Anda di halaman 1dari 14

ILMU BUDAYADASAR

DosenPengampu :Supriyanto, M.Pd

RELATIFVITAS DAN
UNIVERSALITAS Nanda Adin Nisa
B2C018003

KEBUDAYAAN S1 Pendidikan Kimia


PENGERTIAN
RELATIVITAS DAN
UNIVERSALITAS
KEBUDAYAAN
WOODGROVE 2
BANK
RELATIVITAS BUDAYA
Relativisme budaya adalah pandangan yang menyatakan bahwa
semua keyakinan, adat istiadat, dan etika bersifat relatif bagi
setiap orang, tergantung konteks sosialnya sendiri.

UNIVERSALITAS BUDAYA
Kebudayaan yang dimiliki oleh manusia tidak didapatkan atau
diwariskan secara bioogis, namun melalui proses belajar.
Kebudayaan dapat berkembang dari yang tadinya sederhana
menjadi lebih kompleks hal ini dipengaruhi oleh kondisi
penduduk dalam memperoleh pengetahuan.
Budaya universal merupakan elemen, pola, sifat atau bahkan
lembaga umum untuk semua budaya yang berada di dunia. WOODGROVE 3
BANK
UNSUR-UNSUR KEBUDAYAAN
Menurut C. Kluckhohn yaitu : Sistem Religi

Sistem Pengetahun

Sistem teknologi

Sistem
kemasyarakatan

Sistem ekonomi

Bahasa

Kesenian
WOODGROVE 4
BANK
RELATIVISME BUDAYA
Relativisme budaya begitu menarik perhatian banyak
kalangan pemikir, salah satunya, karena pemikiran
tersebut berani menolak kemapanan dan menisbikan
budaya yang ketika kemunculannya sudah establish,
terutama pada masyarakat Eropa. Ia menilai tidak
ada suatu komunitas masyarakat yang berhak
mengklaim budayanya lebih unggul dibanding yang
lain.
tidak ada produk budaya yang mesti
Keunggulan suatu dianggap sebagai budaya unggulan,
budaya sangat apalagi diyakini memiliki nilai yang
relatif bersifat universal, sehingga setiap orang
harus menghargai budaya yang berbeda
dengan budaya leluhurnya atau dengan
budaya dari daerah lain yang berbeda.
WOODGROVE 5
BANK
“ Abdala (2008) menyatakan bahwa relativisme budaya
adalah paham bahwa semua budaya baik; tidak ada
budaya yang dianggap superior, sementara yang lain
inferior; budaya adalah hasil dari kesepakatan sosial
(social construction). Budaya tidak mengandung
esensi tertentu yang membuatnya “baik” atau
“buruk”. Mungkin saja sebuah perilaku budaya dinilai
baik pada suatu komunitas masyarakat tertentu,
tetapi sebaliknya ia dinilai aneh, ganjil, atau bahkan
lucu oleh komunitas masyarakat yang lain

WOODGROVE 6
BANK
LATAR HISTORIS LAHIRNYA
RELATIVISME BUDAYA
Relsativisme Individual
(Subjektivisme)

bahwa setiap individu menentukan kaidah moralnya sendiri.


Subjektivisme memandang bahwa pilihan-pilihan individu
menentukan validitas sebuah prinsip moral

Relativisme Sosial
(Konvensialisme)

Sebuah teori yang menyatakan bahwa setiap


masyarakat berhak menentukan norma-norma
moralnya sendiri.

Bahwa kebenaran moral hanyalah kesepakatan kultural di masyarakat


(Donaldson, 1989). WOODGROVE 7
BANK
IMAGE SLIDE
Relativisme budaya, secara Epistemologi,
berasal dari Jerman, sebagai tanggapan
terhadap adanya etnosentrisme barat, yang
jika dibiarkan berkembang akan melahirkan
rasisme, yaitu adanya kebencian dari suku
bangsa terhadap suku bangsa yang lain, atau
istilah Mulyana (1996) etnosentrisme adalah
akar rasisme. Kita bisa melihat pengaruh dari
rasisme di Jerman, terutama di bawah
kekuasaan Hitler, yang menghasilkan
kebencian dari Ras Jerman terhadap Ras
Yahudi yang menimbulkan pembantaian
jutaan manusia yang tidak berdosa.

WOODGROVE 8
BANK
RELATIVISME BUDAYA
DALAM KAJIAN PEMIKIR
MODERN

Gilbert Harman David Wong George Bernard Shaw

WOODGROVE 9
BANK
GILBERT HARMAN

Harman mengkaji relativisme moral dengan cara yang


sangat berbeda dengan absolutisme moral. Namun
demikian, melalui pendekatan internalistinya, dia tetap
menganggap absolitisme moral sebagai pendapat
tentang alasan moral yang mendasari manusia. Dia
mengatakan “Saya  akan memahami keyakinan
terhadap nilai-nilai mutlak sebagai keyakinan bahwa
setiap orang memiliki alasan untuk berharap atau
bercita-cita. Mengatakan adanya hukum moral yang
berlaku pada setiap orang menurut saya berarti
mengatakan setiap orang mempunyai alasan yang
memadai untuk mengikuti hukum itu” (Harman: 1989,
370).
WOODGROVE 10
BANK
DAVID WONG
Teori relatisme etika Wong disadarkan atas pernyataan
tidak adanya satu pun moralitas yang benar, dan
bahwa moralitas merupakan kreasi sosial yang
dirancang untuk mengatasi pertentangan batin dan
antrapribadi. Menurutnya, kesulitan utama dalam
menjelaskan pengalaman moral adalah mendamaikan
ciri pengalaman kita yang menyatakan objektivitas
moralitas dengan ciri lain yang menyatakan
subjektivitas moralitas.Secara teoritis, Wong
menerima  konsep “kebenaran”, tetapi membuat
“keberanaran” itu menjadi relatif. Secara tegas dia
menyatakan bahwa tidak ada dasar objektif dan
independen bagi moralitas karena moralitas
didasarkan atas kepentingan dan keinginan manusia
(Moh. A. Shomali: 2005, 242) WOODGROVE 11
BANK
Relativisme moral Wong berpijak pada tiga jenis ketakterbandingan
(incommensurability) :

Pertama, ketakterbandingan menyangkut penerjemahan. Menurutnya, ada beberapa


istilah dari berbagai bahasa  tertentu yang tidak dapat diterjemahkan ke dalam istilah
bahasa kita sendiri

Kedua, ketakterbandingan menyangkut justifikasi. Adanya beberapa teori yang masuk


akal yang mempunyai premis yang berbeda mengenai hakekat dunia atau bentuk-
bentuk penalaran

Ketiga, ketakterbangingan evaluatif. Katanya, seseorang tidak dapat mengatakan


bahwa teorinya sendiri lebih baik daripada teori orang lain.

WOODGROVE 12
BANK
GEORGE BERNARD SHAW

Nalar ini akan menjadi rujukan bagi pengikut relativisme


agama termasuk Shaw. Maka wajar jika kemudian Shaw
dikenal sebagai tokoh yang toleran. Toleransi Shaw dapat
dapat diperhatikan dari pernyataannya. Menurut Shaw (1956,
333) bahwa agama yang toleran terhadap minoritas agama
pada hakekatnya sama dengan mentoleransi agama itu
sendiri.  Memang perubahan nama agama dan format agama
yang terbentuk telah menimbulkan sedikit perbedaan, tapi
perbedaan itu jangan sampai menghambat sikap terpuji
tersebut.

WOODGROVE 13
BANK
WOODGROVE
BANK

THANK YOU
Nanda Adin Nisa
B2C018003

Anda mungkin juga menyukai