Anda di halaman 1dari 31

ANATOMI SISTEM PENCERNAAN,

MASALAH ELIMINASI ALVI, DAN


KETERAMPILAN UNTUK
MENANGANI MASALAH ELIMINASI
BY : RIZKIA AMILIA, M.KEB
1. ANATOMI FISIOLOGI SISTEM ELIMINASI
FEKAL
1) Absorbsi2)air
Penimbunan
dan elektrolit
feses
untuk
sampai
membentuk
dapat dikeluarkan
feses menjadi padat

• ANATOMI SISTEM PENCERNAAN YANG BERKAITAN DENGAN ELIMINASI FEKAL


ADALAH USUS BESAR (KOLON). FUNGSI KOLON:
GERAKAN MENCAMPUR ATAU HAUSTRASI
Gerakanya segmentasi Pada saat bersamaan
dengan kontriksi sirkular
otot longitudinal
pada kolon, ± 2,5 cm otot
sirkular berkontraksi kadang kolon (taenia koli)
menyempitkan lumen. berkontraksi.

Gabungan kontraksi Setiap haustrasi mencapai intensitas


menyebabkan bagian usus puncak dalam waktu ± 30 detik ,
kemudian menghilang 60 detik
yang tidak terangsang berikutnya, kadang lambat pada
GERAKAN MENDORONG ATAU PERGERAKAN
MASSA
Dorongan dalam sekum dan Dari sekum sampai sigmoid,
kolon asendens dari kontraksi peran pendorongan diambil
haustra yang lambat tapi alih massa untuk beberapa
persisten, kimus saat itu dalam menit menjadi satu waktu
keadaan lumpur setengah padat. biasanya 1-3x/hr gerakan.

Kolon mempunyai kripta lieberkum


tidak bervili, menghasilkan mucus( sel Rangsangan nervus pelvikus
epitel) mengandung ion bikarbonat dari medulla spinalis yang
yang diatur oleh rangsangan taktil, membawa persarafan
langsung dari sel epitel dan oleh parasimpatis ke separuh sampai
ABSORBSI DALAM USUS BESAR
Sekitar 1500 ml kimus secara normal melewati katup ileosekal, sebagian besar air dan elektrolit di dalam kimus diabsorbsi di
dalam kolom dan sekitar 100ml di ekskresikan bersama feses

Absorbsi terjadi pada kolon proksimal dan kolon bagian distal sebagai tempat penyimpanan feses sampai akhirnya
dikeluarkan.
ABSORBSI DAN SEKRESI ELEKTROLIT DAN
AIR
Mukosa usus besar mirip seperti usus halus, mempunyai kemampuan absorpsi aktif natrium yang tinggi dan klorida juga ikut
terabsorpsi.

Ditambah taut epitel di usus besar lebih erat dibanding usus halus sehingga mencegah difusi kembali ion tersebut, apalagi
ketika aldosteron teraktivasi.

Absorbsi ion natrium dan ion klorida menciptakan gradien osmotic di sepanjang mukosa usus besar yang kemudian
menyebabkan absorbsi air.

Kemampuan absorpsi maksimal usus besar sekitar 5-8 L cairan dan elektrolit setiap hari sehingga bila jumlah cairan masuk
melalui sekresi usus besar melebihi jumlah ini akan terjadi diare.
KERJA BAKTERI DALAM KOLON

Banyak bakteri, khususnya basil kolon, bahkan terdapat


secara normal pada kolon pengabsorpsi.

Bakteri ini mampu mencerna selulosa (berguna sebagai


tambahan nutrisi), vitamin (K, B₁₂, tiamin, riboflavin, dan
bermacam gas yang menyebabkan flatus di dalam kolon,
khususnya CO₂, H₂, CH₄).
KOMPOSISI FESES
Normalnya terdiri dari ³⁄₄ air dan ¹⁄₄ Warna coklat dari feses disebabkan
padatan (30% bakteri, 10-20% lemak, oleh sterkobilin dan urobilin yang
10-20% anorganik, 2-3% protein, berasal dari bilirubin yang merupakan
30% serat makan yang tak tercerna hasil kerja bakteri. Apabila empedu
dan unsur kering dari pencernaan tidak dapat masuk usus, warna tinja
(pigmen empedu, sel epitel terlepas). menjadi putih (tinja akolik).

Asam organic yang Bau feses disebabkan


terbentuk dari karbohidrat
produk kerja bakteri
oleh bakteri merupakan
penyebab tinja menjadi
(indol, merkaptan, skatol,
asam (pH 5.0-7.0). hydrogen sulfide).
DEFEKASI
Bila terjadi
Sebagia pergerakan
n besar waktu, re ct um tidamassa
k be ri si
kese s,rectum,
fe hal i ni ka kontraksi
re na ada nya sfi rectum
ngt er ya ng
le mah ±20 cm da ri a nus pa da pe rbat asan
adan
nta ra relaksasi
kolon sigmoidsfingter
da n re ct umanus
se rta sudut
akan
ta timbul
ja m yang keinginan
me na mba h resi st ensi pengi si an
re ct um
defekasi.

Pen
dor
ong
an
mas
sa
yan
g
teru
s
me
ner
us
aka
n
dic
ega
h
ole
h
kon
stri
ksi
toni
k
dari
1)
sfin
gter
ani
inte
rni;
2)
sfin
gter
ani
ekst
ern
us
REFLEKS DEFEKASI
Keinginan berdefekasi muncul pertama kali saat tekanan rectum
mencapai 18 mmHg dan apabila mencapai 55 mmHg, maka sfingter
ani internus dan eksternus melemas dan isi feses terdorong keluar

Satu dari refleks defekasi adalah refleks intrinsic


(diperantarai sistem saraf enteric dalam dinding rectum).
Ketika feses masuk rectum, distensi Ketika gelombang peristaltic
dinding rectum menimbulkan sinyal mendekati anus, sfingter ani interni
aferen menyebar melalui pleksus direlaksasi oleh sinyal penghambat
mienterikus untuk menimbulkan dari pleksus mienterikus dan sfingter
gelombang peristaltic dalam kolon ani eksterni dalam keadaan sadar
descendens, sigmoid, rectum, berelaksasi secara volunter sehingga
mendorong feses ke arah anus terjadi defekasi.

Sebelum tekanan yang melemaskan


Jadi sfingter sfingter ani eksternus tercapai,
defekasi volunter dapat dicapai
melemas sewaktu dengan secara volunter melemaskan
sfingter eksternus dan
rectum teregang. mengontraksikan otot-otot abdomen
(mengejan).
Sebenarnya stimulus dari pleksus Bila ujung saraf dalam rectum
mienterikus masih lemah sebagai terangsang, sinyal akan dihantarkan
relfeks defekasi, sehingga ke medulla spinalis, kemudian secara
diperlukan refleks lain, yaitu refleks kembali ke kolon descendens,
refleks defekasi parasimpatis sigmoid, rectum, dan anus melalui
(segmen sacral medulla spinalis). serabut parasimpatis n. pelvikus.

Sinyal parasimpatis ini Sehingga mengubah


sangat memperkuat
refleks defekasi
gelombang peristaltic dan
merelaksasi sfingter ani intrinsic menjadi proses
internus. defekasi yang kuat.
2. MASALAH ELIMINASI ALVI
a. Konstipasi

Adalah penurunan frekuensi defekasi yag diikuti oleh pengeluaran feses lama, keras dan kering.

b. Impaksi

Adalah kumpulan feses yang mengeras, mengendap di dalam rektum, yang tidak dapat dikeluarkan. Pada kondisi berat dapat lebih jauh sampai sigmoid

c. Diare

Adalah peningkatan jumlah feses dan peningkatan pengeluaran feses yang cair dan tidak berbentuk.
NEXT...
d. Inkontinensia

Adalah ketidakmampuan mengontrol keluarnya feses dan gas dari anus.

e. Flatulen

Adalah penyebab umum abdomen menjadi penuh, terasa nyeri, dan kram.

f. Hemoroid

Adalah vena-vena yang berdilatasi, membengkak di lapisan rektum.


FAKTOR YANG Usia
MEMPENGARUHI Diet
ELIMINASI ALVI
Asupan cairan

Aktifitas fisik

Faktor psikologis

Kebiasaan pribadi

Posisi selama defekasi

Nyeri

Kehamilan

Pembedahan dan Anestesi

Obat-obatan
PENGKAJIAN MASALAH DEFEKASI
• A. RIWAYAT TENTANG POLA ELIMINASI FEKAL
2) Identifikasi rutinitas; adalah
1) Penentuan pola: konsumsi yang dilakukan setiap 3) Gambaran
hari untuk meningkatkan defekasi
waktu, frekuensi, dengan, cairan panas, penggunaan setiap perubahan
dan tempatnya laksatif, konsumsi makanan
tertentu eliminasi

4) Karakteristik 5) Riwayat diet; 6) Gambaran


penyajian buah-
feses; warna, buahan, sayur-sayuran asupan cairan
konsistens dan sereal dalam sehari

7) Riwayat olah raga; 8) Penggunaan alat 9) Program pengobatan; klien


yang mendapat pengobatan
tipe dan jumlah bantuan sebelum
tertentu seperti: zat besi maka
NEXT....
• B. PENGKAJIAN FISIK

Mobilitas : diamati bedrest,kondisi ini


menggambarkan bantuan
apakah klien mampu
apa yang akan diberikan
berjalan, memakai Bidan untuk memenuhi
kursi roda atau kebuttuahan eliminasi alvi.

Kemampuan klien terkait dengan Sensasi anorektal; Pada


ketangkasan: Minta klien klien yang mengalami
mendemonstrasikan
memegang pensil, memasukkan
rembesan fekal akan terjadi
keadaan tanpa merasa ingin
C. KARAKTERISTIK FESES
D. PEMERIKSAAN LABORATORIUM DAN
DIAGNOSTIK

Visualisasi langsung

karakteristik feses
3. UPAYA MENANGANI MASALAH DEFEKASI

a. Meningkatkan c. Meningkatkan
e. Mempertahankan
kebiasaan defekasi latihan fisik secara
integritas kulit
secara teratu teratur

b. Meningkatkan d. Meningkatkan Rasa f. Meningkatkan


defekasi normal Nyama konsep diri
4. MENOLONG BUANG AIR BESAR DENGAN
MENGGUNAKAN PISPOT
1. Rendahkan kepala tempat tidur, geser tubuh klien ke salah satu sisi dengan punggung membelakangi Bida

2. Taburi bedak pada punggung dan bokong untuk mencehah kulit menempel pada pispot.

3. Letakkan pispot tepat dibawah bokong dengan posisi tepat bagian yang tercelah mengarah ke kaki

4. Letakkan tangan pada pinggul klien bagian destal, dan tangan yang lain memegang pispot, minta klien
menggeser tubuhnya ke atas pispot, jangan menggesar pispot dibawah klien.
LANGKAH-LANGKAH PELAKSAAN DIMULAI:
Penjelasan kepada klien tentang prosedur yang akan dilaksanakan,

Mendekatkan peralatan kedekat klien agar Bidan mudah mengambil saat melakukan prosedur.

Pelaksanaan prosedur dengan memperhatikan kebersihan dan kenyamanan dan privacy klien

Selesai pelaksaan prosedur, membereskan peralatan dan merapikan klien serta lingkungan

Mencatat hasil pelaksanaan


5. MELAKUKAN ENEMA

Enema adalah memasukkan larutan ke dalam rektum dan kolon sigmoid. Enema atau Hukna diberikan untuk
Obat-obatan kadang diberikan dengan enema untuk mengeluarkan efek lokal pada mukosa rektal.
meningkatkan defekasi dengan merangsang peristaltik
LANGKAH-LANGKAH PELAKSAAN DIMULAI:

Mendekatkan peralatan kedekat klien agar


Penjelasan kepada klien tentang prosedur
Bidan mudah mengambil saat melakukan
yang akan dilaksanakan,
prosedur.

Pelaksanaan prosedur dengan Selesai pelaksaan prosedur, membereskan


Pemberian enema ulang dapat
mengakibatkan
ketidakseimbangan cairan dan
elektrolit serius.
KEWASPADAAN !!
PENYULUHAN KLIEN

Klien harus diingatkan untuk tidak mengandalkan enema


untuk keteraturan BAB

Penggunaan ulang enema merusak refleks defekasi dan


menimbulkan perubahan lanjut pada eliminasi usus
PADA PEDIATRI

Prosedur untuk
Namun, karena
memberikan enema
kurangnya kontrol Tindakan pencegahan
pada bayi atau anak-
motorik pada rektum, lebih umum dan
anak tidak mempunyai
bayi dan anak kecil mencakup pelunakan
perbedaan yang
mungkin tidak mampu feses, perubahan diet,
bermakna seperti
menahan masukan dan hidrasi adekuat.
halnya pada orang
cairan.
dewasa.

Anda mungkin juga menyukai