Anda di halaman 1dari 37

Indikator derajat

kesehatan
Kelompok II
1. Asella D.D. Araujo
2. Bilka I.Y. Lenggu
1. Pendahuluan
Untuk menilai kondisi kesehatan masyarakat dibutuhkan
suatu ukuran yang dapat sebagai indicator untuk menilai
kondisi kesehatan masyarakat. Indeks kesehatan yang dapat
digunakan banyak sekali, tetapi yang akan dibahasa hanya
indeks yang banyak digunakan dalam epidemiologi, yaitu :
1. indeks fertilitas
2. indeks morbiditas, dan
3. indeks mortalitas
Ukuran yang banyak digunakan pada indeks kesehatan
adalah angka di samping rasio dan proporsi yang telah dibahas
2. Indeks fertilitas
Ukuran- ukuran fertilitas yang banyak digunakan dalam kesehatan dan
epidemiologi adalah :
- Angka Kelahiran Kasar (Crude Brith Rate [CBR])
- Angka Fertilitas Menurut Golongan Umur (Age specific fertility Rate
[ASFR])
- Angka Fertilitas Total (Total Fertility Rate [TFR])

 Angka Kelahiran Kasar (Crude Birt Rate [Cbr])


Angka kelahiram kasar iyalah semua kelahiran hidup yang dicatat dalam
satu tahun dibagi dengan jumlah penduduk pada pertengahan tahun yang
sama dan dikalikan 1000.
Rumus:

Jumlah kelahiran hidup yang dicatat


Angka kelahiran kasar = x 1000
Jumlah penduduk pada pertengahan
Tahun yang sama

atau
Angka kelahiran kasar = {B/P}x k
Ket
B = jumlah lahir hidup yang dicatat selama satu tahun
P = jumlah penduduk pada pertengahan tahun yang sama
K = konstantan = 1000
Lanjutan…..
Angka kelahiran ini disebut “kasar” karena sebagai penyebut digunakan
jumlah penduduk yang berarti termasuk penduduk yang tidak mempunyai
peluang untuk melahirkan diikutsertakan , seperti anak-anak, laki-laki, dan
wanita lanjut usia.
Angka ini dapat digunakian untuk mengambarkan tingkat fertilitas
secara umum dalam waktu singkat, tetapi kurang sensitive untuk :
1. membandingkan tingkat fertilitas dua wilayah dan
2. mengukur perubahan fertilitas karena perubahan pada tingkat kelahiran
dan akan menimbulkan perubahan pada jumlah penduduk
 Angka Fertilitas Menurut Golongan Umur (Age Specific Fertility Rate
[Asfr])
Angka Fertilitas Menurut Golongan Umur (Age specific fertility Rate
[ASFR]) iyalah jumlah kelahiran hidup oleh ibu pada golongan umur
tertentu yang dicatat selama satu tahun per 1000 penduduk wanita pada
golongan umur tertentu pada tahun yang sama.
Rumus:
Jumlah lahir hidup oleh ibu golongan
Umur tertentu yang dicatat
Angka fertilitas menurut = x 1000
gol. Umur jumlah penduduk wanita gol umur
tertentu pada pertengahan tahun
yang sama
 Angka Fertilitas Total (Total Fertility Rate [Tfr])
Angka Fertilita total (AFT) merupakan jumlah angka fertilitas menurut golongan umur
yang dicatat selama 1 tahun.
Rumus:

Angka Fertilitas Total = jumlah angka fertilitas menurut golongan umur x k


 
Bila konstatnta K = 1 maka angka yang dihasilkan menunjukan rata-rata jumlah anak
yang dilahirkan oleh setiap ibu selama masa subur. Bila interval golongan umur sama
dengan 5 maka angka fertilitas total sama dengan angka fertilitas menurut golongan umur
5 kali. Kelemahan pada perhitungan AFT dianggap semua wanita selama masa subur tidak
ada yang meninggal dan semuanya menikah dan mempunyai anak dengan pola sepeerti
ASFR. Halini tidak sesuai kenyataan.
3. INDEKS MORTALITAS DAN MORDIBITAS

Angka kematian dan kesakita merupakan indeks kesehatan yang penting dalam mempelajari epidemiologi untuk
menentukan derajat kesehatan masyarakat. Indeks mortalitas dan morbiditas yang banyak digunakan dalam epidemiologi
adalah :
1. angka kematian kasar (crude death rate = CDR)
2. angka kematian berhubungan dengan umur
a. Angka kematian menurut golongan umur
b. Angka kematian bayi
c. Angka kematian balita
d. Angka kematian neonatal
e. Angka kematian perinatal
f. Proporsi kematian balita
3. Angka kematian berhubung dengan sebab tertentu
a. Angka kematian karena sebab tertentu
b. Case Fatality Rate
c. Angka kematian ibu (Maternal Mortality Rate )
4. Angka Morbiditas  
 Angka kematian kasar (crude death rate [CDR])
Angka kematian kasar (AKK) iyalah jumlah kematian yang
dicatat selama satu tahun per 1000 penduduk pada
pertengahan tahun yang sama. Angka ini disebut kasar
karena perhitungan kematian dilakukan secara menyeluruh
tanpa memperhatikan kelompok- kelompok tertentu didalam
populasi dengan tingkat kematian berbeda –beda. Angka
kematian kasar dapat ditulis dalam rumus berikut.
AKK = {D/P} x K
Ket :
D = jumlah kematian yang dicatat selama 1 tahun
P = jumlah penduduk pertengahan tahun yang sama
K = konstanta = 1000
Lanjutan…..

Dari rumus diatas diketahui bahwa sebagian pembilang, angka kematian


dihitung sepanjang tahun,, sedengkan untuk penyebutan jumlah penduduk
dihitung pada satu saat yaitu pertengan tahun.
Karena tidak semua orang dalam satu tahun akan meninggal pada
waktu yang bersamaan maka untuk penyebutnya sebaiknya dihitung jumlah
tahun hidup orang (person years lived - PYL) yaitu tahun hidup yang diikuti
selama satu tahun.
Untuk menghitung PYL dapat diberikan contoh berikut
1. suatu populasi yang terdiri dari 300 orang dengan rincian seperti yang terlihat
pada table dibawah ini.
Lahir, Mati, Dan Jumlah Tahun Hidup Selama 1 Tahun
(1 januari – 31 desember )

Jumlah penduduk Lahir Mati Jumlah hari Jumlah hari


Hidup Hidup

10 11/1 19/1 3020 8,27

1   8/4 100 0,27

1 13/9 13/11 61 0,17

288       288,00

Jumlah       296,71
Cara perhitungan :
Dari 300 orang terdapat 10 orang yang dilahirkan pada 11 january dan meninggal pada
tanggal 19 november. Ini berarti setiaporang tealah menjalani hidup selam 3020 hari
dalam tahun tersebut dan untuk 10 orang jumlahnya 3020 hari dan person years lived =
3020/365 = 8,27. Seorang yang dilahirkan sebelum tanggal 1 januari dan meninggal pada
tanggal 8 april yang berarti ia menjalani hidup selama 100 hari pada tahun tersebut
sehingga person years livednya menjadi 100/365 = 0,27
Selain itu, terdapat pula seorang yang dilahirkan pada tanggal 13 september dan
meninggal pada tanggal 13 november dengan jumlah hari hidup 61 hari sehingga tahun
hidup 61/365 = 0,17. Sisanya sebanyak 288 orang tetap hidup dalam tahun tersebut.
Dengan demikian, jumlah seluruh tahun hidup =296,71 dengan jumlah kematian sebanyak
12 orang sehingga perhitungan angka kematian kasarnya menjadi :

(12/296,71)x 1000 = 40,44 per 1000 penduduk.


Lanjutan….
Perhitungan diatas hanya dapat digunakan pada populasi yang kecil,
sedangkan dalam kenyataan jumlah penduduk dalam suatu daerah sangat
banyak hingga cara tgersebut tidak dapat digunakan dan untuk perhitungan
angka kematian kasar tetap digunakan jumlah penduduk pertengahan
tahun sebagai penyebut. Hal ini diidasarkan pada pertimbangan berikut:
 diasumsikan dalam satu tahun distribusi kematian secara merata hingga
penduduk pertengahan tahun merupakan rata-rata jumlah penduduk
sepanjang tahun dan dianggap sama dengan jumlah tahun hidup
 walaupun dalam kenyataan distribusi kematian tidak merata sepanjang
tahun, tetapi jumlah penduduk pertengahan tahun masih dapat
digunakan sebagai penyebut dalam perhitungan angka kematian kasar
tanpa menimbulkan kesalahan yang besar
 Standardisasi Angka Kematian Kasar
Angka kematian kasar banyak digunakan sebagai salah satu indeks
kesehatan karena perhitungan yang mudah dibandingkan dengan angka
kematian yang lain, tetapi bila digunakan untuk membandingkan derajat
kesehatan dengan daerah lain hendaknya diperhatikan bahwa angka
kematian kasar dipengaruhi oleh umur dan jenis kelamin dan karenanya
harus dilakukan standardisasi. Hal ini disebabkan angka kematian yang
tinggi disuatu daerah belum tentu mempunyai derajat kesehatan yang
lebih rendah dibandingkan dengan daerah lain dengan angka kematian
kasar yang lebih rendah
Contoh :
Daerah A dengan angka kematian kasar yang lebih tinggi dari pada daerah
B, tetapi memiliki angka kematian yang lebih rendah pada setiap golongan
umur
Distribusi penduduk menurut golongan umur, jumlah
kematian da angka kematian kasar .
Umur Jumlah Jumlah Angka Jumlah Jumlah kematian Angka
Penduduk Kematian Penduduk

0- 200.000 10.000 50,0 3.000 160 53,3

5- 300.000 200 0,7 3.700 3 0,8

15- 300.000 200 0,7 5.000 5 1,0

25-            

35- 700.000 1.300 1,8 10.000 40 4,0

45-            

55- 500.000 10.000 20,0 2.500 63 25,2

65- 200.000 17.500 87,5 400 30 90,0

Jumlah 2.200.000 39,200 17,8 24.600 307 12,47


Penjelasan
Dari table diatas tampak bahwa secara keseluruhan , angka kematian di daerah A
lebih tinggi dari pada daerah B, tetapi bila diperhatiakan angka kematian pada setiap
golongan umur di daerah A lebih rendah dibandingkan dengan daerah B. Hal ini
disebabkan presentase penduduk golongan umur 45 tahun keatas di daerah A (31,8 %)
jauh lebih tinngi dibandingkan dengan daerah B (11, 8%). Tingginya presentase golongan
umur ini mempengaruhi angka angka kematian kasar dan daerah A mempunyai presentasi
golongan umur 14-25 yang lebih rendah (27,3%) jika dibandingkan dengan daerah B
(35,4%) dan golongan umur ini juga sangat berpengaruh terhadap angka kematian kasar.
Bila kita bandingkan, angka kematian daerah A dan B tanpa memperhatikan distribusi
penduduknya maka kesimpulan kita akan bias. Agar kesimpulan kita tidak bias, harus
dilakukan standardisasi lebih dahulu sebelum dibandingkan.
Standardisasi ialah kedua populasi yang akan dibandingkan direfleksikan pada
populasi ketiga yang disebut “populasi standar”. Standardisasi dapat dilakukan dengan
dua cara, yaitu standardisasi langsung dan standardisasi tidak langsung.
4. ANGKA KEMATIAN KASAR RATA RATA
Besarnya angka kematian kasar suatu daerah selalu berubah setiap
tahun karena dipengaruhi oleh jumlah kelahiran dan kematian yang
mengakibatkan perubahan jumlah penduduk. Dengan kondisi tersebut,
perhitungan angka kematian kasar yang hanya dilakukan untuk 1 tahun
kurang dapat menggambarkan keadaan yang sebenarnya karena tidak
stabil. Untuk mengatasi hal ini, sebaiknya perhitungan angka kematian
kasar tidak dilakukan hanya untuk 1 tahun, tetapi dihitung beberapa tahun
laludihitung rat ratanya. Dengan cara ini, hasil perhitungan angka
kematian kasar untuk suatu daerah akan menjadi lebih stabil dan
mendekati kenyataan yang sebenarnya. Perhitungan angka kematian kasar
rata rata dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu rata rata tanpa beban dan
rata rata dengan beban.

  Rata Rata Tanpa Beban

Sebagai contoh, dilakukan perhitungan rat rata kematian kasar selama


3 tahun berturut turut dengan rumus sebagai berikut.
AKK rata rata = 1/3 X k
D = jumlah kematian selama 1 tahun
P = jumlah penduduk pertengahan tahun
K = konstanta
Indeks 1,2,3 menyatakan tahun

  Rata Rata Dengan Beban

Perhitungan rata rata angka kematian kasar dengan beban dilakukan


dengan menjumlahkan angka kematian kasar selama 3 tahun kemudian
dibagi 3 dan dikalikan dengan konstanta dan hasilnya dibagi dengan jumlah
penduduk pertengahan tahun ke 2 dan dengan rumus berikut.
AKK rata rata = [1/3
P2
D = jumlah kematian
P2 = jumlah penduduk pertengahan tahun kedua
K = konstanta
Indeks 1,2,3 menyatakan tahun ke 1,2,3
5. ANGKA KEMATIAN MENURUT GOLONGAN UMUR ( AGE SPECIFIC DEATH RATE [ASDR])

   Untuk memperluas angka kematian kasar, dilakukan perhitungan kematian pada


setiap golongan umur. Angka kematian berdasarkan golongan umur ini tersebut angka
kematian spesifik (specific date rate). Spesifikasi dapat pula dilakukan berdasarkan jenis
kelamin, pekerjaan, pendidikan, dan lain lain disesuaikan dengan kebutuhan.
ASDR dapat dihitung dengan rumus berikut:
Angka kematian Menurut golongan umuur =

Dx = jumlah kematian yang dicatat selama 1 tahun pada penduduk golongan umur x
Px = jumlah penduduk pertengahan tahun pada golongan umur x
K = konstanta

   Angka Kematian Bayi (Infant Mortality Rate Imr)
Angka kematian bayi (AKI) ialah jumlah kematian penduduk berumur
kurang dari 1 tahun yang dicatat selama satu tahun per 1000 kelahiran
hidup pada tahun yang sama.
Rumusnya sebagai berikut.
AKI =
 
Do = jumlah kematian bayi yang belum mencapai ulang tahunnya yang
pertama yang dicatat selama 1 tahun
B = jumlah lahir hidup pada tahun yang sama
K = konstanta = 1000
Lanjutan….
Perhitungan angka kematian bayi berdasarkan rumus diatas secara
demografis disebut ifant death rate dan hanya menggambarkan
kematian bayi secara sepintas dan kurang terinci karena perhitungan
dilakukan terhadap kedua jenis kelamin, sedangkan kita ketahui bahwa
kematian bayi laki laki tidak sama deengan kematian bayi perempuan.
Selain itu, pada ifant death rate, kematian dan kelahiran dihitung
pada tahun yang sama yang tidak menggambarkan kohort yang sama.
Perhitungan angka kematian bayi mempunyai cara yang berbeda
dengan cara perhitungan angka kematian golongan umur yang lain
karena sebagai penyebut tidak digunakan dengan jumlah penduduk
pertengahan tahun, tetapi digunakan jumlah lahir hidup. Ha ini
disebabkan perhitungan jumlah tahun hidup pada bayi sulit dilakukan
karena umumnya kematian bayi tidak merata sepanjang tahun.
Lanjutan…

Berdasarkan batasan angka kematian bayi, jumlah kematian


dan kelahiran bayi dicatat pada tahun yang sama, sedangkan bayi
yang mati pada suatu tahun tertentu tidak seluruhnya berasal
dari kohort kelahiran tahun yang sama, tetapi sebagian berasal
dari kelahiran tahun sebelumnya.
Misalnya kita akan menghitung angka kematian bayi selama
taiga tahun berturut turut maka dapat dilihat bahwa kematian
bayi pada tahun ke 2 berasal dari kelahiran bayi yang terjadi
pada tahun yang sama ditambah dengan kohort kelahiran bayi
tahun sebelumnya. Demikian pula jumlah kematian bayi pada
tahun ke 3 berasal dari kohort kelahiran bayi pada tahun yang
sama ditambah dengan kohort kelahiran bayi pada tahun ke 2.
Lanjutan….
   Agar perhitungan angka kematian bayi lebih stabil, sebaiknya angka kematian bayi dihitung
selama 3 tahun berturut turut. Perhitungan angka kematian bayi selama 3 tahun dapat dilakukan
dengan cara berikut.
Menyesuaikan pembilang pada kohort penyebut
 
AKI = ( + D2”/B2) x k

Dengan cara perhitungan diatas, hasilnya perhitungan kematiannya tidak dapat diketahui
berasal dari kohort kelahiran yang sama.
Untuk mengatasi kelemahan tersebut dilakukan pemisahan antara kedua bagian dengan data
tambahan, seperation factor (f) yaitu perbandingann antara kematian bayi yang berasal dari
kohort kelahiran tahun sebelumnya dengan jumlah kematian bayi yang berasal dari kohort
kelahiran yang sama ditambah dengan kematian bayi yang berasal dari kohort tahun
sebelumnya.
 Angka Kematian Neonatal (Neonatal Mortality Rate [Nmr])
Neonatal ialah bayi yang berumur kurang dari 28 hari. Aangka kematian neonatal
(AKN) ialah jumlah kematian bayi berumur kurang dari 28 hari yang dicatat selama 1
tahun per 1000 kelahiran hidup pada tahun yang sama. Rumusnya sebagai berikut.
Jumlah kematian bayi berumur kurang dari 28 hari
AKN = xk
Jumlah lahir hidup pada tahun yang sama

Tinggi rendahnya NMR dapat digunakan untuk mengetahui :


 Tinggi rendahnya usaha perawatan neonatal
 Program imunisasi,
 Pertolongan persalinan,
 Penyakit infeksi terutama saluran pernapasan bagian atas.
 Angka Kematian Perinatal (Perinatal Mortality Rate [Pmr])
Untuk perinatal, terdapat beberapa batasan yang dapat digunakan untuk menghitung
angka kematian perinatal (AKP).
Batasan angka kematian perinatal yang dianjurkan WHO adalah sebagai berikut.
Angka kematian perinatal ialah jumlah kematian janin yang dilahirkan pada usia
kehamilan 28 minggu atau lebih ditambah dengan jumlah kematian bayi yang berumur
kurang dari 7 hari yang dicatat selama satu tahun per 1000 kelahiran hidup pada tahun
yang sama (WHO 1981). Rumusnya sebagai berikut.

Jumlah kematian janin yang dilahirkan pada Kelahiran


28 minggu atau lebih + jumlah kematian
Bayi umur kurang dari 7 hari yang dicatat selama 1 tahun
AKP = xk
Jumlah lahir pada tahun yang sama
Lanjutan…..

Batasan lainnya adalah untuk pembilang tidak digunakan kematian bayi kurang
dari 7 hari, tetapi sampai bayi berumur 28 hari. Selain itu, pada angka kematian
perinatal dimasukan juga kematian janin berumur 28 minggu atau lebih yang
ditambahkan pada pembilang maupun penyebut. Jadi, sebagai penyebut, jumlah
lahir hidup ditambah dengan kematian janin berumur 28 minggu keatas (mausner
and Kramer 1985). Dalam hal ini sebagian ahli epidemiologi dan kesehatan tidak
setuju dengan batasan ini karena kematian janin berarti lahir mati dan tidak
termaksud ke dalam lahir hidup Batasan untuk perinatal juga ada dua yaitu:
 Batasan 1, perinatal dimulai pada kehamilan 28 minggu sampai bayi 7 hari
 Batasan 2, perinatal diawalai pada janin berumurr 20 minggu sampai 28 hari
setelah dilahirkan.
 Angka kematian balita (under five mortality rate)
angka kematian balita merupakan gabungan antara angka kematian
bayi dan angka kematian anak 1-4 tahun.
Angka kematian balita sangat penting untuk mengukur taraf kesehatan
masyarakat karena angka ini merupakan indicator yang sensitive untuk
mengukur status kesehatan bayi dan anak.
Untuk Negara berkembang, sebagian besar kematian balita disebabkan
infeksi dan gizi kurang. Angka kelahiran yang tinggi dengan jarak antara
kelahiran yang pendek, social ekonomi, dan tingkat pendidikan yang
rendah yang mengakibatkan kurangnya pengertian ibu dan masyarakat
memperberat kondisi tersebut.
Lanjutan….
Angka kematian balita ialah jumlah kematian balita yang dicatat selama
satu tahun per 1000 penduduk balita pada tahun yang sama. Rumusnya
sebagai berikut.
Jumlah kematian balita
Yang dicatat selama 1 tahun
Angka kematian balita = xk
Jumlah penduduk balita
Pada tahun yang sama
Angka kematian balita dapat digunakan sebagai indicator kesehatan untuk
mengukur status kesehatan masyarakat. Tinggi rendahnya angka kematian
balita dipengaruhi oleh program pelayanan kesehatan, program imunisasi,
program perbaikan gizi, dan lain lain.
6. Proporsi kematian balita
Proporsi kematian balita merupakan perbandingan antara jumlah kematian balita yang
dicatat selama satu tahun dengan jumlah seluruh kematian pada tahun yang sama yang
dinyatakan dalam persen dengan rumus berikut.
Jumlah kematian balita
Yang dicatat selama 1 tahun
Proporsi kematian balita = x 100
Jumlah seluruh kematian
Pada tahun yang sama

Proporsi kematian . balita lebih praktis dibandingkan dengan perhitungan angka


kematian balita karena pada perhitungan proporsi kematian balita tidak dibutuhkan
jumlah penduduk yang sering sulit diperoleh, tetapi nilai yang dihasilkan dari
perhitungan proporsi kematian balita tidak dapat dibandingkan dengan daerah lain.
Adapun manfaat proporsi kematian balita sama dengan angka kematian balita.
 ANGKA KEMATIAN KARENA SEBAB TERTENTU

Angka ini banyak digunakan dalam epidemiologi untuk mengetahui frekuensi kematian
yang disebabkan karena penyakit tertentu.
Yang dimaksud dengan angka ini ialah jumlah kematian karena sebab penyakit
tertentu yang dicatat selama satu tahun per 100.000 penduduk pertengahan tahun yang
sama dengan rumus berikut.

Jumlah kematian karena sebab tertentu


Yang dicatat selama 1 tahun
Angka kematian Karena = x 100.000
sebab tertentu jumlah penduduk pertengahan pada
Tahun Yang sama
Lanjutan….
Jumlah kematian karena penyakit tertentu biasanya sangat kecil bila
dibandingkan dengan jumlah penduduk. Oleh karena itu, sebagai konstanta
digunakan 100.000 untuk mengjindari terjadinya angka berupa decimal.
Angka ini dapat dispesifikasi lebih rinci menurut menurut golongan
umur atau jenis kelamin dan lain lain sesuai kebutuhan. Angka ini dapat
digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk mengetahui resiko kematian
penduduk akibat terpajan oleh factor penyebab penyakit tertentu.
Contoh:
Jumlah kematian karena TBC disuatu daerah selama satu tahun tercatat
sebanyak 3.000 orang dan jumlah penduduk pertengahan tahundaerah
tersebut adalah 13.821.000. angka kematian karena TBC adalah
3.000/13.821.000 x 100.000 = 21,7 per 100.000
8. CASE FATALITY RATIO (CFR)
Untuk memperoleh gambaran tentang distribusi penyakit serta tingkat kemaatian
penyakit tersebut yang terjadi dirumah sakit dapat digunakan perhitungan case fatality ratio.
Case fatality ratio ialah perbandingan antara jumlah kematian katrena penyakit tertentu
yang terjadi selama satu tahun dengan jumlah penderita penyakit tersebut pada tahun yang
sama. Rumusnya sebagai berikut.

Jumlah kematian karena penyakit tertentu


CFR =
Jumlah seluruh penderita penyakit

Perhitungan ini dapat digunakan untuk mengetahui penyakit penyakit dengan tingkat
kematian yang tinggi. Ratio ini dapat dispesifikasikan menurut golongan umur, jenis kelamin,
tingkat pendidikan, dan lain lain sesuai kebutuhan. 
9. ANGKA KEMATIAN IBU (MATERNAL MORTALITY RATE (MMR))
Angka kematian ibu ialah jumlah kematian ibu sebagai akibat komplikasi kehamilan,
persalinana, dan masa nifas yang dicatat selama satu tahun per 1000 kelahiran hidup
pada tahun yang sama. Rumusnya sebagai berikut.
Jumlah kematian ibu hamil,persalinan
Dan nifas yang dicatat selama 1 tahun
Angka kematian ibu = x 1000
Jumlah lahir hidup pada tahun yang sama

Kesulitan dalam perhitungan MMR adalah memperoleh data tentang ibu hamil
dan kematian ibu yang jarang dilaporkan. Pengumpulan data dapat dilakukan
dengan survey khusus terhadap ibi ibu pasangan usia subur yang diikuti prospektif
untuk menemukan kehamilan sampai persalinan dan masa nifas, tetapi cara ini
membutuhkan tenaga, waktu, dan biiaya yang sangat besar.
Lanjutan….
Untuk menjamin ketepatan hasil pengamatan dibutuhkan minimal 50 kematian ibu
dank arena kematian ibu cukup kecil maka dibutuhkan sampel yang sangat besar.
Contoh:
Bila diperkirakan angka kematian ibu sebesar 10 per 1000 kelahiran hidup maka untuk
memperoleh sebanyak 50 kematian ibu dibutuhkan sebanyak 5000 ibu hamil dan bila
diperkirakan angka kelahiran sebesar 40 per 1000 penduduk maka besarnya sampel yang
dibutuhkan untuk mendapatkan 50 kematian ibu adalah 125.000 ibu hamil.

Tinggi rendahnya MMR berkaitan dengan:


 Social ekonomi,
 Kesehatan ibu sebelum hamil, bersalin, dan nifas;
 Pelayanan kesehatan terhadap ibu hamil,
 Pertolongan persalinandan perawatan masa nifas.
10. Angka Mordibitas
Angka moridbitas ialah jumlah penderita yang dicatat selama 1 tahun per 1000
penduduk pertengahan tahun pada tahun yang sama. Rumusnya sebagai berikut.

Jumlah penderita yang dicatat selama 1 tahun


Angka mordibitas =x 1000
Jumlah penduduk pada pertengahan tahun yang sama

angka ini dapat digunakan untuk:


Menggambarkan keadaan kesehatan secara umum,
Mengetahui keberhasilan program pemberantasan penyakit,
Mengetahui keadaan sanitasi lingkungan dan
Memperoleh gambaran pengetahuan penduduk terhadap pelayanan kesehatan.
 
 
Sekian
Dan
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai