Hipertensi Dalam Kehamilan
Hipertensi Dalam Kehamilan
Kementrian Kesehatan RI. 2013. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan Pedoman Bagi Tenaga Kesehatan. Jakarta: Kementrian
Kesehatan RI
Tatalaksana Umum Hipertensi kronik:
Anjurkan istirahat lebih banyak
Pada HT kronik, penurunan TD ibu akan mengganggu perfusi dan tidak ada bukti
bahwa TD normal akan memperbaiki keadaan janin dan ibu :
* jika sebelum hamil sudah mengkonsumsi OAT dan terkontrol, lanjutkan.
* jika diastolik ≥ 110 mmHg atau sistolik ≥ 160 mmHg, berikan OAT.
Beri suplemen kalsium 1,5 – 2 g/hari dan aspirin 75 mg/hari mulai usia
kehamilan 20 minggu
Pantau pertumbuhan dan kondisi janin.
Jika tidak ada komplikasi, tunggu sampai aterm.
Jika DJJ<100x/menit atau >180x/menit , tangani seperti gawat janin.
Jika terdapat pertumbuhan janin terhambat, pertimbangkan terminasi kehamilan.
Kementrian Kesehatan RI. 2013. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan Pedoman Bagi Tenaga Kesehatan. Jakarta: Kementrian
Kesehatan RI
2. Hipertensi gestasional
Kementrian Kesehatan RI. 2013. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan Pedoman Bagi Tenaga Kesehatan. Jakarta: Kementrian
Kesehatan RI
Tatalaksana Umum Hipertensi gestasional :
Kementrian Kesehatan RI. 2013. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan Pedoman Bagi Tenaga Kesehatan. Jakarta: Kementrian
Kesehatan RI
3.PREEKLAMPSIA
Preeklampsia merupakan kondisi spesifik pada kehamilan yang
ditandai dengan adanya disfungsi plasenta dan respon maternal
terhadap adanya inflamasi sistemik dengan aktivasi endotel dan
koagulasi.
Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran, Diagnosis dan Tatalaksana Pre-Eklamsia. Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia 2016
Tanda dan Gejala
PENEGAKAN DIAGNOSIS
PREEKLAMSIA
Rawat Jalan
• Pemantauan tekanan darah 2x/hr, proteinuria 1x/hr & kondisi janin
• Banyak istirahat
• Diit biasa
• Tidak perlu pengobatan
Kementrian Kesehatan RI. 2013. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan Pedoman Bagi Tenaga Kesehatan. Jakarta: Kementrian
Kesehatan RI
Pemberian Magnesium Sulfat pada Preeklampsia Berat
Rekomendasi:
1. MgSO4 direkomendasikan sebagai terapi lini pertama eklampsia
2. MgSO4 direkomendasikan sebagai profilaksis terhadap eklampsia pada pasien
preeklampsia berat
3. MgSO4 merupakan pilihan utama pada pasien preeklampsia berat dibandingkan
diazepam atau fenitoin, untuk mencegah terjadi kejang/eklampsia atau kejang berulang
4. MgSO4 merupakan pilihan utama pada pasien preeklampsia berat dibandingkan
diazepam atau fenitoin, untuk mencegah terjadi kejang/eklampsia atau kejang berulang
5. Dosis penuh baik intravena maupun intramuskuler magnesium sulfat direkomendasikan
sebagai prevensi dan terapi eklampsia
6. Evaluasi kadar magnesium serum secara rutin tidak direkomendasikan
7. Pemberian MgSO4 tidak direkomendasikan untuk diberikan secara rutin ke seluruh
pasien preeklampsia, jika tidak didapatkan gejala pemberatan (preeklampsia tanpa gejala
berat)
Kementrian Kesehatan RI. 2013. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan Pedoman Bagi Tenaga Kesehatan. Jakarta: Kementrian
Kesehatan RI
CARA PEMBERIAN MgSO4
Berikan dosis awal 4 gram MgSO4 sesuai prosedur untuk mencegah kejang
atau kejang berulang.
Sambil menunggu rujukan, mulai dosis rumatan 6gram MgSO4 dalam 6 jam
sesuai prosedur.
Kementrian Kesehatan RI. 2013. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan Pedoman Bagi Tenaga Kesehatan. Jakarta: Kementrian
Kesehatan RI
CARA PEMBERIAN MgSO4
:
-
Kementrian Kesehatan RI. 2013. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan Pedoman Bagi Tenaga Kesehatan. Jakarta: Kementrian
Kesehatan RI
MAGNESIUM SULFAT UNTUK PREEKLAMPSIA DAN EKLAMPSIA
Kementrian Kesehatan RI. 2013. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan Pedoman Bagi Tenaga Kesehatan. Jakarta: Kementrian
Kesehatan RI
Pemberian Antihipertensi pada Preeklampsia Berat
Rekomendasi:
1. Antihipertensi direkomendasikan pada preeklampsia dengan
hipertensi berat, atau tekanan darah sistolik ≥ 160 mmHg atau diastolik
≥ 110 mmHg
2. Target penurunan tekanan darah adalah sistolik < 160 mmHg dan
diastolik < 110 mmHg
3. Pemberian antihipertensi pilihan pertama adalah nifedipin oral short
acting, hidralazine dan labetalol parenteral
4. Alternatif pemberian antihipertensi yang lain adalah nitogliserin,
metildopa, labetalol
Kementrian Kesehatan RI. 2013. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan Pedoman Bagi Tenaga Kesehatan. Jakarta: Kementrian
Kesehatan RI
Kriteria Terminasi Kehamilan pada Preeklamsi Berat
Penyebab kejang lain selain eklampsia pada ibu hamil antara lain:
Perdarahan malformasi arteriovena
Ruptur aneurisma
Kejang idiopatik
Penyebab lain ini lebih dipikirkan bila terjadi 48-72 jam postpartum / sedang dalam pemberian MgSO4
Tatalaksana khusus
EDEMA PARU
Diagnosis : Sesak napas, hipertensi, batuk berbusa, ronki basah halus pada basal
paru pada ibu dengan preeklamsia berat
Tatalaksana :
- posisikan ibu dalam posisi tegak
- berikan oksigen
- berikan furosemide 40 mg iv
- bila produksi urin masih rendah (< 30 ml/jam dalam 4 jam), pemberian furosemid
dapat diulang
- ukur keseimbangan cairan. Batasi cairan yang masuk
Kementrian Kesehatan RI. 2013. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan Pedoman Bagi Tenaga Kesehatan. Jakarta: Kementrian
Kesehatan RI
Sindrom HELLP (Hemolysis, Elevated Liver Enzymes, Low Platelet)
Sindroma HELLP ialah preeklampsia-eklampsia disertai timbulnya
hemolisis, peningkatan enzim hepar, disfungsi hepar, dan trombositopenia.
Klassifikasi Missipi
Klas 1 : Trombosit : ≤ 50.000/ml
LDH ≥ 600IU/l
AST dan/atau ≥ 40 IU/l
Klas 2 : Trombosit : >50.000≤100.000/ml
LDH ≥ 600IU/l
AST dan/atau ≥ 40 IU/l
Klas 3 : Trombosit : >100.000≤130.000/ml
LDH ≥ 600IU/l
AST dan/atau ≥ 40 IU/l
Hypertension in Pregnancy The American Collage of Obstreticians and Gynecologist.Washington DC: ACOG.2013.
Leeman L, Dresang LT, Fontaine P. Hypertensive Disorder of Pregnancy. Am Fam Physician. 2016;93(2):122-127.