Anda di halaman 1dari 15

FARMAKOEKONOMI

Cost Minimization Analysis (CMA)

KELOMPOK III
1. Marzuq Nasaruddin (20344162)
2. Widia Puspita Fajri (20344163)
3. Cica Nurrohmah (20344164)
4. Ferro Indah Rahmawati (20344165)
5. Dwita Ratnasari Dachi (20344166)
 
DEFINISI
• Farmakoekonomi adalah sebuah penelitian tentang proses
identifikasi, mengukur dan membandingkan biaya, resiko
dan keuntungan dari suatu program, pelayanan dan terapi
serta determinasi suatu alternative terbaik.
• Menurut Waley dan Davey (1995) farmakoekonomi adalah
suatu metoda baru untuk mendapatkan pengobatan
dengan biaya yang lebih efisien dan serendah mungkin
tetapi efektif dalam merawat penderita untuk
mendapatkan hasil klinik yang baik (cost effective with
best clinical outcome) (Chandra, 2015).
Cost Minimization Analysis (CMA

• Salah satu metode yang bisa dilakukan dalam


evaluasi farmakoekonomi adalah Cost-
Minimization Analysis (CMA). CMA adalah tipe
analisis yang menentukan biaya program
terendah dengan asumsi besarnya manfaat
yang diperoleh sama.
• Analisis ini digunakan untuk menguji biaya
relative yang dihubungkan dengan intervensi
yang sama dalam bentuk hasil yang diperoleh.
• Contoh dari analisis cost-minimization adalah
terapi dengan antibiotika generic dengan
paten, outcome klinik (efek samping dan
efikasi sama), yang berbeda adalah omset dan
durasinya. Maka pemilihan obat difokuskan
pada obat yang biaya per harinya lebih murah
(Vogenberg, 2001).
Biaya
Adapun klasifikasi biaya meliputi :
• Biaya langsung
• Biaya tidak langsung
• Biaya nirwujud (intangible cost)
• Biaya terhindarkan (averted cost, avoided
cost)
1. Biaya langsung
Biaya langsung adalah biaya yang terkait langsung dengan
perawatan kesehatan, termasuk biaya obat (dan perbekalan
kesehatan), biaya konsultasi dokter, biaya jasa perawat,
penggunaan fasilitas rumah sakit (kamar rawat inap,
peralatan), uji laboratorium, biaya pelayanan informal dan
biaya kesehatan lainnya.
2. Biaya tidak langsung
Biaya tidak langsung (Bootman et al., 2005) adalah sejumlah
biaya yang terkait dengan hilangnya produktivitas akibat
menderita suatu penyakit, termasuk biaya transportasi, biaya
hilangnya produktivitas.
3. Biaya nirwujud (intangible cost)
Biaya nirwujud adalah biaya-biaya yang sulit diukur dalam unit
moneter, namun sering kali terlihat dalam pengukuran
kualitas hidup, misalnya rasa sakit dan rasa cemas yang
diderita pasien dan/atau keluarganya.
4. Biaya terhindarkan (averted cost, avoided
cost)
Biaya terhindarkan (Berger et al., 2003) adalah potensi
pengeluaran yang dapat dihindarkan karena penggunaan
suatu intervensi kesehatan (Direktorat Jenderal Bina
Kefarmasian dan Alat Kesehatan, 2013).
Kelebihan dan kekurangan CMA
KELEBIHAN
• Merupakan metode kajian farmakoekonomi paling sederhana,
karena hanya dapat digunakan untuk membandingkan dua
atau lebih intervensi kesehatan termasuk obat, yang
memberikan hasil yang sama, serupa, atau setara atau dapat
diasumsikan setara.
• Karena hasil pengobatan dari intervensi (diasumsikan) sama,
yang perlu dibandingkan hanya satu sisi, yaitu biaya
KEKURANGAN
• Langkah terpenting yang harus dilakukan sebelum
menggunakan AmiB adalah menentukan kesetaraan
(equivalence) dari intervensi (misalnya obat) yang akan dikaji.
• Jarang ditemukan dua terapi, termasuk obat yang setara atau
dapat dengan mudah dibuktikan setara, sehingga penggunaan
AmiB agak terbatas.
Contoh Kasus Cost Minimization Analysis (CMA)
Hasil perhitungan CMA didapatkan rata-rata biaya pengobatan
perpasien kelompok clopidogrel lebih mahal dibandingkan
aspirin. Rata-rata biaya penggunaan clopidogrel Rp. 2.618.655
dan Apirin Rp. 2.168.900,57, sehingga nilai selisih antara
keduanya sebesar Rp 449.754,43. Adanya perbedaan
signifikan antara biaya antiplatelet clopidogrel dan aspirin
dikarena harga clopidogrel jauh lebih mahal dibandingkan
dengan aspirin, tetapi untuk biaya penunjang, tindakan dan
administrasi, juga biaya rawat inap tidak terdapat perbedaan
yang sigifikan antara clopidogrel dan aspirin (Jurnal Ilmiah
Farmasi Farmasyifa Volume 3 No 2 halaman 113 – 120).
Kesimpulan
Hasil dari makalah ini dapat disimpulkan
bahwaPasien dengan aspirin memiliki rata-rata
biaya antiplatelet yang lebih kecil (Rp
2.168.900,57) dibandingkan dengan
clopidogrel (Rp. 2.618.655,00) (p = 0,052) dan
aspirin dengan biaya paling minimal
dibandingkan clopidogrel sebagai antiplatelet
pada pasien stroke.
TERIMAHKASIH

Anda mungkin juga menyukai