Anda di halaman 1dari 12

APENDISITIS

KELOMPOK I
1. Andi Asrizal Ningrawan
2. M. Hian Akhir
3. Rahma Putri Septiani
4. Sakina
Anatomi Fisiologi
DEFINISI
Apendisitis adalah peradangan akibat infeksi pada usus buntu atau umbai cacing. Infeksi
ini bisa mengakibatkan peradangan akut sehingga memerlukan tindakan bedah segera
untuk mencegah komplikasi yang umumnya berbahaya

ETIOLOGI
Appendisitis akut merupakan infeksi bakteria. Berbagai hal berperan sebagaifaktor
pencetusnya. Sumbatan lumen apendiks merupakan faktor yang diajukan sebagai
faktor pencetus disamping hiperplasia jaringan limfe, fekalit, tumor apendiks, dan
cacing askaris dapat pula menyebabkan sumbatan
PATOFISIOLOGI

■ Pada stadium awal dari appendisitis, terlebih dahulu terjadi inflamasi mukosa. Inflamasi
ini kemudian berlanjut ke submukosa dan melibatkan lapisan muskular dan serosa
(peritoneal). Cairan eksudat fibrinopurulenta terbentuk pada permukaan serosa dan
berlanjut ke beberapa permukaan peritoneal yang bersebelahan, seperti usus atau dinding
abdomen, menyebabkan peritonitis lokal.
■ Dalam stadium ini mukosa glandular yang nekrosis terkelupas ke dalam lumen, yang
menjadi distensi dengan pus. Akhirnya, arteri yang menyuplai apendiks menjadi
bertrombosit dan apendiks yang kurang suplai darah menjadi nekrosis atau gangren.
Perforasi akan segera terjadi dan menyebar ke rongga peritoneal. Jika perforasi yang
terjadi dibungkus oleh omentum, abses lokal akan terjadi.
MANIFESTASI KLINIS
Pada apendisitis yaitu nyeri atau perasaan tidak enak sekitar umbilikus diikuti anoreksia, nausea dan
muntah, ini berlangsung lebih dari 1 atau 2 hari.Dalam beberapa jam nyeri bergeser ke nyeri pindah ke
kanan bawahdan menunjukkantanda rangsangan peritoneum lokal di titik Mc. Burney, nyeri rangsangan
peritoneum tidak langsung,nyeri pada kuadran kanan bawah saat kuadran kiri bawah ditekan, nyeri pada
kuadran kanan bawah bila peritoneum bergerak seperti nafas dalam, berjalan, batuk, dan mengedan,
nafsu makan menurun, demam yang tidak terlalu tinggi, biasanya terdapat konstipasi, tetapi kadang-
kadang terjadi diare
PENCEGAHAN

■ Makan Makanan Yang Berserat


■ Rajin Minum Air Putih
■ Konsumsi Makanan Mengandung Probiotik

PENATALAKSANAAN
 Sebelum Operasi
 Observasi
 Antibiotik
 Operasi
KOMPLIKASI
 Abses
Abses merupakan peradangan apendiks yang berisi pus. Teraba massa lunak di
kuadran kanan bawah atau daerah pelvis. Massa ini mula-mula berupa flegmon dan
berkembang menjadi rongga yang mengandung pus
 Perforasi
Perforasi adalah pecahnya apendiks yang berisi pus sehingga bakteri menyebar ke
rongga perut.Perforasi jarang terjadi dalam 12 jam pertama sejak awal sakit, tetapi
meningkat tajam sesudah 24 jam
ASUHAN KEPERAWATAN
■ Pengkajian
Pengkajian meliputi Identitas Pasien, Riwayat Penyakit Sekarang, Riwayat Penyakit
Terdahulu, Riwayat Penyakit Keluarga dan Pemeriksaan Pada Sistem Pencernaan dan
Pernapasan
■ Diagnosa Keperawatan
 Nyeri akut berhubungan dengan insisi pembedahan
 Resiko infeksi berhubungan dengan post operasi insisi pembedahan
 Hipertermia berhubungan dengan proses inflamasi
 Ansietas berhubungan dengan prosedur operasi
INTERVENSI
■ Nyeri akut berhubungan dengan insisi pembedahan
Tujuan : Nyeri hilang dan terkontrol
Kriteria hasil :
 Espresi wajah rileks
 Mampu istirahat dengan tepat
 Skala nyeri menjadi 3 (0 - 10)
Intervensi :
 Kaji nyeri secara komprehensif
 Ajarkan penggunaan teknik nofarmakologi
 Kolaborasi pemberian analgetik
 Observasi isyarat nonverbal ketidaknyamanan
 Berikan informasi tentang nyeri
INTERVENSI

■ Resiko infeksi berhubungan dengan post operasi insisi pembedahan


Tujuan : Tidak terjadi infeksi
Kriteria hasil :
 Tidak terdapat tanda-tanda infeksi
Intervensi :
 Lakukan perawatan luka insisi
 Cegah dan deteksi dini infeksi pada pasien yang beresiko
 Kolaborasi pemberian antibiotic
 Batasi jumlah pengunjung
 Pantau adanya tanda - tanda infeksi
 
INTERVENSI
■ Hipertermia berhubungan dengan proses inflamasi
Tujuan : Termogulasi yan adekuat
Kriteria hasil :
 Keseimbangan antara produksi panas, peningkatan panas dan kehilangan panas
 Nilai suhu , denyut nadi , frekuensi pernafasan dan tekanan darah dalam rentang normal
Intervensi :
 Pantau suhu tubuh sesering mungkin
 Pantau warna kulit
 Pantau hidrasi
 Pantau aktivitas kejang
 Kolaborasi pemberian antipiretik
INTERVENSI
■ Ansietas berhubungan dengan prosedur operasi
Tujuan : Kemampuan untuk fokus pada stimulus tertentu
Kriteria hasil :
 Ansietas berkurang
 Pengendalian diri terhadap ansietas
Intervensi :
 Memberikan penenangan
 Meminimalkan kekhawatiran
 Mempersiapkan pasien menghadapi kemungkinan krisis
 Membantu pasien untuk beradaptasi dengan persepsi stressor
KESIMPULAN JURNAL
FAKTOR RISIKO KEJADIAN APENDISITIS DI BAGIAN RAWAT INAP RUMAH
SAKIT UMUM ANUTAPURA PALU JURNAL UNIVERSITAS TADULAKO VOL. 8
Adhar Arifuddin, Lusia Salmawati, Andi Prasetyo

■ Usia merupakan faktor risiko terhadap apendisitis di RSU Anutapura


palu.
■ Jenis kelamin bukan merupakan faktor risiko terhadap apendisitis di RSU
Anutapura palu.
■ Pola makan merupakan faktor risiko terhadap apendisitisdi RSU
Anutapura palu
SEKIAN, TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai