Anda di halaman 1dari 34

GOUT ARTHRITIS

Ilman Silanas 260220200004


Dhita Amalina R.P 260220200005
Ef Yudi Hardjo 260220200006
Dendy Triatmaja 260220200008
Hani Nurliyani 260220200009
Wahyu Nofandari 260220200013
Fathurahmi 260220200014
Definisi
• Gout merupakan penyakit progresif
akibat deposisi kristal MSU
(monosodium urat) di persendian,
ginjal, dan jaringan ikat lain
sebagai akibat hiperurisemia yang
telah berlangsung kronik.

• Gangguan metabolik yang


mendasari gout adalah
hiperurisemia.

(Perhimpunan Reumatologi Indonesia,2018)


Definisi
• Asam urat adalah produk akhir
normal dari degradasi senyawa purin.
– Rute pembuangan utama adalah
ekskresi ginjal
– Manusia kekurangan enzim
urikase untuk memecah asam
urat menjadi bentuk yang lebih
larut.

• Konsentrasi 7,0 mg / dL mendekati


batas kelarutan (monosodium urate)
MSU dalam plasma. Pada tingkat
yang lebih tinggi, MSU lebih
cenderung mengendap di jaringan.

(Perhimpunan Reumatologi Indonesia,2018)


Epidemiology
• Epidemiologi arthritis gout pada umumnya ditemukan pada
laki-laki dewasa. Pada perempuan penyakit ini terjadi setelah
usia menopause.
• Rasio terjadinya arthritis gout pada laki-laki dan perempuan
adalah 9:1 dan paling banyak pada usia 40-60 tahun.
• Gout 5X lebih sering terjadi pada pria dibandingkan wanita
pra-menopause; insiden pada wanita meningkat setelah
menopause. Setelah usia 60 tahun, kejadian pada wanita
mendekati angka pada pria.
• Prevalensi gout akan semakin meningkat sesuai penyakit
komorbid lainnya seperti sindroma metabolik, diabetes
mellitus tipe II, obesitas, hipertensi, dan gagal ginjal kronik.

(Perhimpunan Reumatologi Indonesia,2018)


Patofisiologi

(Perhimpunan Reumatologi Indonesia,2018)


Faktor Risiko
1. Riwayat keluarga (genetik)
2. Kegemukan (obese)
3. Umur & jenis kelamin
4. Makanan yang mengandung banyak purin
5. Penyakit kronis.

(Perhimpunan Reumatologi Indonesia,2018)


Gejala dan Pemeriksaan
Penunjang
TANDA DAN GEJALA

kadar asam urat serum > 6.8 mg/dl • inflamasi ringan pada sendi disertai destruksi kronis pada
timbunan urat dapat secara langsung sendi-sendi yang mengalami serangan artritis akut
berkontribusi pada kerusakan organ • deformitas sendi dan tofus pada jaringan, sendi kaku,
bengkak
Artritis
Hiperurisemia Tanpa Gejala Gout
Klinis (Asimtomatik) Kronis

Artritis Gout Akut Diselingi


Interval Tanpa Gejala Klinis
(Fase Interkritikal)

• Serangan pertama pada sendi metatarsophalangeal (MTP) 1 atau podagra, tiba-tiba, sendi
eritema, hangat, bengkak dan nyeri
• Serangan kedua (akut intermitten) pada >1 sendi, durasi serangan lebih lama
• Gejala akut : nyeri hebat, demam ringan, menggigil, tidak enak badan
Bengkak Dan Kemerahan Pada Podagra
PEMERIKSAAN PENUNJANG

• Pemeriksaan fisik
• Pemeriksaan Laboratorium
- Kadar asam urat
- Kadar gula darah : resiko ada penyerta hiperglikemia
- Ureaum , kreatinin : resiko ada ganguan fungsi ginjal
- Kadar lemah darah : resiko ada aterosklerosis
• Pemeriksaan cairan sendi
Mikroskop polarisasi : kristal urat atau monosodium urate (kristal
MSU) dalam cairan sendi
• Pemeriksaan Radiologi/Rontgen
Melihat kelainan baik pada sendi maupun pada tulang dan jaringan
di sekitar sendi.
GOUT
Diagnosis Dan Tatalaksana Sesuai Guideline
Diagnosis
• Gout artritis  akibat peningkatan kadar asam urat serum = hiperurisemia
– Dapat bersifat kronik  terjadi deposisi kristal Monosodium Urat persendian
• Perjalanan alamiah penyakit
– Hiperurrisemia tanpa gejala klinis  asam urat serum > 6,8 mg/dl
– Gout artritis akut diselingi interval tanpa gejala klinis (fase interkritikal)
– Gout artritis kronis  terjadi destruksi kronis sendi yang mengalami serangan akut, dapat ditemui
deformitas sendi dan tofus jaringan (kristal MSU dikelilingi sel mononuclear dan sel raksasa)
• Sendi yang paling sering terkena = Metatarsalphalangeal (MTP), tungkai
atas
• Gejala klinis berupa:
– Eritema
– Hangat
– Bengkak
– Nyeri
Diagnosis
Tata Laksana
Hiperurisemia Tanpa Gejala Klinis
– Modifikasi gaya hidup
– Konsumsi obat penurun asam urat tidak dianjurkan
• Kecuali kadar asam urat serum masih tinggi setelah
modifikasi gaya hidup dicobakan  >9 atau >8 dengan
factor resiko kardiovaskular (gangguan ginjal, hipertensi,
DM, atau jantung iskemik)
• Pertimbangkan resiko dan efektivitas
Gout Akut

– Penanganan secepat mungkin


– Rekomendasi obat:
• Onset<12 jam = Kolkisin (Dosis awal = 1mg)  diikuti odiss
0,5 mg 1 jam kemudian
• Tx pilihan lain :
– OAINS
– Kortikosteroid  oral atau injeksi
– Kolkisin dan OAINS tidak boleh diberikan :
 Pada pasien gg fungsi ginjal berat
 Menggunakan tx penghambat P-glikoprotein dan/atau CYP3A4
(cth:siklosporin,klaritomisin)
 Pemicu serangan :
 Perubahan kadar asam urat mendadak  me>> : konsumsi
makanan ; me<<: konsumsi obat penurun as urat
 Konsumsi obat yang meningkatkan as urat serum (Antihipertensi
Tiazid dan Loop diuretic, Heparin IV, siklosporin)
 Kondisi lain : trauma, operasi, perdarahan (penurunan volume
intravascular), dehidrasi, infeksi, pajanan radiografi)
 Pemberian obat penurun as urat (cth: alopurinol):
 Tidak dianjurkan pada kondisi serangan gout  kecuali sudah
terapi rutin dapat dilanjut
 Dianjurkan : dimulai 2 minggu setelah serangan gout akut reda
 Indikasi pemberian : serangan gout ≥ 2x serangan; atau
serangan gout prtama kali dg as urat ≥ 8 atau usia <40 tahun
Fase Interkritikal Dan Gout Kronis

– Fase interkritikal : periode bebas gejala antara dua serangan gout akut 
memiliki faktor resiko perlu mendapat penangan sebagai bentuk upaya
pencegahan kekambuhan gout dan terjadinya gout kronis
– Memerlukan terapi penurun kadar as urat  dosis obat dr terendah baru
dititrasi meningkat bila diperlukan
• Inhibitor xantin oksidase (purin : alopurinol dan non purin :
febuxostat)
• Urikosurik (probenecid)
– Alopurinol  pilihan pertama
• Mulai dosis 100 mg/hari  dinaikkan bertahap s/d dosis maks 900
mg/hari (fgs ginjal baik)
• Bila dosis >300 mg/hari maka diberikan dalam dosis terbagi
– Probenecid  pilihan terapi apabila tjd toksisitas dg alopurinol
• Dosis 1-2 g/hari  diberikan pada pasien dnegan fgs ginjal normal
• KI : urolitiasi, ekskresi as urat urin ≥800 mg/24 jam
– Febuxostat  pilihan terapi lain
• Dosis : 80-120 mg/hari
– Kombinasi xantin oksidase dengan obat urikosurik atau peglotikase dapat
diberikan pada apsien gout kronis atau tofi banyak atau kualitas hidup buruk
– Target terapi
• Asam urat serum < 6 mg/dl  pemantauan berkala min. 4 minggu dan
lakukan penyesuaian dosis hingga mencapai target
• Pasien gout berat (tofi, artropati kronis, sering tjd serangan artritis gout)
<5 mg/dl  Mencegah pembentukan kristal MSU
• As. Urat serum <3 mgdl  tidak dianjurkan untuk jangka panjang
• Pasien gout yang mendapat terapi penurun as. Urat beresiko mengalamis
erangan gout akut  semakin poten dan besar dosis  makin besar resiko
– Untuk mencegah resiko serangan gout  kolkisin 0,5-1 mg/hari (dosis
dikurangi pd gg fgs ginjal)
– Kolkisin dapat diganti OAINS dosis rendah bila intoleransi atau KI
  Ganguan Fungsi Ginjal
Pasien

• Dosis obat penurun as urat (alopurinol dan probenecid) perlu
memperhatikan ClCr
– Alopurinol dan metabolitnya punya waktu paruh yang panjang
• Febuxostat dapat diberikan pada pasien gg fgs ginjal  ClCr min
>30 mg/dl
• Gg ginjal berat dengan gout akut
– Kortikosteroid oral/IV
– Bila nyeri belum teratasi  opioid
– Ketentuan pemberian kolkisin :
• ClCr >60 ml/min/1,73  Tidak memerlukan penyesuaian dosis
• ClCr = 30-60 ml/min/1,73  max 0,5 mg/hari
• ClCr = 10-30 ml/min/1,73  max 0,5 mg tiap 2-3 hari
• ClCr <10 ml/min/1,73  hindari pemberian
LAPORAN KASUS
Penatalaksanaan Gout Arthtritis pada
Seorang Lansia Usia 63 Tahun dengan
Pola Makan yang Tidak Teratur
PROFIL PASIEN
• Usia : 63 tahun
• Jenis Kelamin : Perempuan
• Tinggi : 155 cm
• Berat Badan : 58 tahun
• IMT : 24,1
Subjektif
• Sering terasa pegal dan nyeri pada jari-jari tangan serta lutut kanan.
• Nyeri sendi dirasakan hilang timbul dan menghilang dengan sendirinya.
• Biasanya nyeri akan dirasakan bertambah setelah sebelumnya pasien
mengkonsumsi sayur-sayur berwarna hijau tua seperti daun singkong.
• Nyeri juga dirasakan bertambah apabila cuaca sedang dingin, terasa
seperti kesemutan.
• Nyeri dirasakan hilang timbul sejak 2 bulan yang lalu dan semakin
memberat sejak 1 minggu sebelum ke puskesmas.
• Sebelumnya 1 bulan yang lalu pasien mengeluhkan nyeri sendi di jari-jari
(ibu jari dan jari telunjuk) kaki kanan dan lutut kanan sampai susah untuk
berjalan.
Subjektif
• Pasien juga mengatakan sebelumnya nyeri terjadi hilang timbul pada sendi lain, tetapi
tidak pernah disertai bengkak ataupun kemerahan.
• Pasien mengaku pernah diperiksa asam urat dan hasilnya tinggi.
• Pasien masih dapat bekerja dan tidak mengonsumsi obat-obatan untuk mengurangi
keluhannya.
• Riwayat merokok : tidak ada
• Tidak ada Riwayat penyakit keluarga.
• Pasien biasanya makan 2-3 kali sehari. Makanan yang dimakan cukup bervariasi. Namum
pasien suka mengkonsumsi makanan yang berlemak, seperti daging dan kuning telur,
jeroan, melinjo, dan makanan bersantan.
• Pasien mengaku sehari-hari kurang minum air putih, hanya 3 – 4 gelas kecil air putih.
• Tidak mengonsumsi alkohol ataupun jamuan, dan pasien jarang berolahraga.
Objektif
• Keadaaan umum: tampak sakit ringan;
• Suhu : 36 C
• Tekanan darah: 130/80 mmHg;
• Frekuensi nadi nadi: 94 x/menit; Frekuensi nafas: 20 x/menit;
• Berat badan: 58 kg; tinggi badan: 155 cm;
• status gizi: overweight (IMT : 24,1).
• Status generalis : kepala, mata, telinga, hidung, mulut, leher, paru,
jantung, abdomen semua dalam batas normal.
• Data laboratorium : Asam urat (7,39 mg/dL), Kolesterol (165, 2
mg/dL)
Assesment
Kondisi Subjek Objek Terapi Assessment
klinis
Gout pegal dan nyeri Regio genu Piroksikam 2 x Dosis yang diberikan kepada pasien
Arthtritis pada jari-jari dextra/sinistra, 50 mg melebihi dosis yang direkomendasikan
tangan serta lutut teraba hangat, nyeri Allopurinol 1x100 untuk penggunaan piroxicam. Dosis
kanan, hilang tekan +/+. Kadar mg (malam) rekomendasi yaitu 20 mg PO/hari
timbul. asam urat: Vitamin B (tidak lebih dari 30-40 mg/hari)
7,39 mg/dl, komplek 1 kali Lansia: Gunakan dosis efektif
kolesterol: 165,2 sehari terendah untuk durasi sesingkat
mg/dl. mungkin.

vitamin B kompleks dapat meredakan


nyeri. Menurunkan efek kerusakan
pada serabut saraf serta efek anti-
nosiseptif dan anti hiperalgesia.
Hiperkolester - overweight (IMT : - Perlu untuk diberikan terapi kolesterol
olemia 24,1 dan perubahan gaya hidup
Kolesterol : 165,2
mg/dl
Kriteria ≥ 8 positif gout
Gout Akut

– Penanganan secepat mungkin


– Rekomendasi obat:
• Onset<12 jam = Kolkisin (Dosis awal = 1mg)  diikuti odiss
0,5 mg 1 jam kemudian
• Tx pilihan lain :
– OAINS
– Kortikosteroid  oral atau injeksi
– Kolkisin dan OAINS tidak boleh diberikan :
 Pada pasien gg fungsi ginjal berat
 Menggunakan tx penghambat P-glikoprotein dan/atau CYP3A4
(cth:siklosporin,klaritomisin)
 Pemicu serangan :
 Perubahan kadar asam urat mendadak  me>> : konsumsi
makanan ; me<<: konsumsi obat penurun as urat
 Konsumsi obat yang meningkatkan as urat serum (Antihipertensi
Tiazid dan Loop diuretic, Heparin IV, siklosporin)
 Kondisi lain : trauma, operasi, perdarahan (penurunan volume
intravascular), dehidrasi, infeksi, pajanan radiografi)
 Pemberian obat penurun as urat (cth: alopurinol):
 Tidak dianjurkan pada kondisi serangan gout  kecuali sudah
terapi rutin dapat dilanjut
 Dianjurkan : dimulai 2 minggu setelah serangan gout akut reda
 Indikasi pemberian : serangan gout ≥ 2x serangan; atau
serangan gout prtama kali dg as urat ≥ 8 atau usia <40 tahun
Plan : Terapi Farmakologi
• Perlu dievaluasi kembali dosis piroxicam karena melebihi dosis harian.
• Dianjurkan menggunakan kolkisin sebagai antiinflamasi lini pertama pada terapi
gout, dengan dosis per oral, 1,2 mg pada saat nyeri pertama, kemudian 0,6 mg
setelah 1 jam. Piroxicam diganti oleh kolkisin.
• Penggunaan alupurinol disarankan sebagai lini pertama karena pasien telah
mengalami gejala awal, dengan dosis awal 100 mg / hari.
• Vit B digunakan sebagai terapi syaraf untuk menghilangkan kesemutan pada
pasien gout, dengan aturan pakai 1 kali sehari
• Dianjurkan untuk menggunakan simvastatin sebagai obat hiperkolesterolemia lini
pertama dengan dosis 10 mg 1 kali sehari digunakan pada malam hari
• Pemberian ranitidine dapat diberikan apabila terjadi efek samping pada lambung
oleh piroxicam .
(Pedoman diagnosis dan pengelolaan gout, 2018)
Plan : Terapi Non-farmakologi
• Edukasi tentang penyakit
• Membatasi makanan tinggi purin yang biasa dikonsumsi pasien seperti jeroan,
melinjo, daging dan sayuran berwarna hijau tua
• Dianjurkan untuk banyak minum air putih, lebih dari 2 liter/hari atau 8 gelas/hari
• Membatasi makanan penyebab kolesterol yang biasa dikonsumsi pasien seperti
makanan berlemak, kuning telur dan makanan bersantan.
• Dianjurkan untuk berjalan kaki atau berlari setiap hari selama 30 menit.

(Pedoman diagnosis dan pengelolaan gout, 2018)


Plan : Monitoring
• Sebaiknya dilakukan pemeriksaan penunjang lainnya
seperti EKG, Glukosa darah, ureum kreatinin.
• Menjaga kadar asam urat dalam darah di posisi normal,
yaitu 5-7 mg/dL. Batasan tertinggi untuk wanita 6,5
mg/dL dengan cara:
– Diet asupan purin (dibatasi sekitar 100-150 mg purin/hari)
– Banyak minum air putih, minimal 2.5 liter/hari.
– Batasi makanan yang digoreng, penggunaan margarin,
mentega dan santan. Ambang batas lemak yang boleh
dikonsumsi adalah 15 % dari total kalori/hari.
Kesimpulan
• Terdapat kelebihan dosis pada pemberian piroksikam pada Ny. S (dosis yang
diresepkan 2 x 50 mg dosis standar 20 mg PO per hari, tidak melebihi 30-40
mg/hari). Piroksikam disarankan diganti oleh Kolsiklin
• Telah dilakukan penatalaksanaan pada pasien secara holistik, pasien centered,
family appropried dengan sebagian pengobatan artritis gout sudah sesuai secara
literatur berdasarkan EBM.
• Proses perubahan perilaku pada Ny. S untuk mengontrol kadar asam uratnya
terlihat setelah pasien diberikan intervensi dan mencoba mengubah gaya
hidupnya dengan mengurangi makanan mengandung tinggi purin, dan makanan
berlemak.
• Dukungan keluarga diperlukan untuk membantu pasien dalam mengendalikan
penyakitnya.
Daftar Pustaka
• Perhimpunan Reumatologi Indonesia. 2018. Pedoman
Diagnosis dan Pengelolaan Gout. Perhimpunan Reumatologi
Indonesia: Jakarta Pusat
• Firestein GS, Budd RC, Harris ED, Rudy S,Sergen JS. (eds)
Kelley’s Textbook of Rheumatology, 8th ed. W.B Saunders,
Philadelphia. 2009:1481-1506.
• Perhimpunan Reumatologi Indonesia. 2018. Pedoman
Diagnosis dan Pengelolaan Gout
• https://www.medscape.com/viewarticle/704970_4

Anda mungkin juga menyukai