Anda di halaman 1dari 42

FARMASEUTIKA

DASAR
STANDAR KOMPETENSI

• Mampu menjelaskan perkembangan obat serta menjelaskan


definisi beberapa istilah dalam ketentuan Farmakope
Indonesia.
• Mampu membaca dan menjelaskan singkatan resep, nama
bahan obat, bahan-bahan tambahan dalam bahasa latin
serta cara pemusnahan resep
• Mampu menyebutkan, menjelaskan dan mendefinisikan
berbagai bentuk sediaan farmasi yang termasuk dalam
sediaan padat, semi padat dan cair
• Mampu menjelaskan wadah obat, dosis dan cara pemberian
• Mampu membuat berbagai bentuk sediaan farmasi dalam
skala Apotek
REFERENSI
• Anief,1997. Ilmu Meracik Obat Teori dan Praktik. Gajah Mada
University Press: Yogyakarta.
• Anonim, 1979. Farmakope Indonesia Edisi III, Departemen
Kesehatan RI, Jakarta.
• Anonim, 1995. Farmakope Indonesia, Edisi IV, Departemen
Kesehatan RI, Jakarta.
• Ansel, H.C, 1995. The Prescription in : Genaro,A.R., (Ed.), Remington
The Science and Practice of Pharmacy, MackPublising Company.
• Ansel, H. C., Popovich,N.G.,Allen, L.V,1999. Pharmaceutical Dosage
Forms and Drug Delivery Systems, 7th Ed. Williams & Wilkins,
Philadelphia.
• Haness,J.R., 1962. Latin Grammar Simplified, Coles Publishing
Company, Limited,Toronto.
EVALUASI
Setiap mahasiswa dievaluasi berdasarkan:
• Daftar Kehadiran,
• Nilai UTS,
• Nilai Tugas (Individu & kelompok),
• Nilai UAS.
Kontrak Perkuliahan
• Ujian dapat diikuti apabila menghadiri perkuliahan
intensif sebanyak 80 %, maksimal 2 kali tidak hadir.
• Kecurangan yang dilakukan mahasiswa akan merugikan
mahasiswa bersangkutan (plagiat tugas,
menandatangani presensi teman), yakni berupa
pembatalan nilai ujian.
• Keterlambatan menyerahkan tugas, berarti kegagalan
memperoleh nilai tugas.
• Usaha Anda pada UTS dan UAS akan sia-sia apabila
Anda melakukan kecurangan berupa: menyontek/kerja
sama pada saat ujian.
GARIS-GARIS BESAR
PERKULIAHAN
• P1: Sejarah perkembangan obat dan berbagai
ketentuan Farmakope Indonesia
• P2: Pengantar bahasa latin
• P3: Pengenalan resep, pemusnahan resep
• P4: Definisi dan klasifikasi obat
• P5: Wadah obat, dosis, rute pemberian obat
• P6: Bentuk sediaan serbuk terbagi dan cara
pembuatannya
• P7: Bentuk sediaan serbuk tak terbagi dan cara
pembuatannya
• P8: Ujian Tengah Semester
Penilaian

• Kehadiran : 10%
• Nilai UTS : 30%
• Tugas :10 %
• Praktikum : 20%
• UAS : 30%
Jumlah 100%
Sejarah penggunaan obat
• Empirik dari tumbuhan
• Paracelsus (1541-1493 SM)

Dalam membuat sediaan obat perlu


pengetahuan kandungan zat aktif atau dari
bahan yang sudah diketahui zat aktifnya.
Sejarah penggunaan obat
• Hippocrates (459-370 SM)

dikenal dengan “bapak


kedokteran ” dalam praktek
pengobatannya telah
menggunakan lebih dari 200
jenis tumbuhan.
Sejarah penggunaan obat
• Claudius Galen (200-129 SM )

Berjasa menghubungkan
penyembuhan penyakit
dengan teori kerja obat
(bidang
ilmu farmakologi).
Sejarah penggunaan obat
• Ibnu Sina (980-1037)

Berjasa menulis beberapa buku tentang metode


pengumpulan dan penyimpanan tumbuhan obat
serta cara pembuatan sediaan obat seperti pil,
supositoria, sirup dan menggabungkan
pengetahuan pengobatan dari berbagai negara
yaitu Yunani, India, Persia, dan Arab untuk
menghasilkan pengobatan yang lebih baik.
Sejarah penggunaan obat
• Johann Jakob Wepfer (1620-1695)

Orang pertama yang melakukan


penelitian farmakologi dan
toksikologi pada hewan
percobaan.
Perkembangan obat
• Tumbuhan  obat tradisional (jamu)
• Sampai akhir abad 19  obat merupakan produk
organik atau anorganik dari tumbuhan yang dikeringkan
atau segar, bahan hewan atau mineral
• Keterbatasan :
- menimbulkan efek toksik bila dosisnya terlalu tinggi atau
pada kondisi tertentu penderita
- Aktivitas yang seringkali berbeda-beda tergantung dari
asal tanaman dan cara pembuatannya.
- Tergantung musim  diawetkan dengan pengeringan
Perkembangan obat
• F.W.Sertuerner (1783-1841) tahun 1804
mengisolasi zat aktif tanaman :
- efedrin dari tanaman Ephedra vulgaris
- atropin dari Atropa belladona
- morfin dari Papaver somniferum
- digoksin dari Digitalis lanata
- reserpin dari Rauwolfia serpentina
Perkembangan obat
• Tahun 1897 Felix Hoffman menemukan
cara menambahkan dua atom ekstra
karbon dan lima atom ekstra karbon dan
lima atom ekstra hidrogen ke dalam sari
pati kulit kayu willow  asetosal 
industri obat (BAYER)
• Penemuan sulfanilamid (1935) dan
penisilin (1940)
Perkembangan obat
• Perang Dunia II  penemuan obat secara
massal, obat TBC, hormon steroid, dan
kontrasepsi serta antipsikotika.
• Indonesia  Tahun 1896 berdiri industri
Kina di Bandung
• Terus berkembang  1950, pemerintah
mengimpor produk farmasi ke Indonesia 
industri farmasi seperti Kimia Farma,
Indofarma, Biofarma, dan lainnya
Farmakope Indonesia
• Farmakope adalah buku resmi farmasi yang
dikeluarkan suatu negara tertentu yang
memuat standar yang dibutuhkan untuk
membuat suatu obat.
• Istilah farmakope berasal dari bahasa jerman
yakni pharmacopeia, pharmacon = obat,
poiein = buat.
• Gabungan keduanya menyatakan resep atau
standar lain yang dibutuhkan untuk membuat
atau menyiapkan suatu obat.
Farmakope Indonesia
• Sebelum ada FI, acuan yang digunakan
Farmakope Belanda
• FI pertama kali dikeluarkan jilid I tahun 1962
• Terus mengalami revisi sampai jilid IV tahun
1995
• Buku pelengkap : Ekstra Farmakope Indonesia
(buku persyaratan mutu obat : zat), bahan obat,
sediaan yang banyak digunakan.
• Masing-masing negara memiliki farmakope
sendiri
• WHO mengeluarkan Farmakope internasional
(1951)
Farmakope Indonesia
 Farmakope Indonesia Jilid I (1962)

 Farmakope Indonesia Jilid II (1965)

 Dilakukan revisi Farmakope Indonesia edisi 1


(12 Novembar 1972)
 Farmakope Indonesia Jilid III (12 November
1979)
 Farmakope Indonesia Jilid IV (1995)

 Farmakope Indonesia Jilid V (2014)


Farmakope Indonesia
• Monografi
 Judul
 Bentuk sediaan
 Pemerian
 Kelarutan
 Identifikasi
 Penetapan kadar
 Wadah dan Penyimpanan
Tata Nama

Nama Latin Nama Indonesia Nama Lazim


ALUMINII KALII SULFAS Aluminiun Kalium Tawas
Sulfat
ACIDUM ASCORBICUM Asam askorbat Vitamin C
ACIDUM Asam asetilsalisilat Acetosal
ACETYLOSALYCYLICUM
Kelarutan
Istilah kelarutan Jumlah begian pelarut yang
diperlukan untuk melarutkan 1
bagian zat
a. Sangat mudah larut Kurang dari 1
b. Mudah larut 1 sampai 10
c. Larut 10 sampai 30
d. Agak sukar larut 30 sampai 100
e. Sukar larut 100 sampai 1000
f. Sangat sukar larut 1000 sampai 10.00
g. Praktis tidak larut Lebih dari 10.0000
Wadah dan Penyimpanan
• Syarat :
Wadah dan sumbatnya tidak boleh mempengaruhi
bahan yang disimpan didalamnya baik secara kimia
maupun secara fisika, yang dapat mengakibatkan
perubahan kekuatan, mutu atau kemurniannya hingga
tidak memenuhi persyaratan resmi
Wadah dan Penyimpanan
• Macam-macam wadah :
Wadah satuan tunggal
• Digunakan untuk produk obat yang dimaksudkan untuk digunakan sebagai
dosis tunggal yang harus digunakan segera setelah dibuka. Wadah atau
pembungkusnya sebaiknya dirancang sedemikian rupa, hingga dapat
diketahui apabila wadah tersebut pernah dibuka.
• Tiap wadah satuan tunggal harus diberi etiket yang menyebutkan identitas,
kadar atau kekuatan, nama produsen, nomor batch dan tanggal kadaluarsa.

Wadah Dosis Wadah Dosis


Satuan Tunggal
Wadah dosis satuan
• Wadah dosis satuan untuk bahan yg digunakan
bukan secara parenteral dalam dosis tunggal,
langsung dari wadah.
Wadah dosis tunggal
• Wadah dosis tunggal untuk bahan yg hanya
digunakan secara parenteral.
Wadah satuan ganda
• Wadah yang memungkinkan dapat diambil
isinya beberapa kali tanpa mengakibatkan
perubahan kekuatan, mutu atau
kemurnian sisa zat dalam wadah tersebut.
• Sirup Emulsi Suspensi
Wadah satuan ganda
• Wadah dosis ganda untuk bahan yg digunakan
hanya secara parenteral.
Suhu
– Dingin : < 8o
– Sejuk : (8o-15o)
– Suhu kamar : (25o-27o)
– Hangat : (30o-40o)
– Panas : (>40o)
– Lemari pendingin: (2o-8o)
– Lemari pembeku : (-20o s/d -10o)

• Kecuali dinyatakan lain suhu dlm FI dinyatakan dalam


derajat Celcius dan semua pengukuran dilakukan pada
suhu 25o
Kadar larutan
1. Larutan volumetri
• Molalitas (m), jumlah gram molekul zat yg dilarutkan
dalam 1 kg pelarut

• Molaritas (M), jumlah gram molekul zat yg dilarutkan


dalam pelarut hingga volume 1 liter

• Normalitas (N), jumlah bobot ekivalen zat yg dilarutkan


dalam pelarut hingga volume 1 liter
Kadar larutan
. Persen
Persen bobot per bobot ( b/b) , menyatakan jumlah
gram zat dalam 100 gram larutan atau campuran.
Persen bobot per volume ( b/v) , menyatakan
jumlah gram zat dalam 100 ml larutan, sebagai
pelarut dapat digunakan air atau pelarut lain.
Persen volume per volume (v/v), menyatakan
jumlah ml zat dalam 100 ml larutan
Kadar larutan
• Persen massa (%b/b)
• zat A dan zat B saling bercampur maka persen b/b dirumuskan :

Contoh soal :  jika 30 g gula dilarutkan dalam 120 g air, tentukan presentase larutan
gula !
Jawab :    mA  = massa gula = 30 g     mB = massa air = 120 g
       % A   =        mA       X   100%
                         mA + mB                                        
Persentase gula   =       30         X 100%   = 20% b/b  
                                       150 g


• Persen Volume (%v/v)
berlaku untuk zat terlarut yang berwujud cair dengan zat pelarut yang
juga berwujud cair.
• Contoh soal 1 :    
Jika 20 L cuka murni akan dibuat menjadi larutan cuka 5% untuk
dijual di pasaran, tentukan jumlah air yang diperlukan untuk
pengenceran !
   
                               
Jawab :   Volume cuka = vA = 20 L; % cuka  = % A = 5%
       %A  =     vA          X  100%
                   vA + vB
     5 %  =     20           X  100%
         20 + vB
    20L + Vb    =      100%     X 20L
5%
= 380 L
• Persen massa terhadap volume (%b/v)
• Persentase ini berlaku untuk sejumlah massa zat terlarut
yang berwujud padat atau cair, dengan zat pelarut yang
berwujud cair.
Contoh soal 1 :    
Jika 25 garam dapur dilarutkan dalam air sampai 200mL, tentukan
kadar garam dapur tersebut dalam % b/v
Jawab :   
Massa garam dapur = bA = 25 g; Volume larutan  
= 200mL
       %A   =     bA       X 100 %
                          v
     % garam dapur  =    25      X  100% 
                   200mL
= 12,5%
              Jadi kadar garam dapur  12,5%
Kadar larutan
• Pernyataan persen tanpa penjelasan lebih
lanjut untuk campuran padat atau
setengah padat, yang dimaksud adalah
b/b, untuk larutan dan suspensi suatu zat
padat dalam cairan yang dimaksud adalah
b/v , untuk larutan cairan di dalam cairan
yang dimak-sud adalah v/v dan untuk
larutan gas dalam cairan yang dimaksud
adalah b/v
Kadaluwarsa
• Waktu yang menunjukkan batas terakhir
obat yang masih memenuhi syarat baku.
• Dinyatakan dalam tanggal, bulan dan
tahun.
• Harus dicantumkan pada etiket.
Kadaluwarsa
• Nama ilmiah dari waktu kadaluwarsa adalah T90.
• T90. Merupakan waktu yang dibutuhkan untuk
membuat kadar menjadi tinggal 90%. atau dapat
disebut juga telah terjadi degradasi kadar obat
sebanyak 10%.
• Perusahan biasanya mengukur ED atau T90.
Obat melalui dua cara. Kedua cara tersebut
adalah uji dipercepat dan uji jangka panjang .
Kadaluwarsa
• Uji dipercepat adalah Uji T90. dengan peningkatan suhu di atas
suhu normal penyimpanan obat. Kemudian dikalkulasikan
dengan rumus sehingga dapat mengetahui lama waktu
kadaluwarsa/ED obat dalam waktu pengujian yang singkat.
• Uji jangka panjang adalah uji T90.pada suhu penyimpanan obat
yang normal sehingga perlu jangka waktu yang lama.
Misalnya suatu obat menyebutkan ED pada waktu lima tahun,
berarti obat tersebut sudah diuji selama itu juga (5 tahun).
• Obat yang sudah ED berarti obat tersebut mengalami
pengurangan kadar 10 %, sehingga kadarnya tersisa 90% dari
semula
Latihan
• Sirup mengandung kadar gula 50% massa. Tentukan
massa gula dalam 1000 g sirup !
• Jika 50 g garam dilarutkan dalam air hingga diperoleh
larutan garam 20 % b/b, tentukan massa air yang
digunakan !
• Kadar alkohol yang dijual di apotek tertulis 70% v/v.
Tentukan alkohol murni yang dilarutkan dalam 1 botol
larutan alkohol yang berisi 100 mL !

Anda mungkin juga menyukai