Anda di halaman 1dari 12

Askep Kesehatan

Komunitas
Populasi Rentan:
Populasi Terlantar
IESTIN BERNICE THEODORA HAREFA
032017031
Defenisi Populasi Terlantar
• Pengertian Kelompok Rentan tidak dirumuskan secara
eksplisit dalam peraturan perundang-undangan, seperti
tercantum dalam Pasal 5 ayat (3) Undang-Undang Tahun 1999
yang menyatakan bahwa setiap orang yang termasuk
kelompok masyarakat yang rentan berhak memperoleh
perlakuan dan perlindungan lebih berkenaan dengan
kekhususannya. Dalam penjelasan pasal tersebut disebutkan
bahwa yang dimaksud dengan kelompok masyarakat yang
rentan, antara lain, adalah orang lanjut usia, anak-anak, fakir
miskin, wanita hamil dan penyandang cacat
• Homeless atau tunawisma menggambarkan seseorang yang tidak
memiliki tempat tinggal secara tetap maupun yang hanya sengaja
dibuat untuk tidur. Tunawisma biasanya di golongkan ke dalam
golongan masyarakat rendah dan tidak memiliki keluarga.
Masyarakat yang menjadi tunawisma bisa dari semua lapisan
masyarakat seperti orang miskin, anak-anak, masyarakat yang
tidak memiliki keterampilan, petani, ibu rumah tangga, pekerja
sosial, tenaga kesehatan profesional sertailmuwan.
• Selain itu alasan lain menjadi tunawisma adalah kehilangan
pekerjaan, ditinggal oleh keluarga, kekerasan dalam rumah tangga,
pecandu alkohol, atau cacat. Walaupun begitu apapun
penyebabnya, tunawisma lebih rentan terhadap masalah
kesehatan dan akses ke pelayanan perawatan kesehatan
berkurang
Prevalensi Populasi Terlantar
• Menurut data dinas Sosial di Seluruh Indonesua yang
dihimpun Kementrian Sosial (Kemensos), angka Penyandang
Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) pada 2017 ada sebanyak
23.595 pengemis dan 30.019 gelandangan. Sedangkan data
PMKS 2018, ada sebanyak 22.797 pengemis dan 56.785
gelandangan.
• Berita Resmi Statistik pada Badan Pusat Statistik (2017)
menyatakan bahwa: jumlah penduduk miskin di Indonesia
pada Maret 2017 mencapai 27,77 juta (10,64%) dari
keseluruhan penduduk. Presentase pendudukmiskin
didaerah perkotaan pada bulan Maret 2017 sebanyak
7,72%, sementara presentase penduduk miskin di daerah
perdesaan 13.93%.
• Dari angka tersebut, dapat diosimpulkan bahwa terjadi
peningkatan sebanyak 26.766 orang gelandangan dari tahun
2017 ke tahun 2018. Kondisi tersebut mencerminkan amanat
konstitusi agar fakir miskin dan anak terlantar dipelihara
negara belum sepenuhnya terwujud. Bahkan, Kemsos juga
menyebut sedikitnya 35.00 anak mengalami eksploitasi.
Keberadaan anak-anak terlantar tersebut antara lain masih
minimnya rumah singgah atau Rumah Perlindungan Sosial
Anak (RSPA).
Karakteristik Demografi Populasi
Terlantar
• Kondisi wilayah yang tidak dapat diharapkan potensi
alamnya membuat masyarakat yang tinggal di daerah tersebut
mengalami kemiskinan dan membuat masyarakat harus
meninggalkan tempat tersebut untuk mencari peruntungan
lain. Akan tetapi, keputusannya untuk pindah ke kota lebih
memperburuk keadaan. Tidak adanya potensi yang alam sedia
untuk diolah membuat masyarakat tersebut semakin masuk
dalam garis kemiskinan, dan membuatnya menjadi
gelandangan.Oleh karena itu ia lebih memilih menjadi
pengemis sehingga kebutuhan hidupnya sedikit terpeuhi
dengan uang hasil meminta-minta
Faktor yang berkontribusi terhadap
populasi terlantar
• Menurut Parsudi Suparlan (1984:2009) mengemukakan bahwa
standar kehidupan yang rendah ini secara langsung
mempengaruhi tingkat kesehatan, kehidupan moral dan rasa
percaya diri mereka yang tergolong orang miskin. Hal-hal yang
melatarbelakngi tunawisma atau gelandangan disebabkan
faktor internal dan faktor eksternal. Faktir internal meliputi :
malas, tidak mau bekerja keras, mental yang tidak kuat.
Sedangkan faktor eksternal yaitu faktor ekonomi, geografi,
sosial pendidikan, kultural, lingkungan, dan agama.
Kesehatan Populasi Terlantar
dan Tunawisma
• Kesehatan tuna wisma menjadi tanggung jawab pemerintah
dan semua pihak untuk menciptakan derajat kesehatan warga
negara yang optimal. Tuna wisma juga merupakan klien yang
yang patut mendapat mendapat perhatian khusus khusus
bagi perawat kesehatan komunitas.
• Teori Perawatan Diri banyak digunakan dalam ilmu
keperawatan untuk memberikan kerangka kerja konseptual
sebagai panduan praktik dan membangun pengetahuan
perawatan perawatan diri melalui riset. Orem
mendeskripsikan perawatan diri sebagai tindakan yang
berkesinambungan yang diperlukan oleh orang dewasa untuk
mempertahankan hidup, kesehatan dan kesejahteraan
Status Kesehatan Populasi Terlantar dan
Tunawisma
• Ditinjau dari jenis kebutuhan perawatan diri Orem, tunawisma
mempunyai semua jenis kebutuhan yang ada. Kebutuhan
perawatan diri universal dibutuhkan oleh semua tunawisma
sebagai manusia. Mulai dari kebutuhan udara, cairan, nutrisi,
eliminasi, istirahat, aktivitas, menyendiri dan interaksi sosial,
serta pencegahan dari bahaya.
• Kondisi tunawisma membuat kebutuhan-kebutuhan perawatan
tersebut terganggu. Udara jalanan yang penuh dengan polusi,
air yang kotor, makan yang kurang higenis, tempat eliminasi,
interaksi sosial yang keras, serta bahaya-bahaya fisik dan
psikologis yang ditemui dijalanan merupakan kebutuhan yang
menjadi perhatian penting perawat.
• Kebutuhan perawatan diri perkembangan disesuaikan dengan
tahap perkembangan individu dan keluarga.
Keperawatan Kesehatan Komunitas
Asuhan Keperawatan pada Populasi
Tunawisma
Asuhan keperawatan yang diberikan kepada klien tunawisma
harus mempertimbangkan aspek-aspek berikut ini :
• Accessibility
• Acceptability
• Affordability
• Appropriareness
• Adegquacy
Asuhan Keperawatan Pada Komunitas
Rentan Terlantar, Tunawisma
• Terdapat pada file word
Kesimpulan
• Populasi rawan atau rentan merupakan kelompok-kelompok sosial yang
memiliki peningkatan risiko yang relatif atau rawan untuk menerima
pelayanan kesehatan. Kenyataan menunjukan bahwa Indonesia memiliki
banyak peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang Kelompok
Rentan, tetapi tingkat implementasinya sangat beragam. Sebagian undang-
undang sangat lemah pelaksanaannya, sehingga keberadaannya tidak
memberi manfaat bagi masyarakat.Disamping itu, terdapat peraturan
perundang-undangan yang belum sepenuhnya mengakomodasi berbagai hal
yang berhubungan dengan kebutuhan bagi perlindungankelompok rentan.
• Keberadaan masyarakat kelompok rentan yang merupakan mayoritas
dinegeri ini memerlukan tindakan aktif untuk melindungi hak-hak dan
kepentingan-kepentingan mereka melalui penegakan hukum dan tindakan
legislasi lainnya. Hak asasi orang-orang yang diposisikan sebagai masyarakat
kelompok rentan belum terpenuhi secara maksimal, sehingga membawa
konsekuensi bagi kehidupan diri dan keluarganya,serta secara tidak langsung
juga mempunyai dampak bagi masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai