan kecepatan penyebaran proyek;
Untuk proyek menggabungkan dimensi pendekatan tangkas perlu diperkenalkan
melengkapi metode yang digunakan.
Strategi transformasi
Sebagian besar organisasi akan mengikuti salah satu dari tiga pendekatan untuk
transformasi berdasrkan pendekatan yang berkaitan dengan budaya dan jenis organisasi
yaitu :
a. Strategi perubahan data-driven menekankan penalaran sebagai taktik untuk
membawa perubahan dalam sistem sosial.
Para ahli, baik internal maupun eksternal untuk sponsor, yang dikontrak untuk
menganalisis sistem dengan tujuan membuatnya lebih efisien (meratakan biaya vs
manfaat). teori ilmu sistem yang digunakan untuk melihat sistem sosial dari perspektif
wide-angle dan untuk memperhitungkan input, output, dan proses transformasi.
Strategi perubahan akan tergantung pada :
Analisis baik diteliti bahwa transformasi layak;
Demonstrasi yang menggambarkan bagaimana transformasi telah berhasil dalam
situasi yang sama,
b. Strategi perubahan partisipatif berasumsi bahwa perubahan akan terjadi jika unit
terkena dampak dan individu mengubah perspektif mereka dari pola perilaku lama
mendukung perilaku baru dan praktek bisnis / kerja. perubahan partisipatif biasanya
2018 Kewirausahaan dan Etika Bisnis Pusat Bahan Ajar dan eLearning
8 Oleh: Mochammad Rosul, Ph.D., M.Ec.Dev., http://www.mercubuana.ac.id
SE
melibatkan bukan hanya perubahan dalam alasan-alasan untuk tindakan, tetapi
perubahan dalam sikap, nilai, keterampilan, dan persepsi organisasi.
Strategi perubahan sukses, tergantung pada semua unit organisasi yang terkena
dampak dan individu yang berpartisipasi baik dalam perubahan (termasuk desain
sistem, pengembangan, dan implementasi perubahan) Tingkat keberhasilan
tergantung pada sejauh mana unit organisasi, pengguna yang terkena dampak, dan
pemangku kepentingan yang terlibat dalam rencana perubahan transisi partisipatif.
c. Strategi perubahan berbasis Kepatuhan didasarkan pada "leveraging" kekuasaan
yang datang dari posisi sponsor dalam organisasi untuk menerapkan perubahan.
sponsor berasumsi bahwa unit atau individu akan berubah karena mereka bergantung
pada orang-orang dengan otoritas. Biasanya, agen perubahan tidak berusaha untuk
mendapatkan wawasan kemungkinan resistensi terhadap perubahan dan tidak
berkonsultasi dengan unit yang terkena dampak atau individu. Agen perubahan hanya
mengumumkan perubahan dan menentukan apa unit organisasi dan personil
berdampak harus lakukan untuk menerapkan perubahan.
Efektivitas strategi perubahan berbasis kepatuhan sponsor adalah tergantung pada
disiplin dalam rantai sponsor komando, proses, dan budaya dan kemampuan para
pemangku kepentingan secara langsung dan tidak langsung berdampak berdampak
eksekutif sponsor. Penelitian menunjukkan bahwa strategi berbasis kepatuhan adalah
yang paling efektif.
2. STAKEHOLDER THEORY
Istilah stakeholder pertama kali diperkenalkan oleh Standford Research Institute (RSI)
ditahun 1963 (Freeman, 1984:31). Hingga Freeman mengembangkan eksposisi teoritis
mengenai stakeholder ditahun 1984 dalam karyanya yang berjudul Strategic
Management :
a. Stakeholder Approach
Freeman (1984:25) mendefinisikan stakeholder sebagai “any group or individual who
can affect or be affected by the achievement of an organization’s objective.” bahwa
stakeholder merupakan kelompok maupun individu yang dapat memengaruhi atau
dipengaruhi oleh proses pencapaian tujuan suatu organisasi.
Perkembangan bisnis di era modern menuntut perusahaan untuk lebih memerhatikan
seluruh pemangku kepentingan yang ada dan tidak terbatas hanya kepada
pemegang saham. Hal ini selain merupakan tuntutan etis, juga diharapkan akan
mendatangkan manfaat ekonomis dan menjaga keberlangsungan bisnis perusahaan.
2018 Kewirausahaan dan Etika Bisnis Pusat Bahan Ajar dan eLearning
9 Oleh: Mochammad Rosul, Ph.D., M.Ec.Dev., http://www.mercubuana.ac.id
SE
Dari perspektif hubungan antara perusahaan dengan seluruh pemangku kepentingan
inilah teori stakeholder kemudian dikembangkan.
Stakeholder merupakan individu, sekelompok manusia, komunitas atau masyarakat
baik secara keseluruhan maupun secara parsial yang memiliki hubungan serta
kepentingan terhadap perusahaan. Individu, kelompok, maupun komunitas dan
masyarakat dapat dikatakan sebagai stakeholder jika memiliki karakteristik seperti
yang diungkapkan oleh Budimanta dkk, 2008 yaitu mempunyai kekuasaan, legitimasi,
dan kepentingan terhadap perusahaan.
Dari pengertian diatas maka telah terjadi perubahan mengenai siapa saja yang
termasuk dalam pengertian stakeholder perusahaan. Sekarang ini perusahaan sudah
tidak memandang bahwa stakeholder mereka hanya investor dan kreditor saja.
Konsep yang mendasari mengenai siapa saja yang termasuk dalam stakeholder
perusahaan sekarang ini telah berkembang mengikuti perubahan lingkungan bisnis
dan kompleksnya aktivitas bisnis perusahaan. Dengan menggunakan definisi diatas,
pemerintah bisa saja dikatakan sebagai stakeholder bagi perusahaan karena
pemerintah mempunyai kepentingan atas aktivitas perusahaan dan keberadaan
perusahaan sebagai salah satu elemen sistem sosial dalam sebuah negara oleh
kerena itu, perusahaan tidak bisa mengabaikan eksistensi pemerintah dalam
melakukan operasinya. Terdapatnya birokrasi yang mengatur jalanya perusahaan
dalam sebuah negara yang harus ditaati oleh perusahaan melaui kepatuhan terhadap
peraturan pemerintah menjadikan terciptanya sebuah hubungan antara perusahaan
dengan pemerintah.
Hal tersebut berlaku sama bagi komunitas lokal, karyawan, pemasok, pelanggan,
investor dan kreditor yang masing-masing elemen stakeholder tersebut memiliki
kekuasaan, legitimasi, dan kepentingan sehinga masing-masing elemen tersebut
membuat sebuah hubungan fungsional dengan perusahaan untuk bisa memenuhi
kebutuhannya masing-masing.
Perusahaan merupakan bagian dari sistem sosial yang ada dalam sebuah wilayah
baik yang bersifat lokal, nasional, maupun internasional berarti perusahaan
merupakan bagian dari masyarakat secara keseluruhan. Masyarakat sendiri menurut
definisinya bisa dijelaskan sebagai kumpulan peran yang diwujudkan oleh elemen-
elemen (individu dan kelompok) pada suatu kedudukan tertentu yang peran-peran
tersebut diatur melalui pranata sosial yang bersumber dari kebudayaan yang telah
ada dalam masyarakat (Budimanta dkk, 2008).
2018 Kewirausahaan dan Etika Bisnis Pusat Bahan Ajar dan eLearning
10 Oleh: Mochammad Rosul, Ph.D., M.Ec.Dev., http://www.mercubuana.ac.id
SE
Perusahaan dalam hal ini merupakan bagian dari beberapa elemen yang membentuk
masyarakat dalam sistem sosial yang berlaku. Keadaan tersebut kemudian
menciptakan sebuah hubungan timbal balik antara perusahaan dan para
stakeholderyang berarti perusahaan harus melaksanakan peranannya secara dua
arah untuk memenuhi kebutuhan perushaan sendiri maupun stakeholder lainya dalam
sebuah sistem sosial. Oleh karena itu, segala sesuatu yang dihasilkan dan dilakukan
oleh masing-masing bagian dari stakeholder akan saling mempengaruhi satu dengan
yang lainya sehingga tidaklah tepat jika perusahaan menyempitkan pengertian
mengenaistakeholder hanya dari sisi ekonominya saja.
Perkembangan teori stakeholder diawali dengan berubahnya bentuk pendekatan
perusahaan dalam melakukan aktifitas usaha. Ada dua bentuk dalam
pendekatanstakehoder menurut Budimanta dkk, 2008 yaitu old-corporate relation
dan new-corporate relation.
Old corporate relation menekankan pada bentuk pelaksanaan aktifitas perusahaan
secara terpisah dimana setiap fungsi dalam sebuah perusahaan melakukan
pekerjaannya tanpa adanya kesatuan diantara fungsi-fungsi tersebut. Bagian
produksi hanya berkutat bagaimana memproduksi barang sesuai dengan target yang
dikehendaki oleh manajemen perusahaan, bagian pemasaran hanya bekerja
berkaitan dengan konsumenya tanpa mengadakan koordinasi satu dengan yang
lainya. Hubungan antara pemimpin dengan karyawan dan pemasok pun berjalan satu
arah, kaku dan berorientasi jangka pendek. Hal itu menyebabkan setiap bagian
perusahaan mempunyai kepentingan, nilai dan tujuan yang berbeda-beda bergantung
pada pimpinan masing-masing fungsi tersebut yang terkadang berbeda dengan visi,
misi, dan capaian yang ditargetkan oleh perusahaan.
2018 Kewirausahaan dan Etika Bisnis Pusat Bahan Ajar dan eLearning
11 Oleh: Mochammad Rosul, Ph.D., M.Ec.Dev., http://www.mercubuana.ac.id
SE
Hubungan dengan pihak di luar perusahaan bersifat jangka pendek dan hanya
sebatas hubungan transaksional saja tanpa ada kerjasama untuk menciptakan
kebermanfaatan bersama. Pendekatan tipe ini akan banyak menimbulkan konflik
karena perusahaan memisahkan diri dengan para stakeholder baik yang berasal dari
dalam perusahaan dan dari luar perusahaan. Konflik yang mungkin terjadi di dalam
perusahaan adalah tekanan dari karyawan yang menuntut perbaikan kesejahteraan.
Tekanan tersebut bisa berupa upaya pemogokan menuntut perbaikan sistem
pengupahan dan sebagainya. Jika pemogokan tersebut terjadi dalam jangka waktu
yang lama maka hal itu bisa mengganggu aktifitas operasi perusahaan dan
mengakibatkan kerugian bagi perusahaan. Sedangkan konflik yang mungkin terjadi
dari luar perusahaan adalah munculnya tuntutan dari masyarakat karena dampak
pembuangan limbah perusahaan yang berpotensi menimbulkan kerugian signifikan
bagi perusahaan apabila diperkarakan secara hukum.
New-corporate relation menekankan kolaborasi antara perusahaan dengan seluruh
stakeholder-nya sehingga perusahaan bukan hanya menempatkan dirinya sebagai
bagian yang bekerja secara sendiri dalam sistem sosial masyarakat karena
profesionalitas telah menjadi hal utama dalam pola hubungan ini. Hubungan
perusahaan dengan internal stakeholders dibangun berdasarkan konsep
kebermanfaatan yang membangun kerjasama untuk bisa menciptakan
kesinambungan usaha perusahaan sedangkan hubungan dengan stakeholder di luar
perusahaan bukan hanya bersifat transaksional dan jangka pendek namun lebih
kepada hubungan yang bersifat fungsional yang bertumpu pada kemitraan selain
usaha untuk menghimpun kekayaan yang dilakukan oleh perusahaan, perusahaan
juga berusaha untuk bersama-sama membangun kualitas kehidupan external
stakeholders.
Pendekatan new-corporate relation mengeliminasi penjenjangan status diantara
parastakeholder perusahaan seperti yang ada pada old-corporate relation.
Perusahaan tidak lagi menempatkan dirinya diposisis paling atas sehingga perusahaa
mengeksklusifkan dirinya dari para stakeholder sehingga dengan pola hubungan
semacam ini arah dan tujuan perusahaan bukan lagi pada bagaimana menghimpun
kekayaan sebesar-besarnya namun lebih kepada pencapaian pembangunan yang
berkelanjutan (sustainability development).
Penjelasan diatas kemudian memunculkan sebuah pertanyaan siapa sajakah
sebenarnya stakeholder perusahaan. Menurut the Clarkson Centre for Business
Ethics (1999) dalam Magness (2008) stakeholder perusahaan dibagi kedalam dua
bentuk besar yaitu primary stakeholders dan secondary stakeholders. Primary
stakeholdersmerupakan pihak-pihak yang mempunyai kepentingan secara ekonomi
2018 Kewirausahaan dan Etika Bisnis Pusat Bahan Ajar dan eLearning
12 Oleh: Mochammad Rosul, Ph.D., M.Ec.Dev., http://www.mercubuana.ac.id
SE
terhadap perusahaan dan menanggung risiko seperti misalnya investor,
kreditor,karyawan, komunitas lokal namun disisi lain pemerintah juga termasuk
kedalam golonganprimary stakeholders walaupun tidak secara langsung mempunyai
hubungan secara ekonomi namun hubungan diantara keduanya lebih bersifat non-
kontraktual. Bentuk yang kedua adalah secondary stakeholders dimana sifat
hubungan keduanya saling mempengaruhi namun kelangsungan hidup perusahaan
secara ekonomi tidak ditentukan oleh stakeholder jenis ini. Contoh secondary
stakeholders adalah media dan kelompok kepentingan seperti lembaga sosial
masyarakat, serikat buruh, dan sebagainya. Perkembangan teori stakeholders
membawa perubahan terhadap indikator kesusuksesan perusahaan. Hal tersebut
tercermin dengan munculnya paradigma Triple Bottom Line.
Warsono dkk. (2009: 29-31) mengungkapkan bahwa terdapat tiga argumen yang
mendukung pengelolaan perusahaan berdasarkan perspektif teori stakeholder, yakni,
argumen deskriptif, argumen instrumental, dan argumen normatif, berikut penjelasan
singkat mengenai ketiga argumen tersebut :
Argumen deskriptif menyatakan bahwa pandangan pemangku kepentingan
secara sederhana merupakan deskripsi yang realistis mengenai bagaimana
perusahaan sebenarnya beroperasi atau bekerja. Manajer harus memberikan
perhatian penuh pada kinerja keuangan perusahaan, akan tetapi tugas
manajemen lebih penting dari itu. Untuk dapat memperoleh hasil yang konsisten,
manajer harus memberikan perhatian pada produksi produk-produk berkualitas
tinggi dan inovatif bagi para pelanggan mereka, menarik dan mempertahankan
karyawan-karyawan yang berkualitas tinggi, serta mentaati semua regulasi
pemerintah yang cukup kompleks. Secara praktis, manajer mengarahkan energi
mereka terhadap seluruh pemangku kepentingan, tidak hanya terhadap pemilik
saja;
Argumen instrumental menyatakan bahwa manajemen terhadap pemangku
kepentingan dinilai sebagai suatu strategi perusahaan. Perusahaan-perusahaan
yang mempertimbangkan hak dan memberi perhatian pada berbagai kelompok
pemangku kepentingannya akan menghasilkan kinerja yang lebih baik;
Argumen normatif menyatakan bahwa manajemen terhadap pemangku
kepentingan merupakan hal yang benar untuk dilakukan. Perusahaan mempunyai
penguasaan dan kendali yang cukup besar terhadap banyak sumber daya, dan
hak istimewa ini menyebabkan adanya kewajiban perusahaan terhadap semua
pihak yang mendapat efek dari tindakan-tindakan perusahaan.
2018 Kewirausahaan dan Etika Bisnis Pusat Bahan Ajar dan eLearning
13 Oleh: Mochammad Rosul, Ph.D., M.Ec.Dev., http://www.mercubuana.ac.id
SE
Identifikasi Stakeholder
Pemangku kepentingan dapat dikelompokkan menjadi beberapa kelompok
berdasarkan atas jenis dan sejauh mana kepentingan kelompok tersebut terhadap
perusahaan. Hal ini penting dilakukan untuk membantu analisis perusahaan
mengenai tindakan serta perhatian apa yang dibutuhkan oleh masing-masing
stakeholder.
Freeman (1984:8-25) mengindentifikasi perubahan yang dapat terjadi pada
lingkungan perusahaan kedalam dua kategori, yakni internal dan eksternal. Bagian
dari lingkungan internal adalah:
Pemilik perusahaan;
Manajer;
Karyawan.
Sedangkan yang termasuk bagian dari lingkungan eksternal terdiri atas:
Pemerintah;
Pemasok;
Kreditor;
Konsumen;
Sosial;
Pihak-pihak yang berkepentingan lain.
Freeman (1984:25) kemudian menyajikan model hubungan dari kategori stakeholder
dalam bentuk gambar sebagai berikut.
2018 Kewirausahaan dan Etika Bisnis Pusat Bahan Ajar dan eLearning
14 Oleh: Mochammad Rosul, Ph.D., M.Ec.Dev., http://www.mercubuana.ac.id
SE
Warsono dkk. (2009:31-36) berdasarkan pengelompokan yang dikembangkan oleh
Lawrence dan Weber, mengategorikan stakeholder menjadi dua kelompok, yaitu:
Pemangku Kepentingan Pasar
Pemangku kepentingan pasar adalah pihak-pihak yang terlibat dalam transaksi
ekonomik dengan perusahaan yang berkaitan dengan pelaksanaan tujuan utama
perusahaan untuk menyediakan barang dan jasa bagi masyarakat. Pemangku
kepentingan pasar seringkali juga disebut pemangku kepentingan primer(primary
stakeholder). Kelompok-kelompok pemangku kepentingan yang ditetapkan sebagai
pemangku kepentingan pasar meliputi pemegang saham, kreditur, pemasok,
pelanggan, karyawan, dan distributor/pedagang besar/pengecer.
Pemangku Kepentingan Non Pasar
Pemangku kepenintingan non pasar adalah orang-orang atau kelompok-kelompok
yang walaupun tidak terlibat dalam pertukaran ekonomik langsung dengan
perusahaan, dipengaruhi oleh atau dapat memengaruhi tindakan perusahaan.
Pemangku kepentingan non-pasar seringkali juga disebut pemangku kepentingan
sekunder (secondary stakeholder). Kelompok-kelompok pemangku kepentingan
yang dikategorikan sebagai pemangku kepentingan non-pasar, meliputi. komunitas,
berbagai level pemerintahan, kelompok-kelompok aktivis, organisasi non-
pemerintah, media, kelompok pendukung bisnis, dan masyarakat umum.
Beberapa individu atau kelompok dapat memainkan multi peran sebagai pemangku
kepentingan. Para ahli menyebut fenomena ini sebagai role sets. Misalnya, seorang
dapat bekerja pada suatu perusahaan, dan sekaligus juga tinggal dalam komunitas di
sekitar perusahaan, memiliki saham perusahaan dalam akun pensiunnya, dan bahkan
membeli produk yang dihasilkan perusahaan tersebut dari waktu ke waktu. Individu ini
mempunyai beberapa peran pemangku kepentingan perusahaan (Warsono dkk,
2009:36).
Perusahaan juga harus melakukan analisis stakeholder sehingga mampu mengetahui
kebijakan dan tindakan apa yang akan ditempuh oleh perusahaan.
Analisis pemangku kepentingan mencakup, (Warsono dkk, 2009:37) yaitu :
Identifikasi pemangku kepentingan yang relevan;
Kepentingan pemangku kepentingan;
Kekuatan pemangku kepentingan;
Koalisi pemangku kepentingan.
2018 Kewirausahaan dan Etika Bisnis Pusat Bahan Ajar dan eLearning
15 Oleh: Mochammad Rosul, Ph.D., M.Ec.Dev., http://www.mercubuana.ac.id
SE
memasukkan unsur yang bersifat spiritual, yaitu hubungan manusia yang menjalankan
proses bisnis dengan Tuhan dimana Tuhan sebagai pemilik mutlak dari segala
sesuatu akan meminta pertanggungjawaban manusia atas apa yang telah mereka
lakukan. Ketiga hal ini senantiasa saling berhubungan. Berkaitan dengan proses bisnis
yang merupakan hubungan antara sesama manusia.
2018 Kewirausahaan dan Etika Bisnis Pusat Bahan Ajar dan eLearning
16 Oleh: Mochammad Rosul, Ph.D., M.Ec.Dev., http://www.mercubuana.ac.id
SE
dapat memainkan beberapa kondisi perusahan agar seolah-olah target tercapai.
Permainan tersebut bisa atas prakarsa dari Principal ataupun inisiatif Agen sendiri.
Maka terjadilah Creative Accounting yang menyalahi aturan, misal: adanya piutang
yang tidak mungkin tertagih yang tidak dihapuskan; Capitalisasi expense yang tidak
semestinya; Pengakuan penjualan yang tidak semestinya; yang kesemuanya
berdampak pada besarnya nilai aktiva dalam Neraca yang “mempercantik” laporan
keuangan walaupun bukan nilai yang sebenarnya. Atau bisa juga dengan melakukan
income smoothing (membagi keuntungan ke periode lain) agar setiap tahun kelihatan
perusahaan meraih keuntungan, padahal kenyataannya merugi atau laba turun.
Salah satu hipotesis dalam teori ini adalah bahwa manajemen dalam mengelolah
perusahaan cenderung lebih mementingkan kepentingan pribadinya daripada
meningkatkan nilai perusahaan.
Contoh nyata yang dominan terjadi dalam kegiatan perusahaan dapat disebabkan
karena pihak agensi memiliki informasi keuangan daripada pihak prinsipal
(keunggulan informasi), sedangkan dari pihak prinsipal boleh jadi memanfaatkan
kepentingan pribadi atau golongannya sendiri (self-interest) karena memiliki
keunggulan kekuasaan (discretionary power).
2018 Kewirausahaan dan Etika Bisnis Pusat Bahan Ajar dan eLearning
17 Oleh: Mochammad Rosul, Ph.D., M.Ec.Dev., http://www.mercubuana.ac.id
SE
memerlukan insentif untuk mendesain kontrak yang mengurangi secara efisien
masalah agensi. Dua tokoh utama (principal dan agent) dalam interaksi bisnis
tersebut sebenarnya mengarah pada kepentingan yang sama, yaitu wealth
(kekayaan). Bentuk ekstrim (extreme ways) dari agency theory sendiri sebenarnya
adalah ketika hubungan agensi dijadikan mekanis-matematis untuk kepentingan
legitimasi kepentingan “mutualis insklusif“.
Hubungan agensi ini memotivasi setiap individu untuk memperoleh sasaran yang
harmonis, dan menjaga kepentingan masing-masing antara agen dan principal.
Hubungan keagenan ini merupakan hubungan timbal balik dalam mencapai tujuan
dan kepentingan masing-masing pihak yang secara eksplisit dan sadar memasukkan
beberapa penekanan seperti:
Kebutuhan principal akan memberikan kepercayaan kepada manajer dengan
imbalan atau kompensasi keuangan;
Budaya organisasi yang berlaku dalam perusahaan;
Faktor luar seperti karasteristik industri, pesaing, praktek kompensasi, pasar
tenaga kerja, manajerial dan isu-isu legal;
Strategi yang dijalankan perusahaan dalam memenangkan kompetisi global
Ditegaskan oleh Watts (1992) bahwa hubungan agensi kaitannya dengan laporan
keuangan perusahaan sangat dipengaruhi oleh kepentingan pasar dan politik.
Hubungan agensi dengan demikian tidak dibangun dari akar self-interest, tetapi
dengan cinta. Cinta akan tetap memberi kemanfaatan materi, saling berbagi dan
kebermaknaan hidup. Mudahnya, bila konsep kekayaan hanya dipandang sebagai
bentuk ekonomi semata, maka yang terjadi adalah konflik kepentingan di atas
hubungan kooperatif. Tetapi bila konsep kekayaan dipandang sebagai bentuk trilogi,
maka ada proses trust yang masuk dalam mekanisme hubungan, trust yang didasari
oleh cinta dan saling berbagi. Gagasan ini memang mirip seperti model principal-
agent yang lebih teoritis dan perlu diuji secara empiris, daripada mendekat pada
model positivist yang lebih empiris tetapi akan mereduksi konsep teoritis yang
sebenarnya penting seperti juga ditegaskan oleh Eisenhardt (1989).
2018 Kewirausahaan dan Etika Bisnis Pusat Bahan Ajar dan eLearning
18 Oleh: Mochammad Rosul, Ph.D., M.Ec.Dev., http://www.mercubuana.ac.id
SE
Dalam rangka memotivasi para manajer dan pemegang saham agar berperilaku
dalam sikap yang memajukan tujuan perusahaan, Burdett dapat memberikan
rekomendasi kepada dewan direksi, yaitu :
Penilaian terhadap kinerja manajer dibuat dengan kontrak yang jelas sehingga
memotivasi agen bekerja dengan kepentingan terbaik principal;
Principal memberikan pilihan rencana insentif jangka pendek dan jangka panjang
dan agen diberikan keleluasan dengan batasan yang menguntungkan
kepentingan para pemegang saham
Akhirnya, akuntansi menjadi alat yang powerfull untuk memberikan keuntungan yang
sebesar-besarnya kepada pemilik modal di satu sisi, juga dapat memberikan
manfaat injeksi modal dan investasi yang makin besar dan linier kepada agen dari
pemilik modal, yaitu manajemen perusahaan, dalam mengelola perusahaan.
2018 Kewirausahaan dan Etika Bisnis Pusat Bahan Ajar dan eLearning
19 Oleh: Mochammad Rosul, Ph.D., M.Ec.Dev., http://www.mercubuana.ac.id
SE
Agency Theory sebagai dasar teori Corporate Governance
Persektif teori agensi merupakan dasar yang digunakan memahami isu corporate
governance dan earning management. Agensi teori mengakibatkan hubungan yang
asimetri antara pemilik dan pengelola, untuk menghindari terjadi hubungan yang
asimetri tersebut dibutuhkan suatu konsep yaitu konsep Good Corporate
Governance yang bertujuan untuk menjadikan perusahaan menjadi lebih sehat.
Penerapan corporate governance berdasarkan pada teori agensi, yaitu teori agensi
dapat dijelaskan dengan hubungan antara manajemen dengan pemilik, manajemen
sebagai agen secara moral bertanggung jawab untuk mengoptimalkan keuntungan
para pemilik (principal) dan sebagai imbalannya akan memperoleh kompensasi yang
sesuai dengan kontrak.
Dengan hal ini terdapat dua kepentingan yang berbeda di dalam perusahaan dimana
masing-masing pihak berusaha untuk mencapai kemakmuran yang dikehendaki,
sehingga muncullah informasi asimetri antara manajemen dengan pemilik yang
dapat memberikan kesempatan kepada manajer untuk melakukan manajemen laba
dalam rangka menyesatkan pemilik mengenai kinerja ekonomi perusahaan (Sefiana,
2009).
Salah satu asumsi utama dari teori keagenan bahwa tujuan principal dan tujuan agen
yang berbeda dapat memunculkan konflik karena manajer perusahaan cenderung
untuk mengejar tujuan pribadi, hal ini dapat mengakibatkan kecenderungan manajer
untuk memfokuskan pada proyek dan investasi perusahaan yang menghasilkan laba
yang tinggi dalam jangka pendek daripada memaksimalkan kesejahteraan
pemegang saham melalui investasi di proyek-proyek yang menguntungkan jangka
panjang.
2018 Kewirausahaan dan Etika Bisnis Pusat Bahan Ajar dan eLearning
20 Oleh: Mochammad Rosul, Ph.D., M.Ec.Dev., http://www.mercubuana.ac.id
SE
investor, dimana divestasi diakibatkan oleh ketidakpuasan pemegang saham atas
aktivitas manajer ( Warsono, 2009). Manajemen laba didasari oleh adanya teory
agency yang menyatakan bahwa setiap individu cenderung untuk memaksimalkan
utilitasnya. Konsep Agency Theory adalah hubungan atau kontrak antara
principal dan agen. Principal memperkerjakan agen untuk melakukan tugas
dalam rangka memenuhi kepentingan principal.
2018 Kewirausahaan dan Etika Bisnis Pusat Bahan Ajar dan eLearning
21 Oleh: Mochammad Rosul, Ph.D., M.Ec.Dev., http://www.mercubuana.ac.id
SE
pada pihak-pihak yang berkepentingan, sedangkan pada asumsi informasi maka
informasi menjadi sesuatu yang sangat penting adanya dan informasi bisa juga
digunakan sebagai penambah keuntungan atau pendapatan. Asimetri antar manajer
(agent) dengan pemilik (principal) dapat memberikan kesempatan kepada manajer
untuk melakukan manajemen laba (earning mnagemen) dalam rangka menyesatkan
pemilik (pemegang saham) mengenai kinerja ekonomi perusahaan. Penelitian yang
dilakukan Richarson (1998) menyatakan adanya hubungan positif antara asimetri
informasi dengan manajemen laba.
Berkaitan dengan masalah keagenan, corporate governance yang merupakan
konsep yang didasarkan pada teori keagenan, diharapkan bisa berfungsi sebagai
alat untuk memberikan keyakinan kepada para investor bahwa mereka akan
menerima return atas dana yang telah mereka investasikan. Corporate governance
berkaitan dengan bagaimana para investor yakin bahwa manajer akan memberikan
keuntungan bagi mereka, yakin bahwa manajer tidak akan mencuri/menggelapkan
atau menginvestasikan ke dalam proyek-proyek yang tidak menguntungkan
berkaitan dengan dana/capital yang telah ditanamkan oleh investor, dan berkaitan
dengan bagaimana para investor, dan berkaitan dengan bagaimana para investor
mengontrol para manajer (Sleifer dan Vishny, 1997).
Salah satu sistem ekonomi yang saat ini mendapat pengakuan dunia adalah sistem
ekonomi Islam atau yang lebih dikenal dengan sistem ekonomi syari’ah. Kajian-kajian
ilmiah tentang ekonomi dan keuangan Islam muncul serta mengalami
perkembangannya sejak tahun 1970-an, baik di Timur Tengah maupun di negara-
negara Islam yang lain . Sejak saat itu, sistem ekonomi Islam muncul sebagai
wacana dan dipandang sebagai suatu alternatif pilihan.
2018 Kewirausahaan dan Etika Bisnis Pusat Bahan Ajar dan eLearning
22 Oleh: Mochammad Rosul, Ph.D., M.Ec.Dev., http://www.mercubuana.ac.id
SE
Perencanaan bisnis adalah dokumen yang menyatakan daya tarik dan harapan
sebuah bisnis. Sebuah bisnis plan yang akan mengoperasikan sebuah usaha harus
mencantumkan secara jelas lokasi, proses, masalah bahan baku, masalah tempat,
tanah dan lainnya. Perencanaan bisnis adalah suatu cetak biru tertulis ( blue print )
yang berisikan tentang misi usaha, usulan usaha, operasional usaha, rincian
financial, strategi usaha, peluang pasar yang mungkin diperoleh, dan kemampuan
serta keterampilan pengelolaannya. Perencanaan bisnis sebagai persiapan awal
memiliki 2 fungsi penting yaitu: sebagai pedoman untuk mencapai keberhasilan
manajemen usaha, dan sebagai alat untuk mengajukan kebutuhan permodalan yang
bersumber dari luar.
Corporate governance (CG) diartikan sebagai sebuah sistem yang mana perusahaan
dijalankan dan dikendalikan (Cadbury, 1992 dalam Ballesta & Garcia-Meca, 2005).
Walaupun istilah CG hampir tidak dikenal di Indonesia pada masa sebelum krisis,
namun pada dasarnya terminologi tersebut digunakan untuk suatu konsep lama
berupa kewajiban fidusiari dari mereka yang mengontrol perusahaan untuk bertindak
bagi kepentingan seluruh pemegang saham dan stakeholder.
2018 Kewirausahaan dan Etika Bisnis Pusat Bahan Ajar dan eLearning
23 Oleh: Mochammad Rosul, Ph.D., M.Ec.Dev., http://www.mercubuana.ac.id
SE
modal dan mendorong pengoptimalan alokasi sumber daya sehingga dapat
mengurangi pengawasan shareholder atas perusahaan dan biaya audit (Ballesta &
Garcia-Meca, 2005). Lebih lanjut, karakteristik CG dan sistem hukum perlindungan
investor juga mempengaruhi fungsi auditor dan tuntutan atas kualitas audit (Piot,
2001 dalam Ballesta & Garcia-Meca, 2005).
Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa dewan direksi yang dominan pada
perusahaan keluarga cenderung untuk bertindak berdasar kepentingan perusahaan
dan mempersiapkan laporan keuangan yang lebih kecil kemungkiannya untuk
menerima kualifikasi audit. Rendahnya penerapan konsep GCG di Indonesia dan
hasil penelitian terdahulu yang tidak konsisten merupakan motivasi penelitian ini.
Penelitian ini memfokuskan pada 4 hasil proses audit dengan ada atau tidak adanya
suatu kualifikasi audit (audit qualification), yang mana hal tersebut merupakan
perhatian utama para pengguna laporan keuangan. Hasil proses audit yang
difokuskan dalam penelitian ini adalah laporan audit yang memuat kualifikasi audit,
dan hubungannya dengan struktur corporate governance yang baik (GCG).
Good Corporate Governance pada dasarnya merupakan suatu sistem (input, Proses,
output) dan seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara berbagai pihak
yang kepentingan (stakeholders) terutama dalam arti sempit hubungan antara
2018 Kewirausahaan dan Etika Bisnis Pusat Bahan Ajar dan eLearning
24 Oleh: Mochammad Rosul, Ph.D., M.Ec.Dev., http://www.mercubuana.ac.id
SE
pemegang saham, dewan komisaris, dan dewan direksi demi tercapainya tujuan
perusahaan
Dua teori utama yang terkait dengan corporate governance antara lain :
Stewardship theory
dibangun di atas asumsi filosofis mengenai sifat manusia yakni bahwa manusia
pada hakekatnya dapat dipercaya, mampu bertindak dengan penuh tanggung
jawab, memiliki integritas dan kejujuran terhadap pihak lain. Inilah yang tersirat
dalam hubungan fidusia yang dikehendaki para pemegang saham. Dengan kata
lain, stewardship theory memandang manajemen sebagai dapat dipercaya untuk
bertindak dengan sebaik-baiknya bagi kepentingan publik maupun stakeholder.
Agency theory
dikembangkan oleh Michael Johnson, memandang bahwa manajemen
perusahaan sebagai “agents” bagi para pemegang saham, akan bertindak dengan
penuh kesadaran bagi kepentingannya sendiri, bukan sebagai pihak yang arif dan
bijaksana serta adil terhadap pemegang saham.
Dalam perkembangan selanjutnya, agency theory mendapat respon lebih luas
karena dipandang lebih mencerminkan kenyataan yang ada. Berbagai pemikiran
mengenai corporate governance berkembang dengan bertumpu pada agency
theory di mana pengelolaan dilakukan dengan penuh kepatuhan kepada berbagai
peraturan dan ketentuan yang berlaku.
Sebagai sebuah konsep GCG ternyata tak memiliki definisi tunggal. Komite
Cadburry, misalnya, pada tahun 1992 - melalui apa yang dikenal dengan sebutan
Cadburry Report - mengeluarkan definisi tersendiri tentang GCG. Menurut Komite
Cadburry, GCG adalah prinsip yang mengarahkan dan mengendalikan perusahaan
agar mencapai keseimbangan antara kekuatan serta kewenangan perusahaan
dalam memberikan pertanggungjawabannya kepada para shareholders khususnya,
dan stakeholders pada umumnya. Tentu saja hal ini dimaksudkan pengaturan
kewenangan Direktur, manajer, pemegang saham, dan pihak lain yang berhubungan
dengan perkembangan perusahaan di lingkungan tertentu.
2018 Kewirausahaan dan Etika Bisnis Pusat Bahan Ajar dan eLearning
25 Oleh: Mochammad Rosul, Ph.D., M.Ec.Dev., http://www.mercubuana.ac.id
SE
untuk menerapkan Good Corporate Governance dalam birokrasinya dalam rangka
menciptakan pemerintah yang bersih dan berwibawa.”
Dari pengertian diatas maka GCG merupakan suatu alat yang digunakan guna
membangun persaingan yang sehat dan penting untuk menunjang pertumbuhan dan
stabilitas ekonomi yang berkesinambungan bagi suatu perusahaan.
2018 Kewirausahaan dan Etika Bisnis Pusat Bahan Ajar dan eLearning
26 Oleh: Mochammad Rosul, Ph.D., M.Ec.Dev., http://www.mercubuana.ac.id
SE
Akuntabilitas (accountability)
Kejelasan fungsi, pelaksanaan, serta pertanggungjawaban manajemen
perusahaan sehingga pengelolaan perusahaan terlaksana secara efektif dan
ekonomis.
Pertanggungjawaban (responsibility)
Kesesuaian pengelolaan perusahaan terhadap perturan perundang- undangan
yang berlaku dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat.
Kewajaran (fairness)
Keadilan dan kesetaraan dalam memenuhi hal-hak pemangku kepentingan yang
timbul sebagai akibat dari perjanjian dan peraturan perundang- undangan yang
berlaku.
d. Implementasi GCG
Pemantauan atas implementasi GCG oleh perusahaan dapat dilakukan antara lain
melalui mekanisme pemeringkatan perusahaan melalui audit atas implementasi dan
kepatuhan atas praktik GCG oleh perusahaan. Satu hal yang tidak kalah penting
adalah kenyataan bahwa implementasi GCG sangat kondusif dalam lingkungan
good public governance. Sebagai misal, penegakan hukum yang imparsial dan
efektif atas penyimpangan dan kejahatan korporasi akan mencegah perusahaan
untuk melakukan pelanggaran (Effendi, 2008).
Menurut IICG (the Indonesian Institute for Corporate Governance) terdapat 7
dimensi/konsep penerapan GCG, yang diambil dari panduan yang telah ditetapkan
oleh OECD dan KNKCG. Tujuh dimensi tersebut yaitu :
Komitmen terhadap tata kelola perusahaan – sistem manajemen yang mendorong
anggota perusahaan menyelenggarakan tata kelola perusahaan yang baik;
Tata kelola dewan komisaris – sistem manajemen yang memungkinkan
optimalisasi peran anggota dewan komisaris dalam membantu penyelenggaraan
tata kelola perusahaan yang baik;
Komite-komite fungsional – sistem manajemen yang memungkinkan optimalisasi
peran anggota dewan direksi dalam penyelenggaraan tata kelola perusahaan
yang baik;
Dewan direksi – sistem manajemen yang memungkinkan optimalisasi peran
anggota dewan direksi dalam penyelenggaraan tata kelola perusahaan yang baik.
Transparansi dan Akuntabilitas – sistem manajemen yang mendorong adanya
pengungkapan informasi yang relevan, akurat, dan dapat dipercaya, tepat waktu,
jelas, konsisten, dan dapat diperbandingkan tentang kegiatan perusahaan.
Perlakuan terhadap pemegang saham – sistem manajemen yang menjamin
perlakuan yang setara terhadap saham dan calon pemegang saham.
Peran pihak berkepentingan lainnya (stakeholders) – sistem manajemen yang
dapat meningkatkan peran pihak berkepentingan lainnya.
2018 Kewirausahaan dan Etika Bisnis Pusat Bahan Ajar dan eLearning
27 Oleh: Mochammad Rosul, Ph.D., M.Ec.Dev., http://www.mercubuana.ac.id
SE
2009:130). Berdasarkan berbagai definisi GCG yang disampai di atas dapat
diketahui ada lima macam tujuan utama Good Corporate Governance yaitu :
Untuk dapat mengembangkan dan meningkatkan nilai perusahaan;
Untuk dapat mengelola sumber daya dan resiko secara lebih efektif dan efisien;
Untuk dapat meningkatkan disiplin dan tanggung jawab dari organ perusahaan
demi menjaga kepentingan para shareholder dan stakeholder perusahaan;
Untuk meningkatkan kontribusi perusahaan (khusunya perusahaan-perusahaan
pemerintah) terhadap perekonomian nasional;
Meningkatkan investasi nasional; dan
Mensukseskan program privat-isasi perusahaan-perusahaan pemerintah.
2018 Kewirausahaan dan Etika Bisnis Pusat Bahan Ajar dan eLearning
28 Oleh: Mochammad Rosul, Ph.D., M.Ec.Dev., http://www.mercubuana.ac.id
SE
Namun manfaat yang optimal dari good corporate governance ini tidak sama dari
suatu perusahaan dengan perusahaan yang lain. Hal ini dikarenakan adanya
perbedaan faktor-faktor intern perusahaan, termasuk riwayat hidup perusahaan, jenis
usaha, jenis risiko, struktur permodalan dan manajemennya.
2018 Kewirausahaan dan Etika Bisnis Pusat Bahan Ajar dan eLearning
29 Oleh: Mochammad Rosul, Ph.D., M.Ec.Dev., http://www.mercubuana.ac.id
SE
Daftar Pustaka :
2018 Kewirausahaan dan Etika Bisnis Pusat Bahan Ajar dan eLearning
30 Oleh: Mochammad Rosul, Ph.D., M.Ec.Dev., http://www.mercubuana.ac.id
SE