Anda di halaman 1dari 6

1

JUAL BELI ISTISHNA’


PARALEL

Oleh : Titi Apriliani


2

• Istishna’ adalah akan yang mengandung tuntutan atas permintaan agar


shani’ (produsen) membuatkan suatu barang (pesanan) dari mustashni’
(pemesan) dengan ciri-ciri dan harga tertentu.
• Dalam istishna’ bahan baku/modal pembuatannya dari pihak produsen.
Sedangkan konsumen adalah pemesan barang dengan ciri, bentuk,
jumlah, jenis dan lain-lain yang sesuai dengan apa yang dikehendakinya.
• Produsen (shani’) memproduksi barang pesanan dengan kehendak
mustashni’. Sehingga sangat mungkin terjadi barang tersebut tidak ada
dalam pasaran atau setidaknya memiliki ciri tertentu dibanding dengan
barang-barang yang ada di pasaran.
3

• Fatwa Dewan Syari’ah Nasional Nomor : 22/DSN-MUI/III/2002


tentang Jual beli Istishna’ Paralel,
Ketentuan Umum :
 jika LKS (Lembaga Keuangan Syariah) untuk memenuhi
kewajibannya kepada nasabah ia dapat melakukan istishna’ dengan
pihak lain pada obyek yang sama, dengan syrarat istishna’ pertama
tidak bergantung pada istishna’ kedua.
LKS selaku mustashni’ tidak diperkenankan untuk memungut MDS
(margin during construction) dari nasabah (shani’) karena hal ini tidak
sesuai dengan prinsip syariah.
Semua rukun dan syarat yang berlaku dalam akad istishna’ (Fatwa
DSN nomor 96/DSN-MUI/IV/2000) berlaku pula dan Istishna paralel.
4

• Rukun Istishna’
1. Shani’ (produsen/pembuat)
2. Mustashni’ (pemesan/pembeli)
3. Mashmu’ (barang yang dipesan)
4. Ra’s al-mal (harga/modal yang dibayarkan)
5. Shighat ijab qabul (ucapan serah terima)
5

 Syarat Istishna’
• Syarat yang terkait dengan shani’ dan mustashni’
shani’ mempunyai hak untuk khiyar ketika mustashni’ (pemesan/pembeli)
melihat barang yang dijual dan setuju atas barang yang di pesan. Sementara
mustashni’ diberi hak khiyar (kemungkinan menggagalkan pesanan) jika
shani’ dianggap tidak memenuhi sifat-sifat barang pesanan. Namun demikian,
menurut Abu yusuf, masing-masing dari shani; dan mustashni’ tidak boleh
melakukan khiyar dengan alasan dapat merugikan.
• Syarat yang terkait dengan objek akad (mashnu’)
Objek akad harus dijelaskan secara rinci, baik jenisnya, ukurannya,
jumlahnya maupun sifat-sifatnya. Persyaratan ini menghindari ketidakjelasan
objek. Apabila salah satu unsur ini tidak jelas, maka akadnya tidak sahh.
6

 Praktek Istishna paralel dalam perbankan


Ialah akad Istishna’ dimana mustashni’ memberikan keleluasaan kepada
shani’ untuk mencari sub kontraktor dalam melaksanakan kewajibannya.
Kemudian shani’ melakukan kontak kedua dengan pihak lain demi
memenuhi kewajibannya terhadap mustashni’.
Contoh kasus dalam Lembaga Perbankah Syariah (LPS) sebuah yayasan
(pihak i) memerlukan seperangkat alat-alat kantor (mebeler) seharga 50jjuta.
Ia mendatangi LPS (pihak II) untuk mewujudkan rencana tersebut. Kemudian
LPS mengontrakkan pesanan pembuatan peralatan kantor tersebut kepada
perusahaan mebeler (pihak III) dengan harga yang telah disepakati dan
mereka sanggup untuk mengerjakan dengan spesifikasi yang ditetapkan
pemesan pertama.

Anda mungkin juga menyukai