Anda di halaman 1dari 13

PTSD

(Post Traumatic Stress Disorder)


TUTORIAL A1
1610211018 Siti Harna
1610211050 Syarifah Nazira
1610211053 Annisa Warda Irvani
1610211071 Baina Safira Naldi
1610211091 Almerveldy Azaria Dohong
1610211098 Fadhilah Azzahra Pinardi
1610211109 Gracia Kaesatara Marsha
1610211121 Zafirah Ariibah Saniyyah I
1610211151 Fajar Daniswara Montana
1510211055 Dias Puspitaning Mawarni
JUDUL KASUS : Diperkosa Paman 4 Tahun, Anak
Trauma Dengar Kata 'Palembang'

NASKAH KASUS :
Jakarta, CNN Indonesia -- Seorang anak berinisial EL asal Palembang, Sumatera Selatan, selama
empat tahun menjadi korban pemerkosaan oleh pamannya yang berusia 63 tahun. Korban
disebut mengalami trauma psikis. Namun, penanganan kasus ini di kepolisian dinilai lamban
karena sudah berbulan-bulan tak ada kemajuan signifikan.
Gita Pragati, relawan yang mendampingi korban, mengatakan kondisi psikologis EL hancur.
Bahkan akibat kejadian tersebut, EL, yang kini berusia 14 tahun, tak lagi bersekolah.
"Korban dengar kata 'Palembang' saja trauma," ujar Gita saat ditemui di Rumah Toleransi GP
Ansor, Jakarta Pusat, Kamis (13/12).
Pemerkosaan dilakukan dengan pemaksaan. Tak hanya dengan kemaluannya, pelaku juga
menggunakan sejumlah benda untuk melampiaskan hasrat seksualnya terhadap EL.
Berbagai kekerasan seksual ini dialami oleh EL sejak masih berusia 10 tahun. Pengalaman pahit EL
ini kemudian diketahui oleh kakak kandungnya, Linda. Oleh Linda, EL diajak tinggal di Jakarta.
Gita menuturkan pihak keluarga korban yang diwakili Linda sudah melaporkan kejadian ini ke kantor Polda
Sumatera Selatan sejak 17 April 2018. Tak hanya itu, mereka juga sudah melaporkan kasus ini ke Unit
Pelayanan Perempuan dan Anak (UPPA) Bareskrim Mabes Polri pada 18 Mei 2018. Namun berbulan-bulan
berlalu, tak ada kemajuan berarti dalam penanganan kasus ini.
Kantor Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) yang terletak di Jalan Teuku Umar, Menteng, Jakarta
Pusat.Kantor Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) yang terletak di Jalan Teuku Umar, Menteng,
Jakarta Pusat. (CNNIndonesia/Tri Wahyuni)
"Kami merasa kepolisian menangani hanya secara prosedural, tidak bisa lebih fleksibel," imbuh Gita.
Posisi kasus saat ini baru sampai pemeriksaan korban dan saksi. Dari tes visum dari ahli psikolog dan RS Polri
Kramat jati, korban dinyatakan mengalami trauma psikologis dan kekerasan seksual. Gita menyayangkan
kinerja polisi yang lamban dalam kasus ini.
"Sekarang pelaku belum tersentuh dan masih berkeliaran," cetus Gita.
Susiana Affandy dari Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menyebut polisi menerima kasus ini setelah
ada desakan dari pihaknya. Sebelumnya, kata dia, pihak Polda Sumsel enggan menangani kasus ini karena
korban jauh dari tempat kejadian perkara.
"Alasan Polda Sumsel tidak mau menyidik di Jakarta karena mengaku tidak punya
anggarannya, tapi setelah ditekan baru mau. Ini yang bikin mual, kenapa harus
ditekan dulu baru mau menyidik," ucap dia.
Susi menyoroti kekerasan terhadap anak perempuan kerap dilakukan oleh orang-
orang terdekatnya. Ini sesuai dengan data Catatan Tahunan (Catahu) Komnas
Perempuan pada Maret 2018. Bahwa orang-orang terdekatlah yang kerap menjadi
pelaku kekerasan terhadap perempuan.
Dalam catatan Komnas Perempuan itu terungkap bahwa pelaku dari orang terdekat
itu ialah pacar (1.528 kasus), ayah kandung (425 kasus), dan paman (322 kasus).
"Kasus seperti ini yang sering diadukan ke KPAI. Modusnya selalu sama, pelaku yang
seharusnya melindungi dan mengayomi tapi malah menghabisi masa depan korban,"
pungkas Susi.
ANALISIS KASUS
Gangguan Stres Pasca Trauma (PTSD) adalah gangguan mental yang bisa
berkembang setelah seseorang mengalami peristiwa yang penuh tekanan
atau mengancam jiwa. Menanggapi trauma setelah mengalami kejadian
traumatis adalah reaksi normal tubuh dan otak. Jika reaksi ini
berlangsung antara 3 dan 30 hari, ini disebut Acute Stress Disorder (ASD)
atau Gangguan Stres Akut [1].
Pada kebanyakan orang, gejala PTSD ini hilang dalam waktu empat
minggu setelah peristiwa traumatis berlangsung. Namun, pada beberapa
orang gejala PTSD memburuk dan berdampak negatif pada fungsi
seseorang sehari-hari. Jika seseorang masih menderita gejala PTSD cukup
setelah satu bulan, diagnosis PTSD harus diberikan.
Berikut kriteria diagnosis PTSD menurut DSM V yang dianalisis pada
anak EL yang diperkosa selama 4 tahun.
1. Kriteria A
Kriteria A adalah kriteria yang paling penting: apakah seseorang
mengalami, menyaksikan atau belajar tentang kejadian traumatis atau
tidak? Kriteria ini membantu terapis untuk menentukan bagaimana
pasien mengalami trauma.
Anak EL mengalami kekerasan seksual yang sebenarnya oleh Paman
nya dan mengalami pemaparan langsung karena anak EL sebagai
korban pemerkosaan.
2. Kriteria B : Gejala Intrusi
Kriteria B membantu terapis dan klien dengan diagnosis PTSD untuk menentukan bagaimana
klien kembali mengalami kejadian traumatis
Gejala intrusi meliputi
a. Pikiran yang mengganggu: Ingatan berulang, tidak disengaja, dan mengganggu
b. Mimpi buruk
c. Reaksi disosiatif (mis., kilas balik) yang mungkin terjadi pada rangkaian dari episode singkat
sampai hilangnya kesadaran, respon tubuh dan otak ini adalah strategi bertahan ‘ekstrim’
untuk mengurangi rasa sakit emosional/mental pada saat itu.
d. Gangguan berat atau berkepanjangan setelah terpapar pengingat terhadap kejadian
traumatis.
e. Tanda reaktivitas fisiologis setelah terpapar rangsangan yang terkait trauma.
Anak EL tidak dijelaskan dalam kasus mengenai 5 gejala intrusi, hanya dijelaskan sekilas
bahwa EL bahkan takut mendengar kata Palembang. Dapat disimpulkan bahwa EL
kemungkinan mengalami poin 5 kriteria B yang menyebutkan bahwa ada tanda reaktivitas
fisiologis setelah terpapar rangsangan yang terkait trauma. Rangsangan yang terkait trauma
nya adalah kata Palembang tempat EL diperkosa selama 4 tahun oleh pamannya
3. Kriteria C : Penghindaran
Menghindari rangsangan terkait trauma setelah trauma, dengan cara
berikut :
Trauma terkait pikiran atau perasaan.
Anak EL yang takut mendengar kata Palembang dapat disimpulkan
bahwa EL mengalami gejala penghindaran akibat pemerkosaan di
Palembang.
4. Kriteria D : Perubahan negatif dalam kognisi dan mood
Pikiran negatif atau perasaan yang mulai atau memburuk setelah trauma, dengan cara berikut: (dua gejala wajib
memenuhi kriteria diagnosis PTSD ini)
Ketidakmampuan untuk mengingat ciri-ciri utama trauma (biasanya amnesia disosiatif, bukan karena cedera
kepala, alkohol, atau obat-obatan terlarang).
Terlalu banyak (dan sering menyimpang) pikiran negatif dan asumsi tentang diri sendiri atau dunia (misalnya,
“Saya tidak berharga,” “Dunia ini benar-benar berbahaya”).
Menyalahkan diri yang berlebihan atau yang lainnya karena menyebabkan kejadian trauma atau mengakibatkan
konsekuensinya.
Perasaan negatif / emosi negatif terkait trauma (mis., takut, ngeri, marah, bersalah, atau malu).
Turunnya minat pada aktivitas.
Merasa terisolasi (mis., terlepas atau keterasingan). Terkadang orang merasa terputus dari teman tertentu
setelah kejadian traumatis.
Kesulitan mengalami perasaan positif/ketidakmampuan yang persisten untuk mengalami emosi positif.
Anak EL diceritakan di kasus bahwa sudah tidak bersekolah. Hal ini mengarah pada kriteria D poin 5 yaitu
turunnya minat pada aktivitas.
Anak EL diceritakan juga bahwa kondisi psikologisnya hancur. Hal ini mungkin mengarah ke poin 7 yaitu
kesulitan mengalami perasaan positif/ketidakmampuan yang persisten untuk mengalami emosi positif.
 
Anak EL memenuhi kriteria D dengan minimal 2 poin dari kriteria D. Kasus juga belum di ceritakan secara rinci
mengenai kondisi psikologis EL
5. Kriteria E : Perubahan gairah dan reaktivitas
Perubahan terkait trauma pada gairah dan reaktifitas yang dimulai atau memburuk setelah
trauma, dengan cara berikut: (dua gejala wajib memenuhi kriteria diagnosis PTSD ini)
a. Iritabilitas atau agresi
b. Perilaku berisiko atau merusak
c. Hipervigilance ( kegelisahan yang meningkat)
d. Reaksi keterkejutan yang meningkat
e. Kesulitan berkonsentrasi
f. Kesulitan tidur
Anak EL tidak diceritakan secara rinci terkait kondisi psikologinya jadi kriteria E tidak
dapat dinilai dari kasus di atas.
6. Kriteria F : Durasi
Gejala berlangsung lebih dari 1 bulan.
Dilihat dari tanggal pada kasus di atas, Linda melaporkan Paman EL
pada tanggal 17 April 2018, dan diwawancara lagi mengenai kasus EL
yang belum ditindaklanjuti dan mengenai kondisi psikologi EL pada
tanggal 13 Desember 2018. Dapat disimpulkan minimal trauma yang
dialami anak EL (yang diketahui oleh Linda) berlangsung selama 9
bulan. Lebih dari 1 bulan.
Anak EL memenuhi kriteria F PTSD menurut DSM V
7. Kriteria G : Signifikansi Fungsional
Gejala membuat gangguan atau penurunan fungsional (mis., Sosial,
pekerjaan)
Pada kasus diceritakan bahwa anak EL tidak lagi bersekolah. Anak
EL memenuhi kriteria G PTSD menurut DSM V
SUMBER : CNN
https://www.cnnindonesia.com/nasional/20181213171703-12-
353491/diperkosa-paman-4-tahun-anak-trauma-dengar-kata-
palembang [29 September 2019 14.41 WIB]

Anda mungkin juga menyukai